Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Efektivitas

2.1.1

Pengertian efektivitas
Efektivitas adalah suatu kosa kata dalam bahasa Indonesia yang berasal

dari baha inggris “efektive” yang berarti berhasil, ditaati, mengesankan dan
manjur. Efektivitas (berjenis kata benda) berasal dari kata dasar efektif (kata
sifat).
Dalam mengukur efektivitas suatu aktivitas perlu diperhatikan beberapa
indicator, yaitu :
1. Kualitas
2. Kuantitas’
3. Dampak
4. Waktu (Sutrisno 2007:125-126)

Dalam pencapaian tujuan menyeluruh ada beberapa pandangan mengenai
efektivitas, ada yang menyebut efektivitas merupakan unsur pokok untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap oganisasi.
Efektivitas juga disebut efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah
diteentukan

sebelumnya.

Hal

ini

sesuai

dengan

pendapat

Soewarno


Haandayaningrat yang mengatakan efektivitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Maka efektivitas
menekankan bagaimana menemukan sebuah model pelayanan, tujuan pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

atau target yang benar untuk dilakukan sehingga tujuan akhir dapat tercapai lebih
maksimal.
Melihat konsep kesejahteraan sosial ternyata masalah-masalah sosial
begitu berat dan menganggu perkembangan masyarakat sehingga diperlukan
sistem pelayanan sosial yang lebih teratur. Dengan kata lain bahwa pelayanan
sosial diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan
fungsi sosial individu, kelompok, ataupun masyarakat.

2.2

Model

2.2.1


Pengertian Model
Model dapat diartikan sebagai acuan yang menjadi dasar atau rujukan dari

suatu hal tertentu. Menurut Marx model merupakan sebuah keterangan secara
terkonsep yang dipakai sebagai saran atau referensi untuk melanjutkan penelitian
empiris yang membahas suatu masalah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) model adalah pola dari
sebuah hal yang ingin diteliti atau dijelaskan yang pada akhirnya akan dapat
mewakili sebuah objek yang diteliti secara keseluruhan.
Model adalah kaidah umum yang menggambarkan suatu pernyataan dari
fenomena objek penelitian, yang dirumuskan dengan pernyataan sederhana secara
sistematis, atau dengan gambaran secara umum yang membuat unsur-unsur
sehingga membentuk suatu sistem. (parwadi, redatin:2012:15).
Dengan melihat model, orang, pembaca, praktisi secara cepat dapat
mengetahui berbagai unsur atau aspek yang diteliti. Model juga dapat dianggap

Universitas Sumatera Utara

sebagai teori jika diungkapkan sebagai suatu narasi atau pernyataan terhadap
sesuatu.


2.2.2

Pengembangan Model Pelayanan
Model Pelayanan adalah pengembangan terhadap jenis pelayanan sosial

yang diberikan, ada beberapa alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan
model pelayanan sosial diantaranya:
a) Pelayanan tersebut tidak ada
b) Pelayanan tersebut tidak efektif/efisien
c) Pelayanan yang diberikan sudah kadaluarsa
d) Terdapat model kebijkan atau model pelayanan baru
e) Tuntutan perkembangan yang dan teknologi yang baru
Pengembangan model pelayanan sosial dapat bersumber dari :
a) Literature
b) Hasil Pembahasan
c) Study banding
d) Dapat dilakukan langsung dengan melakukan praktik dip anti
Dalam pengembangan model pelayanan sosial, kegiatan hendaknya harus
dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kelayakan yang ada yaitu

kegiatan yang baru sama sekali, atau kegiatan yang sudah ada sebelumnya, selain
itu harus mempertimbangkan kemanfaatan yang artinya dapat merubah perilaku
klien kearah yang positif, mampu mengatasi masalah yang ada, mudah diikuti dan
dilaksanakan kelayakan yang ada. (http: konsep-pembangunan-model-pelayanansosial.2012.htm.diakses pada 03 oktober 2016 pukul 19.15 WIB).

Universitas Sumatera Utara

2.3

Pelayanan sosial

2.3.1

Pengertian Pelayanan Sosial
Salah satu sistem usaha kesejahteraan sosial adalah pelayanan sosial.

Pelayanan sosial dalam lingkup keejahteraan sosial dapat diartikan sebagai
berikut:
a) Pelayanan Sosial dalam arti luas adalah Pelayanan sosial yang mencakup
Fungsi Pengembangan termasuk dalam bidang pendidikan, kesehatan,

perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.
b) Pelayanan Sosial dalam arti sempit atau disebut juga Pelayanan
Kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan
kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak
terlantar, keluarga miskin, lanjut usia, cacat, tuna sosial dan sebagainya
(Muhidin,1984:76-77)
Pelayanan sosial pada hakekatnya dibuat untuk memberikan bantuan
kepada individu dan masyarakat untuk menghadapi permasalahan-permasalahan
yang semakin rumit. Pelayanan adalah usaha untuk memberikan bantuan atau
pertolongan kepada orang lain baik dalam bentuk bentu materi ataupun non materi
agar orang lain dapat mengatasi masalahnya sendiri (Suparlan,1983).
Menurut Kemensos RI Nomor 4/PRS-3/KPTS/2007 tentang Pelayanan
Sosial Lansia dalam Panti (2007:5), pelayanan sosial adalah proses pemberian
bantuan yang dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan untuk memenuhi
kebutuhan lansia, sehingga yang bersangkutan mampu melaksanakan fungsi
sosialnya.

