Pengaruh Going Concern, Kualitas Audit dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pemberian Opini Audit Wajar dengan Pernyataan Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH GOING CONCERN, KUALITAS AUDIT DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
PEMBERIAN OPINI AUDIT WAJAR DENGAN PERNYATAAN GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH :
NAMA : ARTA AMAYA DORIS
NIM : 070503197
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
MEDAN 2010
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :”Pengaruh Going
Concern, Kualitas Audit dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pemberian Opini
Audit Wajar dengan Pernyataan Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI”, adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 17 Januari 2011 Yang membuat pernyataan
Arta Amaya Doris NIM: 070503197
(3)
KATA PENGANTAR
Segala pujian, hormat juga syukur, kunaikkan kepadaMu Tuhan Yesus Kristus,
Juruselamat dan Allah pemilik kehidupanku. Trimakasih Tuhan buat hikmat dan
penyertaanMu, selama proses pengerjaan skrispi ini sehingga aku bisa menyelesaikan
nya dengan baik dan tepat waktu. Adapun skrispi ini berjudul : ” Pengaruh Going
Concern, Kualitas Audit dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pemberian Opini
Audit Wajar dengan Pernyataan Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi,
Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan
bantuan selama proses penyusunan skrispi ini.
1. Bapak Drs, Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Dra.Mutia Ismail MM, Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
untuk menyelesaikan skrispi ini.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku dosen pembanding I dan
Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku dosen pembanding II yang telah
memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Orangtua penulis yang terkasih, Ayahanda B.Tampubolon dan Ibunda
(4)
Yudika Navaloam, terimakasih telah menjadi motivator sehingga penulis
tetap bersemangat mengerjakan skrispi ini.
Penulis juga menyadari bahwa skrispi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah kedepan. Akhir kata,
penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 17 Januari 2011 Penulis,
(Arta Amaya Doris) NIM: 070503197
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan going concern, kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2006 hingga tahun 2009.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa going concern yang diproksikan dengan quick ratio, return on assets, serta pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit dengan pernyataan going concern, dan long term debt to assets ratio dan kualitas audit berpengaruh positif dan tidak signifikan.
Kata Kunci : quick ratio, long term debt to assets ratio, return on assets, kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan.
(6)
ABSTRACT
The goals of this research is to show the correlation between going concern, audit quality and growth with the chance of receiving unqualified opinion with going concern at manufacture company listed on Indonesia Stock Exchange between 2006 to 2009 Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on
website
Sampling method that used in this research is purposive sampling method. Analysis model that used is logistic regression.
The result of this research indicates that the going concern that proxies with quick ratio, return on assets, as well as the company's growth does not significantly influence the provision of audit opinions with going concern statement, and long term debt to assets ratio and audit quality have positive and not significant.
Keyword : quick ratio, long term debt to assets ratio, return on assets, audit quality and growth.
(7)
DAFTAR ISI SKRIPSI
PERNYATAAN………...i
Halaman KATA PENGANTAR………ii
ABSTRAK……….iv
ABSTRACT………v
DAFTAR ISI………..…vi
DAFTAR TABEL………...viii
DAFTAR GAMBAR……….ix
DAFTAR LAMPIRAN………..x
BAB I PENDAHULUAN………...1
A. Latar Belakang Masalah………1
B. Perumusan Masalah………...7
C. Tujuan Penelitian………...8
D. Manfaat Penelitian……….9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...10
A. Tinjauan Teoritis………..10
1. Audit………...10
2. Opini Audit……….12
3. Going Concern………...14
4. Opini Audit Wajar dengan Pernyataan Going Concern….16 5. Kualitas Audit………....23
6. Pertumbuhan Perusahaan………...24
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu……….25
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian………...28
1. Kerangka Konseptual……….28
2. Hipotesis Penelitian………31
BAB III METODE PENELITIAN………33
A. Desain Penelitian……….33
B. Populasi dan Sampel penelitian………...33
C. Sumber dan Metode Pengumpulan Data……….35
(8)
E. Metode Analisis Data………..40
F. Jadwal Penelitian……….45
BAB IV HASIL PENELITIAN……….46
A. Data Penelitian……….46
B. Analisis Hasil Penelitian………..46
C. Pembahasan Hasil Penelitian………...64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………71
A. Kesimpulan………..…71
B. Keterbatasan Penelitian………...72
C. Saran………73
DAFTAR PUSTAKA………...74 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu……….27
Halaman Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria……….34
Tabel 3.2 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ………...35
Tabel 3.3 Identifikasi Variabel Penelitian….……….39
Tabel 3.4 Rencana Jadwal Penelitian……….45
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ………...47
Tabel 4.2 Statistik.………...49
Tabel 4.3 Kualitas Audit………..………..49
Tabel 4.4 Opini Audit dengan going concern………50
Tabel 4.5 Koefisien Korelasi..………51
Tabel 4.6 Koefisien……….………...52
Tabel 4.7 Run Test………..54
Tabel 4.8 Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Awal)………...55
Tabel 4.9 Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL Akhir)…...………...56
Tabel 4.10 Hosmer and Lemeshow Test……….. 58
Tabel 4.11 Contijency Table for Hosmer and Lemeshow Test………58
Tabel 4.12 Case Processing Summary……….59
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Regresi………...60
(10)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Opini Going Concern………...………….. 22
(11)
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul
Lampiran i Laporan Auditor Independen dan Laporan Keuangan PT.Mulia Industrindo Tbk.
Lampiran ii Laporan Auditor Independen Dan Laporan Keuangan PT Akasha Wira International (Dahulu PT Ades Waters Indonesia Tbk)..
(12)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan going concern, kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2006 hingga tahun 2009.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa going concern yang diproksikan dengan quick ratio, return on assets, serta pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit dengan pernyataan going concern, dan long term debt to assets ratio dan kualitas audit berpengaruh positif dan tidak signifikan.
Kata Kunci : quick ratio, long term debt to assets ratio, return on assets, kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan.
(13)
ABSTRACT
The goals of this research is to show the correlation between going concern, audit quality and growth with the chance of receiving unqualified opinion with going concern at manufacture company listed on Indonesia Stock Exchange between 2006 to 2009 Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on
website
Sampling method that used in this research is purposive sampling method. Analysis model that used is logistic regression.
The result of this research indicates that the going concern that proxies with quick ratio, return on assets, as well as the company's growth does not significantly influence the provision of audit opinions with going concern statement, and long term debt to assets ratio and audit quality have positive and not significant.
Keyword : quick ratio, long term debt to assets ratio, return on assets, audit quality and growth.
