BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis selain untuk memaksimumkan laba adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan hidup (going concern) selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelolah perusahaan. Setiawan (2006) going

  concern sebagai asumsi bahwa perusahaan dapat mempertahankan hidupnya

  secara langsung akan mempengaruhi laporan keuangan. Jadi, apabila laporan keuangan disusun dengan dasar going concern berarti hal ini dapat diasumsikan perusahaan dapat bertahan dalam jangka panjang. Berdasarkan pelaporan keuangan yang diterima, auditor akan menilai laporan keuangan apakah telah memenuhi kepatuhan, disajikan secara wajar, dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dan apakah terdapat kesangsian atas kelangsungan hidup perusahaan.

  Opini going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI, 2001). Oleh karena itu opini audit merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi investor ketika ingin membuat keputusan berinvestasi.

  Penelitian Altman dan McGough (1974) dalam Praptitorini dan Januarti (2007) opini audit going concern yang dikeluarkan auditor disebabkan oleh kondisi internal perusahaan yang bermasalah, pada dasarnya masalah going

  1

  concern terbagi dua: pertama, masalah keuangan yang meliputi definisi likuiditas,

  definisi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana. Kedua, masalah operasi yang yang meliputi kerugian operasi yang terus menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian yang lemah atas operasi. Permasalahan going concern tersebut dapat dicegah dan diatasi dengan adanya suatu aturan untuk mengelola dan mengawasi perusahaan yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate

  governance). Dalam hal ini Good Corporate Governance dapat memberikan

  manfaat bagi perusahaan yaitu menjaga going concern (kelangsungan hidup) perusahaan (“Manfaat Kualitas Laporan Keuangan di dalam menunjang tercapainya Good Corporate Governance”).

  Penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit going concern didasarkan pada kondisi internal perusahaan, seperti kualitas audit (Setyarno dkk, 2006; Santosa dan Wedari, 2006; Praptitorini dan Januarti, 2007; Januarti, 2008), dan didasarkan pada ukuran perusahaan (Santosa dan Wedari, 2007; Januarti, 2008). Selain faktor-faktor tersebut, mekanisme corporate governance juga berperan penting dalam pengelolaan perusahaan, apabila penerapan corporate governance suatu perusahaan buruk, maka hal tersebut dapat menyebabkan rendahnya minat investor untuk menyalurkan dananya atau berinvestasi. Hal ini disebabkan karena corporate

  governance merupakan suatu sistem dimana suatu perusahaan dijalankan dan

  dikendalikan yang berimplikasi pada terganggunya kelangsungan hidup perusahaan.

  Berdasarkan Forum for Corporate Governance in Indonesia, untuk berhasil dipasar yang bersaing, suatu perusahaan harus mempunyai pengelola perusahaan yang inovatif, yang bersedia untuk mengambil resiko yang wajar dan yang senantiasa mengembangkan strategi baru untuk mengantisipasi situasi yang cenderung berubah-ubah. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman yang mengatur kegiatan perusahaan sehingga dapat tercapai Good Corporate

  Governance.

  Berkaitan dengan hal tersebut, suatu perusahaan sangat disarankan untuk dapat menerapkan Good Corporate Governance yang berfungsi untuk mengantisipasi masalah-masalah keagenan yang sering ditemui dalam perusahaan, baik perusahaan yang struktur kepemilikannya tersebar maupun yang terpusat.

  Adapun perusahaan yang struktur kepemilikannya tersebar cenderung akan mengalami masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham sedangkan perusahaan dengan struktur kepemilikan terpusat lebih cenderung mengalami masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Dalam hal ini pemegang saham mayoritas dapat saja bertindak lebih mementingkan kepentingannya sendiri dengan mengabaikan kepentingan pemegang saham minoritas yang tentunya merugikan para pemegang saham minoritas.

  Pada dasarnya pihak manajemen harus bertindak secara rasional untuk kepentingan pemegang saham. Manajemen harus menggunakan keahlian, kebijaksanaan, itikad baik, serta tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin perusahaan. Pihak manajemen yang bertanggung jawab mengelola perusahaan terkadang memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemegang saham. Pemegang saham memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan (return) yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan incentives atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Kesenjangan kepentingan ini menimbulkan biaya (cost), yang muncul dari ketidaksempurnaan penyusunan kontrak antara pihak manajemen (agents) dan pemegang pemegang saham (prinsipals) karena adanya informasi yang asimetris.