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan pelayanan sosial mencakup adanya perbuatan yang aktif

antara pemberi dan penerima. Bahwa untuk mencapai sasaran sebaik mungkin
maka pelaksanaan pelayanan sosial mempergunakan sumber-sumber tersedia
sehingga benar-benar efisien dan tepat guna. Sehubungan dengan itu maka dalam
konsepsi sosial service delivery, sasaran utama adalah si penerima bantuan
(beneficiary

group).

(http:

//psychologymania.

com/2012/11/pengertian-

pelayanan sosial. Diakses pada tanggal 26 september 2016 pukul 14.45 WIB ).
Secara umum kualitas dan kuantitas daripada pelayanan sosial akan
berbeda-beda dengan tingkat perkembangan dan kemakmuran suatu Negara dan
juga sesuai dengan faktor sosiokultural dan juga politik yang menentukan masalah
prioritas pelayanan. Semakin tersebarnya dan dipraktekkan secara universal
pelayanan sosial, maka pelayanan sosial cenderung menjadi pelayanan yang

ditujakan kepada golongan masyarakat yang membutuhkan pertolongan dan
perlindungan khusus. (Muhidin, 1984: 78).

Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Klasifikasi dan Fungsi Pelayanan Sosial.
Jenis pelayanan yang dikembangkan pada setiap Negara tergantung atau

situasi yang ada, pada sumber yang tersedia serta kerangka budaya dan politik
Negara tersebut, tetapi pada umumnya pelayanan sosial yang dikembangkan dan
diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Kesejahteraan keluarga
b) Pelayanan pendidikan orang tua
c) Pelayanan penitipan bayi dan anak
d) Pelayanan kesejahteraan anak
e) Pelayanan-pelayanan lanjut usia
f) Pelayanan rehabilitasi bagi penderita cacat dan pelanggar hukum
g) Pelayanan bagi migran dan pengungsi

h) Pekerjaan sosial medis
i) Pusat-pusat pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat
j) Pelayanan sosial yang berhubungan dengan proyek-proyek perumahan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjelaskan fungsi-fungsi pelayanan
sosial sebagai berikut :
a) Perbaikan secara progresif dari pada kondisi-kondisi kehidupan orang
b) Pengembangan terhadap perubahan sosial dan penyesuaian diri
c) Penggerakan dan Penciptaan sumber-sumber komunitas untuk tujuantujuan pembangunan
d) Penyediaan struktur-struktur institusional untuk pelayanan-pelayanan yang
terorganisir lainnya (Soetarso,1981:41)

Universitas Sumatera Utara

(Richard, dalam Muhidin, 1984; 79) mengemukakan fungsi Pelayanan
Sosial ditinjau dari persepektif masyarakat sebagai berikut :
a) Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk
lebih meningkatkan individu kelompok dan masyarakat untuk masa
sekarang dan untuk masa yang akan datang.
b) Pelayanan-pelayanan


atau

keuntungan-keuntungan

yang

diciptakan

sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan
sosial
c) Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk
melindungi masyarakat.
d) Pelayanan-pelayanan

atau

keuntungan-keuntungan

yang


diciptakan

sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat
pelayanan sosial.
Alfred J.Khan menyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial adalah :
a) Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan, dimana dimaksud
untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri seorang Penyandang
masalah sosial melalui program-program pemeliharaan, pendidikan, dan
pengembangan.
b) Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi
mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang,
baik secara individual maupun dalam kelompok atau keluarga dan
masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya.

Universitas Sumatera Utara

c) Pelayanan akses
Fungsi tambahan dari pelayanan sosial adalah menciptakan pertisipasi
anggota masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah sosial, tujuannya
dapat berupa terapi individual dan sosial (memberikan rasa kepercayaan
diri), dan untuk mengatasi hambatan-hambatan sosial dalam pembagian
politis yaitu untuk mendistribusikan sumber-sumber kekuasaan.

2.3.3

Program-Program Pelayanan Sosial
Program-program pelayanan sosial merupakan bagian dari intervensi

kesejahteraan sosial. Pelayanan-pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau
intervensi yang dilaksanakan secara individu, langsung dan terorganisir yang
bertujuan membantu individu, kelompok, dan lingkungan sosial dalam upaya
penyesuaian diri. Bentuk-bentuk Pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya
adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan Akses dimana pelayanan ini mencakup pelayanan informasi,
rujukan pemerintah, nasehat dan pasrtisipasi. Tujuannya membantu orang
agar dapat mencapai atau menggunakan pelayanan yang tersedia.
b. Pelayanan Terapi, dimana pelayanan ini mencakup pertolongan dalam
bentuk terapi dan rehabilitasi, termasuk didalamnya perlindungan dan
perawatan, misalnya pelayanan yang diberikan oleh badan-badan yang
menyediakan konseling, pelayanan kesejahteraan anak, pelayanan
kesejahteraan sosial mendidik, perawatan bagi orang-orang lanjut usia.
c. Pelayanan Sosialisasi dan pengembangan Misalnya taman penitipan bayi
dan anak, Keluarga berencana, penitipan jompo, pendidikan keluarga,

Universitas Sumatera Utara

pelayanan reaksi bagi pemuda dan masyarakat yang dipusatkan atau
community centre (Nurdin,1989:50).

