SUMBERDAYA INFORMASI ELEKTRONIK

2015
PENYEDIAAN SUMBERDAYA INFORMASI
ELEKTRONIK : UPAYA PUSTAKAWAN
DALAM MENGEMBANGKAN LAYANAN
KONTEN OPEN ACCESS DI PERPUSTAKAAN

OLEH :
MURNIATY, S.SOS.
NIP: 196904102001122001
PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN USU

PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyediaan
Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam Mengembangkan Layanan
Konten Open Access Di Perpustakaan” ini dengan baik.

Tulisan ini mencoba menguraikan bagaimana upaya pustakawan sebagai penyedia
informasi di perpustakaan, dalam mengembangkan layanan konten open access melalui
penyediaan sumberdaya informasi elektronik pada layanan digital perpustakaannya.
Makalah ini disusun sebagai bahan bacaan bagi masyarakat yang tertarik pada
bidang ilmu perpustakaan, khususnya yang ingin menambah wawasan tentang penyediaan
sumberdaya informasi elektronik di perpustakaan. Semoga apa yang penulis sajikan
memberikan banyak manfaat bagi para pembaca pada umumnya, terutama bagi para
pustakawan/pengelola perpustakaan di tanah air. Akhir kata, tiada gading yang tak retak,
tiada manusia yang sempurna. Mohon maaf atas kekurangan yang mungkin ada.

Wassalam Penulis
Murniaty, S.Sos.

i

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam
Mengembangkan Layanan Konten Open Access Di Perpustakaan

DAFTAR ISI
Halaman

Kata Pengantar .............................................................................................................

i

Daftar Isi .......................................................................................................................

ii

1. Pendahuluan ............................................................................................................

1

2.
3.
4.
5.

2
3
6


Alasan Perpustakaan Menyediakan Sumberdaya Informasi Elektronik ..................
Apakah itu Sumberdaya Informasi Elektronik?.........................................................
Apakah Itu “Open Access” ?.....................................................................................
Perkembangan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan-Perpustakaan
di Indonesia..............................................................................................................
6. Permasalahan Yang Dihadapi .................................................................................
7. Kontribusi Pustakawan .........................................................................................
8. Penutup ....................................................................................................................

6
8
9
11

Daftar Referensi ...........................................................................................................

13

ii


MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik: Upaya Pustakawan Dalam
Mengembangkan Layanan Konten Open Access Di Perpustakaan

PENYEDIAAN SUMBERDAYA INFORMASI ELEKTRONIK :
UPAYA PUSTAKAWAN
DALAM MENGEMBANGKAN LAYANAN KONTEN
OPEN ACCESS DI PERPUSTAKAAN
Oleh :
Murniaty, S.Sos.
1. Pendahuluan
Perpustakaan seyogyanya adalah sebuah repositori informasi dengan tujuan
pendirian untuk memenuhi kebutuhan informasi setiap orang atau penggunanya.
Penerapan sistem teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan perpustakaan untuk
mengembangkan dan meningkatkan pelayanannya melalui penyediaan sumberdaya
informasi elektronik pada layanan digital perpustakaan. Penyediaan sumberdaya informasi
elektronik pada layanan digital perpustakaan hanya dapat dimungkinkan apabila
perpustakaan menerapkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi dalam sistem
pengelolaan informasinya.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada dunia perpustakaan saat ini

mulai mengambil alih peran dan fungsi “tradisional” dari perpustakaan. Pada bidang layanan
teknis misalnya, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi, pustakawan saat
ini dimungkinkan untuk melakukan proses seleksi dan akuisisi koleksi melalui akses online,
melanggan database jurnal online, melakukan kegiatan inventarisasi koleksi juga dengan
sistem yang terintegrasi dengan bidang lain secara online. Pada bidang pengolahan,
pustakawan dapat melakukan kegiatan copy cataloguing, input/entri katalog pada metadata
OPAC/SIPUS untuk kemudahan akses sistem temu kembali informasi, upload e-book, upload
e-journal dan upload konten repositori institusi untuk perpustakaan kelembagaan dan
perguruan tinggi. Pada bidang pelayanan pengguna, ada kegiatan penelusuran katalog
online, penelusuran informasi referensi maya, penelusuran e-book dan e-journal,
penelusuran repository institusi pada website perpustakaan kelembagaan dan perguruan
tinggi, sirkulasi online yang terintegrasi dengan bidang-bidang lain (misalnya peminjaman,
pengembalian, keanggotaan, ataupun terintegrasi dengan perpustakaan-perpustakaan
cabang). Semua perubahan itu membuat perpustakaan harus meredefenisikan peran dan

1

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.


