Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

(1)

Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan

Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Soslal Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Disusun Oleh :

080902005

ISNAMULI OKTAVIA BANGUN

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak Nama : Isnamuli Oktavia Bangun

Nim : 080902005

Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 90 halaman, 36 tabel, 2 bagan, lampiran serta kepustakaan dan sumber lain yang berasal dari internet)

Dari tahun ke tahun angka harapan hidup terus meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang juga semakin membaik. Menurut data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah lanjut usia Indonesia pada tahun 2004 adalah sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17.478.282, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 (8,55% dari total penduduk sebesar 228.018.900), sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Di provinsi Sumatera Utara Sendiri, jumlah lanjut usia pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dari besarnya total jumlah penduduk di Sumatera Utara yakni sebesar 13.248.400 jiwa, dimana sebanyak 805.500 jiwa (6,08 %) dari total keseluruhannya adalah penduduk yang dikatagorikan usia lanjut.

Penelitian mengenai efektivitas pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia). Dalam hal ini tolak ukur dari efektivitas program Day Care Services dapat dinilai dari kualitas kegiatan, kuantitas kegiatan, dampak dari kegiatan serta ketepatan waktu kegiatan.

Efektivitas program dapat diteliti dengan melalui pendekatan seperti wawancara dengan para lanjut usia, dan melakukan observasi terhadap pelaksanaan program day care services yang di selenggarakan oleh pihak UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa efektivitas pelaksanaan program day care services oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan, adalah efektif melalui hasil perhitungan dari beberapa pengukuran yang telah dilakukan seperti dilihat dari kualitas pelaksanaan program adalah 0,71, dari segi kuantitas adalah 0,59,dari segi dampak pelaksanaan program adalah 0,53 dan dari segi waktu adalah 0,49.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Abstract Name: IsnamuliOktavia Bangun

Nim: 080902005

Effectiveness of Program Implementation Day Care Services (Elderly Day Services) by the technical implementation unit (UPT) Elderly Social Services Regional Binjai and Medan.(This thesis is composed of 6 chapters, 90 pages, 36 tables, 2 charts, appendices and bibliography and other sources from the internet)

From year to year life expectancy continues to increase along with improvements in quality of life and health services are also getting better.

According to data sourced from the Central Statistics Agency (BPS), the number of elderly Indonesia in 2004 amounted to 16,522,311, in 2006 at 17,478,282, and in 2008 of 19,502,355 (8.55% of the total population of 228 018 .900), whereas in 2020 is estimated to number about 28 million elderly people. Alone in the

province of North Sumatra, the number of elderly in 2009 showed that the magnitude of the total population in North Sumatra, which amounted to 13.2484 million people, where as many as 805 500 people (6.08%) of the total overall is categorized elderly population.

Research on the effectiveness of Day Care Services Program (Elderly Day Services) by the Unit of Social Services Elderly Binjai and Field Region aims to determine how the effectiveness of the program Day Care Services (Elderly Day Service). In this case the benchmark of Day Care Services program effectiveness can be judged from the quality of activities, the quantity of activity, the impact of the activities and the timeliness of events.

Program effectiveness can be scrutinized through approaches such as interviews with the elderly, and observe the implementation of the program in day care services are organized by the Social Services Unit Area Seniors Binjai and Medan. The results of the study can be concluded that the effectiveness of day care services program by the Social Services Unit Area Seniors Binjai and Medan, is effective through the calculation of several measures that have been done as seen from the quality of the program is 0.71, in terms of quantity is 0 , 59, in terms of the impact of the implementation of the program is 0.53 and in terms of time is 0.49.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyususnan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care

Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan “ dengan baik. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Komprehensif untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyususnan Skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus Penulis mengucapakan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Khairani Siregar, S.Sos. M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.SP selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan kepada saya dengan sebaik mungkin dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terimakasih untuk segala ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan dengan segala jasa-jasanya. 5. Buat para pegawai-pegawai, khususnya kepada Ibu Rahayu

Purwantini, terima kasih saya ucapkan atas bantuannya selama saya melakukan penelitian di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.

6. Kepada Nenek-nenek dan Kakek-kakek di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan, terimakasih telah bersedia menjadi responden dan banyak membantu saya dalam proses penelitian.

7. Terimakasih kepada kedua orang tua saya, Mulisip Bangun dan Rasken Br. Sitepu yang telah membesarkan saya dan mendidik saya hingga saya seperti sekarang ini. Semua butuh proses Pak, Mak dan ini adalah salah satunya.

8. Kemudian terimakasih kepada adik saya, Septa Darmanta Bangun. Aku tau kau diam-diam selalu mengkhawatirkan dan mendoakan aku. Harus kau gapai bintangmu dek.

9. Buat Ranger Fam, ada Mia, Ana Oneng, Rizka Bo. Terimakasih buat 4 tahun ini senang sakali menjadi bagian dari hidup kalian ( Mia : aku sangat tertarik dengan kata-katamu yang begini bunyinya:” jangan


(6)

samapai kita dibatasi oleh langkah kaki yang hanya semeter jaraknya”, dan kau memang benar Mi kita harus sampai di kota-kota impian kita, Anna: jangan galau dan jangan bertingkah konyol lagi ya Neng, kau terlihat lebih oneng saat sedang bertingkah tidak normal, Bo: kau tak sendiri Bo, semangat kuncinya dan ada baiknya untuk urusan anak sastra Jepang dan anak Politik abaikan saja dulu, ada hal lebih penting ketimbang itu. Setelah ini kita kejar mereka sampai ke Negri Sakura, dan ke Kota Nopan. Aku bersedia menemanimu asal ongkos kau yang tanggung). Aku berharap semoga kita tetap begini menjadi kawan kandung yang saling mengisi satu sama lain. Teima kasih atas doa dan dukungan kalian

10. Tika Bre, makasih buat doamu, meskipun kita berjauhan aku percaya pada kekuatan doa. Dan kau memang benar, aku harus mengabaikan hal-hal yang hanya merugikan.

11. Vera “bebeb”, makasih atas doa dan dukungannya beb. Semua berjalan sesuai rencana-Nya. Gak masalah terlambat beb, yang penting kita sampai pada tujuan akhir.

12. Buat Amril Hadi, terimakasih atas doa dan dukungannya. Dan maaf telah banyak merepotkanmu selama ini. Barangkali ini yang terbaik dan jika tidak begini kita tak akan pernah bisa belajar.

13. Kepada sahabat-sahabatku Ami, Anum, Supi dan Dedek. Terimakasih atas tawa dan canda kalian yang selalu jadi penawar saat menghadapi kegalauan yang berkepanjangan itu.


(7)

14. Kepada seseorang yang baru kemarin saya kenal, bang Nanda. Terimakasih atas perkenalan dadakan itu, terimakasih pula atas semangat dan diskusi panjang yang tak pernah lelah kita ceritakan (Ini tidak akan menjadi sebatas mimpi bang, akan aku buat dia menjadi nyata, percayalah).

15. Buat anak kost Sopian 10, ada Agun, Kak Lia, Tini, Kiki, Maya, Putri, Kak Hafni dan adek kos lainnya terimakasih buat kebersamaan kita selama ini. Jaga selalu tameng kalian dari ibu kostan.

16. Buat teman-teman Kessos ’08, semoga kita sukses semua.

17. Buat orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih dan sukses buat kita semua.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Sehingga diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… v

BAB I PENDAHULUAN……… ... 1

1.1.Latar Belakang………... 1

1.2.Perumusan Masalah………... 8

1.3.T ujuan dan Mamfaat Penelitian………... 8

1.4.Sistematika Penulisan………... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 10

2.1. Efektivitas………... 10

2.1.1 Pengertian Efektivitas………... 10

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas………... 11

2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektifitas………... 12

2.2 Pelayanan Sosial……….. .... 16

2.2.1 Pengertian Pelayanan Sosial………... 16

2.2.2 Fungsi Pelayanan Sosial ... ... 17

2.3 Lanjut Usia………... 20

2.3.1 Pengertian Lanjut Usia... 20

2.3.2 Pemersalahan Lanjut Usia ... 23

2.4 Pelayanan Sosial Lanjut Usia ... 25


(9)

2.4.2 Keg iatan Pelayanan Sosial Lanjut Usia... 27

2.4.3 Landasan Hukum... 30

2.5 Day Care Services Lanjut Usia ( Pelayanan Harian Lanjut Usia)... 31

2.5.1 Pengertian Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia)... 31

2.5.2 Fungsi Pelayanan Harian Lanjut Usia ( Day Car Services)... 33

2.5.3 Prinsip Pelayanan Harian Lanjut Usia... 34

2.5.4 Jenis Pelayanan Day Care Services ... 37

2.5.5 Sumber Daya Manusia (SDM) Day Care Services ... 37

2.5.6 Sarana dan Prasarana Day Care Services... 38

2.5.7 Metode Pelayanan... 38

2.6 Kerangka Pemikiran ... 39

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional………... 43

2.7.1 Defenisi Konsep………... 43

2.7.2 Defenisi Operasional………... 45

BAB III METODE PENELITIAN………... 47

3.1 Tipe Penelitian………... 47

3.2 Lokasi Penelitian………... 47

3.3 Populasi ……… ... 48

3.4 Teknik Pengumpulan Data………... 48

3.5 Teknik Analisa Data………... 49

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN……….... 51

4.1 Sejarah. ………... 51


(10)