2.3.4

Dasar-Dasar Pelayanan Sosial
Panti sosial dalam Undang-Undang Nomor

11 tahun 2009 tentang

kesejahteraan sosial disebut sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yaitu
Organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial yang dibentuk oleh masyarakat baik berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum.
Panti Sosial atau Lembaga kesejahteraan sosial memiliki posisi strategis,
karena memiliki tugas dan tanggung jawab yang mencakup 4 kategori, yaitu:
1. Mencegah timbulnya permasalahan sosial penyandang masalah dengan
melakukan deteksi dan pencegahan sedini mungkin.
2. Rehabilitasi sosial untuk memulihkan rasa percaya diri dan tanggung
jawab terhadap diri sendiri dan keluargnya, meningkatkan kemampuan
kerja fisik dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung
kemandiriannya di masyarakat
3. Mengembalikan

Penyandang

Masalah

Kesejahteraan

Sosial

ke

masyarakat melalui persiapan sosial, penyiapan masyarakat agar mengerti
dan mau menerima kehadiran mereka kembali, serta membantu
penyaluran mereka ke berbagai sektor kerja dan usaha produktif.
4. Pengembangan Individu dan keluarga seperti mendorong peningkatan
taraf kesejahteraan pribadinya, meningkatkan rasa tanggung jawab sosial
untuk berpartisipasi aktif ditengah masyarakat, mendorong partisipasi

Universitas Sumatera Utara

masyarakat untuk menciptakan iklim yang mendukung pemulihan,
perlindungan, dan memfasilitasi dukungan psikososial dari keluarganya.
Panti sosial sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, dalam
melaksanakan kegiatannya terikat dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan panti
sosial dalam praktek pekerjaan sosial, yaitu :
a) Mengacu pada rambu-rambu hukum yang berlaku.
b) Memberikan kesempatan yang sama kepada mereka yang membutuhkan
untuk mendapatkan pelayanan.
c) Mengahargai dan memberi perhatian kepada setiap klien dalam kapasitas
sebagai individu sekaligus juga sebagai anggota masyarakat.
d) Menyelengarakan pelayanan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan
secara terpadu antara profesi pekerjaan sosial dengan profesi lainnya yang
berkesinambungan.
e) Menyelenggarakan fungsi pelayanan kesejahteraan sosial yang bersifat
pencegahan,

perlindungan,

pelayanan,

dan

rehabilitasi

serta

pengembangan.
f) Menyediakan pelayanan kesejahteraan sosial berdasarkan kebutuhan klien
guna meningkatkan fungsi sosialnya.
g) Memberikan kesempatan kepada klien untuk berpartisipasi secara aktif
dalam usaha-usaha pertolongan yang diberikan
h) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial
kepada Pemerintah atau masyarakat.
Pada bulan februari 1998 telah dibentuk Lembaga Kesejahteraan Lanjut
Usia tingkat pusat yang mempunyai tugas memberikan sumbangan pemikiran dan

Universitas Sumatera Utara

masukan pada pemerintah untuk perumusan dan penetapan kebijaksanaan upaya
pelembagaan usia lanjut dalam kehidupan bangsa, sebagai wahana konsultasi
permasalahan sosial yang dihadapi para lanjut usia sebagai lembaga pembinaan
kesejahteraan lanjut usia dan sebagai wahana perlindungan bagi lanjut usia yang
mengalami tekanan, perlakuan salah ataupun tindakan kekerasan (Ihromi, 1999
:203).
Hal-hal yang telah dijelaskan diatas sebagai wujud tanggung jawab serta
bentuk perlindungan kepada lanjut usia dalam hal mencapai kesejahteraan
mereka, hal tersebut tentunya akan terwujud apabila setiap komponen seperti
pihak Pemerintahan dan masyarakat ikut serta melaksanakan serta memahami
bagaimana mengelola program dalam sebuah panti sesuai dengan standar
pelayanan sosial .

2.4

Lanjut Usia

2.4.1

Pengertian Lanjut Usia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari kata lanjut usia adalah

sudah berumur tua. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia pada
Bab I Pasal 1 Ayat 3, istilah lansia diartikan sebagai berikut: “Lanjut Usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.
Lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh
pada seluruh aspek kehidupan sosial termasuk kesehatannya.

Universitas Sumatera Utara

Lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan, dimana pada tahap ini
biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ
tubuhnya, serta proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi (constantinides, 1998).
Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir pada daur kehidupan manusia,
sedangkan menurut pasal 1 ayat (2),(3),(4) Undang-Undang nomor 13 tahun 1998
tentang kesehatan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,2008).
Menurut

Rita

Eka

Izzaty,

dkk

dalam bukunya

yang

berjudul

perkembangan peserta didik (2008:165) mengungkapkan bahwa seorang manusia
yang sudah lansia bukan berarti bebas dari tugas-tugas perkembangan. Tugas
perkembangan yang harus diselesaikan adalah tugas yang sesuai dengan tahapan
usianya.
Tugas-tugas perkembangan itu adalah:
1) Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
2) Menyesuaikan diri dengan kemunduran dan berkurangnya pendapatan
3) Menyesuaikan diri atas kematian pasangannya
4) Menjadi anggota kelompok sebaya
5) Mengikuti pertemuan-pertemuan sosial dan kewajiban-kewajiban sebagai
warga

negara

6) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
7) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel

Universitas Sumatera Utara

Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan menjadi tahap
lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Lansia merupakan keadaan yang
ditandai oleh kegagalan sesesorang untu mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Efendy,2011).
Penetapan usia 65 tahun ketas sebagai awal masa lanjut usia dimulai pada
abad ke-19 di Negara jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk
kategori lansia, namun banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada
pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak
keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia.setiap orang menua dengan cara
yang berbeda-beda berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia unik,
oleh karena itu dalam proses pembinaannya harus mampu memberikan
pendekatan yang berbeda anatara satu lansia dengan yang lainnya (Potter &
zperry, 2009).

2.4.2

Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut pendapat beberapa ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan

umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut :
a) Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 ayat
2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun keatas.

