BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Sifat Fisis Dan Koefisien Serap Bunyi Material Komposit Polymeric Foam Dengan Variabel Polyurethane Untuk Pembuatan Badan Pesawat Uav

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposit

  Komposit adalah penggabungan dari bahan yang dipilih berdasarkan kombinasi sifat fisik masing-masing material penyusun untuk menghasilkan material baru dengan sifat yang baru dan unik dibandingkan sifat material dasar, sebelum dicampur dan terjadi ikatan permukaan antara masing-masing material penyusunnya.

  Material komposit terdiri dari dua bagian utama yaitu: matriks dan penguat (reinforcement). Pada desain struktur dilakukan pemilihan matriks dan penguat, hal ini dilakukan untuk memastikan kemampuan material sesuai dengan produk yang akan dihasilkan.

  Penggabungan dua material atau lebih dapat dibedakan menjadi makro komposit dan mikro komposit. Sifat penggabungan makro adalah dapat dibedakan secara langsung dengan cara melihat, penggabungannya secara fisis dan mekanis, penggabungannya dapat dipisahkan secara fisis ataupun secara mekanis, contoh: Kevlar, Glass Fiber Reinforced Plastic (GFRP).

  Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa material komposit dibuat dengan penggabungan secara makro. Karena material komposit merupakan material gabungan secara makro, maka material komposit dapat didefinisikan sebagai "suatu sistem material yang tersusun dari campuran / kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda di dalam bentuk atau komposisi material dan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan" (Schwartz, 1984).

  Menurut bentuk material penyusunnya, komposit dapat dibedakan menjadi lima jenis, (M.M Schwartz, 1984) yaitu:

  1. Komposit Serat (Fibrous Composite),

  2. Komposit Laminat (Laminate Composite),

  3. Komposit Sketal (Filled Composite),

  4. Komposit Serpih (Flake Composite),

  5. Komposit Partikel (Particulate Composite).

  Lembaran komposit disebut sebagai lamina, serat yang dipakai seperti di industri pesawat terbang biasanya terbuat dari karbon dan gelas, sedangkan resinnya adalah epoxy, sejenis polimer. Tebal lamina untuk komposit serat karbon adalah 0,125mm. Komposit karbon / epoxy ini dibuat dari pre-impregnation ply atau pre-preg.

  Komposit memiliki sifat fisis yang lebih bagus dari logam, berat, volume dan massa jenis yang lebih kecil dari logam. Beberapa lamina komposit dapat ditumpuk dengan arah orientasi serat yang berbeda, gabungan lamina ini disebut sebagai laminat.

  Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:

  1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ulet tetapi lebih kaku serta lebih kuat, dalam penelitian kali ini penguat komposit yang digunakan yaitu dari serat kaca.

  2. Matriks, umumnya lebih ulet tetapi mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah.

  Sercara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang digunakan, yaitu:

  1. Fibrous Composites (Komposit Serat) Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat / fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa glass serat kaca, serat karbon, serat aramid (poly aramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.

  2. Laminated Composites (Komposit Laminat) Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.

  3. Particulate Composites (Komposit Partikel)

  Merupakan komposit yang menggunakan partikel / serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secar merata dalam matriksnya. Keunggulan komposit dapat dilihat dari sifat-sifat bahan pembentuknya serta ciri-ciri komposit itu sendiri, antara lain:

  1. Bahan ringan, kuat dan kaku,

  2. Struktur mampu berubah mengikuti perubahan keadaan sekitarnya,

  3. Unggul atas sifat-sifat bahan teknik yang diperlukan, kekuatan yang tinggi, keras, ringan serta tahan terhadap benturan.

  Dalam desain struktur pada penelitian ini, jenis matriks yang akan digunakan adalah Polyester resin BTN 157 dan penguat serat BKS. Matriks ini tergolong jenis polimer thermoset yang memiliki sifat dapat mengeras pada suhu kamar dengan penambahan katalis tanpa pemberian tekanan ketika proses pembentukannya.

Tabel 2.1 Karakteristik mekanik polyester resin BTN 157.

