Tanggung jawab notaris terhadap covernote (surat keterangan) atas pengurusan sertipikat

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini disebabkan oleh laju
pembangunan dan meningkatnya kebutuhanakan tanah baik untuk kepentingan
industri, jasa maupun pemukiman penduduk seperti perumahan dan perkantoran. Hal
ini dikarenakan kegiatan pembangunan dan pertumbuhan penduduk yang meningkat
setiap tahunnya serta tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya alam yakni
tanah yang terbatas.
Dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal, maka masalah
tanah bukan saja permasalahan yuridis namun menyangkut masalah ekonomi, sosial
dan politik. Tanah merupakan salah satu kebutuhan yang paling mendasar (primer)
dan penting dalam kehidupan dan pembangunan saat ini dan masa yang akan datang.
Hal tersebut menjadi sangat penting bagi orang atau badan hukum1 menuntut adanya
kepastian hukum atas kepemilikan tanah dalam bentuk dokumen tertulis yang
diperoleh melalui pendaftaran tanah.
Di Indonesia masalah sumber daya alam diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 33 ayat (3) disebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal ini rakyat diwajibkan mempergunakan air,

1


Florianus SP. Sangun, Tata Cara Mengurus Sertipikat Tanah, Visimedia, Jakarta, 2007, hal 2

1

Universitas Sumatera Utara

2

tanah dan kekayaan alam lainnya dengan sebaik-baiknya dan negara selaku badan
penguasa atas bumi, air, ruang angkasa, serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya berwenang untuk mengatur dalam rangka mencapai sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat Indonesia.Pemerintah dalam rangka menjamin kepastian hukum
yaitu dengan mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia
menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam hal ini
kepastiannya mengenai letak batas luas tanah, status tanah dan orang yang berhak
atas tanah, dan pemberian surat berupa sertipikat.
Aspek hukum atau aspek legalitas pada tanah sangat penting untuk
mengantisipasi timbulnya permasalahan hukum dikemudian hari. Aspek legalitas
selain sebagai kepemilikan juga untuk memberikan kepastian hukum pada para pihak

bahwa dia adalah pemilik sah atas tanah tersebut. Sertifikat, selain berfungsi sebagai
alat bukti kepemilikan atau penguasaan atas tanah, sertifikat juga memilki fungsi lain
yaitu sebagai syarat apabila kita ingin mendirikan bangunan berupa tempat tingal di
atas tanah yang kita miliki atau kita kuasai. Syarat dari penerbitan izin mendirikan
bangunan salah satunya adalah sertifikat tersebut. Hal lain, yaitu secara ekonomis,
sertifikat juga memiliki fungsi sebagai jaminan pembiayaan apabila kita
membutuhkan pinjaman dari bank.
Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum maka pemegang hak
atas tanah yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah sedangkan untuk
melaksanakan fungsi informasi, data yang berkaitan dengan aspek fisik dan yuridis
dari bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar dinyatakan terbukti untuk umum (asas

Universitas Sumatera Utara

3

publisitas), sementara dalam mencapai tujuan tertib administrasi pertanahan maka
setiap bidang atau satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan dan
hapusnya hak atas tanah dan hak milik satuan rumah susun wajib di daftar.2
Ketentuan mengenai Pendaftaran tanah diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah Nomor : 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah selanjutnya disebut
PP 24/1997, yang mulai berlaku pada tanggal 8 Oktober 1997 sebagai pengganti
Peraturan Pemerintah Nomor : 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah, yang
sejak

tahun

1961

mengatur

pelaksanaan

pendaftaran

tanah

sebagaimana

diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA. Ketentuan pelaksanaan lebih lanjut diatur dalam

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor : 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Ada tiga tujuan pendaftaran tanah yakni tujuan untuk memberikan kepastian
hukum dan perlindungan hukum yaitu sertipikat tanah,untuk menyediakan informasi
pertanahan yaitu SKPT (Surat Keterangan Pendaftaran Tanah) dan untuk tertib
administrasi pertanahan yaitu kemutakhiran data.3
Kegiatan

Pelaksanaan

pendaftaran

tanah

merupakan

kewajiban

dari


pemerintah yang bertujuan untuk menjamin kepastian hukum yang bersifat
rechtscadaster, artinya untuk kepentingan pendaftaran tanah saja dan hanya
mempermasalahkan haknya apa dan siapa pemiliknya bukan untuk kepentingan lain
seperti halnya perpajakan.4

