Hubungan Tumor Marker Ca-125 Dengan Jenis Tumor Ovarium Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Pada Tahun 2013-2015 Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1. KERANGKA TEORI
Tumor Ovarium

Jinak

Ganas

Klasifikasi

Klasifikasi

Epitelial

Sel
germinal

Sex
cordstromal


Sex- cord
stromal

Sel
germinal

Sarkoma

Tumor
metastasis

Tumor sel
lipid

Epitelial

Sel NIH-OVCAR 3
Diagnosis
Menghasilkan
glikoprotein yang dapat

dikenal oleh antibodi
monoklonal CA-125

Anamnesis

Ekspresi antigen CA-125
pada permukaan sel dari
tumor ovarium

Kadar CA-125yang
normal

Jumlah kadar CA-125 pada
tumor jinak ovarium

Pemeriksaan
fisik

Laparoskopi


Peningkatan
kadar CA-125

Pemeriksaan
penunjang

USG

Tumor marker

Kadar CA-125

Jumlah kadar CA-125 pada
tumor ganas ovarium

Universitas Sumatera Utara

3.2. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen

Kadar CA-125

Variabel Dependen
Tumor ovarium
jinak

Tumor ganas
ovarium

3.3. HIPOTESIS
Ada hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor
ovarium.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional
analitik dengan desain Cross Sectional yang menggunakan data retrospektif
dengan mengamati data sekunder berupa rekam medis selama tiga tahun berturutturut yaitu pada tahun 2013, 2014 dan 2015 . Jenis penelitian yang dipilih berupa
analitik oleh karena peneliti ingin mengetahui hubungan kadar CA-125 dengan
jenis tumor ovarium.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
kota Medan karena merupakan rumah sakit pusat di kota Medan yang menerima
rujukan dari rumah sakit lainnya serta merupakan rumah sakit tipe A di Medan
yang mempunyai data rekam medis yang lengkap untuk pasien tumor ovarium.
Penelitian akan dilakukan selama bulan Maret - November 2016 dengan waktu
pengambilan data selama sebulan.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis
menderita tumor ovarium baik yang jinak ataupun ganas berdasarkan data rekam
medis di RSUP Haji Adam Malik dari januari 2013- desember 2015.
4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu dimana
pengambilan sampel diambil secara keseluruhan dari populasi berdasarkan kriteria

yang ditetapkan. Besar sampelnya adalah seluruh pasien tumor ovarium jinak
ataupun ganas baik yang dirawat inap maupun rawat jalan yang berobat ke RSUP
Haji Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
1. Kriteria inklusi
a. Semua pasien yang didiagnosa menderita tumor ovarium jinak ataupun
ganas di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013-2015.
b. Semua pasien tumor ovarium yang memiliki data pemeriksaan tumor
marker CA-125 di awal penegakan diagnosa yang tercantum pada rekam
medis di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013-2015.
c. Semua pasien tumor ovarium yang memiliki data pemeriksaan
histopatologi pada rekam medis di RSUP Haji Adam Malik pada tahun
2013-2015.
d. Pasien merupakan pasien primer yang belum pernah melakukan perawatan
sebelumnya.
2. Kriteria ekslusi
a. Pasien yang masih diduga mengalami tumor ovarium, namun pada

pemeriksaan selanjutnya ternyata memiliki tumor di tempat lain, misalnya
seperti pada paru ataupun endometrium.
b. Pasien dengan tumor ovarium jinak maupun ganas yang sedang hamil
ataupun mengalami infeksi.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data sekunder dimana
data diperoleh dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik dari 1 Januari 2013 31 Desember 2015. Pengumpulan data dilakukan secara observasi hasil rekam
medis pasien tumor ovarium jinak maupun ganas.

Universitas Sumatera Utara

4.5. Variabel
4.5.1. Defenisi operasional
1. Cancer antigen 125 (CA-125)
A. Defenisi operasional : suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel tumor
yang dapat dikenali oleh antibodi monoklonal CA-125 dan merupakan
tumor marker yang diterima untuk penggunaan klinis tumor ovarium.
B. Cara ukur : pengambilan data dari rekam medis di RSUP Haji Adam
Malik pada tahun 2013-2015.
C. Alat ukur : pemeriksaan laboratorium.