Upaya

Pustakawan

Dalam

fungsinya agar dapat mengikuti arus perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
tersebut, demikian juga dengan pustakawannya.
Sekarang ini fenomena umum menunjukkan kecendrungan pengguna perpustakaan
untuk menggunakan sumberdaya informasi, baik yang bersifat ilmiah maupun yang non
ilmiah semakin meluas. Berbagai perpustakaan merespon fenomena ini dengan
menyediakan sumberdaya informasi elektronik dalam pelayanan digital perpustakaannya.
Sejumlah perpustakaan Perguruan Tinggi misalnya, mulai melakukan digitalisasi informasi
yaitu dengan cara mendigitalisasi koleksi karya ilmiah yang dimilikinya dan membuatnya
tersedia untuk diakses secara online melalui internet. Sedangkan jenis perpustakaan lainnya
sudah mulai melanggan database jurnal elektronik (e-journal), melanggan koleksi buku
elektronik (e-book), ataupun men-download koleksi tersebut pada situs-situs yang open
access (OA).
Penyediaan sumberdaya informasi elektronik pada sebuah perpustakaan membuka
peluang


bagi

seorang

pustakawan

untuk

dapat memberikan

kontribusi

dalam

pengembangan layanan konten OA pada perpustakaannya. Tulisan ini akan membahas
mengenai jenis sumberdaya informasi elektronik apa saja yang dapat disediakan oleh
pustakawan dalam konten OA koleksi perpustakaan digitalnya dan upaya seperti apa yang
dapat diberikan oleh seorang pustakawan dalam mengembangkan layanan konten OA pada
perpustakaan-perpustakaan di Indonesia.

2. Alasan Perpustakaan Menyediakan Sumberdaya Informasi Elektronik
Fenomena umum yang menunjukkan kecendrungan pengguna perpustakaan untuk
menggunakan sumberdaya informasi elektronik, baik yang bersifat ilmiah maupun yang non
ilmiah, merupakan alasan utama yang dapat dijadikan acuan mengapa perpustakaan perlu
menyediakan sumberdaya informasi elektronik dalam mengembangkan layanan konten OA.
Pada perpustakaan tradisional, pengadaan bahan pustaka sebagai sumber informasi
terbatas pada bahan pustaka yang mempunyai wujud atau bentuk secara fisik berupa bahan
pustaka tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, peta, atlas, jurnal tercetak, koleksi
audio visual, mikrofilm, dan lain-lain. Pada era digital seperti sekarang ini, bahan pustaka
yang dibeli dan dilanggan tidak terbatas pada bahan pustaka tercetak saja, tapi juga bahan
pustaka yang hanya dapat diakses secara maya (online) seperti database jurnal elektronik

2

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan


Dalam

(e-journal) dan koleksi buku elektronik (e-book). Secara fisik perpustakaan tidak memiliki
koleksinya, tetapi perpustakaan memiliki akses ke koleksi tersebut jika perpustakaan
melanggannya. Untuk menghadapi semakin gencarnya serbuan sumberdaya informasi
elektronik, perpustakaan tidak hanya dituntut untuk memberikan layanan pada pengguna
dengan informasi yang tepat (right information for the right users), tetapi faktor kecepatan
waktu dalam layanan informasi juga lebih dituntut. Pada akhirnya, sekarang ini persepsi
masyarakat menuntut perpustakaan tidak hanya menjadi pusat sumber informasi tetapi
menjadi right information, right users and right now. Oleh karena itu disamping
menyediakan bahan pustaka tercetak, penyediaan sumberdaya informasi elektronik pada
koleksi perpustakaan saat ini menjadi pilihan yang tepat.
3. Apakah itu Sumberdaya Informasi Elektronik?
Surachman dalam artikelnya (2014: 3) mengatakan: “Sumberdaya informasi
elektronik merupakan tulang punggung perpustakaan dalam menghadirkan lingkungan dan
atmosfer digital bagi para penggunya. Keberadaan digital natives yang semakin
mendominasi pengguna perpustakaan saat ini semakin mendorong perpustakaan untuk
dapat menyediakan berbagai sumberdaya informasi elektronik di perpustakaan”.
Secara prinsip semua sumberdaya informasi yang menjadi koleksi perpustakaan