4. 4 Visi dan Misi ………... 53

4.5 Tujuan dan Fungsi UPT PSLU Wilayah Binjai dan Medan…….. 53

4.5.1 Tujuan Lembaga………... 53

4.5.2 Fungsi Lembaga………... 54

4.6 Tugas Pokok Panti Sosial Lanjut Usia Binjai... 54

BAB V ANALISIS PENELITIAN………... 60

5.1 Analisis Identitas Responden………. ... 60

5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 61

5.2 Analisis Data Penelitian………... 65

5.2.1 KarakteristikResponden Berdasarkan Kualitas Pelaksanaan... 65

5.2.1.1 Karakterisitik Responden Berdasarkan Kemudahan Mendaftar... 66

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kuantitas Pelaksanaan... 75

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Dampak Pelaksanaan... 81

5.2.4 Karakteristik Responden Bedasarkan Waktu Pelaksanaan Program... 87

BAB VI PENUTUP………. ... 96

6.1. Kesimpulan………... 96

6.2. Saran………... 98 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HALAMAN

Tabel 3.1 Nilai Interval ... 50

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan... 55

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 60

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 62

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 63

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 64

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Pelaksanaan... 65

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Tempat Pelaksanaa... 66

Tabel 5.8 Kesesuaian Jenis Pelayanan Dengan Kebutuhan... 67

Tabel 5.9 Sikap Pendamping/Pegawai Saat Memberikan Pelayanan ... 68

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan KualitasPelaksanaan Bimbingan Rohani... ... ... ... 69

Tabel 5.11 Intensitas Pemanfaatan Program Pelayanan Kesehatan ... 70

Tabel 5.12 Kualitas Pelaksanaan Bimbingan Kesehatan ... ... 71

Tabel 5.13 Sikap Perawat Saat Memberikan Pelayanan Kesehatan .... 72

Tabel 5.14 Kualitas Pelaksanaan Bimbingan Fisik/Kebugaran ... 73


(12)

Tabel 5.16 Kesesuaian Jumlah Pendamping Dalam

Memberikan Pelayanan ... 75

Tabel 5.17 Intensitas Kedatangan Pihak Khusus Ke Lembaga ... ... 76

Tabel 5.18 Tanggapan Responden Jika Lembaga Mendatangkan Pihak Khusus ... 77

Tabel 5.19 Kelengkapan Fasilitas Yang Disediakan ... ... 78

Tabel 5.20 Intensitas Penggunaan Fasilitas ... ... ... 79

Tabel 5.21 Tingkat Kepuasan Terhadap Fasilitas yang Diberikan... 80

Tabel 5.22 Tanggapan Responden Terhadap Kebermanfaatan Program... 81

Tabel 5.23 Kondisi Kesehatan Sebelum Menerima Program Pelayanan Kesehatan ... ... ... .. 82

Tabel 5.24 Kondisi Kesehatan Responden Sesudah Menerima Program Pelayanan Kesehatan ... ... ... 83

Tabel 5.25 Kondisi Fisik Responden Sebelum Menerima Program Kebugaran ... 84

Tabel 5.26 Kondisi Fisik Responden Setelah Menerima Program Kebugaran... 85

Tabel 5.27 Kegiatan Responden Saat Mengisi Waktu Luang Sebelum Mengikuti Kegiatan ... ... ... 86

Tabel 5.28 Distribusi Reponden Berdasarkan Lama Mengikuti Kegiatan... 87

Tabel 5.29 Intensitas Mengikuti Kegiatan... ... .. 88


(13)

Tabel 5.31 Intensitas Mengikuti Kegiatan Kebugaran... ... 90

Tabel 5.32 Intensitas Rekreasi Yang Diadakan Oleh Lembaga ... 91

Tabel 5.33 Intensitas Kunjungan Ke Rumah-rumah ... ... 92

Tabel 5.34 Alasan Tidak Mengikuti Kegiatan ... ... 93

Tabel 5.35 Intensitas Pegawai Menegur Responden Saat Tidak Hadir Mengikuti Kegiatan ... ... ... 94


(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Pemikiran ... 42

Bagan 2 Struktur Organisasi ... 57


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Abstrak Nama : Isnamuli Oktavia Bangun

Nim : 080902005

Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 90 halaman, 36 tabel, 2 bagan, lampiran serta kepustakaan dan sumber lain yang berasal dari internet)

Dari tahun ke tahun angka harapan hidup terus meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang juga semakin membaik. Menurut data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah lanjut usia Indonesia pada tahun 2004 adalah sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17.478.282, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 (8,55% dari total penduduk sebesar 228.018.900), sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Di provinsi Sumatera Utara Sendiri, jumlah lanjut usia pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dari besarnya total jumlah penduduk di Sumatera Utara yakni sebesar 13.248.400 jiwa, dimana sebanyak 805.500 jiwa (6,08 %) dari total keseluruhannya adalah penduduk yang dikatagorikan usia lanjut.

Penelitian mengenai efektivitas pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia). Dalam hal ini tolak ukur dari efektivitas program Day Care Services dapat dinilai dari kualitas kegiatan, kuantitas kegiatan, dampak dari kegiatan serta ketepatan waktu kegiatan.

Efektivitas program dapat diteliti dengan melalui pendekatan seperti wawancara dengan para lanjut usia, dan melakukan observasi terhadap pelaksanaan program day care services yang di selenggarakan oleh pihak UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa efektivitas pelaksanaan program day care services oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan, adalah efektif melalui hasil perhitungan dari beberapa pengukuran yang telah dilakukan seperti dilihat dari kualitas pelaksanaan program adalah 0,71, dari segi kuantitas adalah 0,59,dari segi dampak pelaksanaan program adalah 0,53 dan dari segi waktu adalah 0,49.


(16)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Abstract Name: IsnamuliOktavia Bangun

Nim: 080902005

Effectiveness of Program Implementation Day Care Services (Elderly Day Services) by the technical implementation unit (UPT) Elderly Social Services Regional Binjai and Medan.(This thesis is composed of 6 chapters, 90 pages, 36 tables, 2 charts, appendices and bibliography and other sources from the internet)

From year to year life expectancy continues to increase along with improvements in quality of life and health services are also getting better.

According to data sourced from the Central Statistics Agency (BPS), the number of elderly Indonesia in 2004 amounted to 16,522,311, in 2006 at 17,478,282, and in 2008 of 19,502,355 (8.55% of the total population of 228 018 .900), whereas in 2020 is estimated to number about 28 million elderly people. Alone in the

province of North Sumatra, the number of elderly in 2009 showed that the magnitude of the total population in North Sumatra, which amounted to 13.2484 million people, where as many as 805 500 people (6.08%) of the total overall is categorized elderly population.

Research on the effectiveness of Day Care Services Program (Elderly Day Services) by the Unit of Social Services Elderly Binjai and Field Region aims to determine how the effectiveness of the program Day Care Services (Elderly Day Service). In this case the benchmark of Day Care Services program effectiveness can be judged from the quality of activities, the quantity of activity, the impact of the activities and the timeliness of events.

Program effectiveness can be scrutinized through approaches such as interviews with the elderly, and observe the implementation of the program in day care services are organized by the Social Services Unit Area Seniors Binjai and Medan. The results of the study can be concluded that the effectiveness of day care services program by the Social Services Unit Area Seniors Binjai and Medan, is effective through the calculation of several measures that have been done as seen from the quality of the program is 0.71, in terms of quantity is 0 , 59, in terms of the impact of the implementation of the program is 0.53 and in terms of time is 0.49.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki angka harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang semakin membaik.

Namun, di sisi lain meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi masyarakat, karena dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) meningkat pula rasio ketergantungan lanjut usia (old age dependency ratio). Artinya setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia dalam struktur kependudukan, tentu akan menimbulkan permasalahan sosial lanjut usia, baik yang akan dirasakan para lanjut usia sendiri maupun berupa beban yang akan dipikul oleh keluarga, masyarakat serta pemerintah. Masalah yang dimaksud adalah kebutuhan yang dirasakan oleh lanjut usia yang merugikan dan mengganggu kemampuan lanjut usia untuk memenuhi kebuuhan riil serta melakasanakan peranan sosialnya.

Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia


(18)

di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (http://www.depsos.go.id)

Menurut proyeksi WHO pada 1995 dimana, pada tahun 2050 dibandingkan dengan tahun 1990 bahwa pertumbuhan penduduk lanjut usia Indonesia mengalami pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar 414%, Thailand 337%, India 242%, dan China 220%. Jumlah lanjut usia Indonesia, menurut sumber BPS bahwa pada tahun 2004 sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17.478.282, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 (8,55% dari total penduduk sebesar 228.018.900), sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Sungguh suatu jumlah yang sangat besar sehingga jika tidak dilakukan upaya peningkatan kesejateraan lanjut usia sejak sekarang akan menimbulkan permasalahan dan bisa jadi merupakan bom waktu di kemudian hari. Dari data tersebut, jumlah lanjut usia terlantar di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 1.644.002 jiwa, tahun 2009 sebanyak 2.994.330 jiwa dan tahun 2010 sebanyak 2.851.606 jiwa (http://www.depsos.go.id).

Kecenderungan timbulnya masalah ini ditandai pula dengan angka ketergantung lanjut usia sesuai Susenas BPS 2008 sebesar 13,72%. Angka ketergantungan penduduk akan menjadi tinggi dan dirasakan oleh penduduk usia produktif jika ditambah dengan angka ketergantungan penduduk usia kurang dari 15 tahun, dimana saat ini jumlah penduduk kurang dari 15 tahun sebesar 29,13%.

Dalam kaitannya dengan tingkat partisipasi lanjut usia dalam bidang pembangunan yaitu adanya lanjut usia yang bekerja sebesar 36,11% (kota) dan


(19)

sebesar 52,75% (desa). Besarnya jumlah lanjut usia yang bekerja di perdesaan lebih banyak dibandingkan dengan daerah perkotaan antara lain karena pekerjaan di perdesaan didominasi oleh pekerjaan bidang pertanian yang pada umumnya menjadi mata pencarian pokok. Bekerja sebagai petani tidaklah membutuhkan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi sehingga hal ini sesuai dengan tingkat pendidikan lanjut usia dimana jumlah lanjut usia yang tidak sekolah, tidak tamat SD, dan hanya berpendidikan SD totalnya sebesar sekitar 86%

Sementara berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk lanjut usia di Sumatera utara pada tahun 2009 adalah sebanyak 805.500 jiwa (6,08 %) dari total keseluruhannya yakni 13.248.400 jiwa. Dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di kota Binjai salah satu kota di Sumatera Utara. Kota dengan jumlah penduduk sekitar 250.000 jiwa ini juga mengalami peningkatan jumlah lansia secara signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 jumlah lansia di Kota Binjai tercatat sebanyak 12.797 jiwa, tahun 2008 sebanyak 13.796 jiwa, tahun 2009 sebanyaak 13.843 jiwa , dan tahun 2010 tercatat sebanyak 14.518 jiwa (BPS, Kota Binjai)

Data di atas memproyeksikan adanya kecenderungan peningkatan populasi lanjut usia secara signifikan. Konsekuensinya, muncul berbagai tuntutan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dialami lanjut usia dengan baik. Kondisi ini membutuhkan perhatian dan antisipasi dari berbagai pihak guna menjamin kualitas kesejahteraan sosial lanjut usia.


(20)

Memperhatikan permasalahan ini, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan, program dan kegiatan guna menunjang derajat kesehatan dan mutu kehidupan para lansia agar mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat. Berbagai kebijakan dan program yang dijalankan pemerintah diantaranya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia, yang antara lain meliputi: 1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, seperti pembangunan sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia; 2) Pelayanan kesehatan, melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik; 3) Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus; 4) Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, seperti pelayanan administrasi pemerintahan (KartuTanda Penduduk seumur hidup), pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia.

Semua hal tersebut di atas memerlukan keterlibatan peran dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat serta lembaga maupun organisasi sosial untuk bersama-sama berkomitmen dalam mewujudkan kesejahteraan bagi para lansia. Seluruh upaya ini dilakukan dengan memberdayakan para lansia untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembangunan guna mengurangi kemiskinan, memperoleh


(21)

kesehatan yang lebih baik dan mendukung kehidupan sosial kemasyarakatan. Mereka diberdayakan dengan tetap memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya (http://www.komnaslansia.or.id)

Pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia perlu memperhatikan dua hal yaitu : Pertama, lanjut usia sebagai salah satu tahap siklus perkembangan manusia ; Kedua, lanjut usia sebagai manusia mempunyai berbagai dimensi, baik jasmani, rohani, sosial, dan ekonomi. Pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia perlu dilakukan oleh berbagai pihak melalui lembaga-lembaga sosial dengan tenaga pemberi pelayanan yang terlatih agar kualitas pelayanan dapat terjamin mutunya.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial lanjut usia, Departemen Sosial RI melalui Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang secara fungsional mempunyai tugas pokok dan fungsi menetapkan kebijakan pelayanan sosial lanjut usia memandang perlu mengembangkan dan melakukan berbagai program pelayanan sosial lanjut usia, baik program pelayanan yang berbasis lembaga/ panti (institutional based services), pelayanan berbasis keluarga (family-based services), maupun pelayanan berbasis masyarakat (community-based services)

Panti Sosial Tresna Werdha / Panti Sosial Lanjut Usia sebagai lembaga pelayanan sosial lanjut usia berbasis panti yang dimiliki pemerintah maupun swasta dan yang memiliki berbagai sumber daya perlu mengembangkan diri menjadi institusi progresif dan terbuka untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat. Berbagai program pelayanan lanjut usia seperti: pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lanjut usia (day care


(22)

services), dan pelayanan perawatan rumah (home care service), dapat dilakukan tanpa meninggalkan pelayanan utamanya kepada lanjut usia terlantar. Panti sosial lanjut usia mempunyai fungsi utama: pemenuhan kebutuhan, pendidikan dan pelatihan, pusat informasi dan rujukan, pusat pelayanan dan pengembangan (Departemen Sosial, 2007: 1-2).

Selama ini pelayanan sosial lanjut usia dalam panti sudah diupayakan semaksimal mungkin, tetapi hasilnya masih belum memuaskan dan masih belum mampu untuk menangani permasalahan lanjut usia yang jumlahnya cenderung meningkat setiap tahunnya. Untuk menjawab permasalahan lanjut usia tersebut, Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia melakukan pengembangan model pelayanan sosial yang dapat memberikan pelayanan kepada lanjut usia potensial. Pelayanan ini desebut Day Care Services Lanjut Usia (Pelayanan Harian Lanjut Usia).

Mengingat pentingnya pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia, dan untuk mengatasi salah satu dari berbagai permasalahan orang lanjut usia, maka Dinas Sosial Sumatera Utara melalui UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan memiliki tujuan dalam memberikan pelayanan sosial kepada orang lanjut usia agar mereka mampu berfungsi secara sosial. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan adalah lembaga pelayanan sosial lanjut usia yang tujuannya memberikan pelayanan tanpa pamrih dan menyayangi para lanjut usia dengan penuh pengabdian. Pelayanan yang di berikan oleh UPT ini dilaksanakan melaui pendekatan Panti dan di luar panti.

Salah satu program yang berjalan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan adalah program Day Care Services (Pelayanan Harian


(23)

Lanjut Usia). Program ini dimulai uji coba pelaksanaanya pada bulan Juli tahun 2007. Dan pada tahun 2008 hingga sekarang program Day Care Services telah dilaksanakan oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.

Program ini bertujuan untuk mewujudkan pelayanan sosial bagi lanjut usia yang lebih profesional, komprehensif dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan lanjut usia. Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) ditujukan kepada lanjut usia yang berada di luar panti. Program ini sangat besar manfaatnya bagi lanjut usia untuk mengisi waktu luang dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai pengentasan masalah lanjut usia luar panti di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Kota Binjai dan sekitarnya.

Namun, dalam pelaksanaan program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) terdapat masalah yang kiranya dapat menghambat berjalanannya program ini. Masalah tersebut diantaranya adalah banyaknya lanjut usia yang ingin mendaftar sebagai anggota Day Care Services tetapi karena kekurangan dana serta sarana dan prasarana pihak UPT terpaksa membatasi anggota Day Care Services, adanya kegiatan yang tidak berjalan maksimal seperti tidak adanya instruktur yang profesional dalam kegiatan kebugaran. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka hal ini membuat penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian melalui program yang dibuat oleh badan atau instansi terkait yang hasilnya dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan”.


(24)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan?”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka pengembangan konsep dan teori terutama dalam rangka perbaikan model yang berhubungan dengan Pelaksanaan program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.


(25)

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam 6 (enam) bab, dengan urutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan subjek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Efektivitas

2.1.1. Pengertian Efektivitas

Kata kunci pengertian ini adalah kata efektif karena keberhasilan kepemimpinan dan organisasi diukur dengan konsep efektivitas. Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno yang mengatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992: 297).

Pengertian efektivitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang, bergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara meningkatkannya, cara mengatur dan bahkan cara menentukan indikator efektivitas. Pengertian yang memadai mengenai tujuan efektivitas ataupun sasaran perusahaan yang merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana sering kali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang efektivitas itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan taraf sampai sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya


(27)

suatu program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan tersebut dapat pula dilakukan dengan mengukur beberapa indikator spesial misalnya : pendapatan, pendidikan, ataupun rasa aman dalam mengadakan pergaulan (Soekanto, 1989: 48).

2.1.2. Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari lembaga, dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya.

Kegiatan efektivitas perusahaan dilakukan dengan melakukan pendekatan secara langsung terhadap masyarakat, antara lain:

1. Pendekatan sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarakan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan programdalam mencapai tingkat output yang


(28)

direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. 2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi.

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

2.1.3 Masalah dalam Pengukuran Efektivitas

Kesulitan menilai efektifitas disebabkan oleh beberapa masalah yang tak terpisahkan dari model yang sekarang ada mengenai keberhasialan organisasi (Steers, 1977: 65). Masalah-masalah pengukuran ini sangat beraneka ragam baik dalam sifat maupun titik asal mereka.


(29)

Adapun masalah-masalah dalam pengukuran efektivitas yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut :

1. Masalah kesahihan susunan

Maksud susunan disini adalah suatu hipotesis yang abstrak (sebagai lawan dari yang kongkrit) mengenai hubungan antara beberapa variabel yang saling berhubungan. Ia mengungkapkan keyakinan bahwa variabel-variabel tersebut bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh.

2. Masalah stabilitas kriteria

Masalah besar kedua yang dihadapi dalam usaha mengukur efektivitas adalah bahwa banyak kriteria evaluasi yang digunakan ternyata relatif tidak stabil setelah beberapa waktu. Yaitu kriteria yang dipakai untuk mengukur efektivitas pada suatu waktu mungkin tidak tepat lagi atau menyesatkan pada waktu berikutnya. Kriteria tersebut berubah-ubah tergantung pada permintaan, kepentingan, dan tekanan-tekanan ekstern. Pada kenyataannya sifat mudah berubah ini telah mengakibatan beberapa peneliti kemudian menyatakan bahwa fleksibilitas (keluwesan) dalam menghadapi perubahan adalah seharusnya menjadi ciri yang menentukan efektivitas organisasi.

3. Masalah perspektif waktu

Masalah yang ada hubungannya dengan hal di atas adalah perspektif waktu yang dipakai orang pada waktu menilai efektivitas. Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (1973) mengakui dengan jelas masalah perspektif waktu dalam ancangan mereka pada efektivitas. Mereka menyarankan agar orang memakai kriteria yang berlainan pada waktu menilai efektivitas jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Masalah bagi mereka yang mempelajari


(30)

manajemen adalah cara yang terbaik menciptakan keseimbangan antara kepentingan jangka pendek dengan kepentingan jangka panjang, dalam usaha mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan dalam perjalanan waktu.

4. Masalah kriteria ganda

Seperti ditunjukkan sebelumnya, keuntungan utama dari ancangan multivariasi dalam evaluasi efektifivas adalah sifatnya yang komprehensif, memadukan beberapa faktor ke dalam suatu kerangka yang kompak. Sayangnya, kelebihan ini serempak menimbulkan masalah bilamana kriteria tersebut bertentangan satu sama lain. Hal yang terpenting adalah bahwa jika menerima kriteria tersebut untuk efektivitas, maka organisasi menurut definisinya tidak dapat menjadi efektif, mereka tidak dapat memaksimalakan kedua dimensi tersebut secara serempak.

5. Masalah ketelitian pengukuran

Penelitian terdiri dari peraturan atau prosedur untuk menentukan beberapa nilai atribut dalam rangka agar atribut-atribut ini dapat dinyatakan secara kuantitatif. Jadi, apabila kita membicarakan pengukuran efektivitas organisasi, dianggap ada kemungkinan menentukan kuantitas dari konsep ini secara konsisten dan tetap. Tetapi penentuan kuantitas atau pengukuran demikian sering sulit karena konsep yang diteliti rumit dan luas. Dihadapkan dengan masalah tersebut, orang harus berusaha mengenali kriteria yang dapat diukur dengan kesalahan minimum atau berusaha megendalikan pengaruh yang menyesatkan dalam proses analisis.


(31)

6. Masalah kemungkinan generalisasi

Apabila berbagai masalah pengukuran di atas dapat dipecahakan, masih akan timbul persoalan mengenai seberapa jauh orang dapat menyatakan kriteria evaluasi yang di hasilkannya dapat berlaku juga pada organisasi lainnya. Jadi pada waktu memilih kriteria orang harus memperhatikan tingkat konsistensi kriteria tersebut dengan tujuan dan maksud organisasi yang sedang dipelajari.

7. Masalah relevansi teoritis

Tujuan utama dari setiap ilmu adalah merumuskan teori-tori dan model-model yang secara tepat mencerminkan sifat subyek yang dipelajari. Jadi, dari sudut pandang teoritis harus diajukan pertanyaan yang logis sehubungan dengan relevansi model-model tersebut. Jika model tersebut tidak membantu kita dalam memahami proses, struktur dan tingkah laku organisasi, maka mereka kurang bernilai pandang dari sudut teoritis.

8. Masalah tingkat analisis

Kebanyakan model efektivitas hanya menggarap tingkat makro saja, membahas gejala keseluruhan organisasi dalam hubungnnya dengan efektivitas tetapi mengabaikan hubungannya yang kritis antara tingkah laku individu dengan persoalan yang lebih besar yaitu keberhasialan organisasi. Jadi hanya ada sedikit integrasi antar model makro dengan apa yang dapat kita sebut model mikro dari karya dan efektivitas (Steers, 1977: 61-64).


(32)

2.2. Pelayanan Sosial

2.2.1. Pengertian Pelayanan Sosial

Pada saat sekarang ini usaha-usaha kesejahteraan sosial telah muncul dimana-mana, diseluruh dunia modern. Usaha-usaha tersebut telah tampil bahkan semakin berkembang secara meluas. Salah satu usaha kesejahteraan sosial tersebut adalah pelayanan sosial. Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu :

a) Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

b) Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya (Muhidin, 1984: 76-77).

Kebayakan penengertian pelayanan sosial di negara-negara maju sama dengan poin yang pertama, sementara pengertian pelayanan sosial di negara-negara berkembang sama dengan poin kedua. Di Amerika Serikat, pelayanan sosial didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang terorganisir yang bertujuan untuk menolong orang-orang agar terdapat suatu penyesuaian timbal-balik antara individu dan lingkungan sosialnya. Tujuan ini dapat melalui teknik dan metoda yang diciptakan untuk memungkinkan individu, kelompok dan masyarakat memenuhi kebutuhan- kebutuhannya dan mengatasi masalah penyesuaian sebagai akibat dari pola-pola perubahan masyarakat dan melalui tindakan-tindakan kooperatif untuk meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi.


(33)

Di Inggris pelayanan sosial mencakup suatu peralatan yang luas untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dimana mereka hidup. Motif utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan yang mempunyai tanggung jawab untuk menolong masyarakat yang lemah dan kurang beruntung dan memberikan perlindungan dengan pelayanan-pelayanan yang tidak mungkin dipenuhi oleh mereka sendiri secara perseorangan.

Pada umumnya baik kualitas maupun kuantitas daripada pelayanan sosial akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemakmuran suatu negara dan juga sesuai dengan faktor sosiokultural dan politik yang juga menentukan masalah prioritas pelayanan. Semakin tersebarnya dan dipraktekkan secara universal pelayanan sosial, maka pelayanan sosial cenderung menjadi pelayanan yang ditujukan kepada golongan masyarakat yang membutuhkan pertolongan dan perlindungan khusus (Muhidin, 1984:78).

2.2.2 Fungsi Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial dapat dikatagorikan dalam berbagai cara tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosial sebagai berikut:

1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat. 2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi.

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian sosial.

4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan pembangunan.


(34)

5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar pelayanan pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi (Muhidin, 1984: 79).

Richard M, Titmuss dalam Muhidin (1984: 79) mengemukakan fungsi pelayanan sosial ditinjau dari perspektif masyarakat sebagai berikut:

1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningktakan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk masa sekarang dan untuk masa yang akan datang.

2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan

sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial (suatu program tenaga kerja).

3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk melindungi masyarakat.

4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat pelayanan sosial (misalnya kompensasi kecelakaan industri dan sebagainya).

Alfred J. Khan dalam Muhidin (1984: 79-80) menyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial adalah :

1. Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan

2. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindunagn dan rehabilitasi 3. Pelayanan askes

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui


(35)

program-program pemeliharaan, pendidikan (non formal) dan pengembangan. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan, dan rehabilitasi mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara individual maupun di dalam kelompok/keluarga dan masyarkat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya.

Bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain : 1. Bimbingan sosial bagi keluarga.

2. Program asuhan keluarga dan adopsi anak.

3. Program bimbingan bagi anak nakal dan bebas hukuman. 4. Program-program rehabilitasi bagi penderita cacat. 5. Program-program bagi lanjut usia.

6. Program-program penyembuhan bagi penderita gangguan mental.

7. Program-program bimbingan bagi anak yang mengalami masalah dalam bidang pendidikan.

8. Program-program bimbingan bagi para pasien di rumah sakit.

Fungsi tambahan dari pelayanan sosial ialah menciptakan partisipasi anggota masyarkat untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Tujuannya dapat berupa: terapi individual dan sosial (untuk memberikan kepercayaan pada diri individual dan masyarakat) dan untuk mengatasi hambatan-hambatan sosial dalam pembagian politis, yaitu untuk mendistribusikan sumber-sumber dan kekuasaan. Partisipasi mungkin merupakan konsekuensi dari bagaimana program itu diorganisir, dilaksanakan dan disusun. Partisipasi terkadang merupakan alat, terkadang merupakan tujuan. Ada yang memandang bahwa partisipasi dan pelayanan merupakan dua fungsi yang selalu konflik, karenanya harus dipilih


(36)

salah satu. Karena itu harus dipilih partisipasi sebagai tanggung jawab masyarakat dan pelayanan sebagai tanggung jawab program. Pada umumnya suatu program sulit untuk meningkatkan kedua-duanya sekaligus (Muhidin, 1984: 82)

2.3. Lanjut Usia

2.3.1. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan suatu anugrah. Menjadi tua dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur (Tamher&Noorkasiani, 2009: 1). Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam janga waktu beberapa dekade (Notoatmodjo, 2007: 279).