D. Hasil pengukuran :
Normal : 49 tahun

8

42,1%

45

39,5%

Total

19

100%

114

100%


Berdasarkan tabel 5.1 didapati bahwa kasus tumor jinak ovarium terbanyak
pada rentang usia 20-44 dengan persentase 42,1% dan kasus paling sedikit pada
rentang usia 44-48 tahun dengan persentase 15,8%. Pada kasus tumor ganas
ovarium, ditemukan kasus terbanyak pada rentang usia 20-44 tahun dengan
persentase 41,2% dan kasus paling sedikit pada rentang usia 0-19 tahun dengan
persentase 3,5%.
Tabel.5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kadar CA-125 dan Jenis Tumor
Kadar CA-125
Tumor Jinak Ovarium
Tumor Ganas Ovarium
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
0-35 IU/ml
4
21,05%
15
13,16%

>35 IU/ml

15

78,95%

99

86,84%

Total

19

100%

114`

100%


Berdasarkan tabel 5.2 didapati bahwa frekuensi penderita tumor ovarium yang
mengalami peningkatan kadar tumor marker CA-125 adalah yang paling banyak
yaitu sebanyak 78,95% pada kasus tumor jinak ovarium dan 86,84% pada tumor
ganas ovarium sedangkan frekuensi penderita yang memiliki kadar tumor marker
CA-125 normal hanya 21,05% pada kasus tumor jinak ovarium dan 13,16% pada
kasus tumor ganas ovarium.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.3. Distibusi Sampel Berdasarkan Histopatologi Tumor Ovarium Jinak
Tumor Jinak Ovarium
Jumlah
Persentase
Fibroma
Kista Folikel
Kistadenoma Musinosum
Kistadenoma Serosum
Kistadenoma Endometiroid
Kista Dermoid
Teratoma mature
Total

1
3
4
2
3
4
2
19

5,3%
15,8%
21,1%
10,5%
15,8%
21,1%
10,5%
100%

Dari tabel 5.3 didapati bahwa jenis tumor jinak yang paling banyak dialami
adalah jenis kistadenoma musinosum dan kista dermoid yaitu masing-masing
sebanyak 21,1% kasus sedangkan jenis yang paling sedikit adalah fibroma yaitu
sebanyak 5,3% kasus.
Tabel 5.4. Distribusi Kadar CA-125 Pada Histopatologi Tumor Ovarium Jinak
Tumor Jinak Ovarium
Fibroma
Kista Folikel
Kistadenoma Musinosum
Kistadenoma Serosum
Kistadenoma Endometiroid
Kista Dermoid
Teratoma mature
Total

Kadar CA-125
35 IU/ml
0 ( 0% )
1 ( 5,3% )
1 ( 5,3% )
2 ( 10,5%)
0 ( 0% )
4 ( 21,1% )
0 ( 0% )
2 ( 10,5% )
1 ( 5,3% )
2 ( 10,5% )
2 ( 10,5% )
2 ( 10,5% )
0 ( 0% )
2 ( 10,5%)
4 ( 21,1% )
15(78,9% )

Dari tabel 5.4 didapati bahwa peningkatan kadar CA-125 merupakan yang
paling banyak dialami pada pasien tumor jinak ovarium yaitu sebanyak 78,9%
sedangkan kadar CA-125 normal hanya sekitar 21,1% dari seluruh sampel kasus
tumor jinak ovarium.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Histopatologi Tumor Ovarium Ganas
Tumor Ganas Ovarium

Jumlah

Persentase

Adenokarsinoma Endometrioid
Adenocarcinoma Moderately
Diffrentiated
Adenokarsinoma Musinosum
Adenokarsinoma Serosum
Adult Granulosa Tumor
Clear Cell Adenocarcinoma
Disgerminoma
Malignant Mixed Epithelial
Seromucinous Adenocarcinoma
Teratoma Immature
Undiffrentiated Adenocarcinoma
Total

