SEKTOR PLP - AIR LIMBAH
.
Di Dalam Bab Ini Akan Di Bahas Mengenai Profil, Program Dan Kegiatan Yang Terkait Dengan Penyehatan Lingkungan Permukiman Meliputi Air Limbah, Persampahan Dan Drainase Kabupaten Aceh Jaya.
VII
PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
SEKTOR PLP - AIR LIMBAH
7.1. PROFIL PENGELOLAAN AIR LIMBAH
7.1.1. Gambaran Umum
Berdasarkan hasil monitoring lapangan, diketahui bahwa masyarakat Kabupaten Aceh Jaya di daerah yang berkepadatan tinggi sudah membuang air limbah melalui pengadaan cubluk secara individual dan MCK umum secara komunal, tetapi belum seluruhnya menggunakan konsep tersebut, masih banyak masyarakat yang membuang air limbah (black water maupun limbah cuci, dll) langsung ke sungai atau ke selokan. Industri di kabupaten Aceh Jaya masih ada yang terdapat melakukan pembuangan limbah langsung ke sungai.
Pengolahan air limbah Kabupaten Aceh Jaya masih belum memadai. Kualitas air limbah yang dibuang ke Sungai-sungai yang mengalir melalui Kabupaten Aceh Jaya masih melebihi baku mutu yang diijinkan. Air limbah yang dihasilkan oleh perumahan, sebagian besar masih setempat belum terpusat.
A. Sistem perpipaan ( Off site) Secara umum kondisi pengelolaan air limbah di Kabupaten Aceh Jaya masih menggunakan sistem off site sanitation dimana pengelolaan dilakukan secara individu untuk masing-masing rumah tangga yaitu limbah yang dihasilkan dari kamar mandi masuk ke dalam saluran hujan dan dari WC masuk ke dalam tangki septik setelah penuh akan diambil dari truk tinja.
Pengelolaan air limbah perlu pendekatan khusus ke masyarakat karena selama ini air limbah bukan persoalan yang utama sehingga tingkat kesadaran di tingkat masyarakat masih rendah. Pendekatan perlu dilakukan adalah pengetahuan mengenai dampak negatif air limbah bagi masyarakat serta air limbah sebetulnya juga dapat dimanfaatkan (untuk biogas atau pupuk).
Setiap makhluk hidup dalam aktifitasnya sehari-hari membutuhkan air, tubuh manusiapun sebagian besar terdiri dari air. Dalam mempertahankan hidupnya manusia memerlukan air bersih yang memenuhi syarat baik kualitas, kuantitas maupun kontinitiasnya. Pengurangan dampak negatifnya terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan cara mengolah air limbah tersebut lebih dahulu, sebelum dibuang ke badan air penerima. Disamping mengurangi dampak negatif lingkungan, pengelolaan air limbah juga dapat merupakan proses nilai tambah sehingga hasil bermanfaat kembali bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Banyaknya air limbah yang harus diolah ditentukan oleh jumlah penduduk. Pada perencanaan sistem pengelolaan air limbah perkotaan, biasanya diasumsikan banyaknya air limbah sebesar 80-120 liter/orang/hari. Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan bertambahnya volume air limbah yang dibuang dan menyebabkan bertambahnya pula kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah. Pertambahan sarana dan prasarana berupa:
a) Jumlah tangki septik
b) Pengembangan sarana IPLT atau IPAL
c) Lahan untuk instalasi pengolahan dan tangki septik Karena adanya pertambahan penduduk akan berdampak pada :
a) Pertambahan pencemaran air limbah domestik dan industri
b) Bertambahnya area permukiman dan perumahan
c) Bertambahnya daerah resapan air
d) Bertambah sarana jalan, air bersih, drainase dan lain-lain e) Berkurangnya kenyamanan tinggal karena kebisingan dan pencemaran lingkungan. Karakteristik air limbah rumah tangga sangat berguna untuk menentukan cara pengelolaannya. Karakteristik air limbah rumah tangga dapat dibedakan atas karakteristik fisik, kimia dan biologis yang sangat tergantung pada kebiasaan masyarakat setempat. Air limbah rumah tangga dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Air limbah mengandung buangan fecal
b) Air limbah dari kegiatan mandi, nyuci yang pada umumnya mengandung bahan sabun dan lemak c) Air limbah dapur yang berasal dar kegiatan masak memasak yang mengandung bahan organik seperti karbohidrat, protein dan lemak Ada dua sistem pembuangan air limbah yaitu:
a) sistem sanitasi setempat (On site System), yang biasanya menggunakan tangki septik atau cubluk. Endapan lumpur tinja dalam tangki septik perlu dikuras secara berkala dan diangkut dengan truk tinja ke instalasi pengeolahan lumpur tinja (IPLT) untuk disempurnakan prosesnya agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Sistem air limbah setempat dapat berupa individual (untuk satu KK) yang dibangun untuk satu rumah tunggal atau komunal (untuk lebih dari satu KK), sistem komunal biasanya ditempatkan di daerah-daerah komersil, pasar, daerah pariwisata, pertokoan, perkantoran atau daerah-daerah yang padat penduduknya. 1) Sistem Individual ;
Sistem individual dapat berupa; tangki septik dengan bidang resapan, tangki septik dengan up flow filter atau sistem cubluk 2) Sistem komunal ;
Sistem komunal dapat berupa; sistem tangki septik bersusun (baffelm reanctor) dengan sistem anaerobik b) Sistem pembuangan air limbah terpusat (Off site system)
Pada sistem ini air limbah disalurkan melalui janringan perpipaan menuju ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk diolah secara terpusat. Agar air limbah rumah tangga yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan sangat diperlukan pengolahan terlebih dahulu, baik pengolahan dengan sistem setempat maupun sistem terpusat.