Lebih rinci batasan penduduk lanjut usia dapat dilihat dari aspek-aspek biologi, ekonomi, sosial dan usia atau batasan usia.

a) Aspek Biologi

Penduduk lanjut usia (lansia) ditinjau dari aspek biologi adalah penduduk yang telah menjalani proses penuaan, dalam arti menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian.

b) Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk lansia dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua


(37)

dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu di topang oleh generasi yang lebih muda.

c) Aspek Sosial

Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan kelompok sosial tersendiri. Di negara Barat, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Di masyarakat tradisional Asia seperti Indonesia, penduduk lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarkat yang usianya lebih muda.

d) Aspek Umur

Dari ketiga aspek di atas, pendekatan umur atau usia adalah yang paling memungkinkan untuk mendefinisikan penduduk usia lanjut (Notoatmodjo,2007 :280-281).

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia lanjut adalah sebagai berikut :

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan lanjut usia yaitu :

a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun, b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun,

c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun, d) Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.

2. Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro (dalam Kushariyadi, 2009:2)

berpendapat bahwa batasan usia dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi :


(38)

a) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun,

b) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun, c) Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbagi atas :

Young old (usia 70 -75 tahun),

Old (usia 75-80 tahun),

Veryold (usia >80 tahun).

Di Indonesia, batasan menegenai lanjut usia adalah 60 tahun keatas, terdapat dalam Undang- Undang Nomor 13Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut undang-undang tersebut di atas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Kushariyadi, 2009: 3).

Secara fisik lanjut usia dapat dibedakan menjadi dua jenis. Yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut usia potensial adalah mereka yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan dan kegiatan sesuai dengan pilihannya. Lanjut usia potensial dapat merupakan sumber daya bagi dirinya serta bagi masyarakat pada umumnya yang didasarkan atas pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki. Sedangkan yang dimaksud lanjut usia tidak potensial adalah kurang berdaya untuk memenuhi kebutuhannya sehingga memerlukan bantuan dari pihak lain. Kelompok inilah yang lebih memerlukan pelayanan secara khusus. Namun demikian disadari, bahwa semua lanjut usia memerlukan perlindungan dan pelayanan karena menurunnya kemampuan fisik, psikis, dan sosial (Departemen Sosial, 2001 :10).


(39)

2.3.2. Permasalahan Lanjut Usia

Masa tua menimbulkan keadaan tidak berdaya, kekuatan fisik dan mental mengalami kemunduran. Keadaan tidak berdaya ini sedikit banyak menimbulkan ketergatungan, di mana ketergantungan ini membutuhkan pertolongan dari pihak lain (keluarga atau masyarakat) baik yang bersifat moril maupun materil.

Sebagai manusia, orang lanjut usia mempunyai kebutuhan. Kebutuhan ini mempunyai corak yang khas dan mendesak untuk dipenuhi. Bila ketergantungan dan kebutuhan yang mendesak ini tidak diatasi atau dipenuhi maka dapat mengakibatkan terjadinya masalah bagi lanjut usia (Sumarnugroho, 1991 : 111). Masalah yang dialami lanjut usia meliputi :

1. Masalah Kesehatan

Terjadinya kemunduran fungsi-fungsi fisik yang membawa dampak pada kemunduran kesehatan dengan pola penyakit yang spesifik (Departemen Sosial, 1997 :1).

2. Masalah finansil

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sumber-sumber finansil orang lanjut usia sangat terbatas bahkan secara ekonomi golongan lanjut usia tidak terjamin/atau terlantar, terutama bagi mereka yang tidak terjangkau oleh jaminan/tunjangan pensiun.

3. Permasalahan Pekerjaan

Adanya keterbatasan kesempatan kerja bagi para lanjut usia sehingga para lanjut usia yang tidak memiliki pekerjaan, hidup dan berada dalam kemiskinan. Disamping itu juga karena keluarganya tidak mampu merawat sehingga mereka menjadi terlantar (Departemen Sosial, 1997: 1).


(40)

Dalam suatu era dimana semakin meningkatnya penggunaan mesin dan alat-alat teknologi baru, maka kecepatan mesin sangat menentukan hasil produksi dan manusia harus berusaha menyesuaikan dengan tuntutan mekanisme tersebut. Dengan keadaan yang demikian, tenaga kerja muda lebih banyak dibutuhkan dari pada tanaga tua karena kemampuannya untuk mengadakan adaptasi dengan kecepatan dan cara kerja mesin yang tidak henti-hentinya bekerja.

Kemampuan dan kecepatan tenaga kerja yang sudah tua cenderung tetap/stabil atau sebaliknya menurun, sedangkan mesin selalu berubah-ubah sesuai dengan hasil penemuan baru, sehingga tenaga kerja tua sukar atau lambat sekali mengadakan adaptasi, tidak seperti tenaga kerja muda. Adanya perubahan tatanan kehidupan masyarakat dari masyarakat agraris mengarah ke masyarakat industri, cenderung menimbulkan pergeseran nilai sosial masyarakat yang memberikan penghargaan dan penghormatan kepada para lanjut usia, mengarah pada tatanan kehidupan masyarakat yang kurang menghargai dan menghormati lanjut usia, sehingga mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar (Departemen Sosial, 1997: 2).

Untuk mengatasi hal tersebut ada yang berpendapat bahwa sebaiknya tenaga kerja tua ditarik dari sasaran kerja apabila telah mencapai masa pensiun dan berlaku bagi semua tenaga kerja tanpa diskriminasi.

4. Kesiapan pensiun

Kesiapan pensiun merupakan masalah individual, sehingga tidak mungkin membuat kebijaksanaan yang berlaku untuk semua tenaga kerja. Beberapa orang mungkin harus pensiun pada umur 50 tahun, beberapa orang umur 55 tahun, sedangkan yang lain pada umur 60 tahun, bahkan ada orang yang masih produktif


(41)

samai umur 65 tahun. Dalam hal ini banyak faktor yang harus diperhitungkan seperti: kesehatan, persyaratan pekerjaan, satuan keluarga dan sebagainya.

5. Masalah kepribadian

Setiap tahap dalam umur manusia mempunyai tuntutan tersendiri, masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, permulaan masa tua dan masa tua. Sebagai manusia pasti memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar untuk keseimbangan emosional dan perasaan kecukupan atau kepuasan.

Berkurangnya integrasi dengan lingkungannya sebagai akibat dari berkurangnya kegiatan sosial. Hal ini cenderung berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis lanjut usia sehingga mereka merasa sudah tidak diperlukan oleh masyarakat dan lingkungannya (Departemen Sosial, 1997 : 2).

2.4. Pelayanan Sosial Lanjut Usia

2.4.1. Pengertian Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Pelayanan sosial lanjut usia adalah proses pemberian bantuan yang dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia, sehingga yang bersangkutan mampu melaksanakan fungsi sosialnya (Departemen Sosial, 2007: 4).

Pelayanan sosial bagi lanjut usia terdiri dari: 1) Pelayanan kesehatan

Menjadi tua juga berarti menurunnya kesehatan fisik. Disamping itu penderita penyakit yang kronis lebih banyak terjadi pada orang usia lanjut daripada orang muda. Karenanya orang lanjut usia memerlukan perawatan yang relatif lebih lama.


(42)

Praktek-praktek kesehatan yang terbaik seharusnya disediakan bagi orang tua, sehingga memungkinkan mereka tetap berguna bagi dirinya dan bagi orang lain. Ilmu pengetahuan medis harusnya dipergunakan tidak hanya untuk mengurangi atau mengobati penyakit orang tua dan penyakit-penyakit kronis, tapi juga untuk mencegah agar mereka tidak mengalami penyakit. Dengan demikian mereka tetap berproduktif dan dapat berdiri sendiri dan tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain.

2) Pelayanan Pendidikan

Tujuan pendidikan tidak hanya untuk masa sekarang, tapi juga untuk masa depan, sehingga pada saat seseorang menjadi tua, ia dapat menikmati hasil pendidikannya. Saat seseorang menginjak usia tua, ia memerlukan suatu proses belajar untuk menyesuaikan dengan proses ketunaan, permasalahan dan kebutuhan-kebutuhannya. Pelayanan pendidikan dibutuhkan bagi orang-orang yang berusia lanjut, terutama yang masih aktif dalam lapangan kerja untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tehnologi, sehingga mereka tetap dapat berpartisipasi pada lapangan kerjanya.

3) Pelayanan Perumahan

Perumahan juga merupakan masalah bagi usia lanjut, walaupun orang tua telah mempunyai rumah sendiri, mungkin datang suatu saat untuk memutuskan, apakah mereka akan pindah ke tempat yang baru atau meninggalkan rumahnya dan tinggal bersama anak mereka, atau kemungkinan mereka hidup di dalam panti yang khusus disediakan untuk orang lanjut usia. Hidup dengan anak mungkin menimbulkan kepuasan, tapi banyak menimbulkan masalah, terutama apabila keadaan perumahan yang tidak mengizinkam atau apabila anak tidak sepenuhnya


(43)

menerima kehadiran orangtua dalam rumah-tangganya. Karena itu orang banyak memilih tinggal dalam lembaga atau panti, karena tidak banyak beban psikologis dan emosional.

4) Program Untuk Mengisi Waktu Luang

Orang-orang yang berusia lanjut mempunyai banyak waktu luang, karena itu memungkinkan untuk memibuat program bagi mereka pada waktu pagi, sore dan malam. Lembaga-lembaga masyarakat dan pemerintah dapat menyediakan berbagai macam program seperti: bagi mereka yang senang dengan kegiatan kerajinan tangan, melukis, ceramah, membuat patung, jahit menjahit dan sebagainya.

2.4.2. Kegiatan Pelayanan Sosial Lanjut Usia

1) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Panti (PSTW)

Pelayanan sosial bagi lanjut usia melalui panti (Panti Sosial Tresna Werdha/PSTW) dilaksanakan dengan menempatkan lanjut usia di dalam panti untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Jenis pelayanan yang diberikan melalui panti yaitu berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti makan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisisan waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agama, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.

2) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti

Pelayanan sosial lanjut usia luar panti yaitu pelayanan sosial yang ditujukan bagi lanjut usia yang berbasiskan kepada keluarga, masyarkat maupun organisasi sosial. Adapun jenis pelayanan yang diberikan meliputi:


(44)

a. Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) adalah pelayanan sosial yang disediakan bagi lanjut usia dan bersifat sementara yang dilaksanakan pada siang hari di dalam panti sosial atau di luar panti sosial dalam waktu tertentu (maksimal 8 jam), dan tidak menginap yang di kelola oleh pemerintah atau masyarakat secara profesional (Departemen Sosial, 2007: 26)

b. Home care yaitu pelayanan harian terhadap lanjut usia yang tidak

potensial yang berada di lingkungan keluarganya yang berupa bantuan bahan pangan atau makanan siap santap dengan tujuan agar terpenuhinya kebutuhan hidup lanjut usia secara layak.

c. Foster care yaitu pelayanan sosial yang diberikan kepada lanjut usia

terlantar melalui keluarga orang lain, berupa bantuan bahan pangan atau makanan siap santap dengan tujuan agar terpenuhinya kebutuhan makan agar lanjut usia dapat hidup secara layak.

d. Bantuan Paket Usaha Ekonomis Produktif (UEP) adalah bantuan yang diberikan kepada lanjut usia kurang mampu yang masih potensial secara perorangan yang didahului bimbingan sosial dan keterampilan.

e. Bantuan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah bantuan paket usaha produktif secara kelompok yang diberikan kepada lanjut usia petensial (1 kelompok terdiri dari 5 sampai 10 orang) yang didahului dengan Bimbingan Pengembangan melalui KUBE lanjut usia (Departemen Sosial, 2002: 7-8).

3) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Kelembagaan

Pelayanan sosial lanjut usia melalui kelembagaan dilaksanakan melalui upaya : a. Mengidentifikasi institusi atau kelembagaan yang bergerak dalam bidang


(45)

lanjut usia baik yang ada di lingkungan pemerintah maupun yang ada di masyarakat pada setiap tingkatan wilayah (kecamatan, kabupaten/kota, propinsi dan nasional).

b. Memfasilitasi pembentukan dan pemantapan institusi atau kelembagaan yang akan dan yang sudah bergerak dalam bidang lanjut usia, seperti :

• Peningkatan profesionalitas sumber daya manusia (SDM) yang dikelembagaan: kesempatan untuk sekolah, kursus, pelatihan ;

• Peningkatan sarana dan prasarana kelembagaan;

c. Pembuatan jaringan jaringan atau network antar lembaga baik nasional maupun internasional yang bergerak dalam penanganan masalah lanjut usia.

4) Pelayanan Sosial Bidang Perlindungan Sosial dan Aksebilitas Lanjut Usia

Perlindungan sosial yaitu upaya pemerintah dan/atau masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.

Aksebilitas lanjut usia, yaitu kemudahan untuk memperoleh dan menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas khusus bagi lanjut usia yang meliputi:

a. Pemberian kemudahan pelayanan administrasi dan keringanan biaya di lembaga pemerintahan dan pelayanan umum, dalam bentuk antara lain : pemberian KTP seumur hidup secara mudah, pemberian kartu sehat dan pemberian kemudahan administrasi pada setiap kegiatan pelayanan umum.


(46)

b. Pemberian keringanan biaya, dalam bentuk atara lain : pengurangan biaya untuk memperoleh KTP seumur hidup, pengurangan harga tiket perjalanan (reduksi) baik di dalam negeri maupun ke luar negeri, pengurangan biaya pengobatan dan perawatan Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta serta pengurangan harga tiket masuk ke tempat-tempat rekreasi.

c. Pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan (pelayanan khusus) yang dilaksanakan melalui penyediaan loket pelayanan khusus, penyediaan alat bantu (kursi roda dan lain-lain), penyediaan tempat duduk khusus dan sarana naik turun penumpang pada sarana dan prasarana angkutan maupun penyediaan angkutan khusus untuk tujuan tertentu.

d. Penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus, dilaksanakan melalui: penyediaan sarana rekreasi dan olah raga ringan di lingkungan permukiman dan penyelenggaraan wisata lanjut usia.

2.4.3. Landasan Hukum

Adapun yang menjadi dasar hukum dalam pelayanan sosial lanjut usia adalah : 1) Undang-Undang Dasar 1945

a. Pasal 34 :

Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara b. Pasal 27 ayat 1 dan 2 :

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.


(47)

2) Undang-undang Nomor 6 Tahnun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.

3) Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

4) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 5) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

6) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.

7) Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 59/HUK/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial.

8) Keputusan Menteri sosial Nomor 50/huk/2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 193/MENKESOS /III / 2003 tentang Standarisasi Panti Sosial.

9) Peraturan Menteri Sosial Nomor 82/huk/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial RI (Departemen Sosial, 2007: 4).

2.5. Day Care Services Lanjut Usia(Pelayanan Harian Lanjut Usia)

2.5.1. Pengertian Day Care Services Lanjut Usia (Pelayanan Harian Lanjut Usia)

Pelayanan sosial lanjut usia yang sudah dilaksanakan di dalam panti sosial maupun di luar panti sosial masih belum mampu untuk menangani permasalahan lanjut usia yang jumlahnya cenderug meningkat setiap tahunnya dan begitu juga kebutuhan para lanjut usia yang semakin berpariasi dan meningkat. Untuk


(48)

menjawab permasalahan lanjut usia tersebut Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia melakukan pengembangan suatu model pelayanan sosial yang dapat memberikan pelayanan kepada lanjut usia potensial yang berbeda dengan jenis pelayanan yang sudah ada. Pelayanan ini disebut dengan Day Care Services Lanjut Usia (Pelayanan Harian Lanjut Usia) (Departemen Sosial, 2007: 26).

Menurut pedoman umum Pelayanan Harian Lanjut Usia (Day Care

Services) dari Departemen Sosial RI, Day Care Services (Pelayanan Harian

Lanjut Usia) adalah suatu model pelayanan sosial yang disediakan bagi lanjut usia dan bersifat sementara yang dilaksanakan pada siang hari di dalam panti sosial atau di luar panti sosial dalam waktu tertentu (maksimal 8 jam), dan tidak menginap yang dikelola oleh pemerintah atau masyarakat secara profesional.

Pelayanan ini ditujukan pada lanjut usia dalam jangka waktu tertentu/ terbatas dalam arti tidak menginap atau hanya mengikuti kegiatan-kegiatan yang diminati. Program pelayanan harian ini dimaksudkan dapat membantu keluarga/ masyarakat yang karena sesuatu hal tidak dapat memberi perawatan dan pelayanan kepada lanjut usia dalam kurun waktu tertentu, terutama pada siang hari sehingga dengan adanya program pelayanan ini lanjut usia tidak mengalami keterlantaran, bahkan sebaliknya mereka dapat berinteraksi dengan lanjut usia lain dan dapat menyalurkan hobi serta kemampuannya dengan mengikuti berbagai kegiatan yang ada.

Tujuan pelayanan Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) adalah :

1) Membantu keluarga memberikan pelayanan kepada lanjut usia.


(49)

pelayanan yang diberikan selama ini.

3) Meningktakan kemampuan lanjut usia mengembangkan diri dalam menghadapi proses ketuaan.

4) Melembagakan nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia

5) Membentuk hubungan dan kerjasama harmonis antara lanjut usia, keluarga, masyarkat dan lembaga pemberi Day Care Services.

