Hadhoroh Sejarah Perkembangan Islam. docx

Abbasiah
Pimpinan Bani Umayyah di Kufa, Yazid Ibn Umar Ibn Hubairah ditaklukan oleh Abu
Salama pada tahun 132 H dan diusir ke Wasit, selanjutnya Abdullah Ibn Ali diperintahkan
mengejar Khalifah Umayyah terakhir Marwan Ibn Muhammad bersama pasukannya melarikan
diri, dan dapat dipukul di dataran rendah Sungai Zab (Tigris), pengejaran dilakukan ke Mausul,
Harran, dan menyebrang Sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Kemudian Marwan melarikan diri
hingga Fustat di Mesir dan akhirnya terbunuh di Busir tahun 132 H/750 M di bawah pimpinan
Salib Ibn Ali salah seorang paman Abbas yang lain. Dengan kematian Marwan Ibn Muhammad
maka berdirilah Dinasti Abbasiyah sebagai pengganti Dinasti Umayyah.
Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H-656
H. selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang ditetapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu,
pemerintahan Abbasiyah di bagi menjadi 5 periode :
1. Periode I (132 H/750 M- 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama,
Khalifah yang memerintah adalah As-Saffah 132-126 H, Ja’far al-Mansur 136-158 H, alMahdi 158-169 H, al-Hadi 169-170 H, Harun ar-Rasyid 170-193 H, al-Amin 193-198 H,
al-Ma’mun 198-218 H, al-Mu’tasim 218-227 H, al-Watsiq 227-232 H.
2. Periode II (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama,
Khalifah yang memerintah adalah al-Mutawakkil 232-247 H, al-Muntashir 247-248 H,
al-Musta’in 248-252 H, al-Mu’tazz 252-255 H, al-Muhtadi 255-256 H, al-Mu’tamid 256279 H, al-Mu’tadhid 279 – 289 H, al-Muktafi 289-295 H, al-Muqtadir 295-320 H, alQahir 220-222 H, ar-Radhi 322-329 H, al-Muttaqi 329-333 H, al-Mustakfi 333-334 H.
3. Periode III (334 H/945 M – 447 H/1055 M), disebut kekuasaan Dinasti Buwaih dalam
pemerintahan Khalifah Abbasiyah atau masa pemerintahan Persia kedua. Khalifah yang

memerintah adalah al-Muthi’ 334-363 H, ath-Tha’I 363 – 381 H, al-Qadir 381 – 422 H.
4. Periode IV (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), disebut masa kekuasaan Dinasti Saljuk
dalam pemerintahan Abbasiyah atau masa pengaruh Turki kedua. Khalifah yang
memerintah adalah al-Qa’in 422-467 H, al-Muqtadi 467-487 H, al-Mustazhhir 487-512

H, al-Mustasyid 512-529 H, ar-Rasyid 529-530 H, al-Muqtafi 530-555 H, al-Munstanjid
555-566 H, al-Mustadhi’ 566-575 H.
5. Periode V (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), disebut masa khalifah bebas dari pengaruh

Dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar Baghdad sampai jatuhnya
Baghdad ke tangan bangsa Tartar di bawah pemimpin Hulaqu Khan tahun 656 H.
khalifah yang memerintah adalah an-Nashir 575-622 H, azh-Zahir 622-623 H, alMustanshir 623-640 H, al-Musta’shim 640-656 H.9
Abdullah Ibn Muhammad alias Abu Abbas diumumkan sebagai khalifah pertama Dinasti
Abbasiyah tahun 750 M. dalam khutbah pelantikan yang disampaikan di masjid Kufah, ia
berjanji akan memerintah sebaik-baiknya dan melaksanakan syariat Islam. Selain itu ia menyebut
dirinya dengan as-saffa (penumpah darah) yang akhirnya menjadi julukannya. Kebijakan politik
as-Saffah yang pertama pada masa pemerintahannya adalah membasmi keluarga Bani Umayyah
yang masih tersisah dengan cara mengerahkan segenap pasukan yang dipimpin oleh pamannya
sendiri Abdullah Ibn Ali. Hal ini dilakukan untuk mereformasi semua sistem Dinasti Umayyah
agar sesuai dengan ajaran Islam murni (Syariat Islam). Karena dianggap korup, dekaden, otoriter

dan sekuler. Selain itu karena terlalu benci sampai-sampai mereka juga membongkar semua
kuburan Bani Umayyah dan jenazahnya di bakar. Hanya ada dua kuburan yang selamat dari
kekejaman tersebut yaitu kuburan Muawiyah Ibn Abi Sofyan karena dianggap sebagai sahabat
Nabi dan Umar Ibn Abdul Aziz yang selama masa pemerintahannya menerapkan keadilan
dengan seadil-adilnya.
Adapun kemajuan peradaban Islam yang dibuat oleh Dinasti Abbasiyah adalah :
Kemajuan politik dan pemerintahan yang dilakukan oleh Dinasti
1. Memindahkan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad. Kemudian menjadikan
Baghdad sebagai pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Dijadikan
“kota pintu terbuka” sehingga segala macam bangsa yang menganut berbagai keyakinan
diizinkan bermukin di dalamnya. Dengan demikian jadilah Baghdad sebagai kota
international yang sangat sibuk dan ramai.
2. Membentuk Wizarat untuk membantu khalifah dalam menjalankan pemerintahan Negara.
Yaitu Wizaratul Tanfiz sebagai pembantuk khalifah dan bekerja atas nama khalifah dan