(14)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Semua perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi selayaknya berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka meningkatkan daya saing baik dipasar domestik maupun pasar global. Jika perkembangan perusahaan manufaktur tersebut tidak didukung oleh pengawasan yang ketat, maka hal ini dapat menimbulkan banyak permasalahan dalam dunia manufaktur seperti penyalahgunaan penyaluran kredit yang akhirnya menjadi kredit macet, sehingga perusahaan manufaktur tersebut mengalami masalah likuiditas yang parah, akibatnya menjadikan perusahaan tersebut mengalami pailit (dilikuidasi) dan akhirnya mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut (going concern).
Kelangsungan hidup suatu badan usaha selalu dikaitkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar dapat bertahan hidup. Kinerja perusahaan dalam periode waktu tertentu akan dicerminkan melalui laporan keuangan. Informasi dalam laporan keuangan ini yang nantinya akan menghubungkan antara manajer dan pemegang saham. Hal ini sejalan dengan teori keagenan (agency theory) yang mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal (Jensen dan Meckling,1976). Bagaimanapun juga manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan pemegang saham, sebagian dikarenakan oleh adanya moral hazard sehingga dibutuhkan pihak ketiga yang independen, seperti auditor sebagai mediator antara pemegang saham (prinsipal) dan manajer (agen).
(15)
Auditor memiliki peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan investor dan kepentingan perusahaan. Data dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen akan dipercaya oleh pemakai laporan keuangan apabila laporan keuangan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor diungkapkan melalui opini audit. Selain itu, peran auditor diperlukan untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan investasi dengan benar.
Auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat keraguan besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP seksi 341, 2001). Jika ada keraguan mengenai kelangsungan hidup suatu badan usaha maka auditor perlu mengungkapkannya dalam laporan opini audit dalam bahasa penjelas (unqualified opinion report with
explanatory language).
Hingga saat ini topik tentang bagaimana tanggung jawab auditor dalam mengungkapkan masalah going concern masih menarik untuk diteliti (Ruiz
et.al,2004). Evaluasi mengenai going concern perusahaan merupakan pekerjaan
yang krusial bagi seorang auditor karena auditor harus menilai kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup melalui investigasi yang komprehensif tentang kejadian-kejadian yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Letak permasalahannya adalah ketika auditor gagal dalam pemberian opini menyangkut going concern.
Beberapa penyebabnya antara lain, pertama, masalah self fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang
(16)
muncul ketika auditor kuatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah (Praptitorini,2007). Meskipun demikian, opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah. Kedua, tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur (Joanna,1994).
Ramadhany (2004) menemukan bukti yang memicu masalah going concern pada tahun 1997 pada saat krisis ekonomi yang melanda negara – negara di Asia yaitu perusahaan-perusahaan memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi, saldo hutang jangka pendek dalam jumlah besar yang segera jatuh tempo, mengalami penurunan modal (capital deficiency) yang signifikan, kerugian keuangan (financial losses) yang disebabkan karena kerugian nilai tukar, menanggung beban-beban keuangan, kerugian operasional dan tidak adanya
action plans yang jelas dari pihak manajemen.
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan
adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek (Siagian, 2009). Going concern suatu perusahaan dapat diproksikan dengan analisis rasio keuangan seperti likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas. Selain itu, pemberian opini going concern juga dapat diamati dari kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan (Sinaga, 2009).
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan menyediakan aktiva lancar untuk membayar kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2008). Likuiditas dalam penelitian ini diproksikan oleh Quick Ratio(QR). Rasio ini
(17)
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang paling liquid yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Apabila nilai dari quick ratio semakin tinggi, maka semakin tinggi pula kemampuan likuiditas perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan yang memiliki nilai quick ratio yang rendah akan memicu masalah going concern karena perusahaan dianggap tidak mampu untuk melunasi utang jangka pendeknya dengan aktiva liquid yang dimilikinya pada saat itu.
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang. Bukan hanya mampu membayar kewajibannya namun juga mampu membayar bunganya. Solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Long
Term Debt to Assets Ratio(LTDAR). Perusahaan yang memiliki LTDAR nilai
tinggi, maka semakin rendah solvabilitasnya karena semakin banyak aset yang dialokasikan ke hutang jangka panjang.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Assets (ROA). ROA menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset atau total aktiva yang dimiliki perusahaan dalam periode tertentu. Perusahaan yang memiliki nilai ROA yang negatif dalam periode waktu yang berurutan akan memicu masalah going concern karena ROA yang negatif artinya bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian dan ini akan mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Kualitas auditor juga menjadi pertimbangan dalam pemberian opini audit. Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor dan pemakai laporan keuangan lainnya memiliki
(18)
kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang dituangkan dalam laporan keuangan. Penelitian mengenai kualitas audit ditelitioleh Manao dan Nursetyo (2002) dan Tamba (2009). Manao dan Nursetyo (2002) menggunakan Big Five
Firms dan Non Big Five Firms sebagaiProksi dari kua litas audit. Tetapi penelitian
ini menggunakan Big Four Firms dan Non Big Four Firms karena KAP Arthur
Andersen telah collapse.
Pertumbuhan perusahaan juga dapat digunakan oleh auditor dalam pemberian opini audit dengan going concern. Dalam penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan karena penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Menurut Setyarno (2006), perusahaan yang memiliki rasio pertumbuhan perusahaan yang positif menggambarkan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan posisi ekonominya dan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi. Hani et.al (2003) melakukan penelitian mengenai penerimaan opini going concern menggunakan quick ratio sebagai variabel independennya. Hasilnya adalah variabel quick ratio berpengaruh positif. Hasil penelitian tersebut tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Siagian (2009) yang memberikan bukti empiris bahwa quick ratio berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern.
Setyarno (2006) menggunakan kualitas audit, pertumbuhan perusahaan terhadap pemberian opini going concern dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2009) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan
(19)
perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tamba (2009) yang menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit
going concern.
Ketidakkonsistenan hasil - hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going
concern, mendorong peneliti untuk meneliti kembali variabel dari penelitian
terdahulu yaitu quick ratio, kualitas audit, dan pertumbuhan perusahaan. Selain itu peneliti juga manambah variabel return on assets dan long term debt to assets
ratio yang masih jarang digunakan oleh peneliti-peneliti lainnya. Beda penelitian
ini dengan peneltian sebelumnya adalah penelitian ini memiliki jumlah sampel yang lebih banyak dan jumlah pengamatan tahunnya yang lebih panjang yaitu 4 tahun.
Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang kompleks dan terus ada. Sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan. Kekonsistenan dari faktor-faktor tersebut harus terus diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuatif status going concern tetap dapat diprediksi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul pengaruh going concern, kualitas audit, dan pertumbuhan perusahaan terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(20)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah going concern yang diproksikan dengan quick ratio berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern ? 2. Apakah going concern yang diproksikan dengan long term debt to assets
ratio berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan
pernyataan going concern ?
3. Apakah going concern yang diproksikan dengan return on assets berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan
going concern?
4. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern ?
5. Apakah pertumbuhan perusahaan yang diproksikam dengan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern ?
6. Apakah terdapat perbedaan kualitas audit antara Kantor Akuntan Publik yang Big Four dengan non Big Four terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern?
C. TujuanPenelitian
(21)
1. untuk menguji pengaruh going concern yang diproksikan dengan quick
ratio terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.
2. untuk menguji pengaruh going concern yang diproksikan dengan long
term debt to assets ratio terhadap pemberian opini audit wajar dengan
pernyataan going concern.
3. untuk menguji pengaruh kualitas audit terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.
4. untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.
5. untuk menguji perbedaan kualitas audit antara Big Four dan non Big Four terhadap pemberian opini audit wajar terhadap pernyataan going concern.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, yaitu :
1. bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh going concern, kualitas audit, pertumbuhan perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern,
2. bagi calon investor, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada suatu perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit, 3. bagi calon peneliti, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam
(22)
4. bagi manajemen, sebagai pertimbangan dalam menggunakan laporan audit terhadap dampaknya bagi kelangsungan hidup perusahaan yang dimilikinya dimasa yang akan datang.
(23)
BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teoritis
1. Audit
Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing :
suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting yang diuraikan sebagai berikut :
a. Suatu proses sistematik
yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berangka, dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan berdasarkan suatu urutan langkah yang direncanakan dan bertujuan.
b. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti secara objektif
Proses sistematik tersebut ditujukan untuk mengumpulkan bukti-bukti tentang informasi dalam laporan keuangan yang dibuat oleh badan usaha dan mengevaluasi bukti-bukti tersebut tanpa memihak dan berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut. Bukti audit dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi yang akan digunakan sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
(24)
yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi adalah hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya terdiri dari empat laporan keuangan pokok yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.
d. Kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan e. Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil
pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan tingkat kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan tersebut adalah :
1) Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu 2) Anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha 3) Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
f. Penyampaian hasil kepada pemakai yang berkepentingan
Penyampaian hasil audit dapat dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report). Laporan audit merupakan media yang dipakai auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat pemakai laporan keuangan tersebut. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan
(25)
tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pangantar (introductory
paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf
pendapat (opinion paragraph). 2. Opini Audit
Dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2004) dijelaskan bahwa dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran,dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang akan diberikan berdasarkan laporan keuangan yang diauditnya. Arens (1996) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Sehingga opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit.
Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 2004).
Berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (2004) ada 5 tipe pendapat auditor yaitu :
(26)
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report) Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akuntansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar akuntansi keuangan tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akutansi keuangan, jika memenuhi syarat berikut :
1) Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan,
2) Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan,
3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan.
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language)
Keadaan tertentu memungkinkan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkan suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah :
1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum,
2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas,
3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan,
4) Penekanan atas suatu hal.
c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report) Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut ini maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian pada laporan audit :
1) Lingkup audit dibatasi oleh klien,
2) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasan klien maupun auditor 3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan
4) Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secra konsisten.
(27)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan sehingga tidak dapat menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia dibatasi ruang lingkupnya, sehingga ia tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
e. Pendapat tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion
report)
Jika auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan keuangan ini disebut laporan tanpa pendapat
(disclaimer opinion). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak
memberikan pendapat adalah :
1) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit,
2) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien
3. Going concern
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang mendasari
pelaporan keuangan (Gray & Manson, 2000). PSAK 30 menyatakan bahwa
going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang
tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan suatu badan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi hutang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain.
(28)
Kajian atas going concern dapat dilakukan dengan melihat kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dimasa mendatang. Prediksi tentang kemungkinan bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu kompenen keputusan tentang going concern (Lenard et.al, 2000 dalam Praptitorini, 2007)
Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang terus menerus seperti prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi yang terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.
Dalam melaksanakan prosedur audit, auditor dapat mengidentifikasikan informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu panjang.
Informasi going concern sangat bermanfaat bagi para pemakai informasi keuangan diantaranya :
a. Pemberi pinjaman (kreditur), melalui informasi going concern kreditur akan dapat menentukan siapa yang akan diberi pinjaman dan dapat menentukan kebijakan untuk memonitor pinjaman yang ada. b. Investor, melalui informasi going concern dapat merlihat apakah
perusahaan masih dapat bertahan hidup dan mengambil keputusan untuk berinvestasi atau tidak.
(29)
4. Opini Audit Wajar dengan Pernyataan Going concern
Audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan likuidasi dimasa yang akan datang (Lenard
et.al,1998).
Ikatan Akuntan Indonesia memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor, yaitu :
a. Tanggung Jawab Auditor
Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi jika terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor harus :
1) memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut,
2) menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.
(30)
b. Prosedur Audit
Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan untuk mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang jika dipertimbangkan menunjukkan kesangsian besar mengenai kelangsungan hidup entitas. Hasil prosedur audit yang dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan tersebut. Berikut adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi tersebut :
1) prosedur analitik,
2) review terhadap peristiwa kemudian,
3) review terhadap kepatuhan atas syarat-syarat utang,
4) pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite penting yang dibentuk,
5) permintaan keterangan kepada penasihat hukum entitas dan pendapatnya,
6) konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istemawa.
c. Pertimbangan Atas Kondisi Peristiwa
Dalam penentuan opini going concern, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan
(31)
tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain.
Berikut adalah contoh kondisi dan peristiwa yang sekaligus menjadi pertimbangan auditor dalam pemberian opini going concern.
1) tren negatif, contohnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi, modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang tidak baik.
2) petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, contohnya, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
3) masalah intern, contohnya, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan yang besar atas suksesnya suatu proyek tertentu, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
4) masalah luar yang telah terjadi, contohnya, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang yang mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, bencana yang tidak diasuransikan, kehilangan pelanggan atau pemasok utama.
(32)
d. Pertimbangan Atas Rencana Manajemen
Auditor melakukan pertimbangan atas rencana manajemen berkenaan dengan pemberian opini going concern, yaitu :
1) jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam memperrtahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).Jika auditor
berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif , maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer
opinion).
2) jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa diatas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektivitas rencana tersebut, yaitu :
a) jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
b) jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
c) jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkannya dalam catatan atas
(33)
laporan keuangan, maka auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion)
e. Pertimbangan Dampak Informasi Kelangsungan Hidup Entitas Terhadap Laporan Auditor.
Apabila setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, auditor harus mempertimbangkan dampak yang kemungkinan timbul atas laporan keuangan dan cukup atau tidaknya pengungkapannya. Beberapa informasi yang dapat diungkapkan meliputi :
1) kondisi atau peristiwa yang menimbulkan kesangsian besar mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas,
2) dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi atau peristiwa tersebut,
3) evaluasi manajemen terhadap signifikan atau tidaknnya kondisi atau peristiwa dan faktor-faktor yang melemahkan dampak negatifnya,
4) kemungkinan dihentikannya operasi satuan waktu,
5) rencana manajemen (termasuk informasi keuangan prospektif yang relevan),
(34)
6) informasi mengenai kemungkinan pulihnya kembali keadaan satuan usaha, atau klasifikasi aktiva yang dicatat atau klasifikasi utang.
Tidak
Ya
Ya Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak Tidak
Sumber : SPAP Seksi 341
Apakah rencana manajemen dapat efektif dilaksanakan? Apakah cukup pengungkapan ?
Pendapat wajar Tanpa Pengecualian dengan
Paragraf Penjelasan Berkaitan dengan Kelangsungan Hidup Entitas
atau Penekanan atas Suatu Hal (Emphasis of a Matter)
Pendapat Wajar dengan Pengecualian atau Pendapat Tidak Wajar Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Tidak Memberikan Pendapat Tidak Memberikan Pendapat Ada rencana manajemen Auditor sangsi atas kelangsungan hidup entitas ?
Ada kondisi yang berdampak pada
kelangsungan hidup entitas ?
SA Seksi 508 [PSA No. 29]
(35)
Gambar 2. 1
Pedoman Pernyataan Opini Going concern
5. Kualitas Audit
Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kua litas audit, namun demikian dalam banyak penelitian kompetensi dan independensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit secara aktual (Ruiz et.al, 2004). Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor dan pemakai laporan keuangan lainnya memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang dituangkan dalam laporan keuangan.
Penelitian yang menguji bagaimana pengaruh kualitas audit terhadap keputusan going concern dilakukan antara lain oleh Ruiz et.al (2004) dan Vanstraelen (2002). Sedangkan penelitian di Indonesia dilakukan oleh Manao dan Nursetyo (2002), Fanny dan Saputra (2005), Ramadhany (2004) dan setyarno (2006). Manao dan Nursetyo (2002) menggunakan Big Five Firms dan Non Big five Firms sebagai Proksi dari kualitas audit. Tetapi penelitian ini menggunakan Big Four Firms dan Non Big Four Firms karena KAP Arthur Andersen telah collapse.
Economics Of Scale yang besar akan memberikan insentif yang kuat
untuk mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP tersebut. Kantor Akuntan Publik diklasifikasikan menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang berafiliasiasi dengan KAP yang Big Four dan kantor akuntan publik lainnya. Barnes dan Huan (1993) dalam Tamba (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang gagal dan tidak menjelaskan
(36)
going concern pada opini auditnya menunjukkan bahwa auditor tersebut lebih
mementingkan aspek komersial, hal ini berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan auditan.
6. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat menjadi suatu indikasi bagi auditor dalam pemberian opini audit going concern. Pertumbuhan perusahaan tersebut dapat menunjukkan eksistensi perusahaan dalam lingkungan bisnis (Sinaga, 2009)
Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan perusahaan yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going
concern) karena pertumbuhan penjualan yang tinggi dibandingkan dengan
kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan dan jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap
survive.
Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going
(37)
negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Menurut Fabozzi (2000) dalam Sinaga (2009) pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan pada laporan keuangan pertahun. Pertumbuhan penjualan yang diatas rata-rata bagi suatu perusahaan pada umunya didasarkan pada pertumbuhan yang cepat yang diharapkan dari industri dimana perusahaan itu beroperasi.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penjualan perusahaan, salah satunya adalah dengan memperluas pangsa pasarnya. Peningkatan pangsa pasar harus sejalan dengan strategi pemasaran yang tepat dan perusahaan selalu melakukan inovasi, hal ini bermakna bahwa dengan strategi yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan penjualan melalui pengembangan produk yang diminati konsumen.
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Peneliti terdahulu dilakukan oleh Hani et.al (2003) yang melakukan penelitian pengaruh rasio keuangan pada industri perbankan yang terdaftar di BEJ terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa variabel quick ratio, retun on asset, dan interest margin of
loans yang berpengaruh positif terhadap opini audit going concern tahun 1995 –
1997.
Setyarno et.al (2006) yang meneliti pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap
(38)
opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif sedangkan kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini audit dengan
going concern.
Siagian (2009) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan perbankan, yang meneliti pengaruh proksigoing concern dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit tahun berjalan tahun 2006-2008. Penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa variabel likuiditas (quick ratio, loan to asset ratio) dan Solvabilitas (long term debt to assets ratio, debt to equity ratio) tidak berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan. Sementara itu, variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini audit tahun berjalan.
Sinaga (2009), dalam penelitiannya mengenai pengaruh audit report lag, pertumbuhan perusahaan,debt to equity ratio terhadap penerimaan opini going
concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI membuktikan bahwa audit report lag dan pertumbuhan perusahaan tidak signifikan terhadap
penerimaan opini going concern, tetapidebt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
Tamba (2009), dalam penelitiannya mengenai pengaruh debt default, kualitas audit dan opini audit terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa debt default dan opini audit memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan untuk
(39)
kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti/ Tahun Judul
Variabel Metode Analisis Hasil Hani et.al (2003) Pengaruh rasio keuangan pada industri perbankan yang terdaftar di BEJ terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Varibel independen :
quick ratio, retun on asset, dan interest margin of loans
Variabel dependen : opini audit going
concern
Regresi logistik
quick ratio, retun on asset, dan interest margin of loans yang
berpengaruh positif terhadap opini audit
going concern Setyarno (2006) Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going concern
Variabel independen : Kualitas audit
Kondisi keuangan perusahaan
Opini audit tahun sebelumnya
Pertumbuhan Perusahaan
Variabel dependen : Opini audit going
concern
Regresi logistik
Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap opini audit, sedangkan kualitas audit
dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap opini audit.
Siagian (2009)
Pengaruh ProksiGoing concern
dan Opini Audit Tahun Sebelumnya
Terhadap Opini Audit Tahun Berjalan pada Bank
Umum yang Go Publik di Indonesia
Variabel independen :
Quick Ratio (QR) Loan to Asset Ratio (LAR)
Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) Debt to Equity Ratio
Regresi Logistik
QR, LAR, LTDAR, DER
tidak berpengaruh terhadap opini audit
tahun berjalan. Opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap
opini audit tahun sebelumnya.
(40)
(DER)
Opini audit tahun sebelumnya
Variabel dependen : Opini audit tahun berjalan Sinaga (2009) Pengaruh Audit Report Lag, Pertumbuhan Perusahaan dan Debt
to Equity Ratio (DER) Terhadap
Penerimaan Opini
Going concern pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Variabel independen :
Audit Report Lag
Pertumbuhan Perusahaan
Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel dependen : Opini going concern
Regresi logistik
Audit report lag dan
pertumbuhan perusahaan tidak signifikan terhadap penerimaan opini going
concern. DER berpengaruh
signifikan terhadap opini going concern.
Tamba (2009)
Pengaruh debt
default, kualitas
audit dan opini audit terhadap penerimaan opini going concern
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel
independennya :
debt default opini
audit, kualitas audit Variabel dependen :
Opini going concern
Regresi logistik
debt default dan opini
audit memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern, sedangkan
untuk kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going
concern. Sumber : Hasil Olahan Peneliti
(41)
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukan di atas, maka dibuat kerangka konseptual dan hipotesis sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Quick Ratio atau rasio cepat menginformasikan kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang paling liquid yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Jika nilai Quick
Ratio perusahaan tinggi maka semakin bagus kemampuan likuiditas
perusahaan. Oleh karena itu jika perusahaan memiliki nilai quick ratio yang rendah maka auditor cenderung akan memberikan opini audit going concern.
Quick Ratio(QR)
(X1)
Long Term Debt to Asset Ratio (LTDAR)
(X2)
Kualitas Audit (X4)
Pertumbuhan Perusahaan (X5)
Opini
Audit
Going
Concern
(Y1)
Return On Assets (ROA)
(42)
Menurut Harahap (2008:304), Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi nilai LTDAR, maka semakin kecil kemampuan untuk membayar hutang dari aktiva. Hal ini menunjukkan perusahaan kurang dapat mempertahankan eksistensinya sehingga cenderung akan menerima opini audit going concern.
Return On Assets (ROA)menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dengan menggunakan total asset atau total aktiva yang dimiliki perusahaan dalam periode tertentu. Perusahaan yang memiliki nilai ROA yang negatif dalam periode waktu yang berurutan akan memicu masalah going concern karena ROA yang negatif artinya bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian dan ini akan mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit (Ruiz et.al, 2004). Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor dan pemakai laporan keuangan lainnya memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang dituangkan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, KAP yang besar dan terkenal cenderung akan melakukan prosedur audit yang lengkap dalam rangka pengumpulan bukti audit sehingga status going
concern perusahaan dapat ditetapkan.
Peningkatan penjualan menunjukkan kinerja manajemen yang baik, yang berarti pula peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan. Rasio ini
(43)
menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan serta mempertahankan eksistensinya ditengah-tengah kondisi persaingan. Menurut Sinaga (2009:32) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat penjualan perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula eksistensi perusahaan dalam lingkungan bisnis, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going
concern.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Sugiyono (2005:306), menyatakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Going concern yang diproksikan dengan quick ratio berpengaruh
terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going
concern.
H2 : Going concern yang diproksikan denganlong term debt to assets
ratio berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan
pernyataan going concern.
H3 : Going concern yang diproksikan dengan return on assets ratio berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.
H4 : Kualitas audit berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.
(44)
H5 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.
H6 : Terdapat perbedaan kualitas audit antara KAP Big four dengan KAP non Big Four terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.
(45)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Peneliti menggunakan desain kausal atau hubungan sebab akibat. Desain penelitian kausal ini berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya (Umar,2003). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah quick ratio, long term debt to total asset, return on assets,kualitas audit, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independennya dan opini audit wajar dengan pernyataan going concern sebagai variabel dependen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2006), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memilki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 159 sampel dalam tahun 2006-2009.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sogiyono,2006). Sampel dipilih dengan metode purposive
sampling, yaitu dengan mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya
berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2006 hingga tahun 2009 dan tidak sedang berada pada proses delisting pada periode tersebut,
(46)
2. sampel yang diambil adalah perusahaan manufaktur yang telah listing di BEI sebelum periode pengamatan,
3. mempunyai laporan auditor independen yang dipublikasikan bersamaan dengan periode pengamatan, dan opini yang diterima adalah unqualified
opinion baik yang going concern maupun opini non going concern,
4. mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurang-kurangnya dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan (2006-2009).
5. untuk perhitungan rasio pertumbuhan penjualan menggunakan laporan keuangan pada tahun 2005 hingga tahun 2009
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Jumlah Akumulasi
1 Total perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI antara tahun 2006-2009
151
2 Terdaftar setelah 1 Januari 2006 (11) 140
3 Delisting selama periode pengamatan (2006 - 2009) (8) 132 4 Tidak mengalami laba bersih setelah pajak yang
negatif sekurang nya dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan (2006-2009)
(106) 26
5 Data tidak tersedia (7) 19
Jumlah sampel total selama periode penelitian 76
Setelah dilakukan treknik purposive sampling, maka emiten yang lolos uji ini adalah :
(47)
Tabel 3.2
Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian
No. Nama Perusahaan Kode
1 Ades Waters Indonesia ADES
2 Hanson Internasional MYRX
3 Jakarta Kyoei Steel Works JKSW
4 Kedaung Indah Can KICI
5 Mulia Industrindo MLIA
6 Perdana Bangun Pusaka KONI
7 Schering Ploung Indonesia SCPI
8 Karwell Indonesia KAIN
9 Sumalindo Lestari Jaya SULI
10 Teijin Indonesia Fiber Copporation TIFC
11 Argo Pantes ARPA
12 Ekadharma International EKIN
13 Gajah Tunggal TFCO
14 Ricky Putra Globalindo RPGL
15 Trias Sentosa TRST
16 Yulie Sekurindo YUSE
17 Astra International ASIN
18 Dynaplast DYNA
19 Indo Acidatama INAC
Sumb
C. Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini ialah data sekunder. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Umar,2003). Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dengan data cross section(Pooled Data).
Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan cross section merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu
(48)
(Umar, 2003). Jadi jumlah sampel selama periode pengamatan empat tahun adalah 76 perusahaan sampel.