2

Mhd Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2008, hal 169
3
Ibid
4
AP Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Madju, Bandung, 1994, hal 3

Universitas Sumatera Utara

4

Dalam


Undang-Undang

Pokok

Agraria

selanjutnya

disebut

UUPA,

pendaftaran tanah merupakan hal penting karena pendaftaran tanah merupakan awal
dari proses lahirnya sebuah bukti kepemilikan hak atas tanah. Pasal 19 UUPA
mewajibkan pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
Republik Indonesia menurut ketentuan yang sudah diatur dengan peraturan
pemerintah.
Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 menyebutkan
bahwa :

1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran
tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia menurut Ketentuan-ketentuan
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 Pasal 1 meliputi :
a.

Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah

b.

Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut

c.

Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.

3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan
masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan
penyelenggaraannya menurut pertimbangan Menteri Agraria.

4. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan
pendaftaran termaksud dalam ayat 1 di atas dengan ketentuan bahwa rakyat
yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya tersebut.

Universitas Sumatera Utara

5

Dengan adanya bukti hak atas tanah maka seseorang dapat mempertahankan
haknya dan mempergunakan hak tersebut sesuai dengan kepentingannya misalnya
dalam melakukan peralihan hak atas tanah tersebut maupun untuk keperluan
pemasangan hak tanggungan.
Hak atas kepemilikan tanah adalah “hak yang memberi wewenang kepada
pemiliknya untuk mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang
dihakinya. Ciri khasnya adalah si pemilik hak berwenang untuk mempergunakan atau
mengambil manfaat dari tanah yang dihakinya”5
Ketentuan mengenai hak-hak atas tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pasal 4 ayat (1) yang
menyebutkan bahwa :
“Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2

ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah yang
dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum”.
Pasal 16 Ayat (1) UUPA menyebutkan macam-macam hak atas tanah yaitu6:
Hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) ialah :
a. Hak Milik
b. Hak Guna Usaha
c. Hak Guna Bangunan
d. Hak Pakai
e. Hak Sewa
5

Effendi Perangin, Hukum Agraria Di Indonesia (Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi
Hukum) Cetakan ke-3, CV. Rajawali, Jakarta, 1991, hal 229
6
Muchsin, Imam Koeswayono, Hukum Agraria Indonesia Dalam Perpektif Sejarah, Refina
Aditama, Bandung, 2007, hal 56

Universitas Sumatera Utara


6

f.
g.
h.

Hak Membuka Tanah
Hak Memungut Hasil Hutan
Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak tersebut diatas yang akan
ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara
sebagai disebut dalam Pasal 53.

Proses pemberian hak pada suatu permohonan hak atas tanah tidak hanya
dengan melihat segi prosedurnya saja. Suatu permohonan tidak cukup hanya
dianalisis dengan apakah si pemohon memenuhi syarat, diperiksa secara fisik, diukur,
permohonan terhadap hak atas tanah tersebut telah diumumkan, dan lain sebagainya
yang sifatnya prosedur, melainkan harus pula dikaji dari segi hukumnya. Pada
dasarnya pemberian hak atas tanah-tanah tersebut meliputi beberapa unsur, yaitu:
a. Subjek pemohon, dengan sasaran penelitian berupa data pribadi/warga negara.
b. Lokasi tanahnya yang menyangkut letak sebenarnya tanah yang diuraikan

serta batas-batas yang tegas sesuai dengan prinsip Contradictoir Limitatief.
c. Bukti-bukti perolehan haknya secara beruntun dan sah menurut hukum.
Bukti hak atas tanah disebut dengan sertipikat7 adalah surat tanda bukti hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah,
hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan
yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.
Jadi sertipikat merupakan sebuah dokumen yang diperoleh dari hasil
pendaftaran tanah yang merupakan realisasi dari tujuan Undang-Undang Pokok
Agraria dimana “kegiatan pendaftaran tanah akan menghasilkan tanda bukti hak atas
tanah yang disebut dengan sertipikat”.