B. Sistem setempat (on site) Berdasarkan data yang ada saat ini jamban keluarga belum digunakan oleh seluruh penduduk. jamban didapatkan bahwa jamban yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 74,5% ini berarti sebagian jamban yang digunakan oleh penduduk masih berpotensi besar menimbulkan pencemaran pada air permukaan tanah dan air tanah Sistem pengelolaan air limbah yang dioperasikan, saat ini oleh kabupaten Aceh Jaya meliputi sistem setempat (on – site) dan sistem terpusat (off – site). Sistem setempat berupa jamban umum yang dilengkapi dengan tangki septik dengan bidang rembesan. Apabila tangki septik sudah penuh, lumpur di sedot oleh truk tinja dan dibuang ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja).
7.1.2. Tingkat Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan
Kualitas hidup masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualitas permukiman/rumah tinggalnya, dengan salah satu kriterianya adalah memiliki sanitasi yang baik. Peningkatan jumlah rumah tinggal yang bersanitasi ini disebabkan adanya sistem pengelolaan air limbah yang beroperasi di Kabupaten Aceh Jaya berupa sistem setempat (off site) dan sistem terpusat (on site). Kondisi kesehatan masyarakat tidak ada kasus terutama karena sakit bawaan air (water borne deseases).
7.1.3. Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
Sanitasi yang saat ini di operasikan di Kabupaten Aceh Jaya meliputi sistem setempat (on-site) dan sistem terpusat (off-site) sedangkan sistem sanitasi yang lainya terutama di Perumahan dengan menggunakan sistem setempat (on-site) dan sistem campuran antara on-sitedan off-site. Prasarana yang dipergunakan penduduknya masih berupa sistem sebagai berikut :
Jamban Keluarga yang tidak dilengkapi septic tank (cubluk)
Kamar Mandi / WC keluarga yang dilengkapi septic tank
Kamar mandi / WC dengan pembuangan ke sungai / saluran
Sistem saluran / terpusat (riooling)
Lahan terbuka. Pada umumnya air limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci langsung disalurkan ke septik tank, saluran drainase yang ada di muka rumah, di parit-parit disekitarnya atau langsung ke badan sungai yang ada. Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya menyediakan truk-truk penguras tinja dimana pembuang lumpur septik digabung dengan sistem terpusat / off-site yaitu di penampungan limbah yang akan dipompakan ke dalam pengelolaan air limbah yang berada di pusat kota dengan lokasi IPAL Calang.
7.2. PROFIL PERSAMPAHAN SEKTOR PLP - PERSAMPAHAN
7.2.1. Gambaran Umum
Luas wilayah administratif Kabupaten Aceh Jaya adalah adalah 387,272.36 hektar yang terdiri dari 9 kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2013 adalah 84.928 jiwa dan sekitar 90% penduduk tinggal di daerah urban. Dengan timbulan sampah sebanyak 2,0 3 L/kapita/hari, timbulan sampah di Kabupaten Aceh Jaya adalah 1.203,60 m / hari, Sampah di
Kabupaten Aceh Jaya belum sepenuhnya tertangani, masih ditemukan adanya tumpukan-tumpukan sampah di berbagai tempat. Permasalahan sampah meliputi proses pengumpulan, pengangkutan dan tempat pembuangan akhir. Di samping itu volume sampah makin lama makin meningkat, tetapi proses pengumpulan dan pengangkutan masih tetap sedangkan tempat yang tersedia untuk membuang malahan sudah hampir penuh. Sampah juga terkendala ditempat pembuangan akhir, khususnya bau yang ditimbulkan dan pencemaran air yang terjadi di daerah sekitarnya, khususnya apabila tempat pembuangan akhir ini berdekatan dengan kawasan permukiman.
Potensi di bidang persampahan adalah adanya kemungkinan pemanfaatan sampah sebagai sesuatu yang bernilai ekonomis. Antara lain pendaur-ulangan beberapa jenis sampah serta pengolahan sampah organik menjadi pupuk, disamping adanya teknologi lain yang perlu dikembangkan yang dapat memanfaatkan sampah sebagai sumber energi. Perkembangan timbulan sampah berbanding lurus dengan jumlah penduduk. jumlah timbulan sampah menunjukkan trend yang meningkat. Hal ini sesuai dengan peningkatkan aktivitas pembangunan, peningkatan jumlah penduduk, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, terlihat bahwa volume sampah yang terangkut per harinya lebih kecil (70%) dibandingkan dengan volume total timbulan sampah yang dihasilkan. Hal tersebut mengindikasikan cakupan pelayanan persampahan di Kabupaten Aceh Jaya masih belum mampu melayani dan memenuhi kebutuhan pelayanan persampahan di Kabupaten Aceh Jaya.