  Sifat Mekanik Satuan Besaran

  • 3

  Berat Kg.m 1,2 s/d 1,5 Jenis (ρ)

  Modulus Young (E) GPa 2 s/d 4,5 ) MPa 40 s/d 90

  T

  Kekuatan Tarik (σ

  Sumber : Georgios Koronis, et al., 2012

2.2 Massa

  Massa adalah suatu sifat fisika dari suatu benda yang digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau. Dalam kegunaan sehari-hari, massa biasanya disinonimkan dengan berat. Namun menurut pemahaman ilmiah modern, berat suatu objek diakibatkan oleh interaksi massa dengan medan gravitasi.

  Dalam satuan SI, massa diukur dalam satuan kilogram, kg. Pada situasi normal, berat suatu objek adalah sebanding dengan massanya. Namun pembedaan antara massa dengan berat diperlukan untuk pengukuran berpresisi tinggi. Oleh karen hubungan relativistik antara massa dengan energi, adalah mungkin untuk menggunakan satuan energi untuk mewakili massa. Sebagai contoh, eV normalnya digunakan sebagai satuan massa (kira-kira 1,783x 10 kg) dalam fisika partikel.

  Dalam mekanika klasik, massa mempunyai peranan penting dalam menentukan sifat-sifat suatu benda. Hukum kedua newton menyatakan bahwa gaya F adalah massa benda (m) dikalikan dengan percepatan a:

  =

  ............................................... (2.1) Selain itu, massa juga berhubungan dengan momentum p dan kecepatan v dengan rumus:

  =

  ................................................ (2.2) Dan juga energi kinetik dengan kecepatan, dengan rumus:

  =

  ............................................. (2.3) Massa dapat diukur dengan menggunakan neraca atau timbangan dan

  Spektrometer massa. Terdapat beberapa jenis neraca yang dapat digunakan, yaitu:

  a. Neraca Lengan Gantung Neraca ini biasanya digunakan oleh para pedagang. Cara penggunaannya relatif mudah dengan cara meletakkan benda pada tempat penyimpan beban kemudian geser beban pemberat disepanjang batang berskala sampai setimbang. Kemudian baca skala pada batang tersebut.

  Prinsip kerja neraca ini mengikuti hukum tuas (persamaan momen). Dalam keadaan setimbang, momen gaya yang dihasilkan oleh beban geser penanda dan batang tangkai tempat bergesernya adalah sama dengan momen gaya yang dihasilkan oleh beban terukur dan tangkainya.

Gambar 2.1 Neraca lengan gantung b. Neraca Analitis Dua Lengan jenis neraca ini biasanya digunakan untuk mengukur massa emas dan kristal dengan ketelitian mencapai 0,1 gram.

Gambar 2.2 Neraca analitis dua lengan

  c. Neraca Ohauss Neraca Ohauss ini biasanya digunakan dalam praktek laboratorium. Neraca ini memiliki batas ukur mencapai 311 gram dengan ketelitian 0,1 gram.

Gambar 2.3 Neraca ohauss

  d. Neraca Jarum Berskala Neraca jenis ini biasanya digunakan dalam rumah tangga. Cara penggunaanya dengan menempatkan benda pada wadah yang berada pada bagian atas neraca, kemudian baca skala yang ditunjukan oleh jarum skala.

Gambar 2.4 Neraca jarum berskala

  e. Neraca Pegas Neraca pegas atau biasa disebut juga dinamometer adalah alat ukur berat atau massa menggunakan media pegas. Biasanya menggunakan massa pembanding yang lebih kecil dengan tuas yang panjang mengikuti hukum tuas.

  Neraca pegas ini menunjukkan angka yang berbeda dibumi dan bulan, atau di daerah yang gravitasinya berbeda. Timbangan bandul menunjukan angka yang sama dimana pun, dimana ada gravitasi untuk menggerakkan timbangan. Persamaan matematis suatu neraca pegas dinyatakan dalam:

  .......................................... (2.4)

  × = ×

  Dengan : k = Konstanta pegas X = Defleksi atau pertambahan panjang pegas ketika diberi beban m = Massa beban g = Percepatan gravitasi bumi

Gambar 2.5 Neraca pegas

  f. Neraca Digital Neraca digital ini sangat mudah digunakan. Dengan menempatkan benda yang akan diukur massanya diatas neraca maka massanya akan ditunjukan pada layar. Ketelitian neraca ini mencapai 0,001 gram.