7

Pasal 1 Ayat 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Universitas Sumatera Utara

7

Sertipikat menunjukkan bahwa pada bidang tanah tersebut diketahui letak
tanah, batas-batas tanah, luas tanah, bangunan dan jenis tanaman apa yang ada
diatasnya serta “untuk memperoleh kepastian mengenai status tanahnya, siapa
pemegang haknya dan ada atau tidak adanya pihak lain”.8
Hak yang dimiliki oleh seseorang atau badan hukum atas suatu benda atau
barang yang dipegang tidak selamanya ada padanya. Melainkan suatu saat hak
tersebut dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain. Peralihan dapat terjadi karena
adanya pemberian (hibah), jual-beli, tukar-menukar, pewarisan dan sebagainya.9 Hak
atas tanah dapat dipindahkan atau dialihkan kepada pihak lain. Pemidahan atau
peralihan hak atas tanah tersebut harus dibuktikan dengan akta otentik.
Agar menjamin kepastian

hukum terjadinya peralihan hak atas tanah

danbangunan, maka transaksi tersebut dilakukan dihadapan Notaris sebagai
pejabatumum yang berwenang membuat akta otentik. Menurut Pasal 1 UndangUndang Nomor 2 tahun 2014 jo 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Notaris
adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.10
Di Indonesia keberadaan notaris sebagai pejabat publik yang berwenang
membuat akta otentik sebagai alat bukti

tertulis. Perihal jabatan notaris dalam

perkembangannya diatur dalam Undang-Undang Nomor no.2 tahun

2014 jo 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut sebagai UUJN).
8

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia : “Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya”, Djambatan, Jakarta, 2005, hal 72
9
Maria S.W. Sumardjono dan Martin Samosir, Hukum Pertanahan Dalam Berbagai Aspek,
Bina Media, Medan, 2000, hal 21
10
Undang-Undang Nomor.2 tahun 2014 jo 30 Tahun 2004 tentang perubahan atas undangundang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

Universitas Sumatera Utara

8

Kehadiran jabatan notaris dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud
membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang
bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum.
Selain menerbitkan bukti tertulis berupa akta aotentik notaris sebagai pejabat
umum juga membuat surat keterangan yang sering disebut sebagai covernote. Pada
lazimnya covernote merupakan surat yang menerangkan bahwa adanya proses yang
masih berjalan dalam pengurusan akta-akta yang belum selesai. Hal ini biasanya
terjadi dalam perjanjian kredit yang mana membutuhkan sertipikat sebagai objek
jaminan. Namun surat-surat tanah yang telah dijadikan salah satu kelengkapan dalam
perjanjian kredit tersebut belum dapat dipenuhi yang disebabkan oleh masih dalam
proses pembuatan sertipikat ataupun dalam proses pemecahan sertipikat, roya, balik
nama dll yang masih sedang berjalan.
Sehingga untuk memudahkan proses kelengkapan perjanjian kredit tersebut
maka notaris sebagai pejabat umum membuat covernote sebagai surat keterangan
yang menjelaskan kondisi yang berhubungan dengan proses pengurusan sertipikat
tersebut yang masih belum selesai.
Dalam tugas dan kewenangan notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris
dan peraturan tersebut tidak ada menerangkan bahwa Notaris dapat mengeluarkan
covernote untuk menjelaskan akta yang masih dalam proses pengurusan. Oleh sebab
itu, covernote bukan produk notaris berdasarkan Undang-Undang. Sebab tidak
disebutkan dalam pasal mengenai ketentuan Notaris menerbitkan covernote sebagai

Universitas Sumatera Utara

9

jaminan. Namun dalam praktiknya sering ditemukan bahwa covernote digunakan
untuk pihak-pihak yang berkepentingan.
Notaris yang mengeluarkan akta ataupun covernote tidak sembarang
memberikan keterangan mengenai proses pengurusan yang belum selesai. Covernote
tidak digunakan sebagai jaminan dan bukti agunan, melainkan sebagai pengantar bagi
pihak yang berkepentingan untuk memberikan kepercayaan dan memenuhi salah satu
syarat permohonan kredit yang dilakukan oleh klien notaris.
Notaris dalam menjalankan jabatannya harus memberikan penjelasan
mengenai akta peralihan hak serta kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi para
Pihak. Organisasi Profesi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI) telah
membentuk Kode Etik Profesi yaitu Kode Etik INI. Kode Etik INI bagi para Notaris
hanya sampai pada tatanan sanksi moral dan administratif.11 Notaris dalam
melakukan tugas jabatannya harus

penuh tanggung jawab dengan menghayati

keseluruhan martabat jabatannya dan dengan keterampilannya melayani kepentingan
masyarakat yang meminta jasanya dengan selalu mengindahkan ketentuan undangundang, etika, ketertiban umum dan berbahasa Indonesia yang baik.
Notaris selaku pejabat umum dituntut untuk selalu bekerja secara professional
dengan menguasai seluk beluk profesinya menjalankan tugasnya, Notaris harus
menyadari kewajibannya bekerja mandiri, jujur, tidak memihak dan penuh rasa
tanggung jawab serta secara professional.12