  Jensen dan Meckling (1976) dalam Linoputri (2010) Konflik kepentingan tersebut dapat diminimalisir dengan meningkatkan kepemilikan manajerial.

  Dengan adanya kepemilikan manajerial ini pihak manajemen dapat merasakan manfaat atas pengambilan keputusan sekaligus menanggung konsekuensi atas kesalahan pengambilan keputusan.

  Kepemilikan terpusat sebagai salah satu unsur corporate governance berperan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Pemegang saham mayoritas sebagai sarana pengawasan bagi manajemen cenderung menginginkan laporan keuangan yang transparan, terlepas perusahaan akan mendapatkan opini dengan modifikasi going concern atau tidak. Parker et al (2005) menemukan bahwa kepemilikan saham mayoritas berhubungan positif terhadap opini audit dengan modifikasi going concern yang diberikan oleh auditor.

  Jensen dan Meckling (1976) dalam Linoputri (2010) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan institusional adalah dua mekanisme corporate

  governance yang dapat mengendalikan masalah keagenan. Proporsi jumlah kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004).

  Semakin besar proporsi kepemilikan saham pada perusahaan maka manajemen cenderung bekerja lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah pihak menajemen itu sendiri. Adjani dan Rahardja (2013) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini audit going concern oleh auditor independen. Dengan demikian, semakin besar kepemilikan manajerial maka kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern semakin kecil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ballesta dan Garcia Mecca (2005) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial akan memperkecil perusahaan terhadap resiko opini audit

  going concern. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti

  (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

  Selain kepemilikan manajerial, keberadaan komisaris independen dan komite audit merupakan hal yang tidak kalah penting dalam mekanisme corporate

  governance. Komisaris independen diharapkan dapat memonitor dan mengatasi

  masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan. Hal ini ditujukan untuk memberikan perlindungan dan keadilan hak-hak para pemegang saham (fairness) sebagai prinsip utama dalam memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang mungkin sering terabaikan, misalnya pemegang saham minoritas serta para stakeholder lainnya, sebab komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun yang dapat dianggap sebagai campur tangan untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan (Forum for Corporate Governance in Indonesia, 2000).

  Keberadaan komisaris independen dan komite audit akan membawa pengaruh positif bagi perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang berkualitas sehingga perusahaan akan memperoleh opini yang wajar dan non

  going concern dari auditor. Hasil penelitian Sulistya dan Sukartha (2013)

  menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Linoputri (2010) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern.

  Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada dibawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas biasanya akan memiliki manajemen perusahaan yang lebih transparan dan akuntabel sehingga prinsip corporate governance dapat diterapkan dengan baik. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari karena komite audit merupakan pihak yang menjebatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjebatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eriyawati (2011) menyatakan bahwa komite audit dalam perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Hal ini berbeda dengan Ardianingsih (2012) bahwa keberadaan komite audit tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap opini audit dengan penjelasan going concern.

  Adanya perbedaan hasil pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap opini audit going concern yang ditemukan pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali penelitian berikutnya dalam sebuah karya ilmiah yang diberi judul “Pengaruh Mekanisme

  Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern

  pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010- 2012”.

1.2 Rumusan Masalah

  Dari penjelasan latar diatas, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Apakah proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern?

  2. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern?

  3. Apakah keberadaan komite audit berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan darin penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah unsur-unsur mekanisme corporate governance diantaranya:

  1. Untuk menguji pengaruh proporsi kepemilikan manajerial terhadap pemberian opini audit going concern?

  2. Untuk menguji pengaruh proporsi komisaris independen terhadap pemberian opini audit going concern?

  3. Untuk menguji pengaruh keberadaan komite audit terhadap pemberian opini audit going concern?

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap opini audit

  going concern.

  2. Bagi calon investor, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit.

  3. Bagi calon peneliti, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.

  4. Bagi menajemen, sebagai pertimbangan dalam menggunakan laporan audit terhadap dampaknya bagi kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012

8 121 93

Pengaruh Going Concern, Kualitas Audit dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pemberian Opini Audit Wajar dengan Pernyataan Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

2 44 85

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengrauh Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh Audit Quality, Audit Tenure, Audit Report Lag, dan Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2010 – 2012

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi (Agency Theory) - Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012

0 0 26