Universitas Sumatera Utara

b) Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat criteria berikut :usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun.
c) Menurut Yaumil Agoes Achir (Psikologi UI) mengatakan lanjut usia
sebagai seseorang yang digolongkan ke usia lanjut yang berpedoman pada
usia kalendernya, dan lazimnya bila dia menginjak usia 50-60 tahun, akan
tetapi setiap orang mengira dirinya sudah menjadi tua tergantung dengan
situasi dan kondisi yang ada pada dirinya seperti kondisi tubuh dan
psikologinya.
d) Menurut Prof.Dr.Koesoemanto Setyonegoro masa lanjut usia lebih dari
65-70 tahun, dimana masa lanjut usia tersebut dibagi kedalam 3 batasan
yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old (> 80
tahun). (Efendi,2009).
Lebih rinci batasan penduduk lanjut usia dapat dilihat dari aspek-aspek
bilogi,ekonomi,sosial dan usia atau batasan usia.
a) Aspek biologi
Penduduk lanjut usia ditinjau dari aspek biologi adalah penduduk yang
telah menjalani proses penuaan,dalam arti menurunnya daya tahan fisik yang
ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit
yang dapat menyebabkan kematian.
b) Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk lansia dipandang lebih
sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua

Universitas Sumatera Utara

dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang
oleh generasi yang lebih muda.
c) Aspek Sosial
Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan kelompok sosial
tersendiri. Di Negara barat, penduduk lansia menduduki strata sosial bawah
kaum muda. Di masyarakat tradisional Asia seperti Indonesia, penduduk
lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh
masyarakatnya, namun hal tersebut semakin lama semakin pudar di Indonesia.

d) Aspek Umur
Dari ketiga aspek diatas, pendekatan umur atau usia adalah yang paling
memungkinkan untuk mendefenisikan penduduk lanjut usia. (Notoatmodjo, 2007:
280-281).

2.4.3

Kebutuhan Lanjut Usia
Memasuki usia lanjut dan bahagia adalah merupakan idaman bagi setiap

orang. (Siti,dalam Sri Salmah,2010:30) mengemukakan kebahagiaan usia lanjut
akan terwujud apabila telah terjadi keseimbangan antara kebutuhan individu
dengan keadaan atau situasi yang ada dan setiap saat akan berubah.
Kebahagiaan dapat terwujud apabila:
1) Adanya rasa kepuasan dalam hidupnya
2) Bagaimana sikap seseorang dalam menghadapi permasalahan hidupnya
3) Banyaknya kegiatan atau aktivitas yang dilakukan sehingga dalam usia
lanjut tidak merasa kesepian.

Universitas Sumatera Utara

4) Komposisi sosial, bagaimana lanjut usia bisa berintegrasi dengan keluarga
dan lingkungan sosial
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia, lansia mempunyai
kebutuhan yang meliputi:
1) Kebutuhan fisik, meliputi rumah/tempat tinggal, kesehatan dan makanan,
pakaian, alat-alat bantu, dan pemakaman.
2) Kebutuhan psikis/kejiwaan, mencakup kebutuhan rasa aman dan damai,
kebutuhan berinteraksi dan mendapatkan dukungan dari orang lain, berprestasi
dan berekspresi serta memperoleh penerimaan dan pengakuan.
3) Kebutuhan mental spiritual, berkaitan dengan aspek keagamaan dan
kepercayaan dalam kehidupan termasuk menghadapi kematian.
4) Kebutuhan ekonomi, terutama bagi lansia yang tidak mampu baik lansia
potensial maupun lansia tidak potensial, sehingga perlu dibantu dalam hal
memenuhi kebutuhan hidupnya.
5) Kebutuhan bantuan hukum, bagi lansia yang menjadi korban pemerasan,
penipuan, penganiayaan, dan tindak kekerasan. (Standarisasi Pelayanan Sosial
Lansia Luar Panti, 2009:9-10)
Tidak semua lansia dapat hidup secara layak dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, namun banyak para lansia yang karena kondisi sosial ekonomi keluarga
atau sebab-sebab lain mereka mengalami keterlantaran dalam hidupnya, terutama
dalam bidang:
1) Kebutuhan jasmani, yang meliputi :
a) Kurang terpenuhinya kebutuhan pokok secara layak

Universitas Sumatera Utara

b) Kurang terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan pemeliharaan diri yang
tidak baik
c) Tidak adanya pengisian waktu luang
2) Kebutuhan rohani
a) Tidak adanya pemenuhan kebutuhan psikis berupa kasih sayang dalam
keluarga maupun masyarakat disekitar lingkungannya
b) Tidak adanya gairah hidup dan selalu merasa khawatir menghadapi sisa
hidupnya
3) Kebutuhan sosial
a) Tidak adanya pemenuhan kebutuhan sosial yakni tidak adanya hubungan
baik dengan keluarga
b) Tidak adanya hubungan baik dari masyarakat dan lingkungan sekitar di
tempat tinggalnya. (Sri Salmah,2010:18)
Bagi lansia yang mengalami keterlantaran inilah yang perlu mendapat
pertolongan dan uluran tangan dari pihak luar, masyarakat, dan pemerintah agar
mereka dapat menikmati kesejahteraan lahir batin di sisa hidupnya.