11

Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang dan Di Masa Datang,
Jakarta, PT. Gramedia, 2008, hal 93-94
12
C.S.T. Kansil, S.H & Chistine S.T Kansil, S.H., M.H, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum,
PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 1996, hal87

Universitas Sumatera Utara

10

Notaris sebagai pejabat umum yang tugasnya melayani masyarakat
diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan hukum nasional
dituntut untuk memiliki moral yang tinggi.Nilai moral merupakan kekuatan yang
mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur, oleh karena itu Notaris dituntut untuk
memiliki nilai moral yang kuat.
Wewenang membuat akta otentik ini hanya dilaksanakan oleh notaris sejauh
pembuatan akte otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.13
Yang menjadi kewenangan Notaris dalam menjalankan profesinya adalah :
1.

Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian
dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau
yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta
otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan
akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau
orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

2.

Notaris berwenang pula :
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.
b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan dengan mendaftar
dalambuku khusus.

13

Penjelasan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang JabatanNotaris

Universitas Sumatera Utara

11

c. Membuat copy dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan.
d. Melakukan pengesahan kecocokan dan fotokopi dengan surat aslinya
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta
f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan
g. Membuat akta risalah lelang
Notaris membuat akta selain karena dikehendaki oleh undang-undang, juga
dikehendaki oleh pihak yang berepentingan untuk memastikan hak dan kewajibannya
demi kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan
sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan.14
Notaris adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh negara untuk menyatakan
terjadinya hubungan hukum antara para pihak dalam suatu akta.Artinya bahwa akta
notaris itu berkaitan secara langsung dengan nilai martabat para pihak yang berjanji.
Janji yang telah dinyatakan dalam akta merupakan cerminan kehendak yang tulus dari
para pihak.15
Kewenangan notaris dalam hal memebuat akta otentik merupakan permintaan
para pihak, dan tidak bertentangan dengan pasal 1320 KUHPerdata yakni 4 syarat
sahnya persetujuan sebagai berikut :
a. Kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

14

Ibid
Putri A.R, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Indikator Tugas-Tugas Jabatan Notaris
yang Berimplikasi Perbuatan Pidana, PT. Softmedia, Jakarta, 2011, hal 7
15

Universitas Sumatera Utara

12

c. Objek atau hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal
Atas dasar kewenangan tersebut maka notaris dituntut untuk menjalankan
tugas dan kewajibannya secara professional dalam memberikan jaminan hukum
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam praktik sehari-hari notaris memiliki
kepribadian yang baik dan menjunjung tinggi martabat jabatan notaris.
Notaris tidak terikat dengan hubungan hukum (perjanjian) yang telah
dilakukan oleh para pihak sebelumnya. Apabila terjadi sengketa di belakang hari
mengenai apa yang diperjanjikan dalam suatu akta notaris (hal-hal yang telah
disepakati para pihak),notaris tidak terlibat dalam hal pelaksanaan hak dan kewajiban
dan berada di luar hukum para pihak. Sengketa yang timbul akibat kesalahan notaris
baik karena kelalaian maupun karena kesengajaan, maka notaris harus bertanggung
jawab baik secara moral maupun secara hukum.Akta yang dibuat notaris oleh
karenanya harus mengandung syarat-syarat yang diperlukan agar tercapai sifat otentik
dari akta itu sebagaimana yang telah diatur dalam UUJN.
Dalam praktiknya, notaris terlibat dengan perkara hukum baiksebagai saksi
maupun sebagai tersangka. Keterlibatan notaris dalam perkara hukum disebabkan
adanya kesalahan pada akta yang dibuatnya, baik karena kesalahan notaris itu sendiri
maupun kesalahan para pihak atau salah satu pihak yang tidak memberikan
keterangan atau dokumen yang sebenarnya (tidak adanya iktikad baik dari para pihak
atau salah satu pihak) atau telah ada kesepakatan antara notaris dengan salah satu
pihak yang menimbulkan kerugian pada pihak lain.