3
5

2,6%
4,4%

32
40
2
7
12
1
3
1
8
114

28,1%
35,1%
1,8%
6,1%
10,5%
0,9%
2,6%
0,9%
7%
100%

Dari tabel 5.5 didapati bahwa jenis tumor ganas yang paling banyak dialami
adalah jenis adenocarcinoma serosum yaitu sebanyak 35,1% kasus sedangkan
jenis yang paling sedikit adalah malignant mixed epithelial dan teratoma
immature yaitu sebanyak 0,9% kasus.
Tabel 5.6. Distribusi Kadar CA-125 Pada Histopatologi Tumor Ovarium Ganas
Tumor Ganas Ovarium
Kadar CA-125
35 IU/ml
Adenokarsinoma Endometrioid
0 (0%)
3 (2,6%)
Adenocarcinoma Moderately
0 (0%)
5 (4,4%)
Diffrentiated
Adenokarsinoma Musinosum
2 (1,8%)
30 (26,3%)
Adenokarsinoma Serosum
5 (4,4%)
35 (30,7%)
Adult Granulosa Tumor
1 (0,9%)
1 (0,9%)
Clear Cell Adenocarcinoma
0 (0%)
7 (6,1%)
Disgerminoma
5 (4,4%)
7 (6,1%)
Malignant Mixed Epithelial
0 (0%)
1 (0,9%)
Seromucinous Adenocarcinoma
1 (0,9%)
2 (1,8%)
Teratoma Immature
0 (0%)
1 (0,9%)
Undiffrentiated Adenocarcinoma
1 (0,9%)
7 (6,1%)
Total
15 (13,2%)
99 (86,8%)

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 5.6 didapati bahwa peningkatan kadar CA-125 merupakan yang
paling banyak dialami pada pasien tumor ganas ovarium yaitu sebanyak 86,8%
sedangkan kadar CA-125 normal hanya 13,2% dari seluruh kasus tumor ganas
ovarium.

Tabel 5.7. Kadar Minimum dan Maksimum CA-125 Pada Tumor Ovarium
N
Kadar
Tumor Jinak
Kadar
Tumor Ganas

Minimum
5.88

Maximum
1565.00

2.68

Mean
174.3979

13384.00

752.411

Dari tabel 5.7 didapati bahwa kadar CA-125 paling sedikit yang ditemukan
pada pasien tumor jinak ovarium adalah 5,88 IU/mL dan kadar terbanyak yang
ditemukan adalah sebesar 1.565 IU/mL. Sedangkan pada tumor ganas ovarium,
kadar CA-125 paling sedikit yang ditemukan adalah 2,68 IU/mL dan kadar
terbanyak yang ditemukan adalah sebesar 13.384 IU/mL.
Tabel 5.8. Hubungan Kadar CA-125 dan Sifat Tumor Ovarium Menggunakan
Chi-Square
Sifat Tumor

Kadar CA-125

35IU/ml
n
%
15
78,95%

Ganas

15

13,16%

99

Confident
interval
95%
LowerUpper
0.5150,476 6.018

86,84%

Dari tabel 5.8 menunjukkan setelah dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan metode fisher exact test melalui chi square dengan tingkat
kemaknaan 0,05 (ɑ=5%) didapati bahwa hasil analisis hubungan sifat tumor