Sumber sampah yang terbesar di Kabupaten Aceh Jaya adalah yang berasal dari kawasan perkotaan dan pemukiman. Berdasarkan hal ini, Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya berupaya agar produksi sampah dapat ditekan semaksimal mungkin. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengembangkan dan mensosialisasikan proses produksi minim limbah. Selain itu, meningkatkan aktivitas daur ulang sampah dan mendorong kawasan-kawasan industri dan perumahan untuk secara mandiri membangun dan mengelola instalasi pengolahan limbah.
A. Tingkat Pelayanan Tingkat pelayanan pengangkutan sampah di Kabupaten Aceh Jaya dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan pelayanan ini merupakan hasil kombinasi dari peningkatan kinerja pengangkutan (intensifikasi) dan penambahan sarana pengangkutan. Namun demikian tingkat pelayanan tersebut masih dibawah standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi kawasan perkotaan yaitu sebesar 80%. Masih adanya selisih antara standar dengan tingkat pelayanan real disebabkan karena armada dan sarana lain seperti gerobak, TPS dan kontainer jumlahnya belum ideal untuk dapat memberikan pelayanan sesuai standar.
B. Pola Pelayanan Tanggung jawab pengangkutan sampah oleh bidang kebersihan adalah dari TPS ke TPA, sedangkan pengumpulan sampah di sumber dan pemindahan ke TPS merupakan tanggung jawab masyarakat. Pola pelayanan yang selama ini dijalankan oleh bidang kebersihan adalah mengangkut sampah dari TPS ke TPA pada jalur/rute yang sudah ditetapkan. Masing-masing jalur/rute ditangani oleh 1 buah armada yang dioperasikan oleh 1 orang sopir dibantu 2-3 orang kenek.
Gambar 7.1 Pola Pelayanan Pengangkutan Sampah di Kabupten Aceh Jaya Tahap 1 : Tahap 2 : Tahap 3 :Pawadahan/ Pengangkutan Pengolahan Pengumpulan dari TPS Akhir Sumber
TPA TPS KLHKP2K Masyarakat
KLHKP2K
C. Sarana dan Prasarana Tingkat pelayanan pengangkutan sampah sangat dipengaruhi oleh ketersedian sarana dan prasarana persampahan. Oleh karena itu Bidang Kebersihan melalui program pembangunannya senantiasa berupaya untuk dapat meningkatkan jumlah sarana dan prasarana yang ada.
D. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Aceh Jaya mempunyai 2 buah TPA, yaitu TPA Jaya dan TPA Keutapang yang merupakan TPA eksisting. Saat ini haya 2 TPA tersebut yang aktif sebagai tempat pembuangan akhir sampah Kabupaten Aceh Jaya.
Sejak Tahun 2009 TPA tersebut mulai dilakukan penataan diantaranya pembagian zona pembuangan sampah, perbaikan dan pembangunan jalan operasi dan manuver berupa plat beton pre–cast yang dapat dipindah-pindahkan untuk memudahkan pelaksanaan penimbunan sampah di lokasi yang direncanakan terutama pada musim hujan, pembuatan tanggul, penghijauan dan saluran disekeliling lokasi TPA, penyemprotan dan pengurugan dengan tanah untuk mencegah bau lalat, pembuatan portal untuk mencegah pembuangan sampah liar, penanggulangan kebakaran untuk mencegah timbulnya asap, denga sistematikan penataan sebagai berikut :
Pembagian zone pembuangan sampah
Perbaikan/pembuatan jalan operasi dan manuver berupa plat beton cetak yang dapat dipindah-
pindahkan untuk memudahkan pelaksanaan penimbunan sampah di lokasi yang direncanakan. Pembuatan tanggul dan saluran drainase di sekeliling lokasi TPA,
Penghijauan
Penutupan timbulan sampah dengan tanah merah untuk mencegah bau dan
perkembangbiakkan lalat. Pemasangan pipa pelepasan gas di lokasi timbunan sampah
Penanggulangan kebakaran untuk mencegah timbulnya asap.
Pembangunan portal untuk mencegah pembuangan sampah liar.
E. Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST)
1. Manajemen Pengelolaan Sampah
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan untuk mengguna ulang dan mendaur ulang sampah melalui proses pengumpulan, pemilahan, pengolahan dan pemrosesan sampah pada wilayah – wilayah skala kecamatan dan atau Gampong bila memungkinkan sampai ke tingkat lingkungan rumah. Sistem manajemen pengelolaan sampah melalui TPST ini sudah sangat urgensi diperlukan di Kabupaten Aceh Jaya mengingat sangat sulit melakukan penempatan TPS yang sangat representatif agar tidak menggangu estetika lingkungan terutama pada jalur – jalur jalan utama guna menghindari kekumuhan lingkungan. Selama ini sampah dari rumah tangga diangkut oleh gerobak sampah di tiap-tiap lingkungan dan di buang ke TPS-TPS terdekat atau menunggu kedatangan truk sampah yang melayani daerah tersebut. Kemudian dari TPS baru diangkut oleh armada truk sampah untuk kemudian dibuang di TPA Calang.