yang dapat diakses secara elektronik (online) dapat digolongkan ke dalam bentuk
sumberdaya informasi elektronik. Jenis-jenis

sumberdaya informasi elektronik di

perpustakaan menurut pedoman IFLA (dalam Surachman, 2014: 3) terdiri dari :
1. Buku elektronik: biasa dikenal dengan sebutan e-books. Buku elektronik, ada yang terbit
berupa versi elektroniknya saja ada juga berupa versi tercetak tetapi diterbitkan juga
versi elektroniknya. Buku elektronik biasanya ditawarkan baik dalam bentuk satuan
maupun paket atau basis data dari penerbit. Saat ini banyak penerbit yang sudah
memfokuskan pada penerbitan buku dalam versi elektronik. Akses terhadap buku
elektronik ini bisa berupa mengunduh file secara utuh (biasanya berbentuk PDF) maupun
‘membaca’ bagian per bagian. Contoh dari sumber informasi elektronik ini adalah
EBRARY, Ebscohost Books, Wiley E-Book, dan Springer E-Book.
2. Jurnal elektronik: biasa dikenal dengan sebutan e-journals. Jurnal disini merupakan jurnal
yang diterbitkan khusus dalam bentuk elektronik maupun jurnal tercetak yang kemudian
diterbitkan juga versi elektroniknya.
4. Basis data naskah lengkap (agregasi): secara umum dikenal sebagai aggregated database.
Sumber informasi elektronik berbentuk basis data lengkap agregasi ini biasanya
menyediakan sumber informasi elektronik berbagai jenis (e-journal, e-book, e-


3

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam

proceeding, e-paper, dll) dalam satu wadah, yang diperoleh dari satu atau lebih penerbit
atau penyedia konten elektronik. PROQUEST & EBSCO adalah salah satu contoh bentuk
database agregasi.
5. Basis data indeks dan abstrak: selain berbentuk naskah lengkap, beberapa sumber
informasi elektronik juga ditampilkan hanya dalam bentuk indeks atau abstrak saja.
Beberapa penyedia basis data menyediakan informasi atau sumber informasi hanya
berupa abstrak atau indeks saja, namun dilengkapi dengan analisis terhadap dokumen
yang ada misalnya analisis sitiran. Sebagai contoh model sumber informasi elektronik ini
adalah produk SCOPUS dan Proquest Abstract.
6. Basis data referensi (biografi, kamus, direktori, ensiklopedi, dsbnya): merupakan satu
bentuk sumberdaya informasi elektronik yang menampilkan semua informasi yang
berupa koleksi referensi, seperti biografi, kamus, direktori, ensiklopedi dan sejenisnya.
Salah satu contoh dari sumber informasi elektronik jenis ini adalah ENCYCLOPEDIA
AMERICANA Online.
7. Basis data statistik dan angka: merupakan sumberdaya informasi elektronik yang
menyediakan berbagai data berupa data statistik dan angka. Biasanya berupa data-data
perusahaan, data perekonomian dan data statistik lainnya. Contoh dari sumber informasi
ini adalah OSIRIS, CEIC Data, BPS Database, IMF Statistics, dan World Bank Databases.
8. Gambar Elektronik: merupakan sumberdaya informasi elektronik yang menyediakan
berbagai gambar. Saat ini sudah banyak media yang menyediakan gambar elektronik baik
yang berbayar ataupun tidak. Google Images, Flickr, Instagram, IStockPhoto, Shutter
Stock dan sejenisnya adalah contoh dari sumberdaya informasi gambar elektronik ini.
9. Sumber informasi audio/visual elektronik: merupakan sumberdaya informasi elektronik
dalam bentuk audio visual seperti film, musik, dokumenter, dan sejenisnya. Contoh dari
sumber informasi elektronik bentuk ini adalah Alexander Street Press, IMDB, Youtube ,
dan iTunes.
(Surachman, 2014: 3)
10. Menurut penulis sumberdaya informasi elektronik yang tidak kalah pentingnya saat ini
adalah berupa penyediaan koleksi repositori pada Perpustakaan Perguruan Tinggi dan
Kelembagaan, yaitu berupa karya tulis ilmiah atau hasil-hasil penelitian yang terhimpun
dalam grey literature dan merupakan lokal konten yang di publish oleh Perpustakaan
Perguruan Tinggi dan Kelembagaan pada website perpustakaan, sehingga dapat diakses
secara online. Jenisnya antara lain skripsi, tesis, disertasi, karya ilmiah dosen, hasil-hasil
penelitian, prosiding hasil seminar, lokakarya, hasil pertemuan ilmiah, pidato
pengukuhan, pidato rektor, arsip-arsip elektronik, dan lain-lain.
11. Sumber informasi elektronik lainnya seperti : e-magazines, e-newspaper, e-paper,