Universitas Sumatera Utara

ovarium dan kadar tumor marker CA-125 diperoleh nilai significancy (p value)
adalah 0,476 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara kadar tumor
marker CA-125 dengan jenis histopatologi tumor ovarium.
5.2. Pembahasan
Saat pengambilan data penelitian, tidak sedikit data yang tidak lengkap
baik dari hasil pemeriksaan laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksaan
histopatologi dan laboratorium patologi klinik untuk pemeriksaan kadar tumor
marker CA-125. Beberapa data juga tidak termasuk ke dalam kriteria inklusi
karena menggunakan tumor marker yang lain, seperti CEA ataupun AFP. Dari
517 penderita tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013-2015,
yang memiliki pemeriksaan CA-125 dan histopatologi hanya 133 orang.
Rendahnya angka pemeriksaan CA-125 ini dapat disebabkan oleh dokter yang
menangani sudah yakin penderita mengalami tumor ovarium jinak atau ganas dari
pemeriksaan lain seperti USG atau karena pertimbangan biaya.
Dari tabel 5.1 diperoleh hasil bahwa tumor ovarium jinak ataupun ganas
paling banyak dialami oleh pasien pada kelompok usia reproduksi (20-44 tahun)
dan menopause (>49 tahun) serta paling sedikit dialami oleh pasien pada usia
prereproduksi (0-19 tahun). Hasil penelitian ini sejalan dengan kepustakaan yang
menyebutkan kasus tumor ovarium paling sering terjadi pada wanita usia 20-50
tahun dan jarang sekali pada usia pra pubertas serta angka kejadian tumor ovarium
akan meningkat dengan semakin tuanya usia seorang wanita.10,25 Hal ini mungkin
disebabkan karena teori incessant ovulation yang menyebutkan bahwa
patogenesis tumor ovarium disebabkan karena trauma yang terjadi pada epitel
ovarium pada saat proses ovulasi terjadi yang akan secara berulang dialami wanita
selama siklus reproduksi. Pada saat ovulasi terjadi, maka permukaan ovarium
akan rentan mengalami kerusakan DNA dan seiring dengan bertambahnya usia,
maka permukan ovarium akan mengalami invaginasi pada stroma kortikal
sehingga menyebabkan epitel permukaan akan terperangkap ke dalam stroma dan

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan kista inklusi yang dapat berproliferasi dan jika disertai dengan
kerusakan DNA akan mengarah menjadi suatu keganasan.3
Dari tabel 5.2 diperoleh dari pemeriksaan data pada 19 penderita tumor
jinak ovarium , didapati 4 penderita (21,05%) memiliki kadar CA-125 yang
normal dan 15 penderita lainnya (78,95%) mengalami peningkatan kadar CA-125.
Tumor jinak ovarium yang terbanyak mengalami peningkatan CA-125 adalah
kistadenoma musinosum yaitu sebesar 21,1% dari keseluruhan jenis tumor jinak
ovarium. Dari 114 penderita tumor ganas ovarium, didapati 15 penderita (13,16%)
memilki kadar CA-125 yang normal dan 99 penderita lainnya (86,84%)
mengalami peningkatan kadar CA-125. Penelitian didapatkan bahwa jumlah
tumor ovarium jinak ataupun ganas yang mengalami peningkatan kadar CA-125
lebih banyak dibandingkan dengan kadar CA-125 yang normal. Hasil ini juga
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pungky Mulawardhana
dkk yang mendapati frekuensi sampel dengan peningkatan kadar CA-125 lebih
banyak dibandingkan dengan sampel dengan kadar CA-125 yang normal dengan
persentase tumor jinak 80% dan tumor ganas 70,5%.5 Pada disgerminoma juga
dapat terjadi peningkatan CA-125 jika terjadi interaksi dengan epitel ovarium.1
Penelitian dari Calster B et al dengan judul Discrimination between benign
and malignant by specialist ultrasound examination versus serum CA-125
menemukan bahwa CA-125 hanya dapat mengklasifikasikan jinak dan ganas
secara benar sebesar 41%. Hal ini juga disebabkan karena kondisi peningkatan
CA-125 dapat terjadi karena proses radang atau trauma pada epitel ovarium,
kehamilan, menstruasi dan beberapa keadaan jinak lainnya seperti kista folikel,
kista lutein yang secara tidak langsung beriteraksi dengan sel epitel ovarium.26
Dari tabel 5.3 sampai 5.6 diperoleh bahwa jika dilihat berdasarkan dari
jenis histopatologi tumor ovarium jinak maupun ganas yang mengalami
peningkatan CA-125, maka pada penelitian ini diperoleh jenis histopatologi yang