2. Program 3R dan Peran Serta Masyarakat
Untuk mengatasi menumpuknya sampah di TPS dan mengurangi sampah yang harus dibuang ke TPA, Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan,Pertamanan dan pemadan kebakaran Kabupaten Aceh Jaya sejak tahun 2008 telah melakukan sosialisasi pengelolaan sampah metode 3 R ke perumahan-perumahan dan sekolah-sekolah, sekaligus memperkenalkan sistem pengomposan sampah organik rumah tangga menggunakan komposter. Untuk perkembangan saat ini, pengomposan sudah diarahkan ke pola komunal sehingga lebih efektf dan efisien serta telah melahirkan beberapa kader komposting di beberapa wilayah/perumahan. Sedangkan untuk penanganan sampah organiknya semenjak tahun 2010 telah melakukan pelatihan pemanfaatan sampah anorganik kerjasama Kabupaten Aceh Jaya dengan universitas Syiah kuala sebagai narasumber.
7.2.2. Kondisi Umum
A. Aspek Pendanaan
Pendanaan pelaksanaan program pengembangan dan pembangunan persampahan berikut dengan pendanaan operasi dan pemeliharaan infrastruktur berasal dari APBN dan APBK. Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dalam pembangunan prasarana dan sarana persampahan, pembiayaan operasi dan pemeliharaannya masih mengandalkan dana APBK. Porsi anggaran sektor persampahan dari APBK.
B. Aspek Kelembagaan
Pelaksanaan pengembangan dan pembangunan persampahan termasuk operasi dan pemeliharaan infrastrukturnya dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Aceh Jaya. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Aceh Jaya mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah di bidang Lingkungan Hidup, Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran yang berdiri berdasarkan Qanun Nomor 11 Tahun 2008 Tanggal 9 Oktober 2008. Tugas pokok Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Aceh Jaya adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan masalah Lingkungan Hidup dan mengkoordinir secara komprehensif seluruh aspek kegiatan pelayanan kebersihan lingkungan masyarakat yang meliputi aspek peningkatan pengolahan sampah secara efektif dan efisien, kinerja, mutu pelayanan khususnya pemadam kebakaran dan peningkatan kualitas laporan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Aceh Jaya mempunyai fungsi:
a) Meningkatkan sumber daya manusia yang berpengetahuan dan berkemampuan yang tinggi dalam menangani masalah kebersihan dan lingkungan hidup.
b) Meningkatkan peran serta aktif dari masyarakat dan swasta di bidang kebersihan dan lingkungan sehingga terwujudnya pelayanan prima bidang kebersihan yang berorientasi kepada kepuasan masyarakat.
C. Aspek Peraturan Perundangan
Peraturan Perundangan yang digunakan mengacu pada Qanun Nomor 11 Tahun 2008 Tanggal 9 Oktober 2008.
Peraturan Pembentukan Institusi Pengelola
Landasan hukum Penyusunan Rencana Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Jaya adalah :
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
Peraturan Penanganan Persampahan Nasional
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
2. Undang – undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
3. SK SNI-T-12-1991-03 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman
4. SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah
5. SNI 19-2454-2002 revisi SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Operasional Teknik Pengelolaan Sampah di Perkotaan.
6. SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan;
7. SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia;
8. Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sistem Controlled Landfill dan Sanitary Landfill;
9. Buku Pedoman Pengelolaan Sampah Perkotaan Bagi Pelaksana, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, 2003.
D. Aspek Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat yang dikembangkan oleh Kabupaten Aceh Jaya berupa pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangganya masing-masing dengan pemberian sarana komposter ke beberapa wilayah Kabupaten Aceh Jaya terutama.
Dalam rangka mewujudkan semua program kegatan sebagaimana yang disebutkan diatas, maka perlu direalisasikan dengan progres yang tersistem dan komprehensif. Merubah prilaku masyarakat untuk hidup bersih terutama dalam membuang dan mengelola sampah malalui peningkatan peran serta masyarakat agar memiliki kepedulian dalam melakukan pemilahan sampah antara sampah anorganik dan sampah organik yang telah dimulai sejak tahun 2007.
Pada prinsipnya setiap aktivitas dalam kegiatan ini ditujukan untuk mengajak seluruh unsur masyarakat untuk peduli terhadap pengelolaan sampah dan mulai mengelola sampah yang dihasilkan masing-masing individu. Bentuk kegiatan ini adalah penyuluhan dan pelatihan pengolahan sampah di Kabupaten Aceh Jaya, penyuluhan di sekolah, iklan layanan masyarakat di radio dan media cetak, serta penyebaran sticker, spanduk dan brosur berisi pesan-pesan mengenai kebersihan.