2.4.4

Harapan Hidup Usia Lanjut
Kebanyakan orang-orang dalam pencapaian rata-rata umur mereka lebih

pendek dari pada maksimum rentang hidupnya. contohnya

rata-rata harapan

hidup di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat yang menempatkan
Indonesia pada urutan ketiga yang memiliki populasi lanjut usia terbesar di dunia,
kemudian di Indonesia sendiri terdapat di Yogyakarta dengan jumlah 13,72% dari
penduduknya. Harapan hidup tertinggi juga ada di Yogyakarta yaitu 65,8 tahun

Universitas Sumatera Utara

untuk laki-laki dan 69,5 tahun untuk perempuan (Wara K.2003). Sementara itu di
Amerika pada tahun 1800an rata-rata umur harapan hidup 36 tahun, namun kini
pada tahun 2016 harapan hidup untuk penduduk laki-laki 76 tahun sedangkan
penduduk perempuan 83 tahun. Dengan meningkatnya perawatan kesehatan, ratarata umur harapan hidup akan bergerak mendekati umur maksimum dalam
rentang hidupnya.
Penurunan fisik merupakan gejala alamiah yang tidak dapat dicegah
kehadirannya. Semua sel di dalam tubuh akan mengalami pergantian, yang harus
diganti dengan yang baru. Pergantian jaringan ini lebih cepat disbanding yang
terjadi pada usia lanjut.
Kemunduran akibat proses menua bila dihambat apabila semua organ tetap
dalam kondisi aktif atau diaktifkan. Mengingat tubuh memiliki kemampuan
penyesuaian yang tinggi terhadap kemunduran ini ,maka diperlukan latihan fisik
atau olahraga untuk tetap aktif dan sehat. Usia lanjut melakukan berbagai kegiatan
sesuai dengan kondisinya sebagai perwujudan bahwa usia lanjut tetap aktif dan
berkarya. Mereka secara mandiri dan berkelompok menciptakan berbagai
kegiatan yang dibutuhkan, dimana-mana terdengar adanya berbagai kegiatan yang
diadakan oleh para lanjut usia seperti : senam, ceramah kesehatan, arisan, kegiatan
kesenian, keagamaan dan sebagainya kegiatan yang tumbuh dari ide kreatif
mereka

sendiri.

Usia

lanjut

ternyata

kreatif

dalam

berupaya

untuk

memberdayakan dirinya guna memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
Umur seseorang memang tidak ada yang mengetahuinya kapan seseorang
tersebut akan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, namun ada suatu hasil
pengukuran yang diperoleh dengan serangkaian hitungan yang disebut dengan

Universitas Sumatera Utara

harapan hidup rata-rata. Bahwa harapan hidup rata-rata perempuan lebih panjang
4-7 tahun daripada laki-laki yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
kecenderungan yang lebih besar untuk lebih peduli atau memelihara dirinya
sendiri dan berusaha mencari pengobatan, mendapat dukungan sosial yang lebih
besar terutama lanjut usia perempuan yang lebih tua, dan memiliki kerentanan
biologis daripada laki-laki sepanjang hidup. Laki-laki memiliki tingkat kematian
yang lebih tinggi dari pada perempuan pada masa bayi, selanjutnya usia belasan
tahun dan usia muda pada laki-laki lebih banyak meninggal karena AIDS atau
kecelakaan, usia petengahan dan lanjut usia laki-laki lebih banyak meninggal
karena sakit jantung daripada perempuan. Problem kesehatan pada perempan
cenderung penyakit long term, kondisi tidak mampu, laki-laki cenderung penyakit
short term, penyakit fatal.
(Santrock,1997 :528-530) menyatakan bahwa lebih panjangnya umur
perempuan daripada laki-laki dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti: sikap
terhadap kesehatan, kebiasaan, gaya hidup, dan pekerjaan, misalnya :laki-laki
lebih banyak meninggal dari pada perempuan di Amerika karena kanker sistem
pernapasan, kecelakaan berkendaraan motor, bunuh diri, penyakit lever, penyakit
paru-paru dan lain-lain. Penyakit tersebut kebanyakan berhubungan dengan gaya
hidup seseorang seperti penyakit paru-paru karena merokok. Disamping itu faktor
sosial, faktor biologis juga berpengaruh. Perempuan lebih mampu bertahan dari
infeksi dan penyakit degenerative daripada laki-laki.
Kramarow (dalam papalia, 2001) perbedaan gender dalam hal harapan
hidup menunjukkan di abad ke-20 ini perempuan lebih berumur panjang rasio 3
dengan 2, dan penyebaran ini meningkat dengan tingginya usia. Selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

perempuan usia lanjut dengan status janda lebih banyak dari pada laki-laki status
duda, mereka tetap bertahan untuk tidak menikah, lain halnya dengan laki-laki,
kaum lansia laki-laki juga memiliki tingkat kesehatan yang rendah dan lebih
sedikit waktu untuk hidup aktif dan bebas.

2.4.5

Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia terdiri atas 5 bagian menurut Departemen Kesehatan

Republik Indonesia dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri atas:
1. Pra lansia (prasenelis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia adalah ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih.
4. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
yang dapat menghasilkan barang dan jasa.
5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mancari
nafkah,sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Klasifikasi Populasi Lanjut Usia
55-65 tahun

Older population

65-74 tahun

The elderly

75-84 tahun

The aged

85 tahun keatas

The extreme aged

Atau
60-74 tahun

The young-old

75-84 tahun

The middle-old

Universitas Sumatera Utara

85 tahun keatas

The old-old

Source :G.Wold,Basic Geriatric Nursing (St.Louis:Mosby year book:2003)

2.4.6

Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), Lansia memiliki Karakteristik sebagai

berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UndangUndang no 13 tentang Kesehatan)
2. Memiliki kebutuhan dan masalah yang bervariasi

dari rentang sehat

sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual serta dari
kondisi adaptif.
3. Memiliki lingkungan tempat tinggal yang bervariasi juga (Maryam
dkk,2008).