Universitas Sumatera Utara

paling banyak mengalami peningkatan kadar CA-125 dan yang paling sering
dialami oleh pasien merupakan tipe epitelial, yaitu jenis serosum dan musinosum
dan yang paling sedikit merupakan jenis fibroma untuk kasus tumor jinak dan
malignant mixed epithelial serta teratoma immature untuk kasus tumor ganas
ovarium. Ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa jenis tumor ovarium
paling banyak yang terjadi merupakan tipe epitelial (90%) dan sisanya (10%)
adalah tipe non-epitelial serta jenis epitelial merupakan yang paling sering
mengalami peningkatan kadar CA-125. Sekitar 75-85% karsinoma ovarium tipe
epitelial mengalami peningkatan CA-125. 8,10 Hal ini mungkin disebabkan karena
CA-125 yang diekpresikan oleh sel NIH-OVCAR 3 yang ada pada permukaan sel
epitel pada tumor ovarium. Sel NIH-OVCAR 3 akan menghasilkan kadar CA-125
yang tinggi pada permukaan sel kanker ovarium.15,16
Pada tabel 5.7 diperoleh kadar minimum tumor jinak ovarium adalah 5,88
IU/ml dan kadar maksimum mencapai 1565 IU/ml, sedangan pada tumor ganas
ovarium diperoleh kadar minimum yang lebih rendah yaitu 2,68 IU/ml dan kadar
maksimum 13384 IU/ml. Sehingga jika dilihat dari distribusi kadar CA-125 pada
tumor ovarium, sampel tidak memperlihatkan perbedaan kadar yang signifikan
antara tumor jinak dan ganas. Misalnya terdapat kasus tumor jinak ovarium yang
mengalami peningkatan kadar CA-125 hingga >1000 IU/ml dan adanya kasus
tumor ganas ovarium yang mengalami kadar CA-125 normal yaitu sebesar 2,68
IU/ml, meskipun terdapat beberapa kasus yang mengalami peningkatan kadar CA125 hingga 1000-5000 IU/ml. Hasil ini sama dengan penelitian sebelumnya yang
pernah dilakukan oleh Tryanda Ferdyansyah dkk yang memperoleh sebaran
perbedaan kadar CA-125 yang tidak signifikan antara tumor jinak dan tumor
ganas ovarium. Hal ini menunjukkan jika kadar CA-125 tinggi mungkin dapat
dicurigai adanya suatu keganasan, tetapi jika ditemukan rendah belum tentu suatu
keadaan jinak.3

Universitas Sumatera Utara

Dari table 5.8 menunjukkan hasil uji analitik dengan menggunakan uji
hipotesa FisherExact Test melalui Chi-Square, didapati p=0,476, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar tumor marker CA-125
dengan jenis tumor ovarium. Selanjutnya juga diperoleh selang kepercayaan
sebesar 0.515-6.018 dimana pada selang kepercayaan mengandung nilai 1
sehingga menunjukkan tidak adanya hubungan antara kadar tumor marker CA125 dengan jenis tumor ovarium pada taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian Pungky Mulawardhana dkk juga menunjukkan hasil yang
sama dengan penelitian ini. Dalam penelitian tersebut mendapatkan nilai
significancy (p = 0,482), sehingga juga dapat diartikan tidak ada kesepakatan hasil
yang bermakna antara pemeriksaan kadar CA-125 dengan hasil PA dalam
menentukan diagnosa kanker ovarium. Dalam hasil penelitian mereka juga
didapati nilai sensitifitas CA-125 sebesar 70,59% dan spesifisitas sebesar 20%.5
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan CA-125 memiliki kelemahan
terutama dari segi spesifisitas yang sangat penting dimiliki oleh suatu alat bantu
diagnostik dan memiliki hubungan korelasi yang sangat lemah dengan hasil PA
dalam menentukan diagnosa kanker ovarium. Meskipun spesifisitas yang dimiliki
oleh CA-125 sangat rendah terhadap tumor ovarium, pemeriksaan CA-125 masih
tetap digunakan. Hal ini disebabkan karena belum ditemukannya tumor marker
yang lebih baik dan mampu menggantikan peranan CA-125.3
Meskipun ada hasil penelitian yang sama mengatakan bahwa terdapat
hubungan antara kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor ovarium, salah
satunya pada penelitian Daoud et al mendapatkan hasil yang berhubungan tetapi
juga banyak menemukan positif palsu yang berhubungan dengan kondisi jinak
dan keadaan fisiologis, sehingga disimpulkan bahwa CA-125 tidak dapat
digunakan untuk mendiagnosis keganasan pada ovarium.1
Dari penelitian ini didapati hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara
kadar tumor marker CA-125 dengan jenis tumor ovarium. Walaupun CA-125