4

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam

e-proceeding, dan lain-lain, dimana jenis dan ragamnya saat ini sudah banyak ditemukan
pada situs-situs online di internet.
Berbagai jenis sumberdaya informasi elektronik seperti di atas sangat perlu
disediakan di perpustakaan, untuk mengantisipasi kebutuhan pengguna yang semakin
beragam di era digital seperti sekarang ini. Pemanfaatan dan akses terhadap sumberdaya
informasi elektronik jauh lebih luas jika dibandingkan dengan bahan tercetak. Sumberdaya
informasi elektronik dapat digunakan oleh banyak pengguna (multi user) dalam waktu yang
bersamaan dan dapat dimanfaatkan dengan akses jarak jauh (remote access) tanpa harus
datang ke perpustakaan.
Pola pengembangan sumberdaya informasi elektronik untuk perpustakaan adalah
dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi elektronik yang bersifat free access dan
OA. Perpustakaan melalui pustakawan atau staf perpustakaan dapat mulai mengumpulkan
tautan-tautan ke sumberdaya informasi elektronik gratis dan terbuka untuk kemudian
menyediakannya agar dapat diakses oleh penggunanya. Beberapa penerbit terkenal selain
menyediakan akses ke sumber berbayar juga menyediakan ke sumber gratis atau terbuka.
Saat ini banyak sumberdaya informasi elektronik baik berupa jurnal elektronik, buku
elektronik maupun bentuk lainnya yang dapat dimanfaatkan secara gratis dan terbuka oleh
semua orang. Perpustakaan hanya perlu melakukan organisasi atau pengelolaan terhadap
sumber-sumber ini sehingga dapat terseleksi dan sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
Sumberdaya informasi elektronik seperti Directory Open Access Journal (DOAJ), Wiley Open
Access, Springer Open Access, Youtube, dan sejenisnya adalah salah satu contoh dari adanya
sumberdaya informasi elektronik berjenis free access dan open access. Kemampuan
pengelola perpustakaan dalam memutuskan pola pengembangan koleksi atau sumberdaya
informasi elektroniknya menjadi penting bagi upaya membangun lingkungan digital atau
perpustakaan digital. P e r p u s t a k a a n

perlu membuat satu kebijakan umum

m e n g e n a i p e n g e l o l a a n d a n kebijakan

seleksi

pengembangan

sumberdaya

informasi elektroniknya. Hal ini penting agar pengembangan sumberdaya informasi
elektronik yang dilakukan oleh perpustakaan sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan
visi & misi perpustakaan.

5

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam

4. Apakah Itu “Open Access” ?
Open Access (OA) merupakan satu istilah yang semakin booming saat ini. Meskipun
OA bukan merupakan topik yang baru tetapi OA masih menjadi bahasan-bahasan yang
cukup hangat bagi para pustakawan dan masih menjadi trending topic dalam acara-acara
seminar yang diselenggarakan oleh perpustakaan-perpustakaan di Indonesia akhir-akhir ini.
OA