2.4.7

Tipe Lansia
Terdapat beberapa tipe lansia tergantung kepada karakter, pengalaman

hidup lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho,2000)
dalam maryam dkk,2008), tipe lansia dijelaskan sebagai berikut :
a) Tipe lansia bijaksana, Lansia ini kaya akan hikmah, pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,
dan menjadi panutan.

Universitas Sumatera Utara

b) Tipe mandiri, lansia tipe ini mengganti kegiatan yang hilang dengan yang
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman.
c) Tipe tidak puas, tipe ini memiliki konflik yang rentan, menentang proses
penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
d) Tipe pasrah, tipe ini menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama, dan melakukan semua pekerjaan dengan keadaan pasrah.
e) Tipe bingung, tipe ini lebih sering merasa kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lainnya yaitu tipe optimis, tipe konstruktif (membangun), tipe
ketergantungan, tipe bertahan, tipe militant dan serius, tipe pemarah atau frustasi
(kecewa akibat kegagalan dalam mengerjakan suatu hal), serta tipe putus asa
(benci pada diri sendiri).

2.4.8

Proses Penuaan
Keadaan penuaan adalah hal yang normal dengan perubahan fisik dan

tingkah laku yang dapat dipastikan akan terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai tahap perkembangan kronologis tertentu. Hal tersebut
merupakan fenomena yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di
dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem (Stanley,2006).
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh, sebagai akibatnya tuubuh juga akan mengalami

Universitas Sumatera Utara

penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Hal tersebutlah yang dikatakan sebagai
penuaan (maryam dkk,2008).
Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses
mengilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri
atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal,
ketahanan terhadap cidera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai
berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya
kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh
mulai mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas pada
usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki
fungsi fisiologis alat tubuh yang berbeda-beda, baik dalam hal pencapaian puncak
fungsi tersebut maupun saat mulai menurunnya. Secara Umum fungsi fisiologis
tubuh mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun, setelah mencapai puncak,
fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian
menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak,2009).
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara
biologis, sosial, mental maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang maka
kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher,2009). Oleh karena itu perlu
membantu individu lansia untuk menjaga harkat dan otonomi maksimal meskipun
dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan psikologis (Smeltzer, 2001).

Universitas Sumatera Utara

2.4.9

Teori-teori Penuaan
Maryam, dkk (2008), menjelaskan terdapat beberapa teori yang berkaitan

dengan proses penuaan yaitu:
1. Teori Biologis
Teori biologi mencakup teori genetic dan mutasi, immunology slow
theory, teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
a) Teori genetic dan mutasi
Proses menua terjadi secara terprogram secara genetic untuk spesiesspesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Pada teori biologi dikenal istilah “pemakaaian
dan perusakan” yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang
menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lemah.
b) Immunology slow theory
Menurut teori ini sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya
usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
c) Teori stress
Teori ini mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
d) Teori radikal bebas

Universitas Sumatera Utara

Teori menjelaskan bahwa radikal bebas ini terbentuk di alam bebas,
tidak stabilnya radikal bebas yang mengakibatkan oksidasi oksigen bahanbahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
e) Teori rantai silang
Teori ini menjelaskan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau using
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen sehingga
menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

2. Teori Psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula
dengan keaakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan
kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk
dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada
lingkungan, dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi
pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespon stimulus
sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
Pada teori ini juga dikaitkan dengan kemampuan belajar dimana adanya
penurunan dapat terjadi karena banyak hal. Selain keadaan fungsional organ otak,
kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun
dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan
keluarga.

Universitas Sumatera Utara

3. Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu
teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement
theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory),
teori perkembangan(development theory), dan teori stratifikasi usia (age
stratification theory).
a)

Teori interkasi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss
(1954),

Homans(1961),

dan

Blau(1964)

dalam

maryam

(2008)

mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum
pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons(1945),
mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi
sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar
kemampuannya untuk melakukan tukar-menukar.
Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga
menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa
hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
Pokok-pokok teori interaksi sosial adalah sebagai berikut :
1) Masyarakat terdiri atas actor-aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing
2) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan
biaya dan waktu.

Universitas Sumatera Utara

3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor harus
mengeluarkan biaya.
4) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah
terjadinya kerugian
5) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
b)

Teori Penarikan Diri
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal

dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961).
Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari
pergaulan di sekitarnya.
Selain hal tersebut, masyarakat juga perlu mempersiapkan kondisi
agar para lansia tidak menarik diri. Proses penuaan mengakibatkan
interaksi sosial lansia mulai menurun,baik secar kualitas maupun
kuantitas.
Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss),yaitu :
1. Kehilangan peran (loss of roles)
2. Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationships).
3. Berkurangnya komitmen(reduced commitment to social moralres
and values).
Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses
penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan
dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri
dalam menghadapi kematiannya.

Universitas Sumatera Utara

Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut :
1. Pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa
pension sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran
dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa
serta meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
2. Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini,
karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang,
sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.
3. Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang
terjadi sepanjang hidup. Proses ini tidak dapat dihindari serta hal
ini harus diterima oleh lansia dan masyarakat.
c)

Teori Aktivitas
Teori aktivitas dikembangan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al

(1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari
bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas
serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan
kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat
menurun, akan tetapi di lain sisi dapat dikembangkan, misalnya peran
baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT, sesorang duda
atau janda, serta karena ditinggal wafat pasangan hidupnya.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan
merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk
mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Moral dan kepuasaan berkaitan dengan interaksi sosial dan
keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
2. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasaan seorang lansia.
Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyusunan
kebijakan terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia untuk
berinteraksi sepenuhnya di masyarakat.
d)

Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus

kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa
gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah
meskipun ia telah menjadi lansia.
Menurut teori penarikan diri dan aktivitas, proses penuaan
merupakan suatu pergerakan dan proses searah, akan tetapi pada teori
kesinambungan merupakan pergerakan dan proses banyak arah, bergantung
dari bagaimana penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya.
Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut :
1. Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif
dalam proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya di
masa lalu, lansia harus memilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan.
2. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
3. Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk
beradaptasi.

Universitas Sumatera Utara

e)

Teori Perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah

dialamioleh lansia pada saat muda hingga dewasa. Erickson (1930)
membagi kehidupan lansia menjadi delapan fase, yaitu :
1. Lansia yang menerima apa adanya
2. Lansia yang takut mati
3. Lansia yang merasakan hidup penuh arti
4. Lansia yang menyesali diri
5. Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan
6. Lansia yang kehidupannya berhasil
7. Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri
8. Lansia

yang

perlu

menemukan

integritas

diri

melawan

keputusasaan (ego integrity vs despair).
Havighurst menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan selama
hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia, yaitu :
1. Penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis
2. Penyesuaian terhadap pension dan penurunan pendapatan
3. Menemukan makna kehidupan
4. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
5. Menemukan kepuasaan dalam hidup berkeluarga
6. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
7. Menerima dirinya sebagai seorang lansia.
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua
merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap

Universitas Sumatera Utara

berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negative.
akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang
diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
f)

Teori Stratifikasi Usia
Wiley

(1971)

dalam

maryam

menyusun

stratifikasi

usia

berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta membentuk
adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban dan hak mereka
berdasarkan usia.
Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut :
1. Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
2. Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
3. Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.
Keunggulan teori ini adalah bahwa pendekatan yang dilakukan
bersifat deterministic dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat
lansia secara kelompok dan bersifat makro setiap kelompok dapat ditinjau
dari sudut pandang demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia
lainnya.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk
menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat
kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok
etnik.

Universitas Sumatera Utara

g)

Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada

pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu
tentang arti kehidupan.
James

Fowler

mengungkapkan

tujuh

tahap

perkembangan

kepercayaan (wong,et.al,1999) meyakini bahwa kepercayaan/demensia
spiritual adalah suatu kekuatan yang member arti bagi kehidupan
seseorang.
Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk
pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir, menurutnya
kepercayaan adalah suatu fenomena timbale balik, yaitu suatu hubungan
aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu
keyakinan, cinta kasih, dan harapan.
Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang
dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan
pengetahuan. Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual
pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.

2.4.10 Permasalahan Lanjut Usia
Proses penuaan yang terjadi pada seseorang menimbulkan keadaan tidak
berdaya, kekuatan fisik dan mental yang mengalami kemunduran. Keadaan tidak
berdaya ini sedikit banyak menimbulkan ketergantungan, dimana ketergantungan
ini membutuhkan pertolongan dari pihak lain baik keluarga maupun masyarakat
yang bersifat moril maupun materil.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai manusia, orang lanjut usia mempunyai kebutuhan. Kebutuhan ini
mempunyai corak yang khas dan mendesak untuk dipenuhi. Bila ketergantungan
dan kebutuhan yang mendesak ini tidak diatasi atupun dipenuhi maka dapat
mengakibatkan terjadinya masalah bagi lanjut usia (sumarnugroho,1991:111).
Masalah yang dialami tersebut meliputi :
a. Masalah Kesehatan
Terjadinya kemunduran fungsi-fungsi fisik yang membawa dampak pada
kemunduran kesehatan dengan pola penyakit yang spesifik (Departemen
Sosial,1997:1).
b. Masalah Finansial
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sumber-sumber finansial orang
lanjut usia sangat terbatas bahkan secara ekonomi golongan lanjut usia
terlantar, terutama bagi mereka yang tidak terjangkau oleh jaminan atau
tunjangan pension.
c. Permasalahan Pekerjaan
Adanya keterbatasan kesempatan kerja bagi para lanjut usia sehingga para
lanjut usia yang tidak memiliki pekerjaan, hidup dan berada dalam
kemiskinan. Disamping itu juga karena keluarganya tidak mampu merawat
sehingga mereka menjadi terlantar (Departeman Sosial,1997:1).
Dalam suatu era dimana semakin meningkatnya penggunaan mesin dan
alat-alat teknologi baru, maka kecepatan mesin sangat menentukan hasil
produksi dan manusia harus berusaha menyesuaikan dengan tuntutan
mekanisme tersebut. dengan keadaan demikian, tenaga kerja muda lebih
banyak dibutuhkan dari pada tenaga tua karena kemampuannya untuk

Universitas Sumatera Utara

mengadakan adaptasi dengan kecepatan dan cara kerja mesin yang semakin
maju.
Kemampuan dan kecepatan tenaga kerja yang sudah tua cenderung
tetap/stabil atau sebaliknya menurun, sedangkan mesin selalu berubah-ubah
sesuai dengan hasil penemuan baru, sehingga tenaga kerja tua sukar atau
lambat sekali mengadakan adaptasi, tidak seperti tenaga kerja muda. Adanya
perubahan tatanan kehidupan masyarakat dari masyarakat agraris mengarah
kepada industry, cenderung menimbulkan pergeseran nilai sosial masyarakat
yang memberikan penghargaan dan penghormatan kepada para lanjt usia,
mengarah kepada tatanan kehidupan masyarakat yang kurang menghargai dan
menghormati lanjut usia, sehingga mereka tersisih dari kehidupan masyarakat
dan terlantar (Departemen Sosial,1997:2).
Untuk mengatasi hal-hal tersebut ada yang berpendapat bahwa sebaiknya
tenaga kerja tua ditarik dari sasaran kerja apabila telah mencapai masa pension
dan berlaku bagi semua tenaga kerja tanpa diskriminasi.
d. Kesiapan Pensiun
Kesiapan pensiun merupakan masalah individual, sehingga tidak mungkin
membuat kebijaksanaan yang berlaku untuk semua tenaga kerja. Beberapa
orang mungkin harus pension pada umur 50 tahun, beberapa orang umur 55
tahun, sedangkan yang lain pada umur 60 tahun, bahkan ada yang masih
produktif sampai umur 65 tahun.dalam hal ini banyak faktor yang harus
diperhitungkan seperti: kesehatan, persyaratan pekerjaan, satuan keluarga dan
sebagainya.
e. Masalah Kepribadian