7.2.3. Permasalahan Yang Dihadapi
A. Sasaran
Sesuai dengan Renstra kantor lingkungan hidup, kebersihan, pertamanan dan pemadam kebakaran dan RPJMD Kabupaten Aceh Jaya sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu 20011 s/d 2016 adalah “ Terwujudnya Terwujudnya Pelayanan Pelayanan Prima Prima Bidang Bidang Kebersihan Kebersihan Yang Yang Berorientasi Berorientasi Kepada Kepada Kepuasan Masyarakat Yang Berwawasan Lingkungan ” . . Untuk itu sasaran yang ingin dicapai kantor
Kepuasan Masyarakat Yang Berwawasan Lingkungan ”
lingkungan hidup, kebersihan, pertamanan dan pemadam kebakaran adalah meningkatkan pelayanan persampahan yang menjangkau seluruh pelosok Kabupaten Aceh Jaya Sasaran pembangunan dan pengembangan persampahan sesuai dengan RPJM Kabupaten Aceh Jaya.
B. Rumusan Masalah
1. Permasalahan Teknis
Permasalahan teknis yang dihadapi adalah kondisi sarana dan prasarana kebersihan yang kurang memadai untuk melayani seluruh penjuru Kabupaten Aceh Jaya. Berdasarkan data dari kantor KLHKP2K jumlah sarana dan prasarana persampahan sampai saat ini di Kabupaten aceh Jaya adalah 9 unit truck, 2 unit gerobak dorong, 62 unit TPS, 25 unit container dan 2 unit TPA .Dari jumlah unit sarana dan prasarana tersebut dikerahkan untuk melayani seluruh 9 kecamatan. Selama ini proses penentuan suatu jalur pengangkutan sampah dan panjang jalur yang ditempuh merupakan hasil analisa di atas kertas dan belum merupakan analisa lapangan. Hal ini mengakibatkan kurang optimalnya pelayanan armada pengangkutan sampah di masing-masing jalur, dimana ada jalur yang terlalu panjang dan ada yang terlalu pendek; Berdasarkan permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. Sebaran TPS masih belum merata di seluruh penjuru Kota kecamatan. Sampai saat ini pola penempatan TPS masih sporadis sesuai dengan permintaan, jumlah timbulan sampah dan munculnya titik-titik timbulan sampah liar, belum disesuaikan dengan mempertimbangkan skala area pelayanan suatu TPS. Kondisi ini dikaitkan dengan jumlah armada yang belum memadai dan belum optimalnya penentuan jalur pengangkutan sampah akan mengakibatkan inefisiensi biaya operasional dan menumpuknya sampah-sampah di ruas jalan yang belum dilalui jalur armada truk sampah;
b. Masih belum terciptanya pola – pola pengurangan dan penanganan sampah secara efesien dan efektif; c. Sementara itu untuk jenis TPA dengan sistem yang selama ini masih open dumping dan hanya dikelola dengan control dumping akan selalu menimbulkan dampak gangguan antara lain: kebisingan, ceceran sampah, debu, bau, dan timbulnya vector – vector penyakit. Belum lagi adanya perubahan rona lingkungan yang dapat mengakibatkan peningkatan terjadinya pencemaran udara yang berakumulasi dengan timbulnya gas H2S dan CH4 serta partikulat debu yang sewaktu – waktu dapat menimbulkan ledakan akibat proses pengelolaan yang tidak benar dan baik karena sampah tidak diproses. Kondisi TPA yang dulunya menggunakan metode open dumping menyebabkan belum optimalnya sistem perpipaan air lindi dan gas sampah, sehingga menyebabkan potensi pencemaran tanah, air tanah, dan udara. Eksisting TPA sudah diupayakan menjadi controlled open dumping dengan pemasangan perpipaan metode Fukuoka dan penutupan sel-sel sampah dengan tanah merah, pembuatan sumur pantau, dan kolam penampungan air lindi. Penutupan sel sampah dengan tanah merah akan menimbulkan efisiensi biaya operasional TPA, karena harga tanah merah setiap tahun cenderung meningkat dengan persediaan yang semakin terbatas. Dengan rencana perluasan TPA maka diperlukan kajian AMDAL dan FS TPA yang baru;
2. Permasalahan Non Teknis
a. Kondisi masyarakat Kabupaten Aceh Jaya yang heterogen Hal itu menyebabkan masyarakat masih belum sadar, belum tahu, dan atau belum sempat dalam melakukan penerapan sistem
3 R dan pemilahan sampah antara sampah organik dengan sampah anorganik.
b. Belum obtimalnya sosialisasi Qanun dan Peraturan Bupati mengenai pengelolaan dan penanganan sampah kepada seluruh masyarakat sehingga masih ada yang belum mengerti dan menerapkan di lingkungannya masing-masing.
c. Kurangnya rangsangan bagi masyarakat untuk melakukan pengomposan karena sisa kompos yang terpakai kurang bisa dimanfaatkan secara optimal dan belum menguntungkan secara finansial.