Data yang digunakan adalah data eksternal. Data eksternal adalah data yang dicari secara manual dengan cara mendapatkannya dari luar perusahaan (Umar,2003). Penelitian ini dilakukan dengan mengunduh data dari website Bursa Efek Indonesia, yang berupa laporan keuangan yang telah dipublikasikan, maupun laporan auditor independen untuk periode pengamatan.
D. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen (tidak terikat)
yaitu variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Umar,2003). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah going concern, kualitas audit, dan pertumbuhan perusahaan.
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. PSAK 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Dalam penelitian ini, going concern suatu perusahaan manufaktur diukur dengan quick ratio, long term debt to assets ratio, dan
(49)
a. Quick Ratio (QR)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang paling liquid yang dimilki oleh perusahaan tersebut.
Menurut Harahap (2008), QR dapat diukur dengan cara sebagai
berikut:
Quick Ratio
=
b. Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR)
Rasio ini menunjukkan sejauh mana utang jangka panjang dapat ditutupi oleh aktiva, dimana semakin besar nilai aktiva maka rasionya lebih aman (solvable).
Menurut Harahap (2008), LTDAR dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
LTDAR
=
c. Return On Assets(ROA)
ROA menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset atau total aktiva yang dimiliki perusahaan dalam periode tertentu.
Menurut Harahap (2008), ROA dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
ROA
=
(50)
Kualitas audit diproksikan dengan menggunakan ukuran KAP. Ukuran KAP ini dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP
big-fourdan KAP non big-four. Variabel ini diukur dengan menggunakan
variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit perusahaan merupakan auditor dari KAP big-four dan 0 jika ternyata perusahaan diaudit oleh KAP non big-four.
Adapun KAP big-four yang digunakan dalam penelitian ini adalah. 1) Price Water House Coopers (PWC), dengan partnernya di
Indonesia Haryanto Sahari dan Rekan.
2) Deloitte Touche Tohmatsu, dengan partnernya di Indonesia Osman, Ramli, Satrio dan Rekan.
3) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia Siddharta, dan Harsono.
4) Ernst and Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Prasetyo, Sarwoko, dan Sandjaja.
e. Pertumbuhan Perusahaan
Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur kemampuan auditee dalam pertumbuhan tingkat penjualan.Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan.
Pertumbuhan Penjualan =
2. Variabel Dependen ( tidak bebas)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit wajar
(51)
dengan pernyataan going concern. Opini audit wajar dengan modifikasi going
concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko
perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Opini audit going
concerndalam penelitian ini merupakan variabel dummy. Opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan Opini audit wajar lainnya diberi kode 0.
Tabel 3.3
Identifikasi Variabel Penelitian
No Variabel Simbol Rumus
1.
Opini Audit
Going concern
Y
1, jika opini audit wajar dengan pernyataangoing
concern
0, jika opini audit wajar lainnya
2. Quick Ratio
(QR) X1
3.
Long Term Debt to Asset
Ratio (LTDAR) X2 4. Return On Assets (ROA) X3
5. Kualitas
Audit X4
1, jika diaudit oleh KAP big-four and patner 0, jika diaudit oleh KAP non big four
6. Pertumbuhan
Perusahaan X5
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software statistik yaitu SPSS 18. Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis.
(52)
1. Pengujian Data
a. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Dikarenakan Uji yang digunakan adalah regresi logistik, dimana uji ini mengabaikan uji normalitas dan heterokedasitas, maka uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.
1) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2005:91). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi menurut Ghozali (2005:95) dapat dilihat dari:
a) nilai tolerance dan lawannya b) variance inflation factor (VIF)
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai utnuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolineritas, yaitu:
a) mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling berkorelasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi.
(53)
b) menggunakan metode lanjut, seperti Regresi Bayessian atau Regresi Ridge.
2) Uji Autokorelasi
Uji ini berguna untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t (saat ini) dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Masalah ini timbul karena variabel pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series karena gangguan pada seorang individu atau kelompok, cenderung mempengaruhi gangguan pada individu ataupun kelompok pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dijelaskan dengan uji run test. Run test dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Bila hasil output SPSS menunjukkan probabilitas signifikansi dibawah 0.05 disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut.Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dapat dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.
b. Menguji Keseluruhan Model Fit
Statistik yang digunakan adalah berdasarkan pada fungsi Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol
(54)
dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Statistik -2LogL kadang-kadang disebut likelihood rasio X2 statistik.
Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (intial -2LL function) dengan nilai 2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2005). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi semakin baik.
c. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2005).
2. Pengujian Hipotesis
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness (kemencengan distribusi). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji regresi logistik. Uji regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh dari dua variabel, yang mana dua atau lebih variabel independen
(55)
yang mempunyai jenis pengukuran rasio, serta sebuah variabel dependen berjenis pengukuran nominal.
Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antar variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikansi. Jika nilai asymtotik signifikan < dari 0,05 maka berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, bila asymtotik signifikan > dari 0,05 maka berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.
Model yang digunakan dalam persamaan regresi ini adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4+ b5X5
Keterangan:
Y = opini audit going concern X1 = Quick Ratio
X2 = Long Term Debt to Assets Ratio X3 = Return On Assets
X4 = Kualitas Audit
X5 = Pertumbuhan perusahaan
a = Konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.
(56)
3. Uji Kruskal Wallis
Uji Kruskal Wallis digunakan untuk menguji hipotesis komparatif. Hipotesis komparatif adalah dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan nilai dua kelompok atau lebih (Sugiyono, 2008:211). Uji Kruskal Wallis digunakan untuk data yang berbentuk nominal atau diskrit.
Adapun hiotesa yang digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan adalah sebagai berikut:
Ho : Tidak ada perbedaan kualitas antara KAP Besar dan KAP kecil
H1 : Ada perbedaan kualitas antara KAP besar dan KAP kecil F. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut: Tabel 3.4
Rencana Jadwal Penelitian
Tahapan Penelitian Agst 2010 Sep 2010 Okt 2010 Nov 2010 Des 2010 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Judul Bimbingan Proposal Skripsi Seminar Proposal Pengumpulan dan Pengolahan data Penulisan Skripsi Ujian Skripsi
(57)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan microsoft exel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian rergresi logistik dengan menggunakan software SPSS versi 18. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian keprogram SPSS tersebut dan menghasilkan ouput-ouput sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 19 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini dan diamati selama periode 2006-2009.