Adapun yang menjadi sasaran dalam program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) adalah semua lanjut usia yang berumur 60 tahun ke atas yang membutuhkan Pelayanan Harian Lanjut Usia. Program pelaksanaan

Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) diselenggarakan oleh

kelompok masyarakat, dan pelayanan sosial yang perduli terhadap lanjut usia, misalnya: Yayasan, Organisasi Sosial, Karang Taruna, PSM, Paguyuban, Karang Werdha, Unit Pelaksana Teknis, namun diharapkan harus memiliki tempat dan fasilitas untuk melakukan kegiatan Day Care Services (Departemen Sosial, 2007: 2).

2.5.2. Fungsi Pelayanan Harian Lanjut Usia (Day Care Services)

Pelayanan Harian Lanjut Usia atau Day Care Services memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Pengganti Sementara

Menggantikan tugas dan tanggung jawab keluarga dalam memelihara dan merawat lanjut usia yang disebabkan oleh kesibukan atau alasan lain secara sementara, seperti pemenuhan kebutuhan makan, kasih sayang dan perhatian.


(50)

2. Fungsi Pendukung

Memberikan pelayanan dukungan terhadap kegiatan perawatan dan pemeliharaan lanjut usia, seperti pelayanan conselling bagi lanjut usia.

3. Fungsi Alternatif

Memberikan alternatif pelayanan sosial lanjut usia bagi keluarga yang tidak mampu sepenuhnya melaksanakan tugas perawatan dan memelihara terhadap lanjut usia karena berbagai faktor.

4. Fungsi Perlindungan

Menyediakan pelayanan perlindungan bagi lanjut usia dari perlakuan salah dan tindak kekerasan.

5. Fungsi Informatif

Menyediakan dan memberikan informasi tentang hal yang berkaitan dengan kehidupan dan pelayanan harian lanjut usia, keluarga dan masyarakat seperti menyediakan buku (perpustakaan) (Laporan Pelaksanaan Day Care Services di UPT Pelayanan Sosial Lanjut UsiaWilayah Binjai dan Medan) .

2.5.3. Prinsip dan Proses Pelayanan

Dalam Program Day Care Services ada beberapa prinsip pelayanan yang diberikan kepada lanjut usia. Prinsip pelayanan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1) Tidak mengambil alih tanggung jawab keluarga terhadap lanjut usia, melainkan melengkapi dan menunjang pemenuhan kebutuhan lanjut usia. 2) Tidak memisahkan lanjut usia dengan keluarga dan masyarakat.

3) Memberikan pelayanan prima yaitu pelayanan yang tanggap, cepat, dan paripurna.


(51)

4) Menerapkan nilai-nilai penerimaan, individualisasi, keberhasilan, partisipasi dan tidak diskriminatif.

5) Pelayanan dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh dengan melibatkan berbagai profesi sesuai kebutuhan lanjut usia.

Ada beberapa tahapan dalam proses pelayanan lanjut usia. Tahapan tersebut terdiri dari:

1) Tahap orientasi

Kegiatan yang dilaksanakan lembaga untuk :

a) Memperkenalkan lembaga dan pelayanannya kepada masyarakat melalui penyuluhan, penyebaran leaflet, brosur, dan pemberitahuan media massa. b) Menjalin hubungan antara calon klien, keluarga dan masyarakat dengan

lembaga penyelenggara.

c) Mengumpulkan data lanjut usia.

d) Mengundang berbagai pihak untuk mengunjungi dan mengenal lebih dekat lembaga Pelayanan Harian Lanjut Usia (PHLU).

2) Tahap penerimaan

Kegatan yang dilaksanakan lembaga dalam rangka : a) Mendaftar lanjut usia yang ingin mengikuti PHLU.

b) Menginformasikan untuk mendapatkan kesepakatan tentang tata terrtib pelayanan dan ketentuan-ketentuan lain kepada lanjut usia beserta keluarganya.

c) Mengeidentifikasi berbagai kebutuhan lanjut usia dan permasalahan yang dialami dan yang diharapkan dalam pelayanan.


(52)

d) Mengidentifikasi berbagai pelayanan yang dapat diberikan kepada lanjut usia.

3) Tahap pemberian pelayanan

Kegiatan pemberian pelayanan kepada lanjut usia sesuai dengan kebutuhannya, seperti: pemakanan, pemeriksaan kesehatan, hiburan, pengisian waktu luang, tempat beristirahat, perpustakaan, rekreasi, kerohanian, data dan informasi, kebugaran, keterampilan, dan konsultasi. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

4) Tahap mentoring dan evaluasi serta laporan Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui: a) proses dan hasil pelaksanaan pemberian pelayanan.

b) Perkembangan fisik, sosial, emosional, mental-spiritual, dan intelektual. c) Keberhasilan dan kegagalan pelayanan.

d) Kegiatan pemantuan dan evaluasi dilakukan dengan mengacu kepada format yang telah ditetapkan lembaga PHLU.

e) Memberikan laporan hasil-hasil yang telah dilaksanakan dan dicapai kepada pihak-pihak yang berwenang/keluarga.

5) Tahap penghentian pelayanan

Kegiatan di mana lanjut usia tidak mendapatkan pelayanan lagi apabila: a) Memutuskan untuk berhenti menjadi anggota.

b) Pindah tempat tinggal, sehingga tidak mampu lagi mendatangi lembaga PHLU.


(53)

2.5.4. Jenis Pelayanan Day Care Services

Jenis pelayanan Day Care Services didasarkan kepada kebutuhan lanjut usia, yang terdiri dari:

1. Pelayanan permakanan 2. Pemeriksaan kesehatan 3. Hiburan

4. Rekreasi 5. Kebugaran 6. Keterampilan

7. Pemanfaatan relaksasi/waktu luang 8. Perpustakaan

2.5.5. Sumber Daya Manusia (SDM) Day Care Services

Dalam pelaksanaannya, program Day Care Services didukung oleh sumber daya manusia, diantaranya adalah:

1. Tenaga menajerial

Para pengurus lembaga penyelenggara Day Care Services, antara lain: Kepala/Pimpinan Lembaga, sekretaris, bendahara, kepala-kepela seksi pelayanan, penasehat, konsultan dan tenaga pelayanan/penunjang sesuai dengan struktur organisasi.

2. Tenaga administrasi

Staf karyawan yang bertugas di bidang ketata-usahaan seperti surat menyurat, kepegawaian/ personalia, perlengkapan, dan keuangan.


(54)

3. Tenaga profesional

Para ahli yang memberikan pelayanan langsung kepada lanjut usia, seperti: pekerja sosial, perawat, dokter, psikologi, ahli gizi, rohaniawan dan instruktur. 4. Tenaga relawan

Warga masyarakat yang secara suka rela ikut serta memberikan pelayanan kepada lanjut usia.

5. Tenaga penunjang

Petugas yang membantu mengurus dalam melaksanakan kegiatan lembaga seperti: petugas keamanan, juru masak,tukang kebun, tenaga kebersihan dan sejenisnya.

2.5.6. Saranan dan Prasarana Yang Dibutuhkan Dalam Pelaksanaan Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia)

1. Fasilitas Perkantoran

Fasilitas perkantoran terdiri dari: ruang kerja, meja-kursi, almari, filling kabinet, alat tulis kantor, dan sebagainya.

2. Fasilitas Pelayanan

Fasilitas pelayanan terdiri dari: ruang serbaguna, ruang pelayanan, tempat istirahat, peralatan pelayanan, meja-kursi, wireles, alat hiburan, alat olah raga, alat permainan, alat aksesibilitas, buku, koran, majalah dan lain sebagainya (Departemen Sosial, 2007: 10).


(55)

2.5.7. Metode Pelayanan Day Cares Service

Dalam Pelayanan Harian Lanjut Usia ada beberapa metode pelayanan yang digunakan, diantaranya adalah:

a) Bimbingan sosial dengan individu

Metode pelayanan yang ditujukan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan masalah individu lanjut usia, seperti dalam memberikan pelayanan, konsultasi, mengatasi masalah kesepian, perasaan tidak berguna, kecemasan menghadapi kematian, dan sebagainya.

b) Bimbingan sosial kelompok

Metode pelayanan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan masalah lanjut usia dengan menggunakan pendekatan kelompok, misalnya dengan mengelompokkan para lanjut usia dalam pelayanan hiburan, rekreasi, dan permainan (games).

c) Bimbingan sosial masyarakat

Metode pelayanan yang ditujukan untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam PHLU, seperti: kesediaan bermitra, menjadi donatur, relawan, dan sebagainya (Departemen Sosial, 2007: 15).

2.6. Kerangka Pemikiran

Keberhasialan pembangunan membawa peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, sehingga harapan hidup meningkat. Kondisi positif ini membawa konsekuensi dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Konsekuensinya adalah muncul berbagai tuntutan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dialami lanjut usia. Dengan demikian, kondisi ini tentu


(56)

membutuhkan perhatian dan antisipasi dari berbagi pihak guna menjamin kesejahteraan sosial lanjut usia. Oleh karena itu diperlukan serangkaian upaya yang sungguh-sungguh untuk menyelenggarakan program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia.

