Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MEKANISMEGOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDITGOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-1012

OLEH

Fauziah Ningsih 120522050

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012 adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika Penelitian ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014

Fauziah Ningsih NIM. 120522050


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2010 hingga 2012. Elemen good corporate governance yang digunakan yaitu proporsi kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit.

Populasi penelitian ini sebanyak 38 perusahaan perbankan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metodepurposive sampling,sehingga diperoleh 28 perusahaan sampel untuk 3 tahun pengamatan (2010 - 2012) dengan 84 unit analisis.Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen, dan laporan tahunan dari perusahaan sampel yang diunduh dari website BEI yaituwww.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan metode regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi kepemilikan manajerial dan keberadaan komite audit memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, sedangkan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

Kata Kunci : Mekanisme Good Corporate Governance, Kepemilikan Manjerial, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, dan Opini Audit Going Concern.


(4)

mechanism to the going concern audit opinion issue at banking company listed on Indonesia Stock Exchange between 2010 to 2012. The corporate governance indicators are proportion of managerial ownership, proportion of independent board and existance of audit committee.

The population of this research are 38 banking companies. Sampling method that used in this research is purposive sampling, so I get 28 company samples to 3 years (2010-2012) with 84 analysis units by access the financial statement of auditee, independent audit report, and annual report on website www.idx.co.id. Analysis data technique that is used in this research is descriptive statistics analysis dan inferencial statistics analysis with logistic regression method. The results of this research indicate that proportion of managerial ownership and existense of audit committee has insignificantly influence to the going concern audit opinion issue; while proportion of independent board has negative and significant influence to the going concern audit opinion issue.

Keywords : Good Corporate Governance Mechanism, Mangerial Ownership, Independent Board, Audit Committee, and Going Concern Audit Opinion


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih Peneliti panjatkan setinggi-tingginya atas kehadiratan Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan karunia, berkah serta rahmat-Nya yang begitu melimpah hingga saat ini kepada Peneliti, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.

Skripsi ini berjudul Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini AuditGoing Concernpada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012 disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.

Selama Penelitian skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta dukungan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Ayahnda Suyatno dan Ibunda Nani Sofia atas segala kasih sayang, motivasi, dan doa bagi peneliti.

Selain itu Peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac., Ak., CA selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, S.E., MAFIS., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja far, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi.


(6)

Studi S1 Akuntansi.

4. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan perhatian dan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rustam M.Si., Ak., CA selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs. Rasdianto M.Si., Ak selaku dosen Pembanding yang telah memberikan waktu, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Tonga Saut Parulian Purba, SE yang telah peneliti anggap sebagai orang tua sendiri yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material kepada Peneliti. Kepada adik-adik peneliti Budi yanto, Mita Novi Yanti, Dewi Arianti Nestianta Purba, SH dan seluruh keluarga besar peneliti yang telah memotivasi serta mendoakan peneliti hingga saat ini. Dan khususnya kepada Abangda Fatrinaldi Amri, AMd yang selalu memberikan perhatian, motivasi dan doanya kepada Peneliti hingga Peneliti akhirnya dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik. Kepada sahabat-sahabat yang turut membantu Mutiara Ismi Zen, Theresia Br. Bukit, Liza Seftina, Cherry Masturi Prasat, Khairul Amri Hsb, Hadi Wiyono, M Risky, M Athoi, Keriswan Husein (Kepompong Community); teman-teman seperjuangan akuntansi FE USU. Serta berbagai pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk


(7)

kebersamaan suka dan duka, doa, bantuan, motivasi, dukungan, maupun inspirasi yang telah diberikan pada peneliti hingga sampai saat ini.

Usaha terbaik sudah peneliti berikan, namun skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kelemahan-kelemahan yang semata-mata merupakan keterbatasan peneliti. Dengan segala kerendahan hati, Peneliti menerima setiap saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi.

Medan, 23 Agustus 2014 Peneliti

Fauziah Ningsih NIM. 120522050


(8)

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi (Agency Theory)... 9

2.2 Corporate Governance... 10

2.2.1 Tujuancorporate governance... 12

2.2.2 Prinsipcorporate governance... 13

2.2.3 Mekanismecorporate governance... 14

2.2.3.1 Kepemilikan Manajerial ... 15

2.2.3.2 Proporsi Dewan Komisaris... 16

2.2.3.3 Komite Audit ... 19

2.3 Opini Audit ... 21

2.4 Opini Audit Going Concern... 23

2.5 Penelitian Terdahulu... 28

2.6 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 32

2.6.1 Kerangka Konseptual... 32

2.6.2 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37


(9)

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.8 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 46

4.2 Analisis Data Penelitian ... 47

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif... 47

4.2.2 Uji Data ... 51

4.2.3 Uji Hipotesis... 57

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Keterbatasan ... 66

5.3 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

3.1 Rencana Waktu Penelitian... 36

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37

3.3 Sampel Perusahaan ... 38

4.1 Sampel Penelitian ... 46

4.2 Statistik Deskriptif... 48

4.3 Statistik ... 49

4.4 Keberadaan Komite Audit... 49

4.5 Opini Audit Going Concern ... 50

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 52

4.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 53

4.8 Nilai -2Log Likehoodawal (-2LL Awal)... 54

4.9 Nilai -2Log Likehoodakhir (-2LL Akhir) ... 54

4.10 Hosmer and Lemeshow Test... 55

4.11 Contigency Tabel for Hosmer and Lemeshow Test... 56

4.12 Model Summary... 57

4.13 Case Processing Summary ...58


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Pertimbangan Auditor atas Kesangsian

Kelangsungan Usaha ... 25 2.2 Kerangka Konseptual ... 33


(12)

No. Lampiran Judul

Lampiran 1 Tabulasi Hasil Opini Audit Sampel

Lampiran 2 Tabulasi Hasil Proporsi Kepemilikan Manajerial Sampel Lampiran 3 Tabulasi Hasil Proporsi Dewan Komisaris Independen Sampel Lampiran 4 Tabulasi Hasil Keberadaan Komite Audit Sampel


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2010 hingga 2012. Elemen good corporate governance yang digunakan yaitu proporsi kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit.

Populasi penelitian ini sebanyak 38 perusahaan perbankan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metodepurposive sampling,sehingga diperoleh 28 perusahaan sampel untuk 3 tahun pengamatan (2010 - 2012) dengan 84 unit analisis.Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan auditor independen, dan laporan tahunan dari perusahaan sampel yang diunduh dari website BEI yaituwww.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan metode regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi kepemilikan manajerial dan keberadaan komite audit memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, sedangkan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

Kata Kunci : Mekanisme Good Corporate Governance, Kepemilikan Manjerial, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, dan Opini Audit Going Concern.


(14)

mechanism to the going concern audit opinion issue at banking company listed on Indonesia Stock Exchange between 2010 to 2012. The corporate governance indicators are proportion of managerial ownership, proportion of independent board and existance of audit committee.

The population of this research are 38 banking companies. Sampling method that used in this research is purposive sampling, so I get 28 company samples to 3 years (2010-2012) with 84 analysis units by access the financial statement of auditee, independent audit report, and annual report on website www.idx.co.id. Analysis data technique that is used in this research is descriptive statistics analysis dan inferencial statistics analysis with logistic regression method. The results of this research indicate that proportion of managerial ownership and existense of audit committee has insignificantly influence to the going concern audit opinion issue; while proportion of independent board has negative and significant influence to the going concern audit opinion issue.