Universitas Sumatera Utara

Setiap tahap dalam umur manusia mempunyai tuntutan sendiri, masa bayi,
kanak-kanak, remaja, dewasa, permulaan masa tua dan masa tua. Sebagai
Manusia pasti memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar untuk keseimbangan
emosional dan perasaan kecukupan atau kepuasan.
Berkurangnya integrasi dengan lingkungannya sebagai akibat dari
berkurangnya kegiatan sosial. Hal ini cenderung berpengaruh negative pada
kondisi sosial psikologis lanjut usia sehingga mereka merasa sudah tidak
diperlukan oleh masyarakat dan lingkungannya (Depertemen Sosial,1997:2).

2.5

Pelayanan sosial lanjut usia

2.5.1

Pengertian Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pelayanan sosial lanjut usia adalah proses pemberian bantuan yang

dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan
lanjut usia sehingga yang bersangkutan mampu melaksanakan fungsi sosialnya
(Departemen Sosial,2007:4)
Pelayanan Sosial lanjut usia terdiri atas :
a. Pelayanan Fisik
Pelayanan ini bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kondisi dan
keberfungsian fisik lanjut usia serta meningkatkan pemahaman dan partisipasi
lanjut usia dalam upaya pemeliharaan fisik dan kesehatan. Pelayanan
pemeliharaan fisik dan kesehatan dilaksanakan melalui :
1. Pelayanan makan dan gizi, yang bertujuan untuk menjaga terpenuhinya
kebutuhan fisik, nutrisi atau diet lanjut usia. Pelayanan ini terdiri dari

Universitas Sumatera Utara

penyediaan makan, pengaturan asupan makanan, konsultasi diet,
pemberian makanan tambahan
2. Pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk memantau serta menjaga
kondisi kesehatan lanjut usia. Pelayanan ini meliputi pelayanan promotif,
prepentif dan kuratif termasuk

didalamnya pelayanan pemeriksaan

kesehatan.
3. Pelayanan kebugaran, pelayanan ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada lanjut usia dalam melaksanakan aktivitas yang
bermanfaat bagi kesehatan fisik serta menjaga sarana kegiatan rekreatif.
Pelayanan kebugaran meliputi :
1). Penyelenggaraan senam kesehatan yang bersifat khusus seperti senam
jantung dan darah tinggi
2). Penyediaan fasilitas olahraga yang sesuai dengan kebutuhan lanjut
usia.
b. Pelayanan Pendidikan
Tujuan pendidikan tidak hanya masa sekarang tetapi juga untuk masa
depan, sehingga pada saat seseorang menjadi tua, ia dapat menikmati hasil
pendidikannya, saat seseorang menginjak usia tua, ia memerlukan suatu
proses belajar untuk menyesuaikan dengan proses ketuuaan, permasalahan dan
kebutuhan-kebutuhannya. Pelayanan pendidikan dibutuhkan bagi orang-orang
yang berusia lanjut terutama yang masa aktif dalam lapangan kerja
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan teknologi, sehingga mereka
tetap dapat berpartisipasi pada lapangan pekerjaannya.
c. Pelayanan Perumahan

Universitas Sumatera Utara

Perumahan juga merupakan masalah bagi lansia walaupun orang tua telah
mempunyai rumah sendiri, mungkin datang suatu saat untuk memutuskan,
apakah mereka akan pindah ke tempat baru atau meninggalkan rumahnya dan
tinggal bersama anak mereka, atau kemungkinan meereka hidup didalam panti
yang khusus disediakan untuk orang lanjut usia. Hidup dengan anak mungkin
menimbulkan kepuasan tapi banyak menimbulkan masalah, terutama apabila
keadaan perumahan yang tidak mengizinkan atau jika anak tidak menerima
keberadaan orangtua mereka. Karena itu orang banyak memilih tinggal dalam
lembaga atau panti karena tidak banyak beban psikologis dan emosional.
d. Program untuk mengisi waktu luang
Orang-orang yang berusia lanjut mempunyai banyak waktu luang, karena
itu memungkinkan untuk membuat program bagi mereka pada waktu pagi,
sore dan malam. Lembaga-lembaga masyarakat dan pemerintah dapat
menyediakan berbagai macam program seperti: membuat kerajinan tangan,
melukis, ceramah, menjahit, dan lain-lain.

2.5.2

Kegiatan Pelayanan Sosial Lanjut Usia.

A. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Panti
Pelayanan sosial bagi lanjut usia melalui

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

4 96 133

Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

4 94 116

Efektivitas Pelayanan Sosial UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Siborong-borong bagi Lanjut Usia Di Kabupaten Tapanuli Utara

8 97 75

Spiritualitas Lanjut Usia (Lansia) di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan

0 2 5

GAMBARAN TINGKAT SPIRITUALITAS LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan.

0 1 16

GAMBARAN TINGKAT SPIRITUALITAS LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan.

0 1 13

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 17

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 14

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 3