Pelayanan terhadap para lanjut usia telah dilaksanakan oleh pemerintah bersama dengan berbagai segmen masyarakat. Pelayanan lanjut usia tersebut dilaksanakan melalui pendekatan panti dan luar panti. Namun pelayanan lanjut usia yang sudah dilakukan selama ini baik melalui panti sosial maupun luar panti sosial belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan para lanjut usia. Dikarenakan hal tersebut maka diperlukanan suatu program pelayanan yang dirasa perlu untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia. Program ini disebut dengan pelayanan harian lanjut usia (Day Care Service).

Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) adalah suatu model

pelayanan sosial yang disediakan bagi lanjut usia dan bersifat sementara yang dilaksanakan pada siang hari di dalam panti sosial atau di luar panti sosial dalam waktu tertentu (maksimal 8 jam), dan tidak menginap yang dikelola oleh pemerintah atau masyarakat secara profesional. Pelaksanaan program Day care

services ini dapat dilaksanakan oleh kelompok, masyarakat, dan lembaga

pelayanan sosial yang perduli terhadap lanjut usia.Salah satu penyelenggara progaram Day care Services adalah UPT Pelayanan Sosial dan Lanjut Usia Wilayah Binjai.

Dalam hal ini,UPT Pelayanan Sosial dan Lanjut Usia Wilayah Binjai menjalankan program Day Care Services dengan tujuan membantu keluarga memberikan pelayanan kepada lanjut usia, memenuhi kebutuhan lanjut usia yang


(57)

tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan yang diberikan selama ini, meningkatkan kemampuan lanjut usia mengembangkan diri dalam menghadapi proses ketuaan, melembagakan nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia, membentuk hubungan dan kerjasama harmonis antara lanjut usia, keluarga, masyarakat, dan lembaga pemberi Day Care Services.


(58)

Gambar 2.1 Bagan Alir Pemikiran

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

DAY CARE SERVICE

(Pelayanan Harian Lanjut Usia) yang terdiri dari: 1. Olah raga/ kebugaran

2. Pemeriksaan Kesehatan 3. Bimbingan Rohani 4. Hiburan dan rekreasi

5. Pengisian waktu senggang (membaca) 6.Kunjungan kerumah

Efektif Tidak Efektif

Indikator efektivitas pelaksanaan Program Day Care Services:

1.Kualitas, apakah program Day Care Services, sudah berjalan sesuai harapan atau belum.

2.Kuantitas, diukur dari banyaknya lansia yang mengikuti kegiatan, jumlah SDM, serta ketersediaan sarana dan prasarana.

3. Dampak, apakah kegiatan yang dilaksanakan memberikan perubahan bagi lanjut usia 4. Waktu, merupakan ketepatan antara peserta program dan jadwal kegiatan


(1)

Untuk mengetahui hasil dari pengukuran efektivitas maka dapat dilihat dimana letak hasil perhitugan yang telah dilakukan dari dalam indikator ini:

1. -1,00 – (-0,667) = Negatif (Tidak Efektif) 2. -0,668 – 0,335 = Netral (Kurang Efektif) 3. 0,336 – 1,00 = Positif (Efektif)

Berdasarkan hasil perhitungan, ternyata pengukuran terhadap efektivitas pelaksanaan progam day care services oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah sebagai berikut :

1. Dilihat dari segi kualitas pelaksanaan program day care services mendapat hasil 0,71 dan termasuk ke dalam indikator postif (Efektif). 2. Dilihat dari segi kuantitas pelaksanaan program day care services

mendapatkan hasil 0,59 dan termasuk ke dalam indikator positif (Efektif).

3. Dilihat dari segi dampak pelaksanaan program day care services mendapatkan hasil 0,53 dan termasuk ke dalam indikator positif (Efektif).

4. Dilihat dari segi pemanfaatan waktu kegiatan mendapatkan hasil 0,49 dan termasuk ke dalam indikator positif (Efektif).


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, dikemukakan beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di dalam penelitian ini adalah kesimpulan yang bersifat representativ dalam penelitian tentang kondisi atau gambaran mengenai efektivitas pelayanan program day care services (pelayanan harian lanjut usia) yang dilaksanakan oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan. Adapun responden dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Sementara saran yang terdapat dalam bab ini merupakan ide, gagasan untuk dapat memberikan hal yang terbaik bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan, dalam menalankan fungsi dan erannya sebagai pelaksana program day care services.

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data penulis melihat bahwa rata-rata hasil pengukuran terhadap efektivitas pelaksanaan program day care services oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medanadalah positif. Secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut :

Dalam pelaksanaan program day care services, dari segi kualitas pelaksanaan program dapat ditarik kesimpulannya bahwa program day care services yang dilksanakan oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan sudah baik kualitasnya. Hal ini terlihat dari jawaban-jawaban responden menegnai kualitas pelaksanaan program day care services, misalnya mengenai promosi dan sosialisasi yang dilakukan oelh pihak lembaga, dan jenis pelayanan yang sudah sesuai dengan kebutuhan para peserta program. Dari segi kualitas pelaksanaan


(3)

program, pengukuran terhadap efektivitas pelaksanaan program day care services oleh UPT Pelyanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan mendapatkan hasil yang positif (efektif) dengan nilai 0, 71.

Dari segi kuantitas, mulai dari kualifikasi jumlah pendamping, kelengkapan fasilitas dan saran prasarana, juga tingkat kepuasan terhadap fasilitas-fasilitas yang disediakan, dapat digambarkan bahwa dari segi kuantitas program ini sudah berjalan baik. Walaupun ada tanggapan dari para responden yang merasa bahwa kelengkapan dari fasilitas tidak dimanfaatkan dengan sebaiknya namun secara umum, dari segi kuantitas pelaksanaan program day care services ini berjalan baik dan membawa hasil yang positif (efektif) yaitu sebesar 0, 59.

Adapun dari dampak kegiatan, dapat dilihat bahwa kegitan ini memberikan dampak positif bagi para peserta program. Dimana para responden menjawab kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mereka terutama untuk mengisi waktu luang mereka untuk hal-hal yang berguna. Dengan adanya kegiatan ini banyak manfaat yang mereka rasakan misalnya saja peningkatan derajat kesehatan dan peningkatan kondisi fisik mereka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari segi dampak kegiatan, kegiatan ini telah membawa hasil positif (efektif) yaitu sebesar 0,53.

Terdapat variasi waktu pelakasanaan dalam program day care services ini, beberapa responden menjawab bahwa mulai mengikuti program ini mulai dari diberlangsungkannya program ini yakni pada tahun 2007. Tetapi ada pula responden yang menjawab bahwa baru setahun belakangan mebgikuti program ini. dengan mengikuti program ini mereka berharap dapat menggunakan waktu luang mereka dengan sebaik-baiknya walaupun dalam pelaksanaanya, ada


(4)

beberapa para responden yang intensitas kehadirannya bisa dikatakan jarang. Namun secara keseluruhan program Day care Services oleh UPT pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan telah membawa hasil yang positif (efektif) yakni sebesar 0,49

6.2. Saran

Setelah memperhatikan kesimpulan yang telah dipaparkan secara ringkas tersebut, maka dapat dirangkum beberapa saran-saran berikut :

1 Untuk keberhasilan program day care services di harapkan pihak lembaga memberikan pelayanan terbaik bagi para peserta program day care services. Pelayanan ini dapat meliputi pelayanan kesehatan, pelayanan fisik, ataupun bimbingan rohani.

2 Mengenai sarana dan prasarana perlu adanya pembenahan. Misalnya saja melengkapi buku-buku yang ada di perpustakaan dengan buku yang memang sesuai untuk lanjut usia. Serta memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan lembaga misalnya saja, menggunakan kembali sepeda sport.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bernard, I, Chaster. 1992. Organisasi dan Manajemen Struktur, Prilaku dan Proses. Jakarta: Gramedia.

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. 2001. Acuan Umum Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Jakarta: Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lanjut Usia.

Departemen Sosial RI. 2007. Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti. Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia.

Departemen Sosial RI. 2007. Pedoman Pelayanan Harian Lanjut Usia (PHLU) Day Care Services. Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia.

Departemen Sosial RI. 1997. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti. Jakarta: Direktorat Bina Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia.

Departemen Sosial RI. 2002. Sistem Informasi Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Soisla Lanjut Usia.

Kushariyadi.2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.

Muhidin, Syarif. 1984. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehaan masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekanto, Soedjono. 1989. Teori Sosiologi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Steers Richard, M. 1977. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.


(6)

Sumarnonugroho.1991. sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: PT. Hanindita.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT.Refika Adiama. Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan: Grasindo Monoratama.

Sumber-sumber lain :

diakses pada pukul 06.28 WIB, 11 Maret 2012).

diakses pada pukul 19.46 WIB, 12 Maret 2012).


Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

4 96 133

Standar Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Asuhan Budi Luhur Nanggroe Aceh Darussalam

2 54 107

GAMBARAN TINGKAT SPIRITUALITAS LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan.

0 1 16

GAMBARAN TINGKAT SPIRITUALITAS LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA Gambaran Tingkat Spiritualitas Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Magetan.

0 1 13

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 17

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 2

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 14

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 48

Efektivitas Pelaksanaan Model Pelayanan Reguler Bagi Lanjut Usia di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

0 0 3

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

0 2 15