Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka

harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu
Negara berkembang memiliki angka harapan hidup penduduk yang semakin
meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang
semakin membaik.
Di sisi lain meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi
masyarakat, karena dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia meningkat
pula rasio ketergantungan lanjut usia. Artinya setiap penduduk usia produktif akan
menanggung semakin banyak penduduk lanjut usia. Peningkatan jumlah lanjut
usia dalam struktur kependudukan tentu akan menimbulkan permasalahan sosial
lanjut usia yang akan berimbas baik kepada lanjut usia itu sendiri maupun
keluarga dan lingkungan masyarakatnya
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia yang diiringi
dengan menurunya tingkat fertilitas, memicu pertambahan jumlah lanjut usia

Indonesia secara cepat. Kondisi tersebut membawa konsekuensi timbulnya
berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi jasmaniah, rohaniah dan sosial
ekonomi bagi para lanjut usia serta mengganggu kemampuan lanjut usia untuk
memenuhi kebutuhan riil serta melaksanakan peranan sosialnya dan apabila tidak
segera ditangani dapat menjadi permasalahan Nasional. (Depertemen Sosial
Republik Indonesia 2012).

Universitas Sumatera Utara

Sulaiman

(1993)

mengidentifikasikan

paling

tidak

ada


delapan

kecenderungan permasalahan sosial yang akan dihadapi masyarakat Indonesia
salah satu diantaranya adalah meningkatnya jumlah dan proporsi kelompok
penduduk usia lanjut disebabkan oleh transisi demografik serta semakin tingginya
rata-rata harapan hidup, yang berpadu dengan memudarnya nilai-nilai
kekeluargaan serta tuntutan kegiatan, keterlantaran penduduk usia lanjut.
(sulaiman dalam Habib Ahmad, 2007; 34). Sebuah penelitian menunjukan bahwa
jumlah penduduk Indonesia selama 40 tahun terkahir menjadi dua kali lipat,
tetapi penduduk lanjut usia menjadi sepuluh kali lipat, dari sekitar 2 juta di tahun
1970 menjadi lebih dari 20 juta pada tahun 2010 (Fadilah, rita, 2011: 44).
Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan
berpengaruh pada peningkatan Usia Harapan Hidup di Indonesia. Berdasarkan
laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 Usia Harapan
Hidup adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah
7,74%), angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan Usia
Harapan Hidup menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2045
adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi
peningkatan Usia Harapan Hidup. Pada tahun 2000 Usia Harapan Hidup di

Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%).
Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase
populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2012 menjadi 69,65 tahun (dengan
persentase populasi lansia adalah 7,58%). (UN.World population prospects:the
2010 revision,2011).

Universitas Sumatera Utara

Seorang pemerhati usia senja memprediksi bahwa pada tahun 2010-2014
jumlah usia senja diperkirakan menyamai jumlah anak balita bahkan melebihi,
yaitu sekitar 19 juta (8,5 persen dari jumlah penduduk). Sementara itu menurut
Proyeksi Biro Pusat Statistik (BPS) persentase balita akan terus berkurang pada
tahun 2014 sebagai hasil kampanye Keluarga Berencana, sedangkan jumlah
Lanjut Usia akan terus meningkat sampai melebihi jumlah balita berkat
peningkatan kualitas dan usia harapan hidup.
World Health Organization(WHO) melihat sebuah perbandingan pada
tahun 2002 hingga menuju tahun 2050 mendatang bahwa pertumbuhan penduduk
lanjut usia di Indonesia Mengalami pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar
414%, Thailand 337%, India 242%, dan china 220 %, jumlah lanjut usia
Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2004 sebesar

16.522.311 orang kemudian pada tahun 2006 sebesar 17.478.282, sedangkan pada
tahun 2010 sebesar 19.502.355 (8,55 % dari penduduk Indonesia), dan BPS
memprediksi bahwa pada tahun 2020 jumlah lanjut usia akan bertambah menjadi
lebih kurang 28 juta jiwa, dan angka tersebut merupakan jumlah yang sangat
besar sehingga jika tidak dilakukan upaya Peningkatan kesejahteraan Lanjut Usia
sejak saat ini akan menghasilkan permasalahan yang cukup signifikan. Menurut
data BPS pada tahun 2010 bahwa jumlah lanjut usia terlantar di Indonesia
mencapai 1.664.012 jiwa. Kemudian pada tahun 2012 sebanyak 2.881.808 jiwa.
(http://www.depsos.go.id) diakses pada tanggal 19 september 2016 pukul 19.17
WIB).
Ketergantungan lanjut usia kepada usia produktif seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya merupakan satu masalah yang cukup besar. Susenas BPS

Universitas Sumatera Utara

tahun 2014 mencatat

Nilai rasio ketergantungan lansia sebesar 12,71

menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung

sekitar 13 orang lansia, Kemudian dibedakan antara lansia laki-laki dan
perempuan, lebih banyak lansia perempuan yang ditanggung oleh penduduk usia
produktif. Ketergantungan lansia perempuan (13,59) lebih tinggi daripada lansia
laki-laki(11,83) Rasio ketergantungan lansia di daerah perdesaan lebih tinggi
daripada di perkotaan, berturut-turut 14,09 dibanding 11,40 karena pekerjaan di
Pedesaan didominasi oleh pekerjaan bidang Pertanian yang umumnya menjadi
mata pencaharian pokok. Bekerja sebagai Petani tidak telalu membutuhkan
tingkat pendidikan yang tinggi, dimana pada tahun 2014 diketahui bahwa jumlah
lanjut usia yang tidak sekolah, tidak tamat SD, dan hanya berpendidikan SD
totalnya lebih kurang 86%. (http://www.bps.go.id) diakses pada tanggal 21
sepetember pukul 20;20 WIB)
Kota Medan merupakan wilayah metropolitan terbesar di luar Pulau Jawa
dan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Medan mengatakan bahwa laju
pertumbuhan penduduk kota Medan mengalami pertumbuhan yang fluktuatif.
Berdasarkan data BPS diketahui pada tahun 2014, jumlah penduduk kota Medan
diperkirakan meningkat menjadi 2.136.105 jiwa. Ada Peningkatan jumlah
penduduk Kota Medan dari 2.109.156 jiwa pada tahun 2013 menjadi 2.136.105
jiwa pada tahun 2014 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,91%. Hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tingkat kelahiran, kematian, dan arus

urbanisasi. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Wilayah Medan dan sekitarnya
merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah penduduk Kota Medan yang semakin meningkat tidak serta merta
hanya dipengaruhi oleh tingkat kelahiran melainkan juga angka lanjut

usia.

Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Sumatera Utara, jumlah penduduk lanjut usia di Sumatera Utara pada tahun 2011
adalah sebanyak 905.500 jiwa (6.08%) dari total keseluruhan penduduk Sumatera
Utara yaitu 13.248.400 jiwa. Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di Wilayah
Kota Medan dan Binjai. Dinas Kesejahteraan dan Sosial kota Medan mencatat
terjadi peningkatan jumlah Lansia di kota Medan dan Binjai yang cukup
signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 13.797 jiwa. Pada
Tahun 2009 sebanyak 13.843,dan 2010 sebanyak 14.518 jiwa.serta tahun 2014
sebanyak 15.622 jiwa
Melihat peningkatan yang cukup signifikan ,muncul berbagai tuntutan

agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dialami oleh
lanjut usia baik masalah kesehatan maupun masalah pelayanan sosial yang
didapatkan. Usaha pemerintah dalam mewujudkan penduduk lansia sejahtera
dapat dilaksanakan melalui berbagai program/kegiatan pengembangan model
pelayanan. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui kerjasama lintas program
maupun lintas sektoral, antara pemerintah, organisasi sosial, dan masyarakat
secara bersama-sama. Namun kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak
lansia yang belum mendapatkan perlindungan serta akses pelayanan sosial baik
fisik maupun nonfisik. (Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Home Care.
2007:1).
Memperhatikan permasalahan ini, pemerintah telah merumuskan berbagai
kebijakan, program dan kegiatan guna menunjang derajat kesehatan dan mutu