sebenarnya

merupakan

sebuah

terobosan

baru

untuk

mendapatkan

informasi/literatur secara gratis melalui media internet. Orang tidak perlu mengikuti
pendidikan formal ataupun membeli informasi/literatur dengan biaya yang mahal untuk
mendapatkan sebuah informasi/literatur. Mereka hanya perlu membuka internet dan
kemudian mereka akan mendapatkan informasi yang mereka butuhkan melalui akses gratis
yang tersedia di internet. Sebagaimana Pendit (2008) secara jelas mengatakan:
“OA adalah ketersediaan artikel-artikel secara cuma-cuma di internet, agar memungkinkan
semua orang membaca, mengambil, menyalin, menyebarkan, mencetak, menelusur, atau
membuat kaitan dengan artikel-artikel tersebut secara sepenuhnya, menjelajahinya untuk
membuat indeks, menyalurkannya sebagai data masukan ke perangkat lunak, atau
menggunakannya untuk berbagai keperluan yang tidak melanggar hukum, tanpa harus
menghadapi hambatan finansial, legal, ataupun teknis selain hambatan-hambatan yang
tidak dapat dilepaskan dari kemampuan mengakses internet itu sendiri”.
Jadi, fenomena OA memungkinkan setiap orang untuk dapat mengakses
informasi/literatur berkualitas secara gratis, bebas hambatan dan menggunakannya untuk
berbagai keperluan yang legal, tidak melanggar hak cipta dan hukum serta tanpa harus
terbebani secara finansial. Semakin banyak literatur ilmiah yang diterbitkan dengan prinsip
OA, semakin cepat masyarakat dunia akan menikmati keuntungan dari OA dan akan
memberi manfaat lebih besar bagi umat manusia di dunia.
5. Perkembangan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan-Perpustakaan di
Indonesia
Perkembangan layanan konten OA di Perpustakaan-perpustakaan di Indonesia
tentunya

sejalan

dengan

perkembangan

gerakan OA

di

Indonesia. Bagaimana

perkembangan gerakan OA di Indonesia? A. Ridwan Siregar (Siregar, 2012: 1) dalam sebuah
makalah seminarnya mengatakan:
“Bagi negara berkembang seperti Indonesia OA menjadi lebih penting setidaknya karena
dua hal. Pertama, ketimpangan terhadap akses artikel jurnal lebih besar di negara

6

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam

berkembang dibandingkan di negara maju. Harga jurnal berlangganan misalnya terasa
sangat mahal bagi negara berkembang karena perbedaan daya beli. OA dapat berarti
pemerataan akses antara negara maju dengan negara berkembang. Kedua, literatur OA dari
negara berkembang yang sebelumnya kurang dikenal akan mendunia dan membuka
peluang untuk berkolaborasi”.
Dapat dikatakan bahwa selama ini negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
mempunyai masalah dalam mengakses hasil-hasil penelitian internasional, karena
kebanyakan perpustakaan tidak memiliki dana yang cukup untuk melanggan jurnal-jurnal
ilmiah yang cenderung semakin tinggi harganya. Dengan berkembangnya repository
kelembagaan dan jurnal-jurnal OA, akan memberikan jalan keluar terhadap masalah yang
ada.
Bagi dunia perpustakaan di Indonesia, OA mempunyai dampak tersendiri terhadap
perpustakaan. Ketersediaan sumberdaya informasi elektronik, terutama untuk literaturliteratur ilmiah di situs-situs OA secara gratis tentunya sangat membantu perpustakaan yang
sungguh-sungguh ingin mengembangkan layanan konten OA yang bermutu dengan
ketersediaan dana yang sangat terbatas. Selain itu penyediaan e-book dan e-journal secara
berlangganan juga akan sangat membantu pengguna perpustakaan untuk dapat mengakses
informasi yang up-todate setiap saat.
Bagi Perpustakaan Kelembagaan dan Perguruan Tinggi di Indonesia, fenomena OA
bahkan

memunculkan

optimisme

baru

bagi

kalangan

pustakawan

yang

ingin

mengelola/menyimpan sumberdaya informasi elektronik kelembagaan. Gerakan OA
menjadi akar bagi kemunculan Institusional Repository (IR), dimana IR dapat dijadikan
sarana bagi lembaga-lembaga penelitian serta perguruan tinggi untuk menyebarluaskan
hasil-hasil penelitian dan karya-karya akademisi dari lingkungan mereka. Dengan demikian
literatur-literatur ilmiah yang dipublish secara OA dari negara Indonesia yang sebelumnya
kurang dikenal akan mendunia dan membuka peluang untuk berkolaborasi.
Secara umum, jika layanan konten OA terus dikembangkan

di perpustakaan-

perpustakaan negara berkembang seperti di Indonesia, maka peluang masyarakat untuk
dapat mengakses sumberdaya informasi elektronik ilmiah akan semakin besar. Dengan
demikian masyarakat akan dapat mengakses artikel-artikel ilmiah hasil penelitian dari para
ilmuwan secara gratis.