Gambar 2.6 Neraca digital

  g. Spektrometer Massa Digunakan untuk mengukur massa atom atau molekul. Sampel dalam bentuk gas mula-mula ditembaki dengan berkas elektron berenergi tinggi.

  Perlakuan ini menyebabkan atom atau molekul sampel berionisasi (melepas elektron sehingga menjadi ion positif). Ion-ion positif ini kemudian dipercepat oleh suatu beda potensial dan diarahkan ke dalam suatu medan magnet melalui suatu celah sempit.

  11

2.3 Volume

  Volume atau dapat juga disebut kapasitas adalah penghitungan seberapa banyak ruang yang dapat ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa benda yang beraturan ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya kubus, balok, silinder, limas, kerucut, dan bola. Benda yang tidak beraturan misalnya batu. Volume digunakan untuk menentukan massa jenis suatu benda.

  Untuk mengukur benda yang memiliki bentuk tidak beraturan dapat digunakan dua cara yaitu: a. Cara pertama

  Siapkan sebuah gelas ukur yang sudah ada lubangnya. Kemudian isilah gelas tersebut dengan air sampai posisi air seperti garis biru yang putus-putus. Garis ini sejajar dengan bagian bawah dari lubang. Kemudian tepat dibawah mulut lubang, isi dengan gelas ukur.

  Setelah itu masukkan benda yang tidak beraturan (benda hitam) pelan- pelan ke dalam gelas. Setelah benda tadi sampai didasar gelas, maka air akan mengalir keluar melalui lubang dan tertampung digelas ukur. Air yang tertampung digelas ukur itu kemudian diamati berapa volumenya. Volume digelas ukur itu merupakan volume benda tidak beraturan.

Gambar 2.7 Percobaan pertama

  12

  b. Cara kedua Untuk percobaan yang kedua cara sama namun menggunakan gelas yang tidak berlubang. Gelas ukur langsung dipakai. Misalnya sebelum benda dimasukkan kedalam gelas, volume gelas adalah 60 ml. kemudian setelah benda dimasukkan kedalam gelas. Volumenya menjadi 80 ml. volume benda adalah volume akhir dikurangi dengan volume awal.

Gambar 2.8 Percobaan kedua

2.4 Massa Jenis Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.

  Semakin tinggi masssa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).

  Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik ( ). Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah

  ................................................. (2.5)

  = Dengan: ߩ adalah massa jenis m adalah massa

  V adalah volume

2.5 Gelombang dan Bunyi

  Pada bagian ini akan diberikan beberapa definisi dan pengertian dasar mengenai gelombang dan bunyi serta hal-hal yang berkaitan dengan teori ini.

  2.5.1 Gelombang Gelombang adalah suatu getaran, gangguan atau energi yang merambat.

  Dalam hal ini yang merambat adalah getarannya, bukan medium perantaranya. Satu gelombang terdiri dari satu lembah dan satu bukit (untuk gelombang transversal) atau satu renggangan dan satu rapatan (untuk gelombang longitudinal). Besaran-besaran yang digunakan untuk mendiskripsikan gelombang anatar lain: panjang gelombang (

  λ) adalah jarak antara dua puncak yang berurutan; frekuensi (f) adalah banyaknya gelombang yang melewati suatu titik tiap satuan waktu; periode (T) adalah waktu yang diperlukan oleh gelombang melewati suatu titik; amplitudo (A) adalah simpangan maksimum dari titik setimbang; kecepatan gelombang (v) adalah kecepatan dimana puncak gelombang (atau bagian lain dari gelombang) bergerak.

  Kecepatan gelombang harus dibedakan dari kecepatan partikel pada medium itu sendiri. Pada waktu merambat gelombang membawa energi dari satu tempat ke tempat lain. Saat gelombang merambat melalui medium maka energi dipindahkan sebagai energi getaran antar partikel dalam medium tersebut.