Universitas Sumatera Utara

13

UUJN

mengatur

bahwa

ketika

notaris

dalam

menjalankan

tugas

jabatannyaterbukti melakukan pelanggaran, maka notaris dapat dikenai atau dijatuhi
sanksi. Sanksi tersebut berupa sanksi perdata, administrasi, dan kode etik jabatan
notaris, dan sanksi-sanksi tersebut telah diatur sedemikian rupa, baik sebelumnya
dalam Peraturan Jabatan Notaris, dan sekarang dalam UUJN dan Kode Etik Notaris,
dan tidak mengatur adanya sanksi pidana terhadap notaris.16
Ketiadaan sanksi pidana dalam UUJN tidak mengakibatkan seorang notaris
terbebas dari pertanggungjawaban pidana dalam menjalankan jabatannya.Notaris
dalam menjalankan jabatannya melakukan penyimpangan yang memiliki aspek
pidana, maka terhadap notaris yang bersangkutan dapat dijatuhi sanksi pidana
berdasarkan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut yang menyatakan bagaimana
pentingnya peranan notaris dalam pengurusan sertipikat sebagai bukti kepemilikan
hak atas tanah maka penulis merasa perlu melakukan penelitian terhadap hal tersebut
dengan judul “TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP COVERNOTE
(SURAT KETERANGAN) ATAS PENGURUSAN SERTIPIKAT PERUMAHAN”
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas maka yang akan menjadi permasalahan adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Fungsi dan Peranan Covernote notaris atas proses pengurusan
sertipikat?

16

Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris, Cetakan Ketiga, Refika Aditama, Bandung, 2011, (Selanjutnya disebut Buku
I ), hal 25

Universitas Sumatera Utara

14

2. Bagaimana Tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum terhadap covernote
yang dibuat atas pengurusan sertipikat?
3. Bagaimana akibat hukum covernote yang dibuat oleh notaris terhadap pihakpihak yang berkepentingan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui fungsi dari covernote yang dibuat oleh notaris atas proses
pengurusan setipikat.
2. Untuk mengetahui tanggungjawab notaris sebagai pejabat umum terhadap
covernote yang dibuat atas pengurusan sertipikat.
3. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan dari penggunaan covernote
oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
D. Manfaat Penelitian
1.

Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran
dalam disiplin ilmu hukum yakni perkembangan ilmu hukum khususnya pada
bidang Agraria baik dari perundang-undangan maupun penerapan.

2.

Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan
dalam praktik hukum pelaksanaan bidang pertanahan sekaligus jalan keluar bagi
permasalahan yang timbul dalam proses pengurusan sertipikat.

E. Keaslian Penelitian
Penulisan inidilakukan berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan
Tanggung Jawab Notaris, kasus aktual yang dialami lembaga-lembaga perbankan

Universitas Sumatera Utara

15

yang memiliki kerjasama dengan notaries terkait dengan pencairan kredit di
perbankan, terdapat juga penelitiansebelumnya yang dilakukan oleh :
1.

Agustining, NIM : 087011001, Magister Kenotariatan dalam Program Studi
Pascasarjana Fakultas Hukum USU, dengan judul “Tanggungjawab Notaris
Terhadap Akta Otentik yang Dibuat dan Berindikasi Perbuatan Pidana” dan
permasalahan yang diteliti adalah :
a. Faktor apakah yang menyebabkan notaris diperlukan kehadirannya dalam
pemeriksaan perkara pidana?
b. Bagaimana tanggungjawab notaris sebagai pejabat umum terhadap akta
otentik yang dibuat dan berindikasi perbuatan pidana?
c. Bagaimana fungsi dan peranan Majelis Pengawas Daerah terhadap
pemanggilan notaris pada pemeriksaan perkara pidana?

2.

Nurhimmi Falahiyati, NIM : 077011053, Magister Kenotariatan dalam Program
Studi Pascasarjana Fakultas Hukum USU, dengan judul “Kajian Hukum
Terhadap Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akad Pembiayaan Murabahah
dengan Jaminan Tanah Yang Belum Bersertifikat” dan permasalahan yang
diteliti adalah :
a. Bagaimana kekuatan hukum atas tanah belum bersertifikat sebagai objek
jaminandalam pembiayaan murabahah?
b. Bagaimana resiko bank atas pembiayaan murabahah dengan jaminan tanah
yang belum bersertifikat?