3. Analisis Permasalahan
a. Perlu dilakukannya penataan ulang TPS yang masih belum representative sistem dan Pertamanan untuk dipergunakan sebagai proses pertumbuhan tamanan.
b. Untuk jangka panjang dalam pemanfaatan hasil kompos masyarakat, perlu adanya lembaga BUMN, Swasta dan/atau lembaga Pemerintah lainnya dalam penampung kompos tersebut yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Jaya; c. Mengingat review tata ruang ini berjangka panjang, maka perlu pemikiran dan penetapan TPA alternative selain dari TPA Calang.
d. Untuk mengakomodir pemecahan masalah tersebut di atas perlu dibuat suatu kajian sistem pengelolaan persampahan secara komprehensif yang dituangkan dalam Master Plan Persampahan, sehingga dapat dikembangkan dalam suatu perencanaan penempatannya;
e. Dalam rangka menciptakan efesiensi dan efektifas sistem pengangkutan sampah ke TPA di wilayah Kabupaten Aceh Jaya saat ini sudah harus dipikirkan sistem pembuangan sampah sementara dengan pola pembagian zonasi yang dapat berupa transfer depo atau TPST;
f. Pembagian zonasi baik untuk transfer depo maupun TPST dimaksud dapat diatur berdasarkan kepadatan jumlah penduduk masing – masing kecamatan dan/atau kelurahan; g. Dalam rangka peningkatan kesadaran masyarakat maka intenstas sistem monitoring dengan melibatkan petugas pengawas lapangan terus ditingkatkan, sehingga masyarakat merasa diperhatikan;
h. Membantu masyarakat agar komposnya dapat dibeli serta dimanfaatkan sebagai stimulan pembelian dapat dilakukan dengan menganggarkan dalam APBK pada Kantor Kebersihan guna mengeluarkan rencana stategis yang tersistem dan terprogram dalam mengakomodir masalah kebersihan di wilayah Kabupaten Aceh Jaya.
C. Sistem Pengolahan Sampah Yang Diusulkan
2
13. Pemeliharaan container sampah
2
14. Pengadaan mesin pengolah sampah
2
15. Pengadaan mesin compresor
2
16. Pengadaan alat peralatan kebersihan
2
17. Cetak baliho kebersihan
18. Pakaian kerja petugas kebersihan
12. Pengadaan becak motor sampah
2
19 Peningkatan dan pengelolaan TPA
2
20. Penyusunan UKL/ UPL Pembangunan TPA
2
21.. Pelaksanaan pekerjaan pembangunan TPA
2
22. Pengadaan buldozer
2
2
Berdasarkan permasalahan yang mendesak pada sektor persampahan maka perlu direncanakan program dan kegiatan yang dapat mengurangi permasalahan tersebut. Adapun program dan kegiatan yang prioritas untuk sektor persampahan diantaranya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.1 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Persampahan Domestik NO PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS2
1. Penyusunan Outline Plan Persampahan Kabupaten Aceh Jaya
1
2. Studi tentang kualitas dan kuantitas sampah kabupaten
2
3. Penyusun Perda pengelolaan persampahan
2
4. Menyusun kebijakan manajemen pengelolaan sampah
2
5. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan persampahan
6. Kampanye pengurangan sampah dari sumbernya
11. Pelatihan 3R bagi Anak Sekolah
2
7. Pengadaan tempat sampah fiber organic dan non organik
2
8. Pengadaan tempat sampah besi
2
9. Pelatihan 3R bagi aparat pengelola persampahan
2
10. Pelatihan 3R bagi kader desa
2
2
23. Pengadaan excavator
2
SEKTOR PLP - DRAINASE
Pemerintah untuk merawat, rendahnya kesadaran masyarakat dan aparat untuk menjaga
Pada waktu musim hujan, timbul genangan-genangan di seluruh Kabupaten Aceh Jaya, yang makin lama makin meluas, makin tinggi dan makin lama. Prasarana drainase di Kabupaten Aceh Jaya yang belum memuaskan telah menimbulkan gangguan dan kerugian akibat terjadinya genangan- genangan. Masalah penyebab timbulnya genangan-genangan dikenali antara lain sebagai berikut: Kondisi prasarana saluran drainase yang kurang terawat, karena keterbatasan aparat
Saluran drainase yang ada kurang terpelihara, yang tampak dengan adanya endapan di dasar saluran, tumbuhnya tanaman, dan banyaknya sampah. Sungai-sungai yang mengalir di Kabupaten Aceh Jaya, yang berfungsi sebagai saluran pembawa ke tempat pembuangan akhir atau laut, juga belum berfungsi sebagaimana seharusnya sebuah sungai. Kondisi tebing sungai yang penuh sampah, sungai yang dangkal dan sempit, pemanfaatan daerah sempadan sungai untuk pemukiman, masih merupakan pemandangan sehari-hari.
7.3.1. Gambaran Umum Jaringan sistem drainase di Kabupaten Aceh Jaya masih belum seperti yang diharapkan.
2
35. Perencanaan dan pengawasan teknis, DDUB pembangunan pagar TPA
2
34. Penyusunan Perda pengelolaan TPA
2
33. Penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat disekitarTPA
2
32. Pelatihan pengelolaan TPA
31. Pengembangan kelembagaan pengelolaan TPA
1
1
30. Operasi dan pemeliharaan
2
39. Pengadaan becak sampah
2
28. Pengadaan Container
2
27. Pengadaan Amroll Truck
1
26. Pengadaan Dump Truck
2
25... Pengadaan mobil pick up sampah
2
24. Pengadaan Land Compactor
7.3. PROFIL DRAINASE
saluran drainase, tidak adanya produk hukum yang mengatur tentang keberadaan saluran drainase. Kondisi sungai sebagai saluran pembuang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kurangnya kesadaran masyarakat yang membuang sampah ke sungai, terjadinya pelanggaran atas daerah sempadan sungai dengan berdirinya pemukiman-pemukiman liar, kurangnya ketegasan aparat untuk melarang pemukiman tersebut.