Keywords : Good Corporate Governance Mechanism, Mangerial Ownership, Independent Board, Audit Committee, and Going Concern Audit Opinion


(15)

Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis selain untuk memaksimumkan laba adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup ( o rn ) usahanya. Kelangsungan hidup ( onrn selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelolah perusahaan. Setiawan (2006)

rn sebagai asumsi bahwa perusahaan dapat mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan keuangan. Jadi, apabila laporan keuangan disusun dengan dasar onrn berarti hal ini dapat diasumsikan perusahaan dapat bertahan dalam jangka panjang. Berdasarkan pelaporan keuangan yang diterima, auditor akan menilai laporan keuangan apakah telah memenuhi kepatuhan, disajikan secara wajar, dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dan apakah terdapat kesangsian atas kelangsungan hidup perusahaan.

Opini rn merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI, 2001). Oleh karena itu opini audit merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi investor ketika ingin membuat keputusan berinvestasi.

Penelitian Altman dan McGough (1974) dalam Praptitorini dan Januarti (2007) opini audit rn yang dikeluarkan auditor disebabkan oleh kondisi internal perusahaan yang bermasalah, pada dasarnya masalah


(16)

!rn terbagi dua: pertama, masalah keuangan yang meliputi definisi likuiditas, definisi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana. Kedua, masalah operasi yang yang meliputi kerugian operasi yang terus menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian yang lemah atas operasi. Permasalahan " # " !rn tersebut dapat dicegah dan diatasi dengan adanya suatu aturan untuk mengelola dan mengawasi perusahaan yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (" $ orpor %&!

" '!( % ! )* Dalam hal ini + $ ,( -( %&! +ov!( % ! dapat memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu menjaga " # " !rn (kelangsungan hidup) perusahaan ( Manfaat Kualitas Laporan Keuangan di dalam menunjang tercapainya+ $,orpo( %&!+ov!( % ! ) .

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini auditgoing concerndidasarkan pada kondisi internal perusahaan, seperti kualitas audit (Setyarno dkk, 2006; Santosa dan Wedari, 2006; Praptitorini dan Januarti, 2007; Januarti, 2008), dan didasarkan pada ukuran perusahaan (Santosa dan Wedari, 2007; Januarti, 2008). Selain faktor-faktor tersebut, mekanisme corporate governance juga berperan penting dalam pengelolaan perusahaan, apabila penerapan corporate governance suatu perusahaan buruk, maka hal tersebut dapat menyebabkan rendahnya minat investor untuk menyalurkan dananya atau berinvestasi. Hal ini disebabkan karena corporate governance merupakan suatu sistem dimana suatu perusahaan dijalankan dan dikendalikan yang berimplikasi pada terganggunya kelangsungan hidup perusahaan.


(17)

3

Berdasarkan Forum for Corporate Governance in Indonesia, untuk berhasil dipasar yang bersaing, suatu perusahaan harus mempunyai pengelola perusahaan yang inovatif, yang bersedia untuk mengambil resiko yang wajar dan yang senantiasa mengembangkan strategi baru untuk mengantisipasi situasi yang cenderung berubah-ubah. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman yang mengatur kegiatan perusahaan sehingga dapat tercapai Good Corporate Governance.

Berkaitan dengan hal tersebut, suatu perusahaan sangat disarankan untuk dapat menerapkan Good Corporate Governance yang berfungsi untuk mengantisipasi masalah-masalah keagenan yang sering ditemui dalam perusahaan, baik perusahaan yang struktur kepemilikannya tersebar maupun yang terpusat. Adapun perusahaan yang struktur kepemilikannya tersebar cenderung akan mengalami masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham sedangkan perusahaan dengan struktur kepemilikan terpusat lebih cenderung mengalami masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Dalam hal ini pemegang saham mayoritas dapat saja bertindak lebih mementingkan kepentingannya sendiri dengan mengabaikan kepentingan pemegang saham minoritas yang tentunya merugikan para pemegang saham minoritas.

Pada dasarnya pihak manajemen harus bertindak secara rasional untuk kepentingan pemegang saham. Manajemen harus menggunakan keahlian, kebijaksanaan, itikad baik, serta tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin perusahaan. Pihak manajemen yang bertanggung jawab mengelola


(18)

perusahaan terkadang memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemegang saham. Pemegang saham memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan (return) yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehan incentives atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Kesenjangan kepentingan ini menimbulkan biaya (cost), yang muncul dari ketidaksempurnaan penyusunan kontrak antara pihak manajemen (agents) dan pemegang pemegang saham (prinsipals) karena adanya informasi yang asimetris.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Linoputri (2010) Konflik kepentingan tersebut dapat diminimalisir dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Dengan adanya kepemilikan manajerial ini pihak manajemen dapat merasakan manfaat atas pengambilan keputusan sekaligus menanggung konsekuensi atas kesalahan pengambilan keputusan.

Kepemilikan terpusat sebagai salah satu unsur corporate governance

berperan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Pemegang saham mayoritas sebagai sarana pengawasan bagi manajemen cenderung menginginkan laporan keuangan yang transparan, terlepas perusahaan akan mendapatkan opini dengan modifikasi going concern atau tidak. Parker et al (2005) menemukan bahwa kepemilikan saham mayoritas berhubungan positif terhadap opini audit dengan modifikasigoing concernyang diberikan oleh auditor.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Linoputri (2010) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan institusional adalah dua mekanisme corporate governance yang dapat mengendalikan masalah keagenan. Proporsi jumlah


(19)

5

kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham (Faizal, 2004). Semakin besar proporsi kepemilikan saham pada perusahaan maka manajemen cenderung bekerja lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah pihak menajemen itu sendiri. Adjani dan Rahardja (2013) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini audit going concernoleh auditor independen. Dengan demikian, semakin besar kepemilikan manajerial maka kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern semakin kecil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ballesta dan Garcia Mecca (2005) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial akan memperkecil perusahaan terhadap resiko opini audit

going concern. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap opini auditgoing concern.

Selain kepemilikan manajerial, keberadaan komisaris independen dan komite audit merupakan hal yang tidak kalah penting dalam mekanisme corporate governance. Komisaris independen diharapkan dapat memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan. Hal ini ditujukan untuk memberikan perlindungan dan keadilan hak-hak para pemegang saham (fairness) sebagai prinsip utama dalam memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang mungkin sering terabaikan, misalnya pemegang saham minoritas serta para stakeholder


(20)

lainnya, sebab komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun yang dapat dianggap sebagai campur tangan untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan (Forum for Corporate Governance in Indonesia, 2000).

Keberadaan komisaris independen dan komite audit akan membawa pengaruh positif bagi perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang berkualitas sehingga perusahaan akan memperoleh opini yang wajar dan non going concern dari auditor. Hasil penelitian Sulistya dan Sukartha (2013) menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Linoputri (2010) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap pemberian opini auditgoing concern.

Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada dibawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas biasanya akan memiliki manajemen perusahaan yang lebih transparan dan akuntabel sehingga prinsipcorporate governancedapat diterapkan dengan baik. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari karena komite audit merupakan pihak yang menjebatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjebatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eriyawati (2011) menyatakan bahwa komite audit dalam perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Hal ini berbeda


(21)

7

dengan Ardianingsih (2012) bahwa keberadaan komite audit tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap opini audit dengan penjelasangoing concern.

Adanya perbedaan hasil pengaruh mekanisme good corporate governance

terhadap opini audit going concern yang ditemukan pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti kembali penelitian berikutnya dalam sebuah karya ilmiah yang diberi judul Pengaruh Mekanisme

Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern

pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012 .

./01u2u3 4564347 48

Dari penjelasan latar diatas, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pemberian opini auditgoing concern?

2. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap pemberian opini auditgoing concern?

3. Apakah keberadaan komite audit berpengaruh terhadap pemberian opini auditgoing concern?


(22)

9:;<u=u>?@A ?ABCC>?t

Tujuan darin penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah unsur-unsur mekanismecorporate governancediantaranya:

1. Untuk menguji pengaruh proporsi kepemilikan manajerial terhadap pemberian opini auditgoing concern?

2. Untuk menguji pengaruh proporsi komisaris independen terhadap pemberian opini auditgoing concern?

3. Untuk menguji pengaruh keberadaan komite audit terhadap pemberian opini auditgoing concern?

9:DE>?F>>G@A ?A BCC >?t

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang

pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap opini audit

going concern.

2. Bagi calon investor, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit. 3. Bagi calon peneliti, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam

melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.

4. Bagi menajemen, sebagai pertimbangan dalam menggunakan laporan audit terhadap dampaknya bagi kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang.


(23)

HIHJJ

KJ LMI NI LO NPKI QI

RST K UVor I WUX Y V (AZ[n\y Theory)

Hubungan keagenan (agency relationship) didefinisikan oleh Jensen dan Meckling (1976) sebagai suatu kontrak antara satu atau lebih prinsipal (pemilik) yang melibatkan agen (manajer) untuk melakukan sesuatu atas nama prinsipal yang berhubungan dengan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Prinsip utama teori agensi adalah suatu hubungan kerja antara yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor (pemilik) dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer (Elqorni, 2009).

Menurut teori agensi, agen harus bertindak secara rasional untuk kepentingan prinsipalnya. Agen harus menggunakan keahlian, kebijaksanaan, itikad baik, dan tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin perseroan. Dalam praktiknya dapat timbul masalah (agency problem), karena ada kesenjangan kepentingan antara pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pendapatan (return) yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap perolehanincentivesatas perolehan dana pemilik perusahaan.

Konflik kepentingan tersebut secara alamiah akan terjadi dalam struktur kepemilikan perusahaan dimana terdapat benturan kepentingan antara para pemegang saham minoritas dengan pihak direksi yang juga memiliki saham


(24)

perusahaan bersangkutan. Teori agensi menunjukkan pentingnya pemisahan manajemen perusahaan dari pemilik kepada manajer. Tujuan pemisahan ini untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas dengan menyewa agen profesional dalam mengelola perusahaan atau pihak ketiga dan independen, dalam hal ini auditor independen yang dianggap mampu menghubungkan kepentingan pemilik (prinsipal) dan pihak ketiga (manajemen).

Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjebatani kepentingan prinsipal dan agen dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor ditugaskan untuk memonitor pekerjaan manajer melalui penilaian kewajaran atas laporan keuangan yang dibuat oleh agen. Selain itu, penerapan corporate governance

menjadi sangat penting bagi perusahaan yang salah satu tujuannya adalah untuk menekan potensi konflik kepentingan.

]^]Corporate Governance

Corporate governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik corporate governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Kajian atas corporate governance mulai disinggung pertama kali oleh Berle dan Means pada tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yang menganalisis terpisahnya kepemilikan saham (ownership)dancontrol. Pemisahan tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan antara para pemegang saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang tersebar (dispersed ownership).


(25)

11

Pada tahun 1980-an mulai banyak kesimpulan yang menyebutkan struktur kepemilikan dalam bentuk dispersed ownership akan memberikan dampak bagi buruknya kinerja manajemen. Dan untuk pertama kalinya, usaha untuk melembagakan corporate governance dilakukan oleh Bank of England dan

London Stock Exchangepada tahun 1992 dengan membentukCadbury Committee (Komite Cadbury), yang bertugas menyusun corporate governance code yang menjadi acuan utama (benchmark)dibanyak negara.

Adapun definisicorporate governancedari KomiteCadburyadalah sebagai berikut: A set of rule that define relationship between shareholders, managers, creditors, the goverment, employees and internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities (Seperangkat aturan yang mengatur hubungan para pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka). Sementara di Indonesia sendiri terdapat beberapa definisi corporate governance diantaranya oleh FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia)tahun 2000 yang mendefinisikan

corporate governance sama seperti Cadbury Committee, sedangkan IICG (the Indonesian Institute for Corporate Governance) tahun 2000 mendefinisikan

corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan


(26)

Pengertian lainnya tentang corporate governance menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, corporate governanceadalah Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham guna dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. Berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika .

_`_`abucude Corporate Governance

Good Corporate governance pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Selain itu, Secara umum penerapan good corporate governance konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut:

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing 2. Mendapatkancost of capitalyang lebih murah

3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder

terhadap perusahaan

5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

Dari berbagai tujuan tersebut, tujuan utama yang hendak dicapai adalah untuk pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing dalam suatu perusahaan.


(27)

13

fgfgfhijk l jpCorporate Governance

Prinsip-prinsip utama dari Good Corporate Governance yang menjadi indikator, sebagaimana ditawarkan oleh OECD (Organization for Economic Cooporation and Development)adalah:

1. Fairness(Kewajaran)

Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor

2. Disclosure/Tranparancy(Keterbukaan/Transparansi)

Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. 3. Accountability(Akuntabilitas)

Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris (dalamTwo Tiers system)

4. Responsibility(Pertanggungjawaban)

Memastikan dipatuhinya peraturan serta kepatuhan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial (OEDC Business Sector Advisory Group on Corporate Governance, 1996).

Prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk mengukur seberapa jauh

good corporate governance telah diterapkan dalam perusahaan. Good corporate governance yang baik dan kuat memberikan dampak positif dalam pemilihan stategi perusahaan yang akan melakukan akuisisi ataupun restrukturisasi yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan (Aboret al,2011).

fgfgmnop qkjlroCorporate Governance

Konsepcorporate governanceyang dikemukakan oleh Shleifer

and Vishny (1997) dalam Linoputri (2010) yang menyatakan bahwa


(28)

meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanam. Wallence dan John Zinkin (2005:97) menyatakan bahwa dalam penerapan tata kelola yang baik diperusahaan, maka kunci utama yang menjadi indikator good corporate governance

adalah adanya struktur pemegang saham yang dapat dijelaskan dengan adanya konsentrasi kepemilikan saham dalam perusahaan, seperti kepemilikan saham terpusat atau kepemilikan saham yang menyebar, kemudian dewan komisaris yaitu sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direktur perusahaan yang dipilih berdasarkan rapat umum pemegang saham dan dewan direksi yaitu organ perusahaan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Mekanisme Corporate Governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut (Syakhroza, 2002).