7

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam

6. Permasalahan Yang Dihadapi
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan layanan konten OA di Indonesia
sangat beragam alasannya. Mengadopsi pendapat dari Al Muhdil Karim (2015) beberapa
alasan yang dapat diidentifikasi berkaitan dengan kurang berkembangnya layanan konten
OA di Indonesia antara lain :
1. Masih banyak perpustakaan di Indonesia yang belum memiliki konsep perpustakaan
digital dalam mengembangkan layanannya. Faktor penyebabnya antara lain karena
keterbatasan dana operasional, keterbatasan sumber daya manusia dan juga masih
rendahnya minat pustakawan untuk menguasai teknologi informasi, sehingga hal ini
menjadi kendala tersendiri dalam pengembangan layanan OA di Indonesia.
2. Aspek pertumbuhan informasi juga nampaknya belum menjadi perhatian yang serius
bagi masyarakat Indonesia. Perlu dipahami bahwa setiap hari, setiap jam, setiap menit,
bahkan setiap detik sekalipun informasi terus tumbuh dan berkembang, sehingga
fenomena ini akan mengakibatkan para pencari informasi selalu ingin tahu akan
perkembangan informasi terbaru yang sesuai dengan bidang minatnya, terutama
informasi yang berbentuk elektronik karena lebih mudah menemukannya dibanding
informasi tercetak. Salah satu cara mereka untuk mengetahui informasi terbaru tersebut
adalah dengan melihat informasi yang tersedia secara OA pada situs-situs free access di
internet.
3. Pengadaan sumberdaya informasi elektronik menjadi permasalahan tersendiri bagi
perpustakaan yang pada umumnya adalah perpustakaan kecil di Indonesia. Harga
database jurnal berlangganan terasa sangat mahal bagi perpustakaan-perpustakaan di
Indonesia karena adanya perbedaan daya beli bagi setiap perpustakaan. Sistem
langganan

berupa hak akses dalam waktu tertentu belum begitu populer di

perpustakaan kecil yang ingin bertransformasi menjadi perpustakaan digital. Disini tugas
pustakawan menjadi bertambah dengan skill yang harus ditingkatkan.
4. Sikap pustakawan Indonesia dalam mengembangkan konten OA juga terlihat seperti
sikap menunggu bola. Pustakawan cenderung malas melakukan browsing dan mendownload artikel-artikel pada e-journal ataupun mem-browsing dan men-dowload

8

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam

e-book yang free access, kemudian menghimpunnya pada database perpustakaan.
Kondisi ini sewajarnya menjadi perhatian serius dalam pengembangan konten layanan
OA pada sebuah perpustakan.
5. Belum adanya kebijakan dan aturan-aturan hukum yang jelas dari pemerintah yang dapat
dijadikan sebagai payung hukum bagi pustakawan dalam mengembangkan layanan
konten OA di Indonesia, sehingga dalam bekerja pustakawan masih takut akan dampak
hukum yang dapat ditimbulkan dalam publikasi layanan konten OA. Karena tidak semua
penulis atau peneliti yang bersedia karyanya dipublikasikan dalam repository informasi
(repository institusi). Mungkin hal ini berkaitan dengan kerahasiaan tulisan atau hasil
penelitian, pembayaran royalti, takut terjadinya plagiarisme, dan lain-lain. Hal ini
mengakibatkan lambannya pustakawan dalam mengembangkan layanan konten OA pada
perpustakaan digitalnya. Sebagai contoh, dalam kasus di perpustakaan perguruan tinggi
terkait pembukaan akses ke dalam naskah lengkap (full text) terhadap karya akhir
mahasiswa seperti skripsi, tesis, dan disertasi. Perpustakaan sering dihadapkan pada
ketidakjelasan peran dalam kewenangan membuka akses ke sumberdaya informasi
elektronik yang dimiliki. Hal ini menyebabkan perpustakaan tidak dapat
menampilkan atau cenderung membatasi akses ke sumberdaya informasi elektronik
kepada penggunanya.
6. Kurangnya pemahaman pustakawan dan pengguna perpustakaan tentang “Common
Creative” yang dapat dijadikan dasar kebijakan sebagai pilihan lisensi untuk melakukan
publikasi, distribusi, penggunaan, dan penggunaan kembali sebuah karya atau tulisan.
7. Kontribusi Pustakawan
Berbagai permasalahan yang menjadi kendala kurang berkembangnya layanan
konten OA di Indonesia seperti yang telah disebutkan di atas hendaknya menjadi cambuk
bagi pustakawan untuk dapat mengatasinya. Pustakawan sebagai pengelola informasi perlu
mengetahui dan mengikuti perkembangan terbaru mengenai berbagai hal yang terkait
dengan isu gerakan OA. Perkembangan gerakan OA hendaknya menjadi angin segar bagi
pustakawan untuk lebih maju dan lebih profesional dalam mengelola sumberdaya informasi
elektronik yang dimilikinya sebagai konten OA di perpustakaan.