Kemiskinan, yang mendorong penduduk untuk memanfaatkan lahan kosong termasuk daerah sempadan sungai.
Pembangunan perumahan-perumahan yang tidak terkendali, tidak memperhitungkan daerah peresapan, melanggar KDB yang disyaratkan, melakukan pengurugan-pengurugan daerah rendah tempat retensi air.
Kendala kondisi topografi di beberapa wilayah yang kurang menguntungkan berupa cekungan- cekungan, sehingga menyulitkan pengaliran air drainase secara gravitasi. Hilangnya daerah retensi dengan beralih-fungsinya Situ-Situ yang ada untuk kepentingan lain.
Kurangnya pemeliharaan atas fungsi Situ, sehingga terjadi pengendapan, tempat pembuangan sampah dan limbah, tumbuhnya enceng gondok, tempat pemukiman liar. Untuk mengatasi masalah banjir di Kabupaten Aceh Jaya, perlu dikenali adanya potensi yang ada, antara lain:
Mempunyai ketinggian diatas muka air laut (+10 ~ 30 m DPL).
Lahan mempunyai kemiringan (1 ~ 3% di utara dan 3 ~ 8% di selatan).
Adanya saluran irigasi yang tidak terpakai, dapat dimanfaatkan untuk saluran drainase. Sudah ada jaringan saluran drainase, baik yang buatan maupun alami.
Dimilikinya situ-situ di Kabupaten Aceh Jaya. Sistem jaringan drainase di Kabupaten Aceh Jaya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu sistem drainase makro/drainase alam, yaitu sungai yang berfungsi sebagai badan air penerima dan sistem drainase mikro meliputi saluran primer, sekunder, dan tersier. Akibat dari kurang terpeliharanya saluran drainase baik makro maupun mikro, maka genangan atau banjir menjadi permasalahan yang cukup mendesak di Kabupaten Aceh Jaya Luas genangan banjir pada tahun 2007 luas genangan air sebesar 180,5 Ha dengan jumlah lokasi yaitu 49 titik kemudian pada tahun 2014 jumlah genangan mengalami penambahan menjadi 304 Ha dengan jumlah lokasi sekitar 18 titik yaitu pada kawasan permukiman dan jalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya genangan banjir di Kabupaten Aceh Jaya adalah :
1. Berubahnya fungsi tata guna lahan, dari yang semula merupakan daerah resapan air, menjadi bangunan, perumahan, pergudangan dan sebagainya. Kondisi ini mengakibatkan semakin berkurangnya areal yang berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum menuju saluran pembuang.
2. Kurangnya sarana dan sistem drainase yang memadai sebagai pengganti lahan yang mengalami perubahan fungsi tersebut, terlebih apabila perubahan tersebut tidak disertai dengan analisa dampak lingkungan.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal kebersihan dan pemeliharaan terhadap sarana drainase lingkungan yang menyebabkan sistem drainase lingkungan tidak dapat berfungsi dengan optimal.
4. Penyempitan sungai/saluran pembuang diakibatkan pendangkalan, sedimentasi ataupun pemanfaatan secara liar, sehingga kapasitas daya tampung sungai semakin berkurang.
Dilihat dari standar pelayanan minimal fasilitas drainase maka luas daerah genangan banjir di daerah perkotaan maksimal hanya 10 Ha. Sedangkan pada tahun 2007 genangan air di Kabupaten Aceh Jaya telah mencapai luas 180,5 Ha, jauh melebihi standar yang berlaku. Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, Subdin Pengairan telah merencanakan beberapa program/kegiatan untuk mencegah dan meminimalisir banjir yang terjadi diKabupaten Aceh Jaya antara lain adalah program outline dan DED drainase Kabupaten aceh Jaya, Pembangunan dan Supervisi saluran dan gorong-gorong drainase primer (9 kecamatan), Pembangunan dan Supervisi drainase Kota Calang, Rehabilitasi saluran drainase primer, Pemeliharaan saluran drainase primer, Pembangunan dan Supervisi saluran dan gorong-gorong drainase skunder (9kecamatan), Rehabilitasi saluran drainase sekunder Kabupaten Aceh Jaya, Pemeliharaan saluran drainase sekunder, Pembangunan saluran drainase tersier, Rehabilitasi saluran drainase tersier, Pemeliharaan saluran drainase tersier, Pembangunan dan supervisi unit pintu air (saluran primer), Rehabilitasi unit pintu air dan Pengembangan Data/Informasi Drainase.