Universitas Sumatera Utara

16

c. Bagaimana peranan notaris dalam pembuatan akta jaminan dalam akad
pembiayaan murabahah atas tanah yang belum bersertifikat?
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya khususnya pada Sekolah Pascasarjana Kenotariatan Universitas Sumatera
Utara,maka penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.Oleh karena itu
judul penelitian ini merupakan hasil karya asli berdasarkan azas-azas dan perundangundangan yang berlaku.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Teori adalah seperangkat preposisi atau gagasan yang berisi konsep abstrak

atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antar variabel
sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh
suatu variabel dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar
variabel tersebut.17
Atau menjelaskan gejala spesifik atau proses sesuatu hal terjadi dan teori
harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan
ketidakbenarannya.18
Teori Hukum merupakan ilmu yang sangat luas. Cakupan ilmu hukum tidak
terbatas hanya pada lingkup hukum, norma,perundang-undangan semata tapi meliputi

17

Maria S.W. Sumardjono, Pedoman, Pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia, Yogyakarta,
1989, hal 12-13, bandingkan dengan Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT.
Gramedia, Jakarta, 1989, hal.19
18
J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, Jakarta, FE UI, 1996, hal 203

Universitas Sumatera Utara

17

aspek antropologi, kultur, sosial, ideologi dan politik. Cakupan yang relatif luas
mengindikasikan bahwa hukum tidak dapat mudah dimengerti baik definisi maupun
substansinya.
Kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara untuk bagaimana
mengorganisasikan

dan

menginterpretasikan

hasil-hasil

penelitian

dan

menghubungkannya dengan hasil-hasil terdahulu.19
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teoritentang tanggung
jawab hukum oleh Hans Kelsen. “Satu konsep yang berhubungan dengan konsep
kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum. Bahwa seseorang
bertanggungjawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia
memikul tanggungjawab hukum, berarti bahwa dia bertanggungjawab atas suatu
sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan. Biasanya yakni dalam hal sanksi
ditujukan kepada pelaku langsung, seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya
sendiri.20
Fungsi penggunaan teori dalam penelitian ini adalah memberikan arahan atau
petunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati. Penelitian ini berusaha
untuk memahami pelaksanaan pengurusan sertipikat melalui notaris sebagai kaidah
hukum yang ditentukan oleh perundang-undangan.
Setelah adanya UUPA Nomor 5 Tahun 1960 maka salah satu isinya adalah
tata cara pengurusan sertipikat tanah di Indonesia seperti dasar hukum pendaftaran
19

Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hal 23
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni dengan judul buku asli General Theori of Law and
State,Alih Bahasa Somardi, Rimdi Press, Jakarta, hal.65
20

Universitas Sumatera Utara

18

tanah objek pendaftaran tanah agar adanya penertiban tentang penggunaan tanah
sebab sering ditemukan pada masyarakat bahwa tidak tahu dan tidak paham tentang
penggunaan hak atas tanah yang mana perihal itu merupakan suatu perihal yang harus
diketahui dan memerlukan suatu pembuktian atau alat bukti yaitu sertipikat tanah
yang menyatakan tanah itu adalah benar-benar miliknya.
Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya
sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data dalam surat ukur dan
buku tanah yang bersangkutan.21
Proses pengurusan sertipikat perumahan diawali dengan pendaftaran hak atas
sebidang tanah atau rumah dimana pendaftaran tanah merupakan persoalan yang
sangat penting dalam UUPA. Pendaftaran tanah akan menghasilkan kepastian bukti
hak atas tanah yang merupakan alat yang mutlak ada, sebagai dasar status
kepemilikan tanah.
Aspek hukum yang terkandung dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di
dalamnya dapat dilihat dari cara pendaftaran tanah misalnya seperti pendaftaran tanah
dilakukan secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik.
Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendapatan tanah untuk
pertama kalinya yang dilakukan serentak yang meliputi semua objek pendaftaran
tanah yang belum di daftar dalam wilayah desa/kelurahan. Pendaftaran secara

21

PP Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 32 ayat 1

Universitas Sumatera Utara

19

sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah buat pertama kalinya mengenai satu atau
beberapa objek secara individual massal.
Selanjutnya setelah proses pendaftaran tanah selesai dilakukan maka
dilakukan tahap berikutnya yaitu pengumpulan dan pengolahan data fisik meliputi
kegiatan pengukuran dan pemetaan sebagai berikut :
1. Pembuatan peta dasar pendaftaran
2. Penetapan batas bidang-bidang tanah
3. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta
pendaftaran tanah
4. Pembuatan daftar tanah
5. Pembuatan surat ukur
Proses berikutnya dilanjutkan dengan pembuktian hak dan pembukuannya
yakni sesuai yang tercantum dalam Pasal 23, Pasal 24 dan seterusnya. Setelah itu
diterbitkan sertipikat sebagai surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis.
2.

Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi adalah

pendapat, pangkalan pendapat. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa
sesuatu dari

abstrak menjadi suatu

yang konkrit,

yang disebut dengan

operationaldefinition. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus.22

22

Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1997, hal 21

Universitas Sumatera Utara

20

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus
didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil
penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sebagai berikut:
a. Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
dan kewenangan lainnya mengenai sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang ini.23
b. Hak Notaris adalah menerima upah atau imbalan atas jasa layanan yang
diberikan kepada masyarakat tanpa terkecuali.
c. Tanggungjawab Notaris adalah membuat akta otentik, mengesahkan suratsurat penting dalam bentuk legalisasi dan waarmeeking, mengeluarkan surat
keterangan dalam bentuk covernote.
d. Covernote Notaris adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh seorang
notaris sebagai pejabat umum yang berisi penjelasan dan dilengkapi
tandatangan, cap, dan segelnya guna sebagai penjamin dan alat bukti yang
kuat.
e. Akta Notaris adalah akta otetntikyang dibuat oleh atau dihadapan notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan undang-undang24
f. Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data

23
24

Pasal 1Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris
Ibid

Universitas Sumatera Utara

21

yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membenaninya.
g. Sertipikat adalah surat tanda bukti hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah
wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masingmasing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.25
h. Hak Milik adalah Hak turun temurun, terkuat dan terpengaruh yang dapat
dimiliki orang atas tanah.26
G. Metode Penelitian
1.

Jenis dan Sifat Penelitian
Penulis menggunakan jenis penelitian dengan metode pendekatan yuridis

normatif yaitu penelitian yang mengacu kepada teori-teori, norma-norma, asas-asas
yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai landasan
normatif. Kemudian penulis deskripsikan dengan fakta-fakta terkait untuk
menemukan kebenaran baru.
Sifat Penelitian merupakan Deskriptif analitis,dengan yang berorientasi pada
pemecahan masalah karena penelitian dilakukan setelah kejadian berlangsung. Sifat
Deskriptif dalam penelitian ini untuk menggambarkan fakta yang berkembang
didalam masyarakat tentang Hak Tanggung Jawab Notaris Terhadap Surat
Keterangan (Covernote) atas pengurusan setipikat perumahan.

25

Pasal 1 angka 20 PP Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, lihat juga Pasal 9
ayat 2 huruf c UUPA
26
Pasal 20 Undang-Undang Pokok Agraria

Universitas Sumatera Utara

22

2.

Sumber Data
Data penelitian penulis peroleh dengan cara :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang berupa dokumendokumen perundang-undangan yang masih berlaku berkaitan dengan Hak dan
Tanggung Jawab Notaris dalam Pengurusan Sertipikat.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari penjelasanpenjelasan, dokumen pendukung terhadap bahan hukum primer.

3.

Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara studi kepustakaan

(library research) yang di dukung penelitian praktik di lapangan dan dilengkapi
dengan menghimpun data pendukung dari bahan-bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder.
4.

Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka penulis melakukan analisa data

dan mengevaluasi data tersebut secara kualitatif yaitu mengadakan pengamatan
terhadap data-data yang diperoleh dan menghubungkannya dengan ketentuanketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang penulis
teliti. Sehingga penulis dapat memperoleh gambaran dan kejelasan atas suatu
kebenaran untuk menjawab permasalahan dan dapat diambil kesimpulan mengenai
Tanggung Jawab Notaris Terhadap Covernote (Surat Keterangan) Atas Pengurusan
Sertipikat Perumahan baik ditinjau dari segi kasus faktual yang terjadi maupun
ditinjau dari Undang-Undang Nomor no.2 tahun 2014 jo 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris dan akhirnya diberikan juga saran atashasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara