ANALISIS PERSPEKTIF NILAI INDIVIDU, HUBUNGAN KERJA DAN SISTEM KERJA KARYAWAN GENERASI Y DAN GENERASI X DI INDONESIA

ANALISIS PERSPEKTIF NILAI INDIVIDU, HUBUNGAN KERJA DAN

SISTEM KERJA KARYAWAN GENERASI Y DAN GENERASI X

DI INDONESIA

Nindya Kartika Kusmayati STIE Mahardhika Surabaya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan perspektif nilai individu, hubungan kerja dan sistem kerja karyawan generasi Y dan generasi X di Indonesia. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena- fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia (Sukmadinata, 2005). Penelitian ini merupakan penelitian sosial dengan populasi yang tidak dapat ditentukan, maka penentuan jumlah sampel mengunakan metode rule of thumbs oleh Roscoe, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 200 orang dari karyawan generasi X dan 200 orang dari karyawan generasi Y. Adapun, teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa karyawan generasi Y dan generasi X di Indonesia tidak sepenuhnya memiliki perspektif yang sama dengan perspektif karyawan generasi Y dan generasi X di luar Indonesia. Terdapat banyak kesamaan perspektif antara generasi Y dan generasi X di Indonesia.. Hal ini didukung oleh Purwanti, Rizky, dan Handriyanto (2013) bahwa karyawan generasi Y dan karyawan generasi X di Indonesia dapat memiliki kecenderungan untuk memiliki perspektif yang sama. Chen dan Lian (2015) juga turut membenarkan bahwa diantara karyawan generasi Y dan generasi X di Indonesia tidak terdapat perbedaan yang signifikan seperti di negara lainnya dengan alasan karena terdapat perbedaan peristiwa sejarah, kultur dan situasi yang dialami para generasi tersebut saat tumbuh dewasa. Kowske, Rasch dan Wiley (2010) sependapat bahwa negara Indonesia memiliki sejarah, situasi, kondisi dan budaya yang berbeda dari negara lainnya.

Kata kunci : Perspektif Nilai Individu, Hubungan Kerja, Sistem Kerja.

PENDAHULUAN

harus mengetahui apa Ragam generasi terdapat dalam

organisasi

perspektif yang dimiliki oleh setiap setisp organisasi (Gursoy, Chi, &

generasi (Keene & Handrich, 2015). Karadag, 2013). Generasi merupakan

Bila mengetahui apa perspektif yang sebuah kelompok yang terdiri atas

dimiliki setiap generasi, organisasi dapat individu dengan kisaran umur yang sama

melakukan pengelolaan secara optimal, yang telah mengalami peristiwa sejarah

karena pengelolaan harus disesuaikan yang sama dalam periode waktu yang

perspektif masing-masing sama (Ryder, 1965). Setidaknya terdapat

dengan

generasi (Clare, 2009; Costanza et al., empat generasi berbeda yang bekerja

2012). Adapun secara umum perspektif dalam sebuah organisasi, yaitu silent

yang dimiliki oleh setiap generasi adalah generation atau traditionalists (1925-

sebagai berikut (Kodatt, 2009; Kowske, 1945), baby boomers (1946- 1964),

Rasch & Wiley, 2010; Hillman, 2013; generasi

Tremblay et al, 2013; Chen & Lian, millennials atau generasi Y (1982-1999)

(Schoch, 2012; Hillman,

Tradisionalist (1925- Schullery, 2013).

1. Generasi

1945). Generasi ini memiliki Masing-masing generasi ternyata

perspektif menyenangi pekerjaan memiliki perspektif yang berbeda dan

tetap daripada wirausaha, berhati-

Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 371 Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 371

mengembangkan karir, original, fasilitator atau senang

tidak

dan

menerima perintah, membantu,

percaya,

pengikut peraturan, pintar, bersifat keputusan namun bukan pemimpin,

dapat

membuat

kewarganegaraan, spesial, melakukan sesuatu tanpa alasan,

dilindungi, percaya diri, mengejar tidak senang membuat kekacauan,

atau pencapaian fokus untuk internal

keberhasilan

tertentu, ditekan, konvensional, pekerja

pribadi,

menerima keberagaman, egois, kekuasaan,

keras,

menghormati

lebih menghargai reward baik berdedikasi,

logis,

disiplin,

intrinsik maupun ekstrinsik, konservatif.

berkorban,

dan

sinis, narsis, melek teknologi,

2. Generasi Baby Boomers ( 1946- multi tasking, menghargai posisi 1964). Generasi ini memiliki

dan jabatan.

perspektif senang menggembar- Organisasi perlu mengetahui gemborkan

perspektif dari setiap generasi secara sering gagal mencapai ekspektasi

keinginan,

namun

yaitu bagaimana semula, puas dengan diri sendiri,

lebih

spesifik,

mereka terhadap nilai asik dengan diri sendiri, sombong

perspektif

individu yang mereka miliki di secara intelektual, dewasa dalam

organisasi, hubungan kerja dengan bidang sosial, bijak dalam kultur,

karyawan lain dan sistem kerja yang berpikir kritis, spiritual beragama,

oleh organisasi. Nilai memiliki semangat dari dalam diri,

diterapkan

dimaksud adalah radikal, kontroversial, tidak senang

individu

yang

kreatifitas, etika, adaptasi, kecepatan membantah, percaya diri dan

kerja, makna pekerjaan dan learning penyabar, optimistis, kepuasan dan

style yang karyawan tersebut miliki pertumbuhan personal, berdasarkan

dalam dirinya saat di organisasi. persetujuan umum, adil, ditekan

Sedangkan hubungan kerja dapat dilihat waktu dan materialistis, bekerja

dari teamwork, metode komunikasi, tipe lembur, pertemuan antar muka,

kepemimpinan, dan loyalitas. Kemudian menghargai nilai dan ingin dikenal.

pada system kerja dapat dilihat melalui

3. Generasi X (1965-1981). Generasi pelatihan, feedback, promosi, rotasi ini memiliki perspektif yang sinis,

kerja, kompensasi, instruksi pekerjaan mudah curiga membawa beban

yang perlu dilakukan, keterlibatan dalam dunia, penakut, mudah kehilangan

pengambilan keputusan manajemen, arah,

work family balance dan fleksibilitas diperbaiki, in-your-face, hingar-

jam kerja.

bingar, mudah terkejut, tidak Pertama ditinjau pada karyawan berpendidikan, dangkal, tidak dapat

generasi tradisionalist, baby boomers dibudayakan,

dan generasi X yang akan diwakili oleh kedewasaan, pragmatis, apatis,

memiliki

generasi X, karena generasi X memiliki tidak peduli dengan politik, tidak

perspektif yang tidak jauh berbeda terikat, percaya pada diri sendiri,

dengan perspektif generasi traditionalist fatalistis,

dan baby boomers (Welsh, 2010; Cogin, mencapai pencapaian, menerima

mengejek,

belum

2012; Schullery, 2013; Spears, 2015). keberagaman, melek teknologi,

Saat ditinjau lebih spesifik pada keseimbangan kehidupan dan kerja,

karyawan generasi X, mereka memilik informal,

perspektif terkait nilai individu bahwa individualistis.

skeptis

dan

mereka tidak kreatif karena jarang

4. Generasi Y (1982-1999).Generasi berinovasi, sehingga hanya bekerja ini memiliki

dengan pola yang sudah ada (Nambiyar, Idealistis,

perspektif yang

2014). Di samping itu mereka merasa bekerja dalam tim, berkolaborasi,

optimis,

kooperatif,

memiliki toleransi terus menerus berlatih, mentoring

bahwa mereka

terhadap pelanggaran etika (Vanmeter et

372 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018 372 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018

ingin segera mendapatkannya secara beradaptasi dengan berbagai atribut yang

langsung dan cepat (Young et al., 2013). ada (Nambiyar, 2014), tidak memiliki

Mereka juga tidak ingin mendapatkan kecepatan

tantangan saat bekerja, sebab mereka mementingkan proses berpikir dan

ingin bekerja dengan lebih santai dan berefleksi terlebih dahulu dibandingkan

tidak ingin terlalu serius (Stanley, 2010), langsung bertindak (Keegan, 2011).

ingin mendapatkan promosi namun tidak Kemudian bagi mereka, pekerjaan

terlalu berekspektasi terlalu besar merupakan tantangan yang sulit dan

(Young et al., 2013), menghindari rotasi merupakan sebuah kontrak, sehingga

kerja (Nambiyar, 2014), dan tidak puas tidak terlalu menghayati apa makna

dengan kompensasi yang ada, sehingga pekerjaan yang mereka jalani (Young,

ingin meningkatkan kompensasi (Young 2009). Selain itu bagi karyawan generasi

et al., 2013). Kemudian generasi ini

X, cara belajar yang diinginkan adalah merasa bahwa walaupun mereka dapat cara belajar yang bertahap karena

pekerjaan multitasking mereka tidak dapat menerima informasi

melakukan

(Young et al., 2013), lebih baik mereka yang besar dalam waktu singkat

diberikan instruksi yang eksplisit dan (Keegan, 2011) dan tidak mampu belajar

jelas pada satu jenis pekerjaan saja dengan cepat (Nambiyar, 2014).

(Keegan, 2011). Karyawan generasi X Kemudian, karyawan generasi X

juga tidak ingin terlalu terlibat dalam memiliki perspektif terkait hubungan

pengambilan keputusan manajemen, kerja di organisasi bahwa bekerja lebih

sebab mereka tidak ingin memberikan baik dilakukan sendiri daripada di dalam

tekanan pada pekerjaan yang dilakukan sebuah teamwork, karena mereka lebih

(Stanley, 2010). Saat dilihat dari mementingkan diri sendiri (Kodatt,

terhadap keseimbangan 2009) dan tidak mudah bergaul dengan

pandangan

kehidupan di tempat kerja dengan individu lain (Montana & Petit, 2008).

keluarga (work-family balance), mereka Di samping itu, mereka juga lebih

beranggapan bahwa kehidupan bersama senang dengan metode komunikasi yang

keluarga merupakan hal yang penting lebih konvensional seperti komunikasi

(Young, 2009), sehingga keseimbangan tatap muka dan bila harus menggunakan

perlu ada. Dan walaupun mereka dapat teknologi seperti telepon genggam,

bekerja dalam jangka waktu panjang, mereka hanya ingin dihubungi saat

mereka juga ingin bekerja dengan jam ditempat kerja atau pada jam kerja

lebih fleksibel (Young, 2009). Saat ditinjau tentang tipe

kepemimpinan yang diinginkan, mereka Kemudian beralih kepada cenderung

karyawan generasi Y, dimana perspektif pemimpin yang otoritatif karena mereka

penting diketahui. memiliki kebutuhan akan kekuasaan

mereka

turut

Walaupun mereka baru memasuki dunia yang besar (Mhatre & Conger, 2011).

kerja, perspektif yang mereka bawa ke Kemudian mereka juga cenderung loyal

dalam organisasi jauh berbeda dari pada organisasi, walaupun terkadang

generasi- generasi terdapat harapan yang belum tercapai di

perspektif

sebelumnya yang telah dikenal oleh organisasi (Ertas, 2015).

organisasi (Welsh, 2010; Cogin, 2012; Saat perspektif terkait sistem

Schullery, 2013; Spears, 2015), seperti kerja yang diterapkan oleh organisasi

perbedaan nilai, ekspektasi, cara ditinjau, karyawan generasi X ingin

berpikir, bertindak atau berperilaku, dan menjalani

cara belajar (Ng, Schweitzer, & Lyons, konvensional,

seperti tatap muka, 2010; Idrus, Ng & Jee, 2014). Bahkan membaca bahan pelatihan, diskusi dan

perbedaan perspektif yang dibawa mentoring

telah menimbulkan Handriyanto, 2013). Di samping itu, saat

guncangan (Welsh & Brazina, 2010) dan

Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 373 Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 373

bertindak cepat daripada sebagai pemilik perspektif tersebut telah

penting

menghabiskan waktu untuk berpikir memasuki dunia kerja dalam jumlah

(Keegan, 2011).

yang sangat besar dalam kurun waktu Mereka juga tidak senang singkat (Vanmeter et al., 2012).

dengan prosedur dan proses yang tidak Di samping itu, perbedaan ini

perlu sebelum melakukan tindakan, dibawa oleh generasi yang paling

sehingga bekerja pintar dan cepat akan berpengaruh dibanding generasi lainnya

sangat diandalkan (Nambiyar, 2014). (Shih & Allen, 2006), sebab mereka

Kemudian bagi mereka makna pekerjaan akan menentukan bagaimana bisnis

adalah suatu hal yang penting, sehingga dijalankan, menetapkan perilaku yang

mereka akan mencari pekerjaan yang dapat diterima organisasi (Borodin,

bermakna untuk memperoleh kepuasan Smith, & Bush, 2010; Ertas, 2015) dan

(Ng & Schweitzer, 2010). Selain itu saat akan menentukan kesuksesan organisasi

belajar mereka lebih memilih untuk di masa depan (Murphy, 2012). Bahkan

belajar dalam jumlah besar, sebab lambat laun peran serta tanggung jawab

mereka adalah pelajar aktif (Gardner, mereka akan bertambah untuk mengisi

2006) yang memiliki kemampuan posisi para generasi sebelumnya yang

belajar yang cepat (Nambiyar, 2014) dan akan pensiun dari dunia kerja (Hillman,

dapat menerima informasi yang beragam 2013; Ertas, 2015), sehingga organisasi

dalam jumlah besar pada waktu singkat dipaksa

untuk membangun ulang

(Keegan,2011).

strategi berdasarkan perspektif generasi Kemudian saat ditinjau Y agar dapat mengelola generasi Y

perspektifnya pada hubungan kerja, dengan baik (Nambiyar, 2014). Oleh

mereka ingin bekerja dalam teamwork karena itu, Lai, Chang, dan Hsu (2011)

(Welsh, 2010; Vanmeter et al., 2013, menyatakan bahwa bila kita mengetahui

Nambiyar, 2014). Metode komunikasi perspektif para generasi Y tersebut,

yang mereka senangi merupakan metode mereka dapat dikelola untuk menjadi

komunikasi yang menggunakan media individu yang berkualitas, terlebih untuk

yang memanfaatkan bersaing di tengah kompetisi yang

komunikasi

kemajuan teknologi, seperti Internet, semakin

telepon, mobile phone, media digital Schweitzer, & Lyons, 2010) menyatakan

(Welsh, 2010; Cates, 2014; Nambiyar, bahwa

2014). Mereka juga bersedia dihubungi mengetahui

pada jam kapanpun, walaupun diluar generasi Y.

perspektif

karyawan

jam kerja (Young, 2009). Sebab mereka Saat ditinjau lebih spesifik

merupakan karyawan yang partisipatif tentang

dan interaktif (Kodatt, 2009). Saat individu yang mereka miliki, karyawan

kepemimpinan yang generasi Y merasa bahwa mereka adalah

ditinjau

tipe

diinginkan, mereka ingin memiliki tipe karyawan yang kreatif, sehingga senang

yang partisipatif mencapai tujuan melalui metode atau

kepemimpinan

(Young, 2009) karena mereka senang caranya sendiri (Cates, 2014) dan

berkolaboratif (Mhatre & Conger, memiliki inovasi (Nambiyar, 2014).

juga merupakan Mereka juga menjunjung nilai etika dan

Mereka

karyawan yang cenderung kurang loyal memiliki toleransi rendah terhadap

organisasi, terlebih bila pelanggaran etika (Vanmeter et al.,

terhadap

harapannya tidak tercapai (Reed, 2011; 2013), dapat dengan mudah beradaptasi

Minter, 2013; Jackson, 2014), sehingga pada berbagai atribut

mereka mudah berganti-ganti pekerjaan (Nambiyar, 2014), perubahan yang

yang

ada

(Roebuck, Smith, & Haddaoui, 2013). terjadi (Gardner, 2006) dan terbuka

dilihat bagaimana untuk

Ketika

perspektifnya terhadap sistem kerja, Kecepatan kerja yang mereka miliki

berubah (Welsh,

karyawan

generasi Y cenderung

374 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018 374 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018

(Cogin, 2012), Canada modern, dimana terdapat penggunaan

pelatihan yang

Australia

(Tremblay et al., 2013), China (Chen & media seperti media belajar audio visual

Lian, 2015), New Zealand (Haynes, yang memanfaatkan kemajuan teknologi

Vowles, & Boxall, 2005), dan United dibanding hanya secara konvensional

States (Kowske, Rasch, & Wiley, 2010; (Young et al., 2013). Mereka juga

Dai & Goodrum, 2012; Hillman, 2013; meminta feedback dengan segera namun

Dimitriou & Blum, 2015; Keene & lebih senang diberikan dalam bentuk

Handrich, 2015).

pujian secara berkala (Nambiyar, 2014) dan sulit menerimanya dalam bentuk

TINJAUAN PUSTAKA

kritikan (Welsh, 2010). Saat berada di

Konsep Generasi

organisasi, karyawan generasi ini ingin

adalah sebuah mendapatkan tantangan yang menantang

Generasi

kelompok yang terdiri atas individu kemampuan dirinya (Nambiyar, 2014),

dengan kisaran umur yang sama yang sehingga akan menerima tantangan

telah mengalami peristiwa sejarah yang mengerjakan pekerjaan yang lebih sulit

sama dalam periode waktu yang sama dan penting (Ng & Schweitzer,2010).

(Ryder, 1965). Borodin, Smith dan Bush Ketika ditinjau perspektifnya

(2010); Schullery (2013) menyatakan terkait promosi, rotasi kerja dan

pula bahwa orang- orang yang berasal kompensasi, karyawan generasi Y ingin

dari generasi yang sama mempunyai mendapatkan promosi dalam rentan

kesamaan pengalaman seperti kultur, waktu yang singkat, menjalankan rotasi

politik, ekonomi, persitiwa dunia, kerja

bencana alam dan teknologi sehingga mendapatkan kompensasi dalam jumlah

membentuk pandangan, nilai, pilihan besar dengan cepat atau dalam waktu

dan kepercayaan yang sama. Hal serupa singkat (Ng & Schweitzer, 2010).

dinyatakan oleh Kupperschmidt (2000) Dalam mendapatkan instruksi pekerjaan

bahwa generasi merupakan orang yang yang perlu dilakukan, mereka ingin

lahir di kisaran waktu sama yang mendapatkan

berbagi pengalaman sejarah dan/atau (Hillman,

insturksi yang

jelas

kehidupan sosial yang signifikan yang melaksanakan pekerjaan multitasking

membentuk pandangan dan perspektif. atau berbagai macam pekerjaan dalam

Sejarah, kejadian, fenomena waktu hampir bersamaan (Ng &

budaya dan berbagai hal yang muncul Schweitzer, 2010). Kemudian mereka

pada era para generasi ini hidup ternyata juga memiliki perspektif bahwa dalam

memori individu- bekerja perlu ada keseimbangan antara

mempengaruhi

individu pada generasi terkait, sehingga waktu bekerja dan waktu bersama

perkembangan sikap, keluarga (Welsh, 2010), serta perlu ada

menimbulkan

nilai, perspektif dan kepribadian tertentu jam kerja yang lebih fleksibel, sebab

(Costanza, et al, 2012). Oleh karena itu, jam kerja yang kaku dapat menghambat

generasi menjalani kesenangan

karena

setiap

berbagai pengalaman yang berbeda, bermakna di luar dunia kerja (Ng &

menjalani

kehidupan

perspektif, seperti nilai, ekspektasi dan Schweitzer, 2010; Roebuck, 2013).

sikap dalam bekerja yang ditimbulkan Dari penjabaran di atas dapat

pun jadi berbeda (Roebuck, Smith, & dilihat perspektif terhadap nilai individu

Haddaoui, 2013).

saat berada di organisasi, hubungan Dewasa ini terdapat beberapa kerja dengan karyawan lain dan sistem

generasi yang masih aktif bekerja dalam kerja yang dibentuk organisasi (Ng,

organisasi, antara lain silent generation Schweitzer, & Lyons, 2010; Idrus, Ng &

atau traditionalists (1925-1945), baby Jee, 2014) dari karyawan generasi X dan

boomers (1946-1964), generasi X Y.

(1965-1981), dan millennials atau merupakan

Berbagai perspektif

di

atas

generasi Y (1982-1999) (Schoch, 2012; dilakukan di berbagai negara, seperti

Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 375

376 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018

Adapun berbagai penjabaran lebih lanjut mengenai generasi- generasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Generasi Traditionalist Traditionalist

merupakan

generasi yang lahir pada kisaran tahun 1925- 1945 (McCrindle & Wolfinger, 2010). Generasi ini hidup pada zaman Great Depression, The New Deal, World War II dan Rise of Labor Unions, dimana terdapat krisis, kesulitan ekonomi, para pria pergi berperang, para wanita dipaksa bekerja di pabrik untuk menopang keluarga mereka (Cates, 2014), dan keluarga dibangun pada umur muda setelah perang berakhir (McCrindle & Wolfinger, 2010). Pengalaman dan situasi mereka tumbuh membentuk para traditionalist menjadi individu yangdisiplin, mau mengorbankan diri,

menyesuaikan diri, dan patuh pada kekuasaan (Cates, 2014).

2. Generasi BabyBoomers Baby boomers lahir pada kisaran tahun 1946-1964 (Roebuck, Smith, & Haddaoui, 2013). Generasi ini hidup pada masa stabil, makmur, adanya hak asasi, kemunculan teknologi baru seperti televisi, air panas, bahkan alat-

alat rumah tangga

dan

pertumbuhan yang menyenangkan karena sang ibu tidak perlu dipaksa untuk bekerja di pabrik demi menopang hidup keluarga, namun di rumah untuk mengurus mereka (Cates, 2014). Oleh karena itu, generasi ini memiliki optimisme, kepuasan personal, berhasrat dan workaholic, namun juga memiliki stress atau tekanan (Roebuck, Smith, & Haddaoui, 2013; Cates, 2014).

3. Generasi X Generasi

ini

mendapat

pengalaman challenger disaster, perceraian, pertumbuhan teknologi dan personal computer (PC), serta perubahan peran gender dalam keluarga (Cates, 2014). Di samping itu, mereka merupakan generasi pertama yang tumbuh di sistem keluarga yangbaru yang diciptakan

oleh baby boomers (Roebuck, Smith, & Haddaoui, 2013). Oleh karena itu, generasi ini lebih individualitas, pragmatis, sinis, bertoleransipada berbagai gaya hidup dan perbedaan kultur. (Cates, 2014). Di samping itu sebagian besar generasi X tumbuh menjadi individu yang bersikap dan berperilaku dewasa diusia yang masih muda serta memiliki tanggung jawab besar walau masih berada pada masa remaja (Cates, 2014). Hal ini disebabkan karena mereka tumbuh dengan mempertanyakan kekuasaan yang dialami oleh para orang tua mereka, baby boomers, sehingga mereka lebih senang untuk terlibat, bertanggung jawab dan memiliki kontrol

(Roebuck,

Smith, & Haddaoui, 2013). Roebuck, Smith, dan

Haddaoui (2013) juga menyatakan bahwa generasi X bahkan senang mengambil resiko dengan melakukan kalkulasi resiko terlebih dahulu dan tidak dapat diintimidasi olehkekuasaan.

4. Generasi Y

Idrus, Ng dan Jee (2014) menyatakan bahwa yang lahir setelah tahun 1980 memasuki kelompok generasi Y. Young et al. (2014) secara lebih spesifik menyatakan bahwa

generasi Y merupakan generasi yang lahir pada kisaran tahun 1981-2000. Generasi Y juga memiliki nama lain, seperti Net Generation, Echo Boomers, N- Geners,

Nexters,

Internet Generation, Millennials (Dimitriou & Blum, 2015), GenerationMe, dan Digital Natives (Schullery, 2013). Generasi ini merupakan anak dari para Baby Boomers dan generasi X, dimana mereka lahir di era yang berteknologi tinggi dan diasuh oleh orang tua yang sangat komunikatif dan

berorientasi partisipatif (Domitriou, 2015). Generasi ini bahkan

dapat menggunakan kemajuan teknologi untuk melakukan komunikasi di samping melalui tatap muka, seperti melalui pengirim pesan atau email dan melalui berbagai dapat menggunakan kemajuan teknologi untuk melakukan komunikasi di samping melalui tatap muka, seperti melalui pengirim pesan atau email dan melalui berbagai

optimis, bertalenta, kolaboratif, dan memiliki pergaulan yang luas dengan

berorientasi pada kesuksesan (Cates, beragam orang dari seluruh dunia

(Roebuck, Smith & Haddaoui, 2013). Oleh karena itu pula lah generasi ini

Konsep Berbagai Perspektif memiliki

melakukan analisis manusia yang lebih tinggi disbanding

perilaku individu dalam organisasi, generasi lainnya (Domitriou, 2015).

terdapat tiga level analisis yang dapat Young et al.

digunakan, yaitu individu, kelompok menyatakan bahwa generasi Y

(2014) bahkan

dan organsisasi. Pada level individu merupakan genersi yang paling

perspektif terhadap nilai beragam dan yang paling dapat

terdapat

individu saat berada diorganisasi, pada menerima keberagaman.

level kelompok adalah perpsektif Akan tetapi, selain hidup di era

hubungan kerja, yaitu peningkatan bidang ekonomi dan

terhadap

bagaimana individu tersebut berinteraksi teknologi, generasi Y juga hidup

dengan individu atau kelompok atau pada era dimana terjadi peningkatan

organisasi, dan pada level organisasi kejahatan, sehingga mendorong para

adalah perspektif pada sistem kerja, orang tua untuk terjun langsung

yaitu bagaimana sistem organisasi melindungi anak-anak mereka dari

dijalankan di organisasi. Oleh karena kejadian berbahaya atau kejadian

itu, konsep berbagai perspektif generasi yang

penelitian ini akan misalnya seperti turunnya nilai di

dikelompokan ke dalam tiga kelompok sekolah

Perlindungan yang diberikan oleh

1. Nilai Individu para orang tua generasi Y adalah

a. Kreatifitas. Kreatifitas telah seperti mendorong generasi Y untuk

mendapat perhatian bermain di dalam rumah dengan

belakangan ini karena media teknologi yang ada, cepat

merupakan satu langkah awal memberi pujian bila sang anak

menuju inovasi dan sangat mencapai sesutu (Schullery, 2013),

penting untuk kinerja bisnis mengabulkan

2015). Kreatifitas permintaan mereka, memanjakan,

mencakup originalitas dan dan memberi tahu bahwa mereka

inovasi (Fletcher dalam Murad dapat mencapai apapun yang mereka

& West, 2004). Selain itu inginkan (Cates,2014).

kreatifitas adalah kemampuan Hidup

untuk menghasilkan ide baru berteknologi maju dan diasuh dengan

dan keinginan untuk terus cara tersebut membuat generasi ini

berusaha memproduksi ide memiliki ekspektasi tinggi, menuntut

atau produk baru (Fujii, 2015). mendapat jawaban secara instan,

Kreatifitas juga digambarkan lebih menyukai distribusi sumber

sebagai berpikir kreatif atau pengetahuan

kemampuan, pemecahan berpikiran

dan

informasi,

masalah, imajinasi atau inovasi keterampilan yang beragam, mampu

terbuka,

memiliki

(Murad & West, 2004). mengerjakan pekerjaan yang banyak

b. Etika. Etika didefinisikan secara simultan, tidak sabar (Idrus,

sebagai, “bagian filsafat yang Ng & Jee, 2014), partisipatif, tidak

berhubungan dengan tindakan menganut paham hierarki atau level

moral” (Capilla & Jose, 2012). kekuasaan, yang berarti semua orang

Etika juga merupakan dilema memiliki level yang setara, sehingga

tentang bagaimana mereka bersikap sama baik kepada

moral

memilih

untuk melakukan

Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 377 Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 377

kecepatan kerja, Walaupun

karyawan cenderung men- dinyatakan sebagai penentu

etika

kerap

siasatinya dengan melakukan hitam dan putih atau apa yang

kerja pintar dan cepat agar benar dan tidak secara kaku

pekerjaan dapat segera dan

diselesaikan (Nambiyar,2014). sebenarnya etika bersifat lebih

dianggap

universal,

e. Makna Pekerjaan. Menjalani personal karena setiap tempat

pekerjaan yang bermakna memiliki nilai atau standar

adalah bagaimana pekerjaan etikanya

mengambil tempat (Pasztor, 2015).

masing-masing

dapat

sebagai makna pribadi dan

c. Adaptasi. Adaptasi merupakan bagaimana pekerjaan dapat kemampuan yang secara alami

menyelesaikan sesuatu (Casey berada dalam diri manusia

& Robbins, 2012). Fokus untuk

makna pekerjaan adalah situasi dengan berabagi situasi dan

menyesuaikan

diri

pada literatur organisasi secara lingkungan

luas yang meng- (Berggren et al., 2016). Maka

gambarkan reaksi kepada dari

organisasi yang mampu seharusnya

menyedia kepuasan dalam kemampuan

memiliki

bekerja (Kuchinke et al., (Graen &

beradaptasi

2010). Mereka yang menjalani Karena perubahan merupakan

Grace, 2015).

pekerjaan yang bermakna bagi suatu

diri mereka akan menganggap termasuk bisnis yang selalu

aspek

kehidupan,

bahwa pekerjaan adalah suatu ada, perlu ada kemampuan

hal yang penting, bernilai dan untuk

bermanfaat (Casey & Robins, secara terus menerus (Dukic,

menyesuaikan

diri

2012). Menjalani pekerjaan 2015).

yangbermakna bahkan dapat karyawan

membawa karyawan kearah kemampuan

yang

memiliki

peningkatan keterikatan merupakan aset yang berharga

beradaptasi

dengan tempat kerja, mau bagi organisasi (Nambiyar,

menjalani banyak tantangan 2014).

dan permintaan organisasi

d. Kecepatan Kerja. Kecepatan (Kuchinke et al., 2010). kerja dilihat dari kemampuan

f. Learningstyle. Learning untuk dapat segera mengambil

merupakan suatu proses tindakan dibanding dengan

pengetahuan menunggu untuk melakukan

dimana

diciptakan melalui proses berpikir terlebih dahulu

transformasi pengalaman sebelum mengambil tindakan

(Kolb dalam Purwanti, Rizky, (Nambiyar, 2014). Tekanan

Handriyanto, 2013). organisasi pada karyawan agar

Learning style adalah bekerja lebih cepat kerap

bagaimana cara individu menjadi

terkait belajar (Mhatre & banyak pekerjaan yang perlu

penyebab,

sebab

Conger, 2011). Learning style dikerjakan, sehingga karyawan

juga merupakan pola atau cepat mengambil tindakan bila

kebiasaan ilmiah individu tidak ingin bekerja lembur

memperoleh dan untuk

dalam

memproses informasi dalam pekerjaan

menyelesaikan

belajar (Purwanti, (Munawaroh, Riantoputra, &

tersebut

situasi

Rizky, & Handriyanto, 2013). Marpaung, 2013). Agar dapat

378 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018

2. Hubungan Kerja karyawan (Dimitriou &

Blum, 2015). aktivitas

a. Teamwork.

Banyak

Kepemimpinan. dapat

individu

yang

c. Tipe

Kepemimpinan adalah keuntungan dari kolaborasi

mendapatkan

kemampuan mempengaruhi bersama individu lainnya

lain untuk (Galashin & Popov, 2016).

orang

melaksanakan tugas Selain

(Montana & Petit, 2008). kemampuan untuk secara

itu

dibutuhkan

Terdapat berbagai macam efektif

kepemimpinan, lingkungan yang dinamis

merespon

tipe

misalnya seperti tipe dan kompleks, yaitu dengan

kepemimpinan partisipatif cara bekerja dalam tim atau

(Young, 2009), otoritatif yang

yang kaku (Mhatre & teamwork (Hu & Liden,

disebut

dengan

Conger, 2011). Bila 2012).

mengetahui tipe ke- senang bekerja dalam tim

Karyawan

yang

pemimpinan yang sesuai memiliki orientasi untuk

dengan kondisi organisasi, terkoneksi pada orang lain

organisasi dapat mengelola atau bekerja di dalam tim

karyawannya dengan lebih (Clare, 2009; Vanmeter et

optimal (Mekraz & al., 2013). Disamping itu,

Gundala, 2016). mereka yang senang bekerja

d. Loyalitas. Loyalitas adalah dalam

komitmen yang disengaja melihat

tim

juga ingin

untuk menarik ketertarikan tindakan yang ditimbulkan

dampak

dari

seorang karyawan, bahkan pada rekan kerja mereka

ketika melakukan banyak (Welsh, 2010).

permintaan yang menuntut

b. Metode

pengorbanan atas beberapa Komunikasi

Komunikasi.

aspek ketertarikan pribadi di sebagai proses transmisi

didefinisikan

atas apa yang disarankan informasi dan pengetahuan

oleh ketentuan dan tugas umum dari satu orang ke

yang ada (Elegido, 2013). orang

Adapun loyalitas dalam dalam Lunenburg, 2010).

lainnya

(Keyton

organisasi adalah perasaan Banyak metode komunikasi

terikat dari karyawan yang

terhadap organisasi misalnya

digunakan,

yaitu

(Buchanan, 1974). Hal ini internet, e-mail, telepon,

melalui media

berarti perasaaan ingin dan

berada dalam menggunakan cara langsung

organisasi dimana individu yaitu melalui proses tatap

tersebut bekerja (Kumar & muka (Young, 2009). Bila

Shekhar, 2012). mengetahui

3. Sistem Kerja komunikasi yang

metode

a. Pelatihan. Pelatihan digunakan

cocok

merupakan salah satu hal individu, dampak positif

pada

setiap

penting untuk akan

yang

dilakukan (Tremblay et al., menghilangkan

muncul,

seperti

2013). Dalam melakukan kesalahpahaman,

pelatihan, setiap generasi yang tidak menyenangkan

konflik

memerlukan pengelolaan dan meningkatkan motivasi

yang berbeda sesuai dengan dan etika, serta moral

perspektifnya (Tremblay et

Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 379 Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 379

job enrichment adalah suatu berbagai macam metode,

Terdapat

metode manajerial untuk misalnya

memotivasi karyawan konvensional

metode

dengan memberikan membaca buku pelatihan

seperti

mereka kesempatan yang atau

cukup untuk menggunakan kesimpulan

kesimpulan-

seluruh kemampuan tertentu (Purwanti, Rizky,

pelatihan

mereka. Terkait job & Handriyanto, 2013) dan

enrichment, terdapat metode yang memanfaatkan

karyawan yang cenderung kemajuan teknologi seperti

ingin lebih santai dan tidak menggunakan media belajar

ingin terlalu serius bekerja audio visual (Young et

(Stenley, 2010). Namun al.,2013).

banyak pula karyawan

b. Feedback.

yang cenderung berbeda, merupakan hasil observasi

Feedback

dimanamereka ingin penilaian kinerja karyawan

ditantang kemampuannya, agar

serta ingin mengerjakan pelajaran bagi karyawan,

dapat

memberi

tugas yang lebih sulit dan sehingga

lebih penting (Ng & meningkatkan

dapat

Schweitzer, 2010; Bristow karyawan terkait (Pelgrim

kinerja

et al., 2011). et al., 2012). Feedback di

d. Promosi. Promosi tempat kerja merupakan

merupakan kebijakan sejauh

mana karyawan dimana karyawan melaksanakan

melakukan perubahan arah kerja yang mendatangkan

kegiatan

ke hierarki tingkat atas atau hasil

pindah ke tempat yang dikehendaki organisasi dan

seperti

yang

tinggi tanggung informasi

lebih

jawabnya (Dessler, dalam tentang keefektifan kinerja

yang

jelas

Naveed, Usma, & Bushara, (Casey & Robbins, 2012).

2011). Bila mendapatkan Dalam

promosi, karyawan akan feedback, konten dan cara

menyampaikan

mengalami peningkatan penyampaiannya

jabatan dan kompensasi, merupakan suatu hal yang

sehingga banyak karyawan sangat penting agar dapat

akan berusaha mendatangkan hasi yang

yang

meningkatkan kinerja demi optimal (Pelgrim et al.,

mendapatkan promosi 2012).

(Manove, 1997). Oleh

c. Job enrichment.

karena itu, promosi kerap enrichment

Job

digunakan sebagai sebuah program dimana

merupakan

penghargaan karena dapat karyawan

mencapai tujuan organisasi berbagai macam pekerjaan,

diberikan

dan memiliki kemampuan diberikan tanggung jawab

untuk menyesuaikan tujuan yang lebih tinggi dan

organisasi dengan tujuan diberikan

pribadi (Naveed, Usma, otonomi

tambahan

Bushara,2011). terhadap pekerjaan yang

serta

kontrol

e. Rotasi kerja. Rotasi kerja diberikan (Pan & Werblow,

merupakan sebuah metode 2012). Davoudi (2013)

manajemen SDM dimana turut menambahkan bahwa

karyawan diberi

380 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018 380 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018

karyawan yang cenderung menempati posisi pekerjaan

untuk

ingin diberikan instruksi yang berbeda (Cuesta et al.,

pekerjaan secara berkala, 2011). Bobbitt et al. dalam

satu per satu (Keegan, Song, Bij, dan Weggeman

2011). Adapula karyawan (2006) turut menyatakan

yang cenderung senang bahwa rotasi kerja adalah

mengerjakan berbagai perpindahan pekerja yang

instruksi pekerjaan dalam direncanakan dari suatu

waktu singkat atau yang tugas atau departemen ke

disebut dengan multi- tugas

tasking (Keegan, 2011). lainnya. Rotasi kerja ini

atau

departemen

h. Keterlibatan dalam diberikan kepada individu

pengambilan keputusan di dalam organsasi untuk

manajemen. Ketika berada menghindari

dalam organisasi, karena melakukan tugas

tekanan

di

terdapat karyawan yang yangsama

ingin mempunyai peran dan menerus (Cuesta et al.,

secara

terus

pengaruh dalam organisasi 2011; Comper & Padula,

(Dai & Goodrum, 2012). 2014).

Bahkan mereka kerap

f. Kompensasi. Kompensasi berpikir bahwa ide mereka kerap

digunakan untuk sama baik dan bahkan memacu

terkadang lebih baik meningkatan kinerja dan

karyawan

daripada ide atasan, kompetensi diri (Manove,

sehingga mereka merasa 1997). Bahkan kompensasi

layak turut terlibat dalam dianggap sebagai salah

pengambilan keputusan satu aspek penting atau

manajemen (Trends elemenkunci

Magazine, 2009). Namun di organisasi

dalam

sisi lain terdapat karyawan memiliki dampak besar

yang

dapat

cenderung tidak pada hasil

yang

terlalu terlibat ketika ada organisasi karena terkait

pengelolaan

pengambilan keputusan erat dengan kinerja bisnis

manajemen (Stanley, (Ingram,

2010). Kompensasi

Work-familybalance. Work- salah satu hal yang utama

merupakan

i.

family balance merupakan dalam organisasi, sebab

keseimbangan antara terkait dengan rekrutmen,

kehidupan di tempat kerja motivasi, mempertahankan

dan keluarga di rumah karyawan,

(Welsh, 2010). Karyawan pertahankan

dan

mem-

yang senang dengan work lainnya dalam organisasi

keunggulan

family balance akan (Boyd & Salamin, 2001).

memilih memiliki ke- Kompensasi

seimbangan kehidupan di disediakan oleh organisasi

yang

tempat kerja dan keluarga antara lain adalah gaji

di rumah (Ng,Schweitzer, pokok,

& Lyons, 2010). Sebab kesehatan, dan tunjangan

pelayanan

mereka ingin membangun lainnya.

keluarga dan memiliki anak

g. Instruksi pekerjaan yang (Tremblay et al., 2010), perlu dilakukan. Dalam

sehingga tidak ingin organisasi

terdapat

menghabiskan semua

Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 381 Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 381

Fleksibilitas

Karena penelitian ini merupakan Dewasa

jam

kerja.

penelitian sosial dengan populasi yang menghadapi

ini

organisasi

tidak dapat ditentukan, maka penentuan macam tantangan, dimana

berbagai

jumlah sampel mengunakan metode rule para pekerja kerap merasa

of thumbs oleh Roscoe, dimana ukuran tertekan karena jam kerja

sampel lebih dari 30 dan kurang dari mengikis waktu yangdapat

500 adalah tepat untuk semua riset. Oleh digunakan

karena itu, jumlah sampel pada melakukan aktivitas di luar

untuk

penelitian ini adalah 200 orang dari pekerjaan

karyawan generasi X dan 200 orang dari Thompson, & Lautsch,

(Kossek,

karyawan generasi Y. Adapun, teknik 2015).

sampling yang digunakan adalah teknik dikaitkan dengan karyawan

Apalagi

ketika

purposive sampling. yang

cenderung

lebih

mengutamakan kehidupan Instrumen Penelitian di luar pekerjaan dibanding

Instrumen penelitian yang kehidupan di tempat kerja

digunakan akan disajikan dalam bentuk (Trends

skala semantic differential (diferensial 2009). Oleh karena itu,

E-Magazine,

semantik). Skala yang diperkenalkan banyak karyawan yang

(1957) ini adalah mengharapkan jam dan

oleh Osgood

instrumen yang digunakan dalam jadwal kerja yang lebih

menilai suatu konsep perangsang pada fleksibel (Bristow et al.,

seperangkat skala bipolar tujuh langkah 2011). Bahkan diantaranya

dari satu ujung sampai dengan ujung terdapat yang menganggap

yang lain dalam rangkaian kesatuan kefleksibilitas jam kerja

(Sevilla dalam Margono, 2013). Hal ini lebih penting dibandingkan

berarti pada setiap item terdapat materi (Bristow et al.,

sepasang pernyataan yang bersifat 2011).

bipolar atau bertolak belakang yang diletakan di ujung paling kiri dan di

METODE PENELITIAN

kanan. Salah satu Rancangan Penelitian

ujung paling

pernyataan merupakan pernyataan yang Jenis penelitian ini adalah

mendukung perspektif yang diusung dan penelitian dengan pendekatan deskriptif.

pernyataan di sisi lain merupakan Penelitian deskriptif merupakan suatu

pernyataan yang tidak mendukung bentuk penelitian yang ditujukan untuk

perspektif yang diusung. mendeskripsikan fenomena- fenomena

Margono (2013) menyatakan yang ada, baik fenomena alamiah

bahwa pasangan-pasangan kata sifat maupun fenomena buatan manusia

biasanya dipisahkan oleh 7 kategori (Sukmadinata, 2005). Oleh karena itu,

respons yang merupakan unit-unit yang penelitian

sama sepanjang kontinum kata sifat mendeskripsikan perspektif karyawan

ini ditujukan

untuk

yang berlawanan. Oleh karena itu, setiap generasi X dan generasi Y di Indonesia.

ujung yang terdiri atas pernyataan bertolak belakang akan dipisahkan oleh

Populasi dan Lokasi Penelitian satu garis kontinu yang berisi 7 buah Populasi pada penelitian ini

angka, yaitu angka 1 hingga angka 7 adalah karyawan generasi X dan Y di

dengan urutan dari kiri ke kanan. Indonesia. Karena jumlah yang sangat

Responden akan diminta untuk besar, maka populasi tidak dapat

memilih salah satu angka tersebut. disajikan dalam jumlah tertentu.

Pilihan angka yang semakin ke kiri menandakan bahwa responden semakin cenderung merasa lebih sesuai dengan

382 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018 382 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018

yang diusung. Sebaliknya, semakin sebelah kanan. Sebaliknya, pilihan

rendah nilai yang didapat dengan nilai angka

minimal 1 menandakan bahwa semakin menandakan

yang semakin

ke

kanan

tidak sesuai perspektif responden cenderung merasa lebih sesuai dengan

bahwa

responden

dengan perspektif yang diusung. pernyataan yang tertulis di sebelah

Terdapat 20 pertanyaan dalam kanan

kuesioner yang disampaikan kepada pernyataan di sebelah kiri. Adapun Nilai

garis dibanding

dengan

responden yang mewakili setiap Alternatif Jawaban yang mungkin

perspektif generasi Y yang akan diukur, diberikan :

yaitu

kreatifitas, etika, adaptasi,

a. Pilihan jawaban Favorable 1 & kecepatan kerja, makna pekerjaan, Unfavorable

learning style, teamwork, metode interpretasinya

tipe kepemimpinan, tidak sesuai

loyalitas, pelatihan, feedback, job

b. Pilihan jawaban Favorable 2 & enrichment, promosi, rotasi kerja, Unfavorable

kompensasi, instruksi pekerjaan yang interpretasinya adalah tidak sesuai

perlu dilakukan, keterlibatan dalam

c. Pilihan jawaban Favorable 3 & pengambilan keputusan manajemen, Unfavorable

work- family balance, dan fleksibilitas interpretasinya adalah agak tidak

jam kerja.