Dalam penelitian ini, peneliti meneliti beberapa pengaruh elemen-elemen yang terkandung dalam mekanismecorporate governanceyaitu:

1. Kepemilikan manajerial 2. Proporsi Dewan Komisaris


(29)

15

ststutvw xpx yz {z | }~}~ }€xrz}{

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajer atau direktur perusahaan. Manajemen perusahaan publik yang besar terutama perseroan terbatas biasanya bukan pemilik. Bahkan sebagian besar manajemen puncak (top management) hanya memiliki saham nominal dalam perusahaan yang mereka kelola. Kepemilikan manajerial merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham Faisal (2005). Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Herawati (2008) juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governance

sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba.

Kepemilikan manajerial yang meningkat akan memotivasi manajemen untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, karena manajemen akan ikut merasakan


(30)

manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila keputusan yang diambil oleh mereka salah. Penelitian Yoke-kai dan Walter (2011) menyatakan perusahaan dengan kepemilikan manajerial tinggi cenderung menerima opini audit wajar tanpa pengecualian. Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajemen maka manajemen akan lebih efektif karena laporan keuangan yang mereka siapkan bukan hanya untuk kepentingan investor saja tetapi juga menjadi kepentingan mereka, sehingga akan meningkatkan kulitas dari laporan keuangan yang juga akan mempengaruhi kepada going concern

perusahaan.

‚‚ƒ‚„…opor† ‡ˆ ‰wŠ‹Œ Ž‡† Š… ‡s

Berdasarkan Forum for Corporate Governance Indonesia

(FCGI), dewan komisaris merupakan inti corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota menajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Pengertian komisaris independen tersebut berasal dari pengertian


(31)

17

komisaris dalam Pasal 1 angka 5 UU No.1 Tahun 1995 tentang perseroan terbatas.

Dewan komisaris diharapkan mampu menunjukkan independensinya, sehingga mampu mewakili stakeholder lain selain pemegang saham mayoritas. Jadi untuk menjaga independensi diperlukan adanya anggota komisaris yang benar-benar independen. Berdasarkan pedoman tentang komisaris independen, komisaris independen merupakan dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Peraturan BEJ mewajibkan perusahaan yang sahamnya tercatat di BEJ untuk memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris yang dapat dipilih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai komisaris independen setelah saham perusahan tersebut tercatat. Komisaris independen bersama dewan komisaris memiliki tugas-tugas utama meliputi:

a. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian resiko, anggaran tahunan


(32)

dan rencana usaha; menetapkan sasaran kerja; mengawasi pelaksanaan dan dan kinerja perusahaan, investasi dan penjualan asset. Tugas ini terkait dengan peran dan dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen (accountability);

b. Menilai system penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota fdewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi yang transaparan (transparency)dan adil (fairness);

c. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan annggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan asset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan. Tugas ini untuk melindungi hak-hak para pemegang saham (fairness)

d. Memonitor pelaksanaan governance, dan pengadaan perubahan dimana perlu. Komisaris independen harus melaksanakan transparansi (transparency) dan pertanggungjawaban (responsibility)hal ini.

e. Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam perusahaan (OECD principles of Corporate Governance).

Proses keterbukaan (transparency) ini untuk menjamin tersedianya informasi yang tepat waktu dan jelas.


(33)

19

Komisaris independen ini diharapkan dapat menciptakan keimbangan berbagai kepentingan para pihak, yaitu pemegang saham utama, direksi, komisaris, manajemen, karyawan, maupun pemegang saham publik. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000) mengenai pengaruh komisaris independen mengemukakan bahwa semakin besar jumlah komisaris independen, terutama yang bergabung dalam komite audit semakin kecil kemungkinan perusahaan akan menerima opini going concern.

‘‘’ “”•t–—u˜ •t

Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsipCorporate Governance. Komite audit merupakan suatu komite yang secara formal dibentuk oleh Dewan Komisaris, bersifat independen dan bertanggung jawab secara langsung kepada Dewan Komisaris untuk mengawasi kinerja pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit internal dan eksternal serta membantu auditor mempertahankan independensi terhadap manajemen. Anggota komite audit harus memiliki keahlian yang memadai. Komite audit ini memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan. Kewenangan komite audit hanya sebatas memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, kecuali jika komite audit mendapatkan kuasa dari Dewan Komisaris, misalnya untuk menentukan komposisi auditor eksternal. Walaupun demikian peran komite audit dalam


(34)

meningkatkan kinerja perusahaan cukup penting. The institute of Internal Auditors (IIA) merekomendasikan bahwa setiap perusahaan publik harus memiliki Komite Audit yang diatur sebagai komite tetap (Forum for Corporate Governance Indonesia, 2000).

Mennurut pedoman Good Corporate Governance, tugas dan tanggung jawab komite audit adalah:

a. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan internal yang memadai. Adanya pengawasan internal ditujukan untuk mewujudkan prinsip pertanggungjawaban (responsibility) agar organ-organ perusahaan melaksanakan tanggung jawabnya berdasarkan aturan yang ada.

b. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan. Prinsip transparansi (transparency) dikembangkan dalam tugas ini.

c. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit kewajaran, biaya eksternal audit, serta kemandirian dan objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal ini menjalankan prinsip akuntabilitas (accountability).

d. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit. Hal ini terkait dengan prinsip pertanggungjawaban (responsibility).


(35)

21

Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang: kondisi keuangan, hasil usahanya, dan rencana dan komitmen jangka panjang (Utama, 2004). Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengurangi resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis.

Penelitian terdahulu mengenai peran komite audit antara lain yang dilakukan oleh Ramadhany (2004) mengemukakan bahwa komite audit yang independen dapat membantu mengurangi tekanan menajemen untuk mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified) pada saat auditor merasa benar untuk mengeluarkan opini audit going concern. Sehingga semakin besar proporsi komite audit maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini audit terkait masalah kelangsungan hidup kedepannya.

™š3 Opini Audit

Tujuan dari proses pemeriksaan yang dilakukan seorang auditor adalah untuk memberikan opini audit. Opini audit merupakan kesimpulan akhir yang diberikan oleh auditor terhadap laporan keuangan perusahaan yang diaudit. Laporan keuangan sangatlah penting untuk proses audit atau proses atestasi lainnya, hal ini dikarenakan laporan keuangan memberikan informasi kepada


(36)

pengguna atas pemeriksaan yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diberikan auditor.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Tahun 2011: SA Seksi 508: paragraf 10, opini audit yang diberikan oleh auditor dapat berupa:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan jika memenuhi kondisi berikut:

a. Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan

b. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.

c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (Unqualified opinion with explanotary paragraph)

Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambah suatu paragraf penjelasan dalam laporan auditnya.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Auditor mungkin akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian jika auditor menemukan kondisi-kondisi sebagai berikut:

a. Lingkup audit dibatasi oleh klien

b. Auditor tidak dapat menjelaskan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.

c. Laporan keuangan tidak disusun dengan standar akuntansi keuangan

d. Standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.


(37)

23

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikann secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah: a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya dalam lingkungan audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

Perbedaan antara pernyatan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat karena tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan dan hubungannya tidak independen dengan klien.

Opini audit dengan modifikasi mengenai going concern pada umumnya terdapat pada opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, wajar dengan pengecualian dan pernyataan tidak memberikan pendapat (IAI, 2011: SA Seksi 341 paragraf 10 dan 11).

›œžpŸ  Ÿ¡u¢ Ÿt Going Concern

Opini audit going concern merupakan kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanyagoing concernmaka suatu perusahaan dianggap telah dapat / telah dapat beroprasi dalam jangka waktu kedepan yang dipengaruhi oleh keadaan finansial dan non finansial dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Menurut Gray dan Manson (2000) dalam Praptitorini dan Januarti (2007) Going concern merupakan salah satu konsep yang mendasari laporan keuangan. Jadi, ketika auditor memberikan opini dengan modifikasi mengenai going concern


(38)

kepada auditee atas laporan keuangannya, itu merupakan suatu indikasi bahwa

auditeeberesiko tidak dapat bertahan dalam bisnis atau dengan kata lain, terdapat kesangsian mengenai kelangsungan hidup perusahaan.

Para pengguna laporan keuangan menganggap bahwa opini audit going concern ini adalah prediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Auditor harus bertanggung jawab atas opini going concern yang dikeluarkannya, dan opini

going concern tersebut harus konsisten dengan keadaan perusahaan yang sesunguhnya karena opini audit going concern tersebut akan mempengaruhi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi.

Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan proses bagaimana auditor mempertimbangkan opini audit dengan modifikasi going concern yang akan diberikan kepada suatu entitas.


(39)

25

£ ¤¥¦¤§¨©ª

«¬rt­¥¦ ¤® ¯¤® °u±­tor¤²¤³´¬³¤®¯³­¤®µ ¬¶¤® ¯su® ¯¤®·³¤¸¤

Tidak

Ya Ya Ya Apakah ada kondisi

atau peristiwa yang berdampak terhadap klelangsungan hidup

entitas?

SA Seksi 508 (SPAP No. 29)

Apakah auditor sangsi atas kelangsungan hidup entitas? Apakah ada rencana manajemen? Tidak memberikan pendapat Apakah rencana manajemen dapat dilaksanakan? Apakah cukup pengungkapan? Tidak memberikan pendapat Pendapat wajar tanpa pengecualian

Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan

berkaitan dengan kelangsungan hidup entitas atau peneklanan

atas suatu hal

Pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya


(40)

Gambar 2.1 adalah panduan bagi auditor untuk mempertimbangkan pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor menghadapi masalah kesangsian atas kemampuan suatu entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia SA Seksi 341 tentang pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adapun yang menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concernadalah sebagai berikut:

1. Pertimbangan auditor atas laporan keuangan

Jika setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor tetap menyimpulkan adanya keraguan substansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas (satu periode yang tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit) maka auditor harus mempertimbangkan dampak terhadap laporan keuangan termasuk kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan. Beberapa informasi yang harus dipertimbangkan oleh auditor yang terkait dengan kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Kondisi dan peristiwa yang relevan dengan penyebab terjadinya keraguan subtansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas.

b. Dampak atas kondisi dan peristiwa tersebut terhadap laporan keuangan.

c. Evaluasi manajemen atas signifikansi dari kondisi dan peristiwa tersebut serta faktor-faktor yang dapat mengurangi signifikansi tersebut.

d. Kemungkinan terjadinya penghentian usaha

e. Rencana manajemen untuk menghadapi kondisi dan peristiwa tersebut

f. Informasi mengenai pemulihan atau klasifikasi dari jumlah aset yang tercatat maupun jumlah atau klasifikasi dari liabilitas.

2. Dokumentasi Audit

Apabila hasil dari prosedur audit yang telah dilakukan menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa yang menyebabkan auditor menyimpulkan adanya keraguan substansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya maka auditor harus


(41)

27

mempertimbangkan, mengevaluasi dan mendokumentasi seluruh hal dibawah ini:

a. Kondisi dan peristiwa yang menyebabkan auditor menyimpulkan adanya keraguan subtansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas.

b. Unsur-unsur dalam rencana manajemen yang menurut auditor merupakan unsur-unsur yang signifikan dalam mengatasi dampak yang sangat buruk atas kondisi dan peristiwa tersebut terhadap laporan keuangan.

c. Kesimpulan auditor atas masih terdapat atau telah berkurangnya keraguan substansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas. Jika masih terdapat keraguan substansial maka auditor juga harus mendokumentasikan dampak atas kondisi dan peristiwa tersebut terhadap laporan keuangan termasuk kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan. Jika keraguan substansial telah berkurang maka auditor juga harus mendokumentasikan kesimpulan atas diperlukannya pengungkapan dalam laporan keuangan atas kondisi peristiwa utama yang pada awalnya telah meyebabkan auditor meyakini adanya keraguan substansial atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas.

d. Kesimpulan auditor atas perlu tidaknya mencantumkan paragraf penjelasan dalam laporannya. Jika pengungkapan dalam laporan keuangan yang terkait dengan kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak memadai maka auditor juga harus mendokumentasikan kesimpulannya atas perlu tidaknya memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar sebagai akibat dari penyimpangan terhadap standar akuntansi keuangan di Indonesia.

3. Laporan auditor yang tidak menyatakan pendapat

Auditor menerbitkan laporan auditor yang tidak menyatakan pendapat yang terkait dengan ketidakpastian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas ketika terjadi kondisi berikut:

a. Terdapat demikian banyaknya dan signifikannya dampak yang potensial terhadap laporan keuangan yang disebabkan oleh beberapa ketidakpastian yang material yang terkait dengan kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas.

b. Terdapat kemungkinan yang besar bahwa penyelesaian dari ketidakpastian yang terkait dengan kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas berpotensi menghasilkan penyelesaian yang tidak


(42)

menguntungkan sehingga laporan keuangan secara keseluruhan menjadi tidak berarti.

Auditor harus mempertimbangkan secara seksama semua hal yang terkait dengan kondisi dikeluarkannya laporan auditor yang tidak menyatakan pendapat, terutama yang berkaitan dengan ketidakpastian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka waktu pantas, berdasarkan standar profesi yang berlaku, sebelum menerbitkan laporan auditor yang tidak menyatakan pendapat.

¾¿ÀÁÂÃÂÄ ÅtÅÆÃÇÂÈ ÆÉr Äuu

Dalam penelitian ini terdapat beberapa referensi penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pertimbangan apa saja yang menyebabkan auditor untuk memberikan opini going concernpada perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu mengenai opini auditgoing concerndapat dilihat pada tabel berikut:

ÇÆ Ê Âľ¿Ë

ÇÅÃÌÆ ÍÆÃÁÂÃÂÄÅtÅÆÃÇÂrÈ ÆÉuÄu Îo Ï ÐÑÐÒÓ ÔÓ

Õ Ö×uÒ Ï ÐÑ ÐÒÓ ÔÓØ Ñ

ÙØ ÚÓØ ÛÐÒ Ï ÐÑÐÒÓ ÔÓØÑ

ÜÒØÔ ÜÑØ ÒÓÓss

ÝØ ÞÓÒ 1 Setyarno, dkk (2006) Pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini sudit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan,ter hadap opini Going Concern

ÙØ ÚÓØÛ ÐÒ ßÐpÐÑ×ÐÑà OpiniGoing concern

ÙØ ÚÓØÛ ÐÒ áÑ×ÐpÐÑ×ÐÑà -Kualitas audit -Kondisi keuangan perusahaan -Opini audit tahun sebelumnya -Pertumbuhan perusahaan Regresi logistik Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini auditgoing concern. Untuk variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini auditgoing concern.