  2.5.2 Jenis-Jenis Gelombang

  Jenis-jenis gelombang dikelompokkan berdasarkan arah getar, amplitudo dan fasenya, medium perantaranya dan frekuensi yang dipancarkannya. Berdasarkan arah geratnya gelombang dikelompokkan menjadi:

  a. Gelombang Transversal

  Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatannya. Satu gelombang terdiri dari satu lembah dan satu bukit seperti ditunjukkan pada gambar 2.9

Gambar 2.9 Gelombang transversal

  b. Gelombang Longitudinal Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar atau berimpit dengan arah rambatannya. Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan renggangan seperti ditunjukkan pada gambar 2.10

Gambar 2.10 Gelombang longitudinal

2.5.3 Bunyi

  Bunyi secara harafiah dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita dengar, bunyi merupakan hasil getaran dari partikel-partikel yang berada di udara dan energi yang terkandung dalam bunyi dapat meningkat secara cepat dan dapat menempuh jarak yang sangat jauh.

  Defenisi sejenis juga dikemukakan oleh Bruel dan Kjaer (1986) yang menyatakan bahwa bunyi diidentikkan sebagai pergerakan gelombang di udara yang terjadi bila sumber bunyi mengubah partikel terdekat dari posisi diam menjadi partikel yang bergerak.

  Secara lebih mendetail, Doelle (1972) menyatakan bahwa bunyi mempunyai dua defenisi, yaitu:

  1. Secara fisis, bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastik seperti udara. Definisi ini dikenal sebagai bunyi objektif.

  2. Secara fisiologis, bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan penyimpangan fisis yang digambarkan pada bagian atas. Hal ini disebut sebagai bunyi subjektif. Secara singkat, bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran. Rambatan gelombang bunyi disebabkan oleh lapisan perapatan dan peregangan partikel-partikel udara yang bergerak ke luar, yaitu karena penyimpangan tekanan. Hal serupa juga terjadi pada penyebaran gelombang air pada permukaan suatu kolam dari titik dimana batu dijatuhkan.

  Gelombang bunyi adalah gelombang yang dirambatkan sebagai gelombang mekanik longitudinal yang dapat menjalar dalam medium padat, cair dan gas. Medium gelombang bunyi ini adalah molekul yang membentuk bahan medium mekanik ini. Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi / getaran molekul- molekul zat dan saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi bahkan tidak pernah terjadi perpindahan partikel.

2.5.4 Sifat-Sifat Bunyi

  Bunyi mempunyai beberapa sifat, seperti frekuensi bunyi, kecepatan perambatan, panjang gelombang, intensitas dan kecepatan partikel.

  A. Frekuensi Frekuensi merupakan gejala fisis objektif yang dapat diukur oleh instrumen-instrumen akustik. Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali.

  Frekuensi yang dapat didengar oleh manusia berkisar 20 sampai 20.000Hz dan jangkauan frekuensi ini dapat mengalami penurunan pada batas atas rentang frekuensi sejalan dengan bertambahnya umur manusia.

  Jangkauan frekuensi audio manusia akan berbeda juka umur manusia juga berbeda. Besarnya frekuensi ditentukan dengan rumus:

  =

  .................................................. (2.6) Dimana: f = Frekuensi (Hz)

  T = Waktu (detik)

  Periode adalah banyaknya waktu per banyaknya getaran, sehingga periode berbanding terbalik dengan frekuensi.

  = .................................................. (2.7)

  Dimana: f = Frekuensi (Hz)

  T = Periode (detik)

  B. Kecepatan Perambatan Bunyi bergerak pada kecepatan berbeda-beda pada tiap media yang dilaluinya. Pada media gas, udara, cepat rambat bunyi tergantung pada kerapatan, suhu dan tekanan.

  = ........................................... (2.8)

  Atau dalam bentuk yang sederhana dapat ditulis:

  = 20,05 ..................................... (2.9) √

  Dimana: c = Cepat rambat bunyi (m/s) = Rasio panas spesifik (untuk udara = 1,41)

  = Tekanan atmosfir (Pascal)

  ߩ = Kerapatan (Kg/m

  ߣ

  W = Daya akustik (Watt) A = Luas area (m ଶ

  )

  I = Intensitas bunyi (W/m ଶ

  ............................................... (2.12) Dimana:

  ܫ = ௐ ஺

  D. Intensitas Bunyi Intensitas bunyi adalah aliran energi yang dibawa gelombang udara dalam suatu dareah per satuan luas. Intensitas bunyi pada tiap titik dari sumber dinyatakan dengan:

  f = Frekuensi (Hz)

  = Cepat rambat bunyi (m/s)

  c

  = Panjang gelombang bunyi

  ................................................ (2.11) Dimana:

  ଷ

  ߣ = ௖ ௙

  C. Panjang Gelombang Panjang suatu gelombang bunyi dapat didefinisikan sebagai jarak antara dua muka gelombang berfase sama. Hubungan antara panjang gelombang, frekuensi, dan cepat rambat bunyi dapat ditulis sebagai berikut:

  )

  ଷ

  = Kerapatan (Kg/m

  ߩ

  ............................................. (2.10) Dimana: E = Modulus Elastisitas (Pascal)

  ܿ = ට ா ఘ

  Pada media padat bergantung pada modulus elastisitas dan kerapatan, sedangkan pada media cair bergantung pada modulus bulk dan kerapatan.

  T = Suhu (K)

  )

  ) Ambang batas pendengaran manusia, yaitu nilai minimum

  • 6

  intensitas daya bunyi yang dapat dideteksi telinga manusia, adalah 10

2 W/cm .

  E. Kecepatan Partikel Radiasi bunyi yang dihasilkan suatu sumber bunyi akan mengelilingi udara sekitarnya. Radiasi bunyi ini akan mendorong partikel udara yang dekat dengan permukaan luar sumber bunyi. Hal ini akan menyebabkan bergeraknya partikel-partikel di sekitar radiasi bunyi yang disebut dengan kecepatan partikel.

  .............................................. (2.13)

  =

  Dimana: V = Kecepatan partikel (m/detik)

  p = Tekanan (Pa)

  = Massa jenis bahan (Kg/m ) = Kecepatan rambat gelombang (m/detik)

  c

2.6 Sifat Akustik

  Kata akustik berasal dari bahasa Yunani yaitu akoustikos, yang artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang yang dapat mempengaruhi mutu bunyi. Fenomena absorpsi suara oleh suatu permukaan bahan ditunjukkan pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Fenomena absorpsi suara oleh suatu permukaan bahan

  Fenomena suara yang terjadi akibat adanya berkas suara yang bertemu atau menumbuk bidang permukaan bahan, maka suara tersebut akan dipantulkan (reflected), diserap (absorb), dan diteruskan (transmitted) atau ditransmisikan oleh bahan tersebut. Medium gelombang bunyi dapat berupa zat padat, cair, ataupun gas. Frekuensi gelombang bunyi dapat diterima manusia berkisar antara

  20Hz sampai dengan 20kHz, atau dinamakan sebagai jangkauan yang dapat didengar (audible range).

2.6.1 Koefisien Absorpsi

  Menurut Jailani et al. (2004) penyerapan suara (sound absorption) merupakan perubahan energi dari energi suara menjadi energi panas atau kalor. Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien penyerapan bahan terhadap bunyi

  ), semakin besar α maka semakin baik digunakan sebagai peredam suara. Nilai α berkisar dari 0 sampai 1. Jika α bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100% bunyi yang datang diserap oleh bahan. Besarnya energi suara yang dipantulkan, diserap, atau diteruskan bergantung pada jenis dan sifat dari bahan atau material tersebut. Pada umumnya bahan yang berpori (porous material) akan menyerap energi suara yang lebih besar dibandingkan dengan jenis bahan lainnya. Adanya pori-pori menyebabkan gelombang suara dapat masuk kedalam material tersebut. Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan menjadi bentuk energi lainnya, pada umumnya diubah ke energi kalor.

  Perbandingan antara energi suara yang diserap oleh suatu bahan dengan energi suara yang datang pada permukaan bahan tersebut didefinisikan sebagai koefisien penyerapan suara atau koefisien absorpsi (α).

  .................................... (2.14)

  =

  Terdapat dua metode untuk mengukur koefisien absorpsi suara, yaitu dengan tabung impedansi (impedance tube) yang dapat mengukur koefisien absorpsi suara normal, serta pengukuran dengan ruang dengung (reverberation

  room) yang dapat mengukur koefisien absorpsi suara sabine. Tabel 2.2 berikut merupakan nilai koefisien absorpsi dari beberapa material.

Tabel 2.2 Koefisien penyerapan bunyi dari beberapa material

  Frekuensi (Hz) Material 125 250 500 1000 2000 4000

  Gypsum board (13 mm)

  0.29

  0.10

  0.05

  0.04

  0.07

  0.09 Kayu

  0.15

  0.11

  0.10

  0.07

  0.06

  0.07 Gelas

  0.18

  0.06

  0.04

  0.03

  0.02

  0.02 Tegel geocoustic (81 mm)

  0.13

  0.74

  2.35

  2.53

  2.03

  1.73 Beton yang dituang

  0.01

  0.01

  0.02

  0.02

  0.02

  0.03 Bata tidak dihaluskan

  0.03

  0.03

  0.03

  0.04

  0.05

  0.07 Steel deck (150 mm)

  0.58

  0.64

  0.71

  0.63

  0.47

  0.40 Sumber : Doelle, Leslie L, 1993. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai serap bunyi. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan bunyi pada material adalah:

  1. Ukuran serat, Koizumi et al. (2002) melaporkan bahwa meningkatnya koefisien serap bunyi diikuti dengan menurunnya diameter serat. Ini disebabkan ukuran serat yang kecil akan lebih mudah untuk berpropagasi dibandingkan dengan serat yang lebih besar pada gelombang suara.

  2. Resistensi aliran udara, Salah satu kualitas yang sangat penting yang dapat mempengaruhi karakteristik dari material berserat adalah spesifik resistensi aliran udara per unit tebal material. Karakteristik impedansi dan propagasi konstan, yang mana menggambarkan sifat akustik material berpori.

  3. Porositas (rongga pori), Jumlah, ukuran dan tipe rongga pori adalah faktor yang penting ketika mempelajari mekanisme penyerapan suara pada material berpori.

  Untuk memungkinkan disipasi suara dengan gesekan, gelombang suara harus dimasukkan ke material dengan rongga (berpori). Ini berarti harus ada pori yang cukup pada permukaan material untuk dilewati oleh gelombang suara dan diredam. Porositas pada material berporos didefinisikan sebagai rasio volume berpori di dalam material kepada jumlah total volume.

  4. Ketebalan,

  21

  Beberapa studi yang berhubungan dengan penyerapan bunyi pada material berpori menghasilkan kesimpulan bahwa absorpsi suara frekuensi rendah memiliki hubungan langsung dengan ketebalan. Sebuah studi oleh Ibrahim et al. (1978) menunjukkan meningkatnya penyerapan bunyi pada frekuensi rendah dengan meningkatkan ketebalan material. Namun, pada frekuensi tinggi ketebalan material tidak terlalu berpengaruh pada penyerapan bunyi.

  5. Densitas, Densitas material sering dianggap menjadi faktor yang penting yang mengatur perilaku absorpsi suara pada material.

  6. Permukaan impedansi.

  Nilai permukaan impedansi yang semakin tinggi akan menyebabkan meningkatnya jumlah refleksi bunyi pada permukaan sehingga kemampuan serap bunyinya berkurang.

2.6.2 Sound Transmission Loss

  Sound transmission loss adalah kemampuan suatu bahan untuk mereduksi

  suara. Nilainya biasa disebut dengan decibel (dB). Semakin tinggi nilai sound

  transmission loss (TL), semakin bagus bahan tersebut dalam mereduksi suara

  (Bpanelcom 2009). Sound transmission class (STC) adalah kemampuan rata-rata transmission loss suatu bahan dalam mereduksi suara dari berbagai frekuensi. Semakin tinggi nilai STC, semakin bagus bahan tersebut dalam mereduksi suara (Bpanelcom 2009). Nilai STC ditetapkan berdasarkan baku mutu ASTM E-413 tentang Classification for Rating Sound Insulation yang dikeluarkan oleh

  American Society for Testing and Materials (ASTM).

2.7 Material Akustik

  Material akustik adalah material teknik yang fungsi utamanya adalah untuk menyerap suara / bising. Material akustik adalah suatu bahan yang dapat menyerap energi suara yang datang dari sumber suara. Pada dasarnya semua bahan dapat menyerap energi suara, namun besarnya energi yang diserap berbeda- beda untuk tiap bahan. Energi suara tersebut dikonversi menjadi energi panas,

  22

  yang merupakan hasil dari frikisi dan resistansi dari berbagai material untuk bergerak dan berdeformasi. Sama halnya dengan besar energi suara yang sangat kecil bila dilihat dalam satuan Watt, energi panas yang dihasilkan juga sangat kecil sehingga secara makrokopis tidak akan terlalu terasa perubahan temperatur pada bahan tersebut.

  Peredam suara merupakan suatu hal penting didalam desain akustik dan dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian yaitu:

  1. Material berpori (porous material), seperti bahan akustik yang umum digunakan, yaitu mineral wool, plester akustik, sama seperti karpet dan bahan gorden, yang dikarakterisasi dengan cara membuat rajutan yang saling mengait sehingga membentuk pori yang berpola. Pada saluran dan rongga yang sempit dan saling merekat inilah terjadi perubahan energi, dari energi suara menjadi energi vibrasi, kalor atau perubahan momentum. Daya penyerapan atau peredaman dari suatu jenis material adalah fungsi dari frekuensi. Penyerapan relatif rendah pada frekuensi rendah dan meningkat terhadap ketebalan material. Absorpsivitas frekuensi rendah dapat ditingkatkan dengan cara melapisi material sehingga menambah ketebalannya. Mengecat plaster dan tile, secara varial akan menghasilkan efektivitas reduksi yang cukup besar.

  2. Membran penyerap (panel absorber): lembar bahan solid (tidak poros) yang dipasang dengan lapisan udara dibagian belakangnya (air space

  backing). Bergetarnya panil ketika menerima energi suara serta transfer

  energi getaran tersebut ke lapisan udara mentebabkan terjadinya efek penyerapan suara. Sama halnya seperti material berpori, yang berfungsi sebagai peredam suara, yaitu merubah energi suara menjadi energi vibrasi dan kalor. Penambahan porous absorber pada bagian ruang kosong antara ruang panil dan dinding akan lebih jauh meningkatkan efisiensi dari penyerapan frekuensi rendah.

  3. Rongga penyerap (cavity resonator), rongga udara dengan volume tertentu dapat dirancang berdasarkan efek resonator Helmholzt. Efek osilasi udara pada bagian leher (neck) yang terhubung dengan volume udara dalam rongga ketika menerima energi suara menghasilkan efek penyerapan suara, menyerap energi suara paling efisien pada pita frekuensi yang sempit di dekat sumber gaungnya. Peredam jenis ini biasanya dalam bentuk elemen tunggal, seperti blok beton standar dengan rongga yang ditempatkan didalamnya; bentuk lain terdiri dari panel yang berlubang-lubang dan kisi- kisi kayu dengan selimut absorpsi diantaranya. Selain memberikan nilai estetika arsitektur, sistem yang baru saja dijelaskan (bentuk kedua) memberikan absorpsi yang berguna untuk rentang frekuensi yang lebih lebar daripada kemungkinan yang diberikan oleh elemen tunggal berongga (struktur sandwich).

  4. Penyerapan suara tiap benda diberikan oleh manusia, meja, kursi dan perabotan. perabotan kayu termasuk di dalamnya adalah kursi dan meja.