9

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam

Era OA membuka peluang bagi pustakawan untuk dapat mewujudkan kiprahnya
secara lebih nyata dalam memberikan layanan informasi kepada pengguna secara lebih luas
lagi. Terkait dengan gerakan OA maka sikap pustakawan diharapkan juga pro OA. Artinya,
pustakawan sebagai penyedia sumberdaya informasi di perpustakaan harus senantiasa pro
aktif untuk menyediakan dan mengembangkan konten OA pada sumberdaya informasi
elektronik yang dimilikinya. Adanya konten OA pasti akan mengubah cara pengguna dalam
menelusur informasi yang dibutuhkannya yaitu secara online.
Beberapa kontribusi yang dapat diberikan oleh pustakawan dalam pengembangan
layanan konten OA di perpustakaan misalnya:
1) Melakukan re-organisasi perpustakaan.
Organisasi perpustakaan harus dapat mengakomodir semua kegiatan-kegiatan yang
mendukung pengembangan layanan konten OA. Jika perpustakaan sebelumnya sudah
memiliki 3 bagian penting dalam struktur organisasinya yaitu: 1) Bagian Pengadaan
Koleksi, 2) Bagian Pengolahan Koleksi, dan 3) Bagian Pelayanan Informasi, maka untuk
pengembangan konten OA perlu ditambah yaitu 4) Bagian Pengembangan Sumberdaya
Informasi Elektronik, 5) Bagian Manajemen Sumberdaya Informasi Elekronik yang
tugasnya antara lain melakukan perencanaan, pengadaan, pengolahan, pengawasan,
evaluasi hingga pemeliharaan sumberdaya informasi elektronik.
2) Melakukan pengembangan sistem teknologi informasi.
Pengembangan konten OA mengharuskan perpustakaan memiliki sistem teknologi
informasi yang canggih, handal, aman dan mampu menampung semua aktivitas yang
diperlukan, baik oleh pustakawan (seperti pembuatan report) maupun oleh pengguna
perpustakaan (seperti melakukan penelusuran informasi sesuai dengan kebutuhannya).
Oleh karena itu sistem teknologi informasi perpustakaan harus dapat bertransformasi
dari yang sebelumnya hanya digital ke web-based, karena konten OA sepenuhnya hanya
dapat ditelusur secara online (web).
3) Mengkaji peran penting Open Access Librarian
Keberadaan Open Access Librarian sama pentingnya dengan infrastruktur teknologi
informasi pendukung gerakan OA. Pengembangan sumberdaya informasi elektronik