(43)

29

âo ã äåäæç èç

é êëuæ ã äå äæç èçì å

íì îçì ïäæ ã äåäæç èçìå

ðæìè ðåì æççss

ñì òçæ 2 Januarti (2008) Analisis pengaruh faktor perusahaan, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.

íì îçìï äæ óäpäåëäåô Opini audit Going Concern

íì îçìï äæ õåëäpäåëäåô -Debt Default -Kualitas audit -Opinion Shopping -Kepemilikan perusahaan Regresi logistik Variabel kualitas audit dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini auditgoing concern. Sedangkandebt defaultberpengaruh positif signifikan terhadap

penerimaan opini auditgoing conern.

3 Linoputri (2010) Pengaruh Corporate Governance terdahap penerimaan opini audit Going Concern

íì îçìï äæ óäpäåëäåô Opini audit Going Concern

íì îçìï äæ õåëäpäåëäåô -Kepemilikan terpusat -Kepemilikan manajerial -Kepemilikan keluarga -Komisaris independen -Komite audit Regresi Logistik Kepemilikan terpusat berpengaruh negatif, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif, kepemilikan berpengaruh negatif, proporsi komisaris independen berpengaruh negatif, dan komite audit juga berpengaruh negatif terhadap opini auditgoing concern. 4 Setiawan (2011) Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Audit, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

íì îçìï äæ óäpäåëäåô Opini audit Going concern

íì îçìï äæ õåëäpäåëäåô -faktor perusahaan -kualitas audit -mekanisme corporate governance Regresi logistik -Financial distress dan opini audit sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan opini going concern. komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan opini


(44)

öo ÷ øùøúû üû

ý þÿuú ÷ øù øúû üû ù

û øú

÷ øùøúû üû ù

ú ü ù úûûss

ûú going concern. debt default, kualitas audit, kepemilikan institusional, dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. 5 Esti Eriyawati (2011) Analisis Faktor-faktor yang mempengaruh i Penerimaan Opini Audit Going Concernstudi kasus pada perusahaan sektorfood and beverages, textile garmentdan property and real estate -Ukuran perusahaan -debt default -kualitas audit

-return on assets, -komite audit -pertumbuhan perusahaan -lamanya perikatan Regresi Logistik Ukuran perusahaan, debt default, kualitas audit, return on

assets,komite audit dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern, sedangkan

lamanya perikatan tidak berpengaruh terhadap

penerimaan opini going concern.

6 Ardianingsih (2012) Analisis corporate governance pada pemberian opini audit dengan penjelasan going concern

û øú øpøùÿøù Opini audit Going concern

û øú ùÿøpøùÿøù -Perubahan dewan komisaris -Pembubaran dewan direksi -Keberadaan komite audit -kualitas KAP Regresi logistik Dewan komisaris dan keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit dengan penjelasangoing concern,sedangkan pembubaran dewan direksi dan kualitas KAP memiliki pengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit dengan penjelesangoing concern.


(45)

31 o u s s 7 Adjani dan

Rahadja (2013) Analisis pengaruh corporate governance terhadap kemungkinan pemberian opini audit going concern oleh auditor independen p Opini audit Going concern p -Proporsi komisaris independen -Kepemilikan manajerial -Kepemilikan institusional Regresi Logistik Proporsi komisaris independen dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini auditgoing concern oleh auditor independen. Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini auditgoing concernoleh auditor independen.

8 Sulistya dan Sukartha (2013)

Pengaruh Prior opinion, pertumbuhan dan mekanisme corporate governance pada pemberian opini audit going concern p Opini audit Going concern p -pertumbuhan perusahaan -proporsi komisaris independen -komite audit Regresi logistik

-Prior opinion berpengaruh positif terhadap pemberian opini auditgoing concern - pertumbuhan perusahaan,proporsi komisaris independen,komite audit tidak berpengaruh pada pemberian opini auditgoing concern.


(46)

!"r# $ %&#!' $("#)ptu *# $ + ,pot"(,s - "$ ") ,t,# $ .! "r# $ %&#!' $("tu#)p

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka dibuat kerangka konseptual dan hipotesis sebagai berikut:

/# 01 #2 !"r# $ %&#!' $("ptu#)

3#2 ,#1")4 $ * "p"$ * "$ (X) Variabel Dependen (Y)

Proporsi kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau menajer tersebut sekaligus sebagai pemegang perusahaan (Rustiarini, 2010). Manajer yang memiliki saham perusahaan tentunnya akan menselaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Penelitian Adjani dan Rahardja (2013) mengungkapkan semakin besar kepemilikan manajerial maka kemungkinan auditor memberikan opini audit

going concernakan semakin kecil.

Opini Audit

Going Concern

(Y) Proporsi Kepemilikan

Manajerial (X1) Proporsi Dewan Komisaris Independen

(X2)

Keberadaan Komite Audit

(X3)

H1

H2


(47)

33

Proporsi dewan komisaris independen menggambarkan persentase komisaris independen dalam dewan komisaris. Komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Hal ini menunjukkan keberadaan komisaris independen diharapkan dapat menciptakan keseimbangan berbagai kepentingan para pihak yaitu sebagai wakil dari pemegang saham mayoritas maupun pemegang saham minoritas terkait adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemilik sehingga dibutuhkan pengawasan dari pihak independen dalam hal ini komisaris independen pada intinya merupakan suatu mekanisme independen mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Carcello an Neal (2000) menunjukkan semakin besar persentase komisaris independen dalam dewan komisaris maka akan semakin rendah kemungkinan penerimaan opinigoing concern.

Keberadaan komite audit menggambarkan tentang komite yang bertanggung jawab kepada dewan komisaris untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian internal. Menurut Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-A tentang pencatatan Saham dan Efek Bersifat selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat yang disahkan sejak tanggal 19 Juli 2004. Ketentuan ini menyatakan bahwa komite audit memiliki tugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi


(48)

kepada dewan komisaris serta mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris.

Ramadhany (2004) mengemukakan bahwa komite audit yang independen dapat membantu mengurangi tekanan manajemen untuk mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (unqualified) manakala opini

going concern dibenarkan untuk dikeluarkan auditor. Sehingga dengan adanya komite audit maka pengawasan dalam perusahaan akan menjadi lebih kuat agar laporan keuangan yang dihasilkan berkualitas dan kemungkinan penerimaan opini auditgoing concernakan semakin kecil.

5676589pot:; 9s <:= :>9t9 ?=

Hipotesis menurut Sugiyono (2005:306), menyatakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Hipotesis tersebut perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis. Maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Proporsi kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pemberian opini auditgoing concern

H2 : Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap pemberian opini auditgoing concern

H3 : Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap pemberian opini auditgoing concern


(49)

@A @BB B

CDEF GDH DI DJB EBAI

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah assosiatif kausal. Menurut Erlina (2008:34) penelitian asosiatif adalah penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi yang lain . Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mekanisme corporate governance; kepemilikan terpusat, komisaris independen dan komite audit sebagai variabel bebas dan opini auditgoing concern

sebagai variabel terikat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian peneliti akan menggunakan data-data yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dilihat melalui laporan keuangan dan laporan auditor independen perusahaan perbankan selama periode 2010 sampai 2012.