Universitas Sumatera Utara

kehidupan para lansia agar mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat
mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteran Lanjut
Usia Pasal 1 Ayat 9 menyebutkan bahwa “Pemeliharaan Taraf Kesejahteraan
Sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar

lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar”.
Perlindungan terhadap lansia dimaksudkan untuk memberikan rasa aman dan
nyaman. Aman dari berbagai gangguan yang timbul dari lingkungan (alam dan
manusia), dan nyaman dalam menjalani hidup.
Masalah yang timbul selanjutnya adalah siapa yang dapat berperan sebagai
pengganti pengasuhan lanjut usia tersebut, sebagian besar memilih lansia tetap
berada di rumah dengan bantuan perawat atau suster dan sebagian besar lebih
memilih untuk menitipkannya dipanti jompo dan bahkan ada yang tidak
memperdulikan orantua mereka, sehingga memungkinkan terjadinya banyak
Lansia yang tidak diasuh langsung oleh keluarganya menjadi Lansia terlantar
yang hidup di jalanan.
Meningkatnya jumlah Lansia terlantar merupakan kegagalan keluarga
dalam memberikan pelayanan kepada orangtua mereka, yang kemudian Lansia
tersebut akan menjadi kewajiban Negara, yang akan diasuh dipanti-panti sosial
dan akan tetap berada di bawah pengawasan Pemerintah,
Pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia perlu memperhatikan dua
hal yaitu : Pertama, lanjut usia sebagai salah satu tahap siklus perkembangan
manusia. Kedua,lanjut usia sebagai manusia mempunyai berbagai dimensi, baik
jasmani, rohani, sosial, dan ekonomi. Pemberian pelayanan sosial kepada lanjut


Universitas Sumatera Utara

usia perlu dilakukan oleh berbagai pihak melalui lembaga-lembaga sosial dengan
tenaga pemberi pelayanan yang terlatih agar kualitas pelayanan dapat terjamin
mutunya.
Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial lanjut usia, Departemen Sosial RI
melalui Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang secara fungsional
mempunyai tugas pokok dan fungsi menetapkan kebijakan dalam model
pelayanan sosial lanjut usia memandang perlu mengembangkan dan melakukan
berbagai program pelayanan sosial lanjut usia, baik program pelayanan yang
berbasis lembaga/ panti (institutional based services), pelayanan berbasis keluarga
(family-based services), maupun pelayanan berbasis masyarakat (communitybased services) .
Melalui Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara melalui
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan
Medan memberikan pelayanan yang mendukung Pemenuhan hak Lansia dimana
pada awalnya kebanyakan yang menjadi warga Binaan UPT ini merupakan Lansia
terlantar yang merupak hasil rajia dari Gepeng dan dengan ketentuan yang dibuat
maka sebagian besar akan dibawa ke Panti ini untuk diasuh dan dirawat agar tidak
menjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang meresahkan masyarakat,
meskipun saat ini telah ada yang dititipkan oleh keluarga langsung maupun ada

beberapa dengan keinginan sendiri. UPT ini sendiri memiliki tujuan yang akan
dicapai dalam memberikan pelayanan sosial kepada orang lanjut usia antara lain
meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dan melembaganya lanjut usia dalam
kehidupan bangsa agar dapat menjalin hari tuanya dalam suasana aman, tenteram
dan sejahtera lahir batin. Selain itu juga ingin meningkatkan dan memperluas

Universitas Sumatera Utara

aksebilitas bagi kesejahteraan sosial lanjut usia, meningkatkan dan memantapkan
peran kelembagaan lanjut usia bagi peningkatan kualitas pelayanan sosial lanjut
usia.
Sebagai upaya mencapai kebijakan tersebut, maka ditempuh berbagai
kegiatan pokok pelayanan lanjut usia antara lain: Pelayanan sosial lanjut usia
dalam panti dan luar panti, hal ini dimaksudkan bahwa pada awalnya sedikitnya
terdapat 3 model pelayanan sosial bagi para lanjut usia yang dilaksanakan oleh
UPT Pelayanan sosial lanjut usia wilayah Binjai dan Medan baik yang
berorientasi dalam panti ataupun diluar panti, adapun yang menjadi alasan
dilaksanakannya pelayanan sosial diluar panti adalah banyak sekali lanjut usia
terlantar diluar sana yang memang tidak mau untuk ditempatkan didalam panti,
alasan lain keluarga memang tidak ingin orangtua mereka hidup dipanti namun

bentuk pelayanan yang diberikan keluarga itu sendiri dapat dikatakan masih
kurang dan belum memadai.
Model-model pelayanan yang dulunya dilaksanakan di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia wilayah Binjai dan Medan antara lain: Home Care, Day Care,
dan Pelayanan Sosial Reguler. Namun pelaksanaan berbagai model pelayanan
sosial yang pada awalnya diharapkan mampu sebagai wadah untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan para lansia kini berubah, dimana beberapa model tersebut kini
sudah tidak dilaksanakan lagi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia wilayah
Binjai dan Medan dikarenakan beberapa alasan seperti tidak efektifnya
pelaksanaan model pelayanan tersebut. Disamping itu juga terlihat dalam
pelaksanaanya terkadang kurang memadai misalnya saja model pelayanan day
care, sering sekali jika senam untuk kesehatan para lansia tidak memadai

Universitas Sumatera Utara

terkadang dilaksanakan dan terkadang tidak dilaksanakan dikarenakan tidak
mempunyai instruktur senam padahal sebenarnya hal tersebut wajib dilaksanakan
untuk para lansia sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Saat ini Model Pelayanan Sosial yang dilaksanakan di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia wilayah Binjai dan Medan adalah Model Pelayanan Reguler
dimana model pelayanan ini sudah dilaksanakan dimulai tahun 2012, model
pelayanan ini diberikan kepada seluruh Lansia yang ada di Panti baik Lansia yang
rentan akan kemiskinan(Lansia Terlantar), yang datang atas kemauan sendiri,
maupun yang diserahkan langsung oleh keluarga sendiri dan sebagaian besar
tercatat sebagai Lansia terlantar. Berdasarkan data yang dihimpun dari UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan terdapat 172 Lansia
yang berada dipanti ini, terdiri dari 62 yang tidak potensial, 21 yang sudah
menderita penyakit akut,dan 89 yang dianggap masih potensial dan menerima
Pelayanan reguler.UPT ini sendiri sebagai tempat perawatan lansia dari keluarga
miskin atau kurang mampu, serta keluarga yang memiliki kesibukan luar biasa,
agar orangtua mereka tidak terlantar, dapat terpenuhi kebutuhan dasaranya,dan
mencapai hari tua yang bahagia.
Adapun penjelasan ringkas tentang model pelayanan reguler yang harus
dilakukan oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku adalah Pelayanan Sosial Dasar yang
meliputi Penampungan/tempat tinggal, perawatan, makan dan minum, kemudian
program bimbingan fisik dimana para lanjut usia diberi pemaparan secara
perlahan tentang kesehatan pribadi dan lingkungan, selain itu para Lansia juga
harus diikutsertakan dalam kegiatan olahraga ringan, pemberian Gizi yang cukup,

Universitas Sumatera Utara

dan pemeriksaan kesehatan yang rutin, selanjutnya program pemberdayaan
bimbingan keterampilan dimana Lansia akan diberi keterampilan ringan seperti
bercocok tanam, dan membuat kerajinan tangan, dimana hal ini bertujuan untuk
mengisi waktu luang para lansia agar mereka mampu menyalurkan bakat, selain
itu terdapat juga bimbingan sosial dimana para lansia diberikan kegiatan
keagamaan dengan melaksanakan sholat 5 waktu bagi yang muslim dan kegiatan
gereja bagi non-muslim, kemudian ada juga konseling yang dilakukan oleh para
pekerja sosial agar para lansia tidak merasa kesepian dan memiliki semangat
hidup.
Disisi lain UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan
mengalami keterbatasan sarana dan prasarana sehingga pelayanan yang diberikan
kepada klien kurang maksimal contohnya saja alat-alat untuk kegiatan pertanian
serta kegiatan Keterampilan yang sudah mulai jarang dilaksanakan karena tidak
tersedianya peralatan yang memadai serta terkadang merasa kegiatan ini kurang
efektif karena banyak lansia yang tidak mau melaksanakan lagi karena
kegiatannya itu-itu saja, selain itu dalam pemenuhan pangan juga masih terlihat
kekurangan dimana semua para Lansia diberikan makanan yang sama tanpa
memperhatikan bahwa ada lansia yang mengalami alergi dengan makanan
tertentu, hal tersebut juga yang pada akhirya menyebabkan masalah kesehatan
bagi Lansia, dalam pelaksanaanya Panti ini juga kurang sekali dalam melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin, pemeriksaan kesehatan hanya akan dilakukan jika
ada Lansia yang sudah jatuh sakit padahal seharusnya pemeriksaan kesehatan
dilakukan rutin minimal seminggu sekali dengan tujuan agar lebih gampang
mengetahui gejala penyakit lebih dini karena para Lansia akan lebih rentan

Universitas Sumatera Utara

terserang penyakit, selain itu kegiatan bimbingan sosial seperti Konseling pribadi
juga jarang dilakukan, lansia lebih banyak sendiri padahal seharusnya hal tersebut
penting dilakukan mengingat banyaknya lansia yang sebenarnya tidak suka hidup
didalam Panti bahkan beberapa Lansia yang terlantar mengatakan lebih enak
hidup di jalanan karena mereka lebih merasa bebas, melihat hal tersebut tidak
jarang kita masih menemukan Lansia yang merasa Kesepian dan tidak memiliki
semangat hidup lagi karena mereka merasa tidak ada yang memperdulikan dan hal
yang juga menjadi sorotan peneliti adalah bahwa banyak sekali diantara sesama
lansia yang tidak akur, terkadang bertengkar dan memiliki sifat yang ingin
menguasai antara satu sama lain, bahkan tidak jarang juga dapat dilihat tidak
adanya suasana kehidupan yang harmonis dipanti ini sehingga banyak Lansia
yang tidak betah dan ingin pulang serta ada juga yang mengatakan lebih baik mati
daripada tinggal disini. Melihat kondisi tersebut yang menjadi perhatian peneliti
adalah bagaimana proses pelaksanaan bimbingan sosial dan bimbingan mental
spiritual terhadap para Lansia.
Permasalahan yang dilihat peneliti adalah bagaimana sebenarnya
pelaksanaan Model Pelayanan Sosial Reguler yang dilaksanakan oleh UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan yang memiliki tujuan
untuk meningkatkan keberfungsian sosial para Lansia sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 tahun 2004 yaitu “yang dimaksud dengan upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lansia adalah serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara terkoordinasi antara pemerintah dan masyarakat untuk
memberdayakan lansia agar lansia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan
berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik dan perlu untuk
mengetahui apakah Model Pelayanan Sosial Reguler ini benar-benar efektif
dilaksanakan dalam upaya peningkatan taraf kesejahteraan para lansia, sehingga
dituangkan dalam bentuk Skripsi dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Model
Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diuraikan,maka penulis

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :Apakah Pelaksanaan Model
Pelayanan Sosial Reguler Bagi Lansia oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Wilayah Binjai dan Medan efektif atau tidak efektif ?

1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektif tidaknya

Pelaksanaan model pelayanan Sosial Reguler bagi lansia oleh UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan .

1.3.2

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sekaligus

sebagai referensi dalam rangka :
1. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap
keilmuan yang dikembangkan oleh Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Universitas Sumatera Utara

dan bermanfaat dalam pembuatan keputusan dan kebijakan dalam upaya
menyikapi masalah sosial.
2. Secara Teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan
karya ilmiah, menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir
penulis dalam menyikapi dan menganalisis masalah-masalah sosial.
3. Secara Praktis, dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan
dan sebagai bahan evaluasi khususnya bagi UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Wilayah Binjai dan Medan serta bagi Pemerintah maupun pihakpihak luar secara umum guna meningkatkan model pelayanan sosial yang
diberikan kepada para Lansia di wilayah Binjai dan Medan.
4. Pengembangan Model penanganan Pelayanan Sosial bagi Lanjut Usia
5. Pengembangan referensi penanganan masalah dan pembuatan Kebijakan
yang dilakukan oleh Pemerintah daerah terkait dengan Pelayanan Sosial
terhadap Lanjut Usia
6. Pengembangan konsep dan teori-teori yag berkenaan dengan Pelayanan
Sosial terhadap Lanjut Usia.

1.4

Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I

:PENDAHULUAN
Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sitematika penulisan.

BAB II

:TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Berisikan uraian konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan
masalah dan objek yang diteliti, kerangka Pemikiran, defenisi
konsep dan defenisi operasional.
BAB III

:METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.

BAB IV

:DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan sejarah singkat dan gambaran umum lokasi penelitian
serta data-data yang mendukung karya ilmiah.

BAB V

:ANALISIS DATA
Berisikan tentang Uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian
beserta dengan analisisnya.

BAB VI

:PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

4 96 133

Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

4 94 116

Efektivitas Pelayanan Sosial UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Siborong-borong bagi Lanjut Usia Di Kabupaten Tapanuli Utara

8 97 75

Spiritualitas Lanjut Usia (Lansia) di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan

0 2 5

GAMBARAN TINGKAT SPIRITUALITAS LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan.

0 1 16

GAMBARAN TINGKAT SPIRITUALITAS LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan.

0 1 13

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 17

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 48

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 3