  Untuk kondisi dimana terdapat banyak orang dengan meja dan kursi (seperti dapat kita temukan di dalam ruang kelas dan ruang kuliah), akan lebih cocok jika digunakan peredaman per orang dan per benda dari perabotan yang diberikan daripada peredaman oleh manusia saja. Dengan menentukan jumlah dan distribusi peredam jenis ini, dapat dimungkinkan untuk merancang kelakukan waktu gaung terhadap frekuensi untuk memperoleh hampir semua lingkungan akustik yang diinginkan. Hal ini juga dapat memungkinkan untuk merancang sebuah ruangan dimana karakteristik gaungnya dapat diubah dengan cara menggeser atau merubah posisi panil dimana posisi permukaan berpengaruh terhadap sifat peredaman yang berbeda. Selama waktu gaung optimum bergantung terhadap fungsi ruangan, dengan cara ini dapat dimungkinkan untuk merancang sebuah ruangan serba guna (multipurpose rooms).

  Bagaimanapun, cara seperti ini akan lebih efektif untuk menekan biaya dan memberikan solusi yang fleksibel, khususnya di dalam ruangan yang besar. Bahan yang mampu menyerap suara pada umumnya mempunyai struktur berpori atau berserat. Bahan-bahan akustik yang tergolong sebagai bahan penyerap suara antara lain adalah glass wool, rock,woll, soft board, carpet, kain, busa, acoustic tiles dan lain-lain.

2.8 Tabung Impedansi

  Ada dua metode standar yang digunakan untuk mengukur koefisien serap bunyi untuk sampel berukuran kecil yaitu menggunakan metode rasio gelombang tegak (ISO 105432-1) dan metode transfer fungsi (ISO 105432-2). Kedua metode dirancang untuk pengukuran pada sampel kecil. Metode rasio gelombang tegak mapan, tapi lambat sehingga diganti dengan metode transfer fungsi karena kecepatan dan akurasinya dalam pengukuran. Pada penelitian ini digunakan tabung impedansi yang dirancang dan dibuat oleh Felix Asade pada skripsinya.

2.8.1 Metode Perbandingan Gelombang Tegak (ISO 10534-1:1996)

  Metode ini berdasarkan pada fakta bahwa hanya ada gelombang datar yang datang dan dipantulkan sepanjang sumbu axis dalam tabung. Gelombang bunyi sinusoidal yang datang dibangkitkan oleh loudspeaker pada salah satu ujung tabung. Pada ujung lainnya dibatasi oleh lapisan material yang memiliki reflektifitas tinggi. Pengukuran dapat dilakukan dalam satu oktaf atau 1/3 oktaf frekuensi. Dengan menggunakan definisi dari rasio gelombang tegak:

  | |

  ............................................. (2.15)

  = | |

  Faktor refleksi dan keofisien serap bunyi didefenisikan oleh: .............................................. (2.16)

  | | =

  ........................................... (2.17)

  = 1 − | |

  Tabung impedansi yang menggunakan metode ini diilustrasikan pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Pandangan skematis metode rasio gelombang tegak

2.8.2 Metode Transfer Fungsi (ISO 10534-2:1998) Metode ini menggunakan dua buah mirkopon yaitu pada posisi x dan x .

  1

  2 Tekanan bunyi pada posisi ini masing-masing adalah: ି ௝ ௞ ௫ భ ି ௝ ௞ ௫ భ

  = +

  ............................. (2.18)

  ݌ ܣ ݁ ܤ ݁ ଵ ି ௝ ௞ ௫ ି ௝ ௞ ௫

  = మ మ

  ............................. (2.19)

  ݌ ܣ ݁ ܤ ݁

  Tabung impedansi yang menggunakan metode ini diilustrasikan pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Tabung Impedansi untuk pengukuran koefisien serap bunyi

  Dimana: A dan B adalah amplitudo tegangan (Volt)

  • 1

  k adalah nomor gelombang (m ) x adalah jarak antara sampel dan mikropon terjauh (m)

  1

  x adalah jarak antara sampel dan mirkopon terdekat (m)

2 Sehingga transfer fungsi akustik kompleks antara kedua mikropon ini

  yaitu:

  ............................................ (2.20)

  =

  Dan faktor refleksinya: ................................. (2.21)

  =

  Dimana: =

  = (jarak kedua mirkopon)

  − =

  Maka koefisien serap bunyi dapat ditentukan melalui persamaan berikut: ....................................... (2.17)

  = 1 − | |