(50)

KLMNO 3.1 Waktu Penelitian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Judul

Bimbingan dan Perbaikan Proposal Pengumpulan & Pengolahan Data Seminar Proposal Skripsi

Ujian

Komprehenshif Bimbingan Skripsi Rencana Sidang Skripsi

Se p-14 Tahapan

Penelitian

Apr-14 Me i-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga variabel independen (X) yaitu proporsi kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, keberadaan komite audit dan satu variabel dependen (Y) yaitu opini audit going concern. Masing-masing variabel penelitian secara operasional dapat didefinisikan seperti tampak pada tabel 3.2 sebagai berikut:


(51)

37

PQR ST 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel yang

diukur Definisi Parameter Skala

Variabel Independen: Proporsi Kepemilikan Manajerial (MAN_OWN) Proporsi kepemilikan saham biasa yang dimiliki oleh anggota dewan direktur dan komisaris.

Saham yang dimiliki manajemen Total saham yang beredar

Rasio Variabel Independen: Proporsi dewan komisaris independen (IND_COM) Proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris.

Jumlah anggota komisaris independen Jumlah seluruh anggota dewan komisaris

Rasio Variabel Independen: Keberadaan Komite Audit (KOMITE) Adanya keberadaan komite audit dalam perusahaan.

Jumlah seluruh anggota komite audit dalam perusahaan. Nominal Variabel Dependen: opini Audit Going Concern Opini mengenai kelangsungan hidup perusahaan baik berupa going concern unqualified / qualified opiniondan going concern disclaimer opinion maupunopini non going concern.

Variabeldummyapabila berupa opini audit going concerndiberi kode 1, sedangkan opini auditnon going concerndiberi kode 0


(52)

3.4 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2004, 72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai 2012. Populasi penelitian ini berjumlah 38 perusahaan.

3.5 Sampel dan Teknik Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2004:73) Metode sampling yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria dengan pertimbangan judgement sampling(Jogiyanto, 2004:79). Sampel perusahaan dalam penelitian ini berjumlah 28 perusahaan. Berikut ini adalah perusahaan yang menjadi sampel penelitian:

Tabel 3.3 Sampel Perusahaan

No Emiten Kode Kriteria Sampel

1 2 3 4

1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO     Sampel 1 2 Bank ICB Bumiputra Tbk BABP     Sampel 2 3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA     Sampel 3 4 Bank Ekonomi Raharja Tbk BAEK     Sampel 4 5 Bank Central Asia Tbk BBCA     Sampel 5 6 Bank Bukopin Tbk BBKP     Sampel 6

7 Bank Mestika Darma Tbk BBMD 

-8 Bank Negara Indonesia Tbk BBNI     Sampel 7 9 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP     Sampel 8 10 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI     Sampel 9 11 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN     Sampel 10


(53)

39

Uo VW XYZt [ \] Y

[rXtYrX^

_^WpY`

a b 3 4

12 Bank Mutiara Tbk BCIC     Sampel 11 13 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN     Sampel 12 14 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS     Sampel 13 15 PT Bank Ina Perdana Tbk BINA  -16 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat

dan Banten Tbk BJBR   

-17 Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur

Tbk BJTM 

-18 Bank QNB Kesawan Tbk BKSW     Sampel 14 19 PT Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS  -20 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI     Sampel 15 21 Bank Bumi Arta Tbk BNBA     Sampel 16 22 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA     Sampel 17 23 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII     Sampel 18

24 Bank Permata Tbk BNLI 

-25 Bank Sinarmas Tbk BSIM   

-26 Bank of India Indonesia Tbk BSWD     Sampel 19 27 Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk BTPN     Sampel 20 28 Bank Victoria International Tbk BVIC     Sampel 21 29 Bank Artha Graha Internasional Tbk INPC     Sampel 22 30 Bank Mayapada Internasional Tbk MAYA     Sampel 23 31 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR     Sampel 24 32 Bank Mega Tbk MEGA     Sampel 25

33 PT Bank Mitraniaga Tbk NAGA 

-34 Bank OCBC NISP Tbk NISP     Sampel 26 35 PT Bank Nationalnobu Tbk NOBU  -36 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN     Sampel 27 37 PT Bank Panin Syariah Tbk PNBS  -38 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk SDRA     Sampel 28

Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel dengan teknik

purposive samplingadalah sebagai berikut:

a. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2012 dan sudah terdaftar sebelum 01 Januari 2010

b. Perusahaan tidak sedang berada dalam proses delisting pada periode pengamatan


(54)

d. Mempunyai laporan auditor independen yang dipublikasikan bersamaan dengan periode pengamatan dan opini yang diterima adalah unqualified opinion, baik dengangoing concernmaupunnon going concern.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer maupun pihak lain. Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang dipublikasikan yang diambil dari database Bursa Efek Indonesia, data dari Indonesia Capital Market Directory selama tahun 2010 sampai dengan 2012 yang meliputi laporan keuangan dan laporan auditor independen. Data penelitian adalah data polling dimana penyajian data dilakukan secaratime series(antar waktu) dancross section(antar perusahaan).

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara mendownload data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id berupa laporan keuangan dan laporan auditor independen beserta informasi tambahan yang terdapat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD).


(55)

41

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan bantuan program komputer yaitu program SPSS versi 16. Adapun analisis yang dilakukan sebagai berikut:

3.8.1Pengujian Data

a. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dalam menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata(mean)dan standar deviasi.

b. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji Hipotesis yang digunakan adalah regresi logistik, dimana uji ini mengabaikan uji normalitas dan heterokedasitas, maka uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolinearitas dan uji autokolerasi.

1. Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk situasi dimana adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara masing-masing variabel bebas (independen). Apabila terjadi korelasi antar variabel-variabel tersebut, berarti terjadi problem multikolinearitas. Sedangkan variabel yang baik adalah variabel yang tidak memiliki problem multikolinearitas. Uji multikolinearitas


(56)

dilakukan dengan melihat nilai kolerasi antar variabel independen lebih besar dari 0.9 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam penelitian tersebut. 2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada peroide t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena resedual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Run test digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala autokolerasi pada penelitian ini. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random (Ghozali, 2013:120).

3.8.1.1 Menilai Model Fit

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:

H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data H1: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka H0 harus diterima. Statistik yang digunakan berdasarkan Likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan


(57)

43

menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternative, L ditransformasikan menjadi -2 LogL. Output SPSS memberikan dua nilai -2 LogL yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta tambahan bebas.

Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian Sum of Square Error pada model regresi, sehingga penurunan model Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.

3.8.1.2 Menilai Kelayakan Model Regresi

Menilai kelayakan model regresi dapat menggunakan Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Adapun hasilnya jika:

1. Nilai Hosmer and Lemeshow s goodness of Fit Test sama atau kurang dari 0.05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.


(58)

2. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test

lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya.

3.8.1.3 Koefisien Determinasi (Rsquare)

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R square. Koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Mempunyai nilai 0-1 dimana nilai yang mendekati 1 berarti semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikatnya.