10

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam

sebagai konten OA tidak akan ada artinya apabila tidak ada pustakawan yang proaktif
dalam melakukan sosialisasi, advokasi, dan promosi, untuk meningkatkan keterpakaian
konten OA serta pemanfaatannya secara baik dan benar. Zuntriana (2013: 76) dalam
tulisannya mengatakan: “Pada perpustakaan perguruan tinggi peran penting OA Librarian
ini akan lebih nyata lagi yaitu bagaimana OA Librarian mampu mengenalkan fungsi
repositori pada sivitas akademika, mengajarkan literasi informasi, serta ikut serta dalam
upaya pencegahan plagiarisme”.
Lebih lanjut Zuntriana mengatakan (2013: 78): “tugas seorang OA Librarian adalah
mengenalkan dan mengadvokasi OA kepada sivitas akademika. Kuncinya adalah dengan
membangun academic liaisonship dengan para dosen dan mahasiswa. Academic
liaisonship bisa diartikan dengan hubungan dan kerjasama terkait dengan proses
perkuliahan dan kegiatan mahasiswa serta dosen. Dalam prakteknya OA Librarian
berperan untuk meyakinkan para dosen dan mahasiswa agar bersedia berkontribusi
dalam repository institusi”.
4) Melakukan perubahan pola kerja pustakawan.
Pada perpustakaan konvensional, pola kerja pustakawan pada umumnya adalah bertatap
muka atau berinteraksi secara langsung dengan pengguna, bersikap menunggu pengguna
yang hadir secara fisik ke perpustakaan sesuai dengan jam buka pelayanan perpustakaan.
Pada perpustakaan digital atau berkonsep web-based, pola kerja pustakawan yang
konvensional harus dirubah. Semua pekerjaan dikendalikan oleh pengendali otomatis.
Cara melakukan pekerjaan juga mengalami perkembangan seperti melakukan negosiasi
dengan vendor-vendor e-resources, menangani pengadaan, melakukan pengolahan,
pengawasan, evaluasi, hingga pekerjaan melakukan evaluasi secara terus menerus
terhadap pemanfaatan sumberdaya informasi elektronik oleh pengguna.
8. Penutup
Sekarang bukan jamannya lagi mencari-cari buku dari katalog kusam di
perpustakaan. Kemajuan Teknologi Informasi (TI) di bidang perpustakaan telah banyak
digunakan untuk memudahkan para pengguna perpustakaan menemukan buku favoritnya.
Dengan hanya mengetik judul buku atau nama pengarang pada layar komputer, informasi
mengenai posisi serta keberadaan buku yang kita cari pun akan segera tersaji di layar
komputer. Lebih dahsyat lagi dengan hanya mengetik sebuah kata kunci dari artikel yang

11

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam

dicari pada layar komputer, akan ditemukan ribuan tulisan dari berbagai belahan dunia dan
dapat diakses secara terbuka dan gratis.
Penyediaan sumberdaya informasi elektronik sangat diperlukan sebagai pelengkap
bagi sumberdaya informasi cetak yang dimiliki oleh perpustakaan. Idealnya, setiap
perpustakaan dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk mendukung
pengelolaan sumberdaya informasi elektronik, sehingga pengguna dapat menikmati
berbagai kemudahan dan kenyamanan dalam proses temu kembali informasi yang
dibutuhkannya.
Secara umum, jika penyediaan sumberdaya informasi elektronik sebagai upaya
dalam mengembangkan

layanan konten OA terus dikembangkan

di perpustakaan-

perpustakaan negara berkembang seperti di Indonesia, maka peluang masyarakat untuk
dapat mengakses sumberdaya informasi elektronik ilmiah akan semakin besar. Dengan
demikian masyarakat akan dapat mengakses artikel-artikel ilmiah hasil penelitian dari para
ilmuwan secara gratis.
Untuk meningkatkan nilainya, perpustakaan harus dapat memfasilitasi dan
berpartisipasi aktif dalam membuka akses bagi pengguna ke berbagai sumberdaya informasi
elektronik yang terbuka dan gratis yang ada di seluruh dunia. Selain itu peran aktif
pustakawan sangat diperlukan dalam upaya melakukan melakukan sosialisasi, advokasi, dan
promosi mengenai konten OA agar dapat dimanfaatkan dengan baik dan benar. Dengan
demikian pustakawan dapat mendukung keberhasilan gerakan OA di dunia, khususnya di
Indonesia.

12

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam

Daftar Referensi
1. Karim, Al Muhdil. 2015. Perpustakaan Digital Serta Perannya Dalam Masyarakat
Informasi Serta Isu Isu yang Terkait di Indonesia.
Sumber : http://www.academia.edu/9207570. Akses tanggal : 19 Maret 2015.
2. Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital Dari A Sampai Z. Jakarta: Karyakarsa
Mandiri.
3. Siregar, A. Ridwan. 2012. Open Access dan Perkembangannya di Indonesia. Makalah
seminar. Medan: Universitas Sumatera Utara.
4. Surachman, Arif. 2015. Pengembangan E-Resources: Salah Satu Upaya Membangun
Perpustakaan Digital.
Sumber : http://www.academia.edu. Akses tanggal 8 April 2015.
5. Zuntriana, Ari. 2013. Open Access Librarian: Mengkaji Peran Aktif Pustakawan Perguruan
Tinggi Dalam Gerakan Open Access. Dalam buku Perpustakaan Indonesia Menghadapi
Era Open Access. Penyunting Janti G. Sujana dan B. Mustafa. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.

13

MURNIATY: Penyediaan Sumberdaya Informasi Elektronik:
Mengembangkan Layanan Konten Open Access di Perpustakaan.

Upaya

Pustakawan

Dalam