A. Aspek Teknis
Daerah rawan banjir yang berada di wilayah Kabupaten Aceh Jaya memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah konsekuensi dari dampak pembangunan yang menyebabkan berkurangnya daerah resapan air. Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Daerah untuk mengantisipasi banjir sudah dilakukan secara bertahap, mengingat wilayah Kabupaten Aceh Jaya memiliki topografi yang relatif datar dengan ketinggian yang relatif rendah, yaitu 0 – 30 meter, dengan kemiringan lahan sekitar 3 %. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan karena aliran air yang berada di wilayah Kabupaten Aceh Jaya tidak dapat mengalir dengan cepat. Untuk mempermudah proses identifikasi lokasi banjir dan sebagai dasar perencanaan atas upaya penanggulangan banjir, dilakukan sistem zoning. Adapun zonasi lokasi banjir di Kabupaten Aceh Jaya adalah sebagai berikut :
Zona 1 : Merupakan zona yang dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Teunom, terdapat
di wilayah kecamatan, Teunom
Zona 2 : Merupakan zona yang dilalui oleh DAS Krueng Sabee, terdapat di wilayah kecamatan
Krueng Sabee. Zona 3 : Merupakan zona yang dilalui oleh Pembuangan Mokervart, dan terdapat cekungan
besar Situ Calang, dimana zone ini terdapat di wilayah kecamatan, yaitu : Kecamatan Krueng Sabee Zona 4 : Merupakan zona yang dilalui oleh DAS Lambesoi, zona ini tedapat wilayah kecamatan
Jaya.
B. Aspek Pendanaan
Pendanaan seluruh kegiatan dan program drainase yang telah terlaksana di lingkungan pemerintah Kabupaten Aceh Jaya adalah berasal dari APBK, APBA dan APBN.
C. Aspek Kelembagaan
Pengelolaan dan program pengembangan drainase di Kabupaten Aceh Jaya merupakan tugas dan tanggung jawab yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Jaya.
D. Aspek Peraturan Perundangan
Sementara ini belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang pengembangan dan pengelolaan drainase di wilayah Kabupaten Aceh Jaya.
7.3.2. Permasalahan Yang Dihadapi
A. Sasaran
Sasaran prioritas yang akan dicapai terkait pembangunan Drainase sampai dengan periode Tahun 2018 sebagai berikut ini :
Tabel 7.2
Tujuan dan Sasaran Utama Pembangunan Drainase Drainase Tujuan :
Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Aceh Jaya melalui penyediaan sarana dan prasarana drainase tahun 2018
Sasaran :
1. Berkurangya Genangan air yang lebih 1 hari di Kabupaten Aceh Jaya dari 36.3% menjadi 0 % ditahun 2018
2. Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin berkurang dari 53 % menjadi 0 % ditahun 2018
3. Terlaksananya pembangunan system drainase yang efisien efektif dan terpadu serta bebas dari limbah rumah tangga pada Tahun 2018
4. Drainase yang dapat menggalir dan berfungsi dengan baik di Kabupaten Aceh Jaya dari 63 % menjadi 100% di Tahun 2018.
5. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap akses drainase dari 71% adanya saluran drainase menjadi 100 % pada Tahun 2018
6. Bertambahnya Belanja Suktor Drainase dari 0.71% menjadi 2 % di Tahun 2018
7. Terlibatnya peran serta masyarakat,CSR/Swasta dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2018
8. Terbentuk regulasi pengelolaan drainase yang terintegrasi dan komprehensif di Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2018
B. Rumusan Masalah
Secara umum permasalahan genangan di Kabupaten Aceh Jaya disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut: Faktor alamiah saluran itu sendiri pendangkalan dan sedimentasi yang mengakibatkan
terjadinya penyempitan kapasitas saluran. Faktor perilaku masyarakat di sekitar saluran yang menimbulkan masalah yaitu:
1. Masyarakat membuang sampah kedalam saluran 2. Pembangunan fisik yang tidak memperhatikan sempadan saluran.
3. Berkurangnya bidang resapan di daerah tangkapan air.
4. Pembangunan saluran yang kurang memperhatikan kemiringan dasar saluran.
5. Belum adanya pelaksanaan program pemeliharaan secara kontinyu.
C. Analisis Kebutuhan
Wilayah Kabupaten Aceh Jaya memiliki curah hujan berkisar antara 270.3 mm/bulan. Hujan terbesar pada umumnya terjadi pada bulan September, oktober, November, Desember. Sementara itu penyimpangan pemanfaatan lahan di daerah hulu dan tengah DAS semakin memberikan kontribusi limpasan air permukaan mengalir langsung ke sungai yang mengakibatkan debit air sungai yang menuju Kabupaten Aceh Jaya menjadi sangat besar. Ditambah terjadinya pendangkalan sungai akibat sedimentasi dan sampah, maka terjadilah luapan air sungai ke kawasan-kawasan sekitarnya.
D. KESIMPULAN ANALISA BANJIR 1. Debit banjir berasal dari hulu yang perlu perlindungan dan pelestarian sumber daya air.
2. Dimensi sungai dan saluran yang ada perlu menyesuaikan dengan debit banjir rencana.
3. Perlu normalisasi sungai, saluran dan situ.
4. Perlu adanya tendon air / danau buatan untuk menampung air sebagai pengganti resapan yang hilang.
5. Perlu pelestarian situ yang ada untuk menampung air di musim hujan dan memberikan air di musim kemarau.