Universitas Sumatera Utara

memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, namun memiliki spesifisitas yang rendah
karena banyaknya kondisi lain yang dapat menyebabkan peningkatan kadar tumor
marker tersebut. Pemeriksaan kadar CA-125 tunggal tidak dapat digunakan
sebagai deteksi penentuan jenis tumor ovarium sehingga juga tetap dilakukan
pemeriksaan histopatologi sebagai Gold Standart pemeriksaan dan dibutuhkan
pemeriksaan penunjang lain untuk membantu penegakkan diagnosis seperti USG
dan kombinasi dengan tumor marker lain, seperti HE4 dan lain-lain. Pemeriksaan
CA-125 tidak dapat menentukan jenis tumor ovarium tetapi mungkin dapat
digunakan pada banyak kondisi lain seperti untuk memprediksi prognosis dari
hasil terapi, kekambuhan penyakit ataupun untuk memantau keberhasilan
pengobatan.14

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dari penelitian ini dapat
diambil kesimpulan bahwa :
1. Jumlah seluruh penderita tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan
dari tahun 2013-2015 yang dilakukan pemeriksaan histopatologi dan kadar
CA-125 adalah 133 orang, yang terdiri dari 114 (85,7%) kasus tumor ganas
ovarium dan 19 (14,3%) kasus tumor jinak ovarium. Pada 19 penderita tumor
jinak ovarium didapati 15 (78,95%) kasus mengalami peningkatan kadar CA125 dan pada 114 penderita tumor ganas ovarium didapati 99 (86,84%) kasus
mengalami peningkatan kadar CA-125.
2. Dari seluruh kasus tumor ovarium jinak maupun ganas, diperoleh jenis tumor
ovarium yang paling sering ditemukan berdasarkan histopatologi adalah tipe
epitelial, yaitu serosum dan musinosum. Pada kasus tumor jinak ovarium,
diperoleh jenis tumor yang paling banyak mengalami peningkatan kadar CA125 adalah kistadenoma musinosum (21,1%) dan pada kasus tumor ganas
ovarium, jenis tumor yang paling banyak mengalami peningkatan kadar CA125 adalah adenokarsinoma serosum (30,7%) dan adenokarsinoma musinosum
(26,3%).
3. Kadar CA-125 tidak dapat membedakan secara jelas antara tumor jinak dan
ganas ovarium.
4. Tidak terdapat hubungan bermakna antara

kadar tumor marker CA-125

dengan jenis tumor ovarium (p=0,476).

Universitas Sumatera Utara

6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh beberapa saran, yaitu :
1. Perlu dilakukan evaluasi dalam melengkapi pendataan di RSUP Haji Adam
Malik agar dapat mempermudah dalam pencarian data.
2. Untuk mengetahui jenis tumor, diharapkan kepada pasien yang dicurigai tumor
ovarium untuk tidak hanya melakukan pemeriksaan tumor marker CA-125,
tetapi juga melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti USG dan
histopatologi untuk diagnosis pasti. Hal ini disebabkan karena rendahnya
spesifisitas pemeriksaan tunggal CA-125 terhadap tumor ovarium sehingga
tidak dapat menentukan secara pasti jenis tumor yang terjadi pada pasien.

Universitas Sumatera Utara