B. 1.
Analisis Hasil Penelitian Statistik Deskriptif
Setelah data tekumpul, seluruh sampel diseleksi berdasarkan kriteria. Diperoleh 76 sampel yang memenuhi kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini ditampilkan data statistik seraca umum dari seluruh sampel yang telah terpilih. Untuk melihat data statistik secara umum, peneliti menggu nakan fasilitas descriptives untuk variabel yang diukur dengan skala ratio dan fasilitas frequencies untuk variabel yang diukur dengan skala nominal.
(58)
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
QR 76 ,00 6,57 ,7168 1,13515
LTDAR 76 ,00 5,33 ,3582 ,76275
ROA 76 -112,47 ,44 -1,7257 12,99464
Pertumbuhan Perusahaan 76 -1,32 5,00 ,1162 ,77862
Valid N (listwise) 76
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal berikut :
a. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 19 perusahaan dikali empat (4) tahun penelitian sehingga total N adalah 76 perusahaan. Dengan lima (5) variabel yaitu quick ratio (QR) sebagai variabel independen yang pertama (X1), long term debt to assets ratio (LTDAR) sebagai variabel independen kedua (X2), return on assets (ROA) sebagai variabel independen ketiga (X3), dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen kelima (X5).
b. Variabel independen pertama, yaitu quick ratio, memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 6,57 dengan nilai rata-rata adalah 0,7168. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai quick ratio yang positif. Nilai standar deviasi sebesar 1,13515 menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang memiliki nilai quick ratio yang bersifat ekstrim.
c. Variabel independen kedua, yaitu long term debt to assets ratio, memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 5,33 dengan nilai rata-rata adalah 0,3582. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai
(59)
LTDAR yang positif. Nilai standar deviasi sebesar 0,76275 menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang memiliki nilai LTDAR yang bersifat ekstrim.
d. Variabel independen ketiga, yaitu return on assets,memiliki nilai minimum sebesar -112,47 dan nilai maksimum sebesar 0,44 dengan nilai rata-rata adalah -1,7257. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai LTDAR yang negatif. Nilai standar deviasi sebesar 12, 99464 menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang memiliki nilai ROA yang bersifat ekstrim.
e. Variabel independen kelima, yaitu pertumbuhan perusahaan, memiliki nilai minimum sebesar -1,32 dan nilai maksimum sebesar 5 dengan nilai rata-rata 0,1162. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai pertumbuhan perusahaan yang positif. Nilai standar deviasi sebesar 0,77862 menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang memiliki nilai pertumbuhan perusahaan yang bersifat ekstrim.
Tabel 4.2
Statistics
Kualitas Audit OADGC
N Valid 76 76
Missing 0 0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dideskripsikan bahwa jumlah data yang valid (sah untuk diproses) adalah 76 buah, sedangkan data yang hilang (missing) adalah nol. Artinya, semua data diproses.
(60)
Tabel 4.3
Kualitas Audit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid KAP Besar 33 43,4 43,4 43,4
KAP Kecil 43 56,6 56,6 100,0
Total 76 100,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen keempat (X4), yaitu kualitas audit merupakan variabel nominal yang menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan yang diaudit oleh KAP besar dan afiliasinya diberi kode “1” dan perusahaan yang diaudit oleh KAP kecil diberi kode “0”, memiliki nilai data yang valid karena semua data diproses. Terlihat KAP besar tercatat 33 perusahaan atau 43,4% dari total, sedangkan KAP kecil tercatat 43 perusahaan atau 56,6% dari total.
Tabel 4.4
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dideskripsikan bahwavariabel dependen (Y), yaitu opini audit wajar dengan pernyataan going concern (OADGC)merupakan variabel nominal yang menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan yang menerima opini audit wajar tidak dengan bahasa penjelas going concerrn diberi kode “0” dan perusahaan yang menerima opini
OADGC
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Pendapat wajar tidak dengan
bahasa penjelas
42 55,3 55,3 55,3
Pendapat wajar dengan bahasa penjelas
34 44,7 44,7 100,0
(61)
audit wajar dengan bahasa penjelas going concerrn diberri kode “1”, memiliki nilai data yang valid karena semua data diproses.Terlihat perusahaan yang menerima opini audit wajar tidak dengan bahasa penjelas
going concern sebesar 42 perusahaan atau 55,3% dari total, sedangkan
perusahaan yang menerima opini audit wajar dengan bahasa penjelas going
concern sebesar 34 perusahaan atau 34% dari total.
2. Pengujian Data
a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk situasi dimana adanya korelasi variabel-variabel independen antara satu dengan yang lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Apabila terjadi korelasi antar variabel-variabel tersebut berarti terjadi problem multikolinearitas (multikol). Sedangkan variabel yang baik adalah variabel yang tidak memiliki problem multikolinearitas. Uji multikolineritas disini dilakukan dengan melihat besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerence serta melihat besaran korelasi antar variabel independen.
(62)
Tabel 4.5
Coefficient Correlationsa
Model Pertumbuhan
Perusahaan QR ROA
Kualitas
Audit LTDAR
1 Correlations Pertumbuhan
Perusahaan
1,000 -,035 -,149 ,127 ,003
QR -,035 1,000 -,097 -,283 -,335
ROA -,149 -,097 1,000 ,117 -,026
Kualitas Audit ,127 -,283 ,117 1,000 ,072
LTDAR ,003 -,335 -,026 ,072 1,000
Covariances Pertumbuhan Perusahaan
,006 ,000 -5,201E-5 ,001 1,643E-5
QR ,000 ,003 -2,515E-5 -,002 -,002
ROA -5,201E-5 -2,515E-5 2,093E-5 6,557E-5 -9,643E-6
Kualitas Audit ,001 -,002 6,557E-5 ,015 ,001
LTDAR 1,643E-5 -,002 -9,643E-6 ,001 ,007
a. Dependent Variabel: OADGC
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Deteksi adanya multikolinearitas :
a) Multikolineritas dapat dilihat dari koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah dan tidak cukup tinggi (tidak diatas 0,90), maka antar varibel tersebut tidak terjadi multikolineritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi bukan berarti bebas dari gejala multikolineritas. Mutikolineritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen (Ghozali, 2005:91). Analisis :
Pada tabel 4.5 yaitu tabel COEFFICIENT CORRELATIONS tampak bahwa antar variabel independen tersebut tidak ada korelasi yang besar. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa korelasi dibawah 0,95
(1)
Asymptotic significance adalah 0,724 atau probabilitas diatas 0,05 yang artinya bahwa tidak ada perbedaan kualitas audit yang Big Four dengan non Big Four terhadap pemberian opini audit wajar dengan pernyataan going concern.
tidak ada perbedaan kualitas audit dapat sebabkan karena pada dasarnya setiap kantor akuntan public baik yang besar maupun yang kecil harus melakukan prosedur audit yang penting dalam mengumpulkan bukti auditnya. Walaupun dikatakan KAP kecil namun KAP tersebut tetap harus mempertahankan kinerjanya agar reputasi KAP tersebut menjadi semakin lebih baik.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berrikut :
1. Penelitian yang dilakukan dengan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan 2006-2009, dengan menggunakan 76 perusahaan sampel yaitu 42 perusahaan dengan pendapat wajar tidak dengan bahasa penjelas dan 34 perusahaan dengan pendapat wajar dengan bahasa penjelas.
2. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistic, menunjukkan bukti empiris bahwa variabel quick ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit dengan pernyataan going concern dengan nilai koefisien negative sebesar 0,220 pada tingkat signifikan 5%.
3. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistic, long term debt to assets ratio menunjukkan bukti empiris bahwa variabel berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit dengan pernyataan going concern dengan nilai koefisien positif sebesar 0,480 pada tingkat signifikan 5%.
4. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistic, kualitas audit menunjukkan bukti empiris bahwa variabel berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit dengan pernyataan going
(3)
concern dengan nilai koefisien positif sebesar 0,312 pada tingkat signifikan 5%.
5. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistic, pertumbuhan perusahaan menunjukkan bukti empiris bahwa variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit dengan pernyataan going concern dengan nilai koefisien negatif sebesar 0,088 pada tingkat signifikan 5%.
6. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan regresi logistic, return on assets menunjukkan bukti empiris bahwa variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit dengan pernyataan going concern dengan nilai koefisien negatif sebesar 7,443 pada tingkat signifikan 5%.
7. Berdasarkan pengujian Kruskal-Wallis tampak bahwa tidak ada perbedaan kualitas audit antara KAP yang berafiliasi dengan big four dan tidak berafiliasi dengan KAP big four dengan nilai Chi-square adalah 0,125 dan Asymptotic significance adalah 0,724 atau probabilitas diatas 0,05.
B. Keterbatasan penelitian
1. Penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen, yaitu variabel keuangan (quick ratio, long tem debt to assets ratio, return on assets, dan pertumbuhan perusahaan) dan satu variabel non keuangan (kualitas audit)
2. Periode pengamatan hanya empat (4) tahun yaitu sejak tahun 2006 sampai dengan 2009, sehingga belum bisa melihat kecenderungan trend
(4)
penerbitan opini audit wajar dengan pernyataan going concern oleh auditor dalam jangka panjang.
C. Saran
Dari keterbatasan-keterbatasan tersebut, maka untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk :
1. Menggunakan variabel tambahan seperti rotasi auditor, ukuran perusahaan, debt default, opinion shopping dan rasio keuangan lain sehingga hasil penelitian lebih mampu untuk memprediksi penerbitan opini audit wajar dengan pernyataan going concern lebih tepat dan akurat.
2. Jumlah tahun pengamatan lebih diperpanjang sehingga dapat melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit wajar dengan pernyataan going concern oleh auditor dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan perbedaan antara krisis moneter dengan periode kondisi ekonomi normal
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Altman, E dan McGough, T., 1974. Evaluation of A Company as A Going concern. Journal of Accountancy. December. 50-57.
Arens, Alvin A, dan James K Lobbecke, 1996. Auditing : Pendekatan Terpadu (Judul Asli : Auditing : An Integrated Approach) Edisi Revisi, Jilid 1. Penerjemah AmirAbadi Jusuf, Salemba Empat, Jakarta.
Fanny, Margareta, dan Saputra S., 2005. Opini Audit Going concern: Kajian berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten BursaEfek Jakarta).Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978.
Gary, Iain dan Stuart Manson. 2000. The Audit Process, Principles, Practice and Cases. Second Edition. Thomson Learning.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hani, Cleary dan Mukhlasin, 2003. Going concern dan Opini Audit: Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi, Surabaya.
Harahap, Sofyan Syafri, 2008. Analisis Kritis atas laporan Keuangan, Edisi Pertama, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat, Jakarta.
Jensen, M. C. And Meckling, W. H. 1976. Theory of The Firm, Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol 3 October. Pp 305-306.
Joanna, L. Ho. 1994. “The Effect of Experience on Consensus of Going-Concern Judgments”. Behavioral Research in Accounting Vol 6. pp 160-172. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku
petunjuk Teknis penulisan proposal Penelitian dan penulisan Skripsi. Medan.
Lenard, Mary Jane, Perualz Alam, dan David Booth. 1998. An Analysis of Fuzzy Clustering and a Hybrid Model for Auditor’s Going concern.www.google.com.
Manao, H. dan Nursetyo, Y. 2002. An Audit Quality Comparison Between Large and Small CPA Firms in Indonesia in the Context of Going concern
(6)
Opinion : Evidence Based On Auditees Financial Ratio. Simposium Nasional Akuntansi V. 36-45.
Mulyadi, 2002. Auditing. Edisi Pertama, Jilid Dua, Salemba Empat, Semarang. Praptitorini, Mirnah Diah dan Indira Januarti, 2007. Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default, Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going concern.Simposium Nasional akuntansi X, Makassar.
Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going concern Pada Perusahaan Menufaktur Yang Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program Magister Akuntansi Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan).
Ruiz , barbadillo Emiliano, Nivez Gomez-Aguilar, Christina De Fuentes-Barbera dan Maria Antonia Garcia-Benau. 2004. Audit Quality and The Going concern Decision Making Process.European Accounting Review.
Setyarno, Januarti, dan Faisal, 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Pemberian Opini Audit Going concern. Jurnal akuntansi dan Keuangan.
Siagian, Dewi A. Handayani, 2009. Pengaruh ProksiGoing concern dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Tahun Berjalan pada Bank Umum yang Go Publik di Indonesia. Medan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Sinaga, Siskha Demintan, 2009. Pengaruh Audit Report Lag, Pertumbuhan Perusahaan dan DER Terhadap Penerimaan Opini Going concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Medan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Sugiyono, 2006. Statika Untuk Penelitian, Edisi Kesebelas, Alfabeta, Bandung. Tamba, Revol Ulung, 2009. Pengaruh debt default, kualitas audit dan opini audit
terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Medan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Umar, Husein, 2007. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Kedelapan, Grasindo Persada, Jakarta.
Vanstraelen, A, 2002. Auditor Economic Incentives and Going-concern opinions in a Limited Litigious Continental European Business Environment: Empirical Evidence from Belgium. Accounting and Business Research. Vol.32. No.3 171-186.