sesuai

Selain

berisi instrumen

d. Pilihan jawaban Favorable 4 &

kuisioner ini juga Unfavorable

penelitian,

menanyakan identitas responden terkait, interpretasinya adalah tidak dapat

yaitu inisial atau nama. Kemudian umur menentukan dengan pasti

dengan pilihan 20-34 tahun dan 35-51

e. Pilihan jawaban Favorable 5 & tahun. Responden yang memilih 20-34 Unfavorable

tahun dimasukan ke dalam kategori interpretasinya adalah agak sesuai

generasi Y, sedangkan yang memilih 35-

51 tahun dimasukan ke dalam kategori Unfavorable

f. Pilihan jawaban Favorable 6 &

generasi X. Setelah itu jenis kelamin interpretasinya adalah sesuai

dengan pilihan laki-laki atau perempuan,

g. Pilihan jawaban Favorable 7 & tingkat pendidikan terakhir yaitu SMA, Unfavorable

D3, S1, S2 atau S3, status pernikahan interpretasinya

dengan pilihan menikah atau belum sesuai

adalah

sangat

menikah, dan sektor pekerjaan. Setelah

responden

memilih

angka yang tersedia, penulis akan Metode Pengumpulan Data memberikan nilai pada setiap pilihan.

Berdasarkan sumbernya, jenis Bila pernyataan yang mendukung

data yang akan dikumpulkan adalah perspektif yang diusung terdapat pada

data primer, yaitu data yang diperoleh sebelah kanan garis (favorable), maka

langsung dari sumber datanya. Oleh nilai yang didapat sesuai dengan

karena itu, data akan langsung diperoleh nominal angka yang dipilih, dengan

dari generasi Y dan generasi X di angka 7 sebagai nilai maksimal. Namun,

Indonesia sebagai responden, yang bila

diminta mengisi kuisioner dengan dua perspektif terdapat di sebelah kiri

pernyataan yang

mendukung

cara, yaitu secara online dan secara (unfavorable), maka skor yang didapat

manual.

akan dibalik, dimana angka 1 bernilai 7 Penyebaran secara online hingga angka 7 yang bernilai 1. Oleh

dilakukan melalui media internet dengan karena itu, semakin tinggi nilai yang

google docs untuk didapat dengan nilai maksimal 7

aplikasi

waktu penyebaran, menandakan bahwa semakin sesuai

mempersingkat

memperluas jangkauan penyebaran, dan

Analisis Prespektif Nilai ................. (Nindya) hal. 371 - 391 383

384 Media Mahardhika Vol. 16 No. 3 Mei 2018

mempermudah proses penelitian karena dapat diakses dan diisi di berbagai tempat pada waktu yang sesuai dengan kondisi responden. Guna menyebarkan kuisioner secara online, penulis akan menghubungi para karyawan generasi Y dan X di Indonesia yang memenuhi kriteria terlebih dahulu melalui berbagai media sosial (Facebook, Twitter), via telepon, sms, kontak langsung dan bantuan generasi Y dan X lainnya untuk mengontak generasi Y dan X yang telah mereka kenal untuk meminta kesediaan mengisi kuisioner. Bila mereka bersedia dan sesuai dengan kriteria yang dimaksud, penulis akan memberikan sebuah link atau tautan yang akan digunakan melalui media internet untuk mengakses kuisioner tersebut. Adapun penyebaran secara manual dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner yang telah dicetak di kertas kepada responden oleh penulis atau oleh pihak lain yang dapat diminta bantuan oleh penulis, dimana terlebih dahulu penulis memberitahukan kriteria responden yang cocok untuk mengikuti penelitian ini.

Metode AnalisisData Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, penulis akan memberi nilai pada jawaban yang telah dipilih oleh responden sesuai dengan tabel 3. Adapun nilai yang dihasilkan adalah dari 1 hingga 7, dimana angka yang dipilih akan diberi nilai sesuai besaran angka tersebut. Sedangkan pada item unfavourable, nilai akan dibalik, dimana besaran angka 1 akan diberi nilai 7 hingga besaran angka 7 diberi nilai 1. Setelah itu, nilai tersebut akan dimasukan ke dalam aplikasi Microsoft Office

Excel 2007.

Kemudian

dilakukanlah proses analisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yang dijabarkan sebagai berikut: Jumlah nilai tertinggi : nilai maksimal × jumlah soal = 7 × 1 = 7 Jumlah nilai terendah : nilai minimal × jumlah soal = 1 × 1 = 1

Jawaban dari setiap item yang mewakili 1 perspektif akan diberi nilai dengan nilai maksimal 7 dan nilai

minimal 1. Dari nilai tersebut akan dicari jumlah nilai tertinggi dan terendah dengan mengalikan nilai maksimal dan nilai minimal masing-masing dengan 1, karena setiap perspektif hanya diwakili oleh 1 item atau 1 jumlah soal.

𝑖= jumlah nilai tertinggi − jumlah nilai terendah

jumlah kategori

Keterangan : i = interval

Berdasarkan hasil interval di atas, maka ditentukan kriteria nilai setiap perspektif seperti berikut:

1. i= 1 ≤ x ≤ 2 , kategorinya sangat rendah.

2. i= 2,2 ≤ x ≤ 3,4 , kategorinya rendah.

3. i= 3,4 ≤ x ≤ 4,6 , kategorinya cukup.

4. i= 4,6 ≤ x ≤ 5,8 , kategorinya tinggi.

5. i= 5,8 ≤ x ≤ 7, kategorinya sangat tinggi.

Setelah mengetahui perspektif masing-masing

generasi,

perspektif tersebut akan dibandingkan dengan dua cara, yaitu membandingkan rata-rata yang telah diberi nilai sesuai kategori yang ada serta dengan menggunakan uji beda Mann Whitney melalui aplikasi SPSS Statistics 20. Uji beda ini digunakan karena pada penelitian ini data berskala ordinal, terdiri dari dua kelompok yang independent atau saling bebas, jumlah responden dari dua kelompok tidak sama, dan data tidak harus berdistribusi normal. Dari uji beda ini akan dihasilkan angka signifikansi, dimana bila angka tersebut lebih besar daripada (>) 0,05, generasi Y dan generasi X memiliki perspektif yang sama. Namun bila angka lebih kecil daripada (<) 0,05, generasi Y dan generasi

X dinyatakan

memiliki perspektif yang berbeda. Kemudian