3.8.1.4 Estimasi parameter dan uji hipotesis beserta interpretasinya

Estimasi parameter dapat dilihat melalui koefisien regresi dari tiap-tiap variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig). Apabila terlihat angka signifikan lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan pada tingkat 5% maka berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, jika angka signifikansi lebih besar dari 0,05 maka berarti H0diterima


(59)

45

dan H1 ditolak, yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.

Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

Ln GC

1-GC= + 1MAN_OWN+ 2IND_COM+ 3KOMITE+e Keterangan:

Ln GC

1-GC : Opini going concern (variabel dummy yang diberi nilai 1 apabila opini going concern dan 0 untuk opini

non going concern

MAN_OWN : Proporsi Kepemilikan manajerial

IND_COM : Proporsi komisaris independen dalam Dewan Komisaris

KOMITE : variabel dummy,bernilai 1 jika terdapat komite audit sedikitnya 3 orang dan 0 jika sebaliknya

: Konstanta


(60)

pqrnstsjuv uwxtxsv

Meode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi logistik.

Pengujian asumsi klasik dan regresi logistik digunakan dengan menggunakan software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis yang telah ditentukan.

Data penelitian ini meliputi laporan keuangan yang dipublikasikan yang diambil dari Indonesia Capital Market Directory yaitu database Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai dengan 2012 yang meliputi laporan keuangan dan laporan auditor independen perusahaan. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebanyak 28 perusahaan dengan 84 unit analisis.

msyu wpqr hszpuwjuv u wxtxsv

lo lszsjuru{s|ssv }~ u

1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO

2 Bank ICB Bumiputra Tbk BABP

3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA

4 Bank Ekonomi Raharja Tbk BAEK


(61)

47

€o € ‚ƒ „ru…†‡ ˆ‰Š „

6 Bank Bukopin Tbk BBKP

7 Bank Negara Indonesia Tbk BBNI

8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP

9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI

10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN

11 Bank Mutiara Tbk BCIC

12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN

13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS

14 Bank QNB Kesawan Tbk BKSW

15 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI

16 Bank Bumi Arta Tbk BNBA

17 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA

18 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII

19 Bank of India Indonesia Tbk BSWD

20 Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk BTPN

21 Bank Victoria International Tbk BVIC

22 Bank Artha Graha Internasional Tbk INPC

23 Bank Mayapada Internasional Tbk MAYA

24 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR

25 Bank Mega Tbk MEGA

26 Bank OCBC NISP Tbk NISP

27 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN

28 Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk SDRA

‹Œ Ž‡… s ‘ ’ƒ „‡„t ‡ ‹ŒŒ“ Ž ‡ …s st’st ” Š„… ”rpt •

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penellitian. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi. Dari hasil pengujian statistik deskriptif atas kelima variabel, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.2.


(62)

–—˜ ™š›œ žt—Ÿ st  ¡¢ ™£ ¡r pt  ¤

Sumber Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dideskripsikan beberapa hal berikut:

a. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 28 perusahaan dengan periode pengamatan selama 3 tahun sehingga total N sebanyak 84 unit analisis dengan dua variabel independen yaitu proporsi kepemilikan manajerial dan proporsi komisaris independen yang di ukur dalam skala rasio. Kedua variabel tersebut merupakan bagian dari mekanisme good corporate governance.

b. Variabel proporsi kepemilikan manajerial sebagai variabel independen memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 21,61 % dengan nilai rata-rata yaitu 1,09 %. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai kepemilikan saham yang dimilki pihak manajemen dalam jumlah yang beredar. Niai standar deviasi sebesar 0,0352906 menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang bersifat ekstrim.

c. Variabel proporsi komisaris independen memiliki nilai minimum sebesar 0 % dan nilai maksimum 80 % dengan nilai rata-rata 54,87 %. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel rata-rata memiliki persentase proporsi komisaris independen


(1)

TUVW XYUZ[

\U] ^ _U `XaU `X_b^ V_U cde] eYU fUUZdgVXhei^f XhjUVWe_

kg kU VUleY^`U cUUZ

\U c^ Z

mnon

\U c^ Z

mnoo

\U c^ Z

mnom

1

pqrstqs uqvwrxy rz{ | q} ~y r|q~q€ s ‚ ‚ ‚

2

pqrswƒ pp„… |†„v q€s ‡ ‚ ‚

3

pqrsƒq† |v qˆwrxy rz{ | q€ s ‚ ‚ ‚

4

pqrs‰sy ry…|tqŠq‹ q€ s ‡ ‡ ‚

5

pqrsƒz rvqˆ} {|q€ s ‡ ‚ ‚

6

pqrsp„ sy† | r€ s ‚ ‚ ‡

7

pqrsŒz~q qwrxy rz{|q€ s ‚ ‡ ‡

8

pqrsŒ„{ qrvq qqqŠuqr~qr€ s ‚ ‚ ‚

9

pqrstqs uqvwrxy rz{ | qŽz {z y€  s   ‘

10

pqrs€ q„ r~qrŒz ~q qŽz {z y€  s ‡  ‚

11

pqrs’„v | qq€ s ‚ “ ‡

12

pqrs” qrq… y rwrxy rz{|q€ s   

13

pqrs„ rx |wrxy rz{ | q€s ‚ ‡ ‡

14

pqrs

•Œp

–z{q—qr€s ˜ ‚ ˜

15

pqrs’qrx ||Žz { zy€ s “  ™

16

pqrsp„…|}vq€ s ‚ ‚ ‚

17

pqrsƒw’pŒ|q~ q€ s ™ ™ ™

18

pqrswrvz rq{|y rqˆwrxy rz{|q€ s ‚ ‡ ‡

19

pqrs

wrx | qwrxy rz{|q€ s

“ “ “

20

pqrs€ q„ r~qrz r{|„ rq r Œz ~q q€  s ‡ ‚ ‚

21

pqrs›|œvy |qwrvzrqv|yrqˆ€ s ‚ ‚ ‚

22

pqrs}vŠq qŠqwrv z r q{ |y rqˆ€ s ‡ ‡ “

23

pqrs’q uq† qxqwrv z r q{|y rqˆ€ s ‚ ‚ ‚

24

pqrsž | rx„–z rv‹qrqwrvz rqv |y rqˆ€ s ‡ ‚ ‚

25

pqrs’z ~q€  s ‚ ‚ ‚

26

pqrsŸ ƒpƒŒw € s ‚ ‡ ‡

27

pqrsqrwrxy rz{|q€ s ‚ ‡ ‡

28

pqrs¡ |… †„ rqr q„x qq¢£¤€  s ‡ ‚ ‚


(2)

¥¦§¨ ©ª¦«¬

­ ® ¯¨ ® ¯° ±°°¥ ²³©´ ¯©µ¶ ·³ª ·´´© ²«


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit, Dan Opini Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 60 99

Pengaruh Going Concern, Kualitas Audit dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pemberian Opini Audit Wajar dengan Pernyataan Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

2 44 85

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2009 2010

1 10 165

The Effect Of Good Corporate Governance, Leverage, and Previous Year Audit Opinion Towards Going Concern Audit Opinion

0 4 124

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN.

2 6 14

PENGARUH PROKSI GOING CONCERN : LIKUIDITAS, RENTABILITAS, SOLVALIBILITAS TERHADAP OPINI AUDIT PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 0 6

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Opini Audit Going Concern.

2 8 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi (Agency Theory) - Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012

0 0 8

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012

0 2 12