Wizaratul Rafwidl sebagai orang yang diberi kuasa untuk memimpin pemerintah,
sedangkan khalifah sendiri hanya sebagai lambing.
3. Membentuk Diwanul Kitaabah (Sekretaris Negara) yang tugasnya menjalankan tata
usaha Negara.
4. Membentuk Nidhamul Idary al-Markazy yaitu sentralisasi wilayah dengan cara wilayah

jajahan dibagi dalam beberapa propinsi yang dinamakan Imaarat, dengan gubernurnya
yang bergelar Amir atau Hakim. Kepala daerah hanya diberikan hak otonomi terbatas;
yang mendapat otonomi penuh adalah “al-Qura” atau desa dengan kepala desa yang
bergelar Syaikh al-Qariyah. Hal ini jelas untuk mebatasi kewenangan kepala daerah agar
tidak menyusun pasukan untuk melawan Baghdad.
5. Membentuk Amirul Umara yaitu panglima besar angkatan perang Islam untuk
menggantikan posisi khalifah dalam keadaan darurat.
6. Memperluas fungsi Baitul Maal, dengan cara membentuk tiga dewan; Diwanul
Khazaanah untuk mengurusi keuangan Negara, Diwanul al-Azra’u untuk mengurusi
kekayaan Negara dan Diwan Khazaainus Sila, untuk mengurus perlengkapan angkatan
perang.
7. Menetapkan tanda kebesaran seperti al-Burdah yaitu pakaian kebesaran yang berasal dari
Rasul, al-Khatim yaitu cincin stempel dan al-Qadlib semacam pedang, dan kehormatan.
Al-Khuthbah, pembacaan doa bagi khalifah dalam khutbah Jum’at, as-Sikkah,
pencantuman nama khalifah atas mata uang dan Ath-Thiraz, lambing khalifah yang harus
dipakai oleh tentara dan pegawai pemerintah untuk khalifah.
8. Membentuk organisasi kehakiman, Qiwan Qadlil Qudha (Mahkamah Agung), dan al-

Sutrah al-Qadlaiyah (jabatan kejaksaan), Qudhah al-Aqaalim (hakim propinsi yang
mengetuai Pengadilan Tinggi), serta Qudlah al-Amsaar (hakim kota yang mengetuai

Pengadilan Negeri). 17
1. Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan
Pada masa Dinasti Abbasiyah pengembangan keilmuan dan teknologi diarahkan ke dalam
Ma’had.

2. Gerakan Penerjemah
Peleopor gerakan penerjemah pada awal pemerintahan Dinasti Abbasyiah adalah khalifah alMansur yang juga membangun kota Baghdad.
3. Baitul Hikmah
Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan.
4. Bidang Keagamaan
Pada masa Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama dua metode
penafsiran, yaitu Tafsir bil al-Ma’tsur dan Tafsir bi al-Ra’yi. Dalam bidang Fiqh, mucul kitab
Majmu’ al-Fiqh karya Zaid Ibn Ali (w 740) yang berisi tentang Fiqh Syi’ah Zaidiyah. Dalam
bidang filsafat dan Ilmu kalam, lahir para filosof Islam terkemuka seperti Ya’qub Ibn Ishaq alKindi, Abu Nasr Muhammad al-Farabi, Ibn Barjah, Ibn Tufail, dan Imam Ghazali. ilmu Kalam,
Ilmu Lughah, Ilmu Tasawuf.
5. Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Sains dan Teknologi
Adapun kemajuan yang dicapai umat Islam pada masa Dinasti Abbasiyah dalam bidang ilmu
Pengetahuan, sains dan teknologi adalah a). Astronomi, Muhammad Ibn Ibrahim al-Farazi (w.
777 M), ia adalah astronom muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk mengukur

ketinggian bintang. Disamping itu, masih ada ilmuwan-ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali Ibn
Isa al-Asturlabi, al-Farghani, al-Battani, al-Khayyam dan al-Tusi. b). Kedokteran, pada masa ini
dokter pertama yang terkenal adalah Ali Ibn Rabban al-Tabari pengarang buku Firdaus alHikmah tahun 850 M, tokoh lainnya adalah ak-razi, al-Farabi, dan Ibn Sina. c). Ilmu Kimia,
bapak kimia Islam adalah Jabir Ibn Hayyan (w. 815 M), al-Razi, dan al-Tuqrai yang hidp pada
abad ke 12 M. d). Sejarah dan Geografi, pada masa ini sejarawan ternama abad ke 3 H adalah
Ahmad Ibn al-Yakubi, Abu Ja’far Muhammad Ja’far Ibn Jarir al-Tabari. Kemudian ahli Bumi
yang termasyur adalah Ibn Khurdazabah (w. 913 H).23

Ada dua faktor yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Abbasiyah, yaitu faktor Internal (dari
dalam sendiri), dan faktor Eksternal (dari luar). Faktor internal diantaranya. Pertama, perebutan

kekuasaan antar keluarga merupakan pemicu awal yang akhirnya berimplikasi panjang terhadap
kehidupan khalifah selanjutnya, terutama suksesi setelah Harun ar-Rasyid. Perebutan antara alAmien dan al-Ma’mun yang memicu perang sipil besar yang pada akhirnya melemahkan
kekuatan militer Abbasiyah dan control terhadap provinsi-provinsi di bawah kekuasaan
Abbasiyah.2 Kedua, perpecahan di bidang akidah dan di bidang madzhab, yang masing-masing
kelompok saling mengklaim paling benar, sehingga memunculkan sikap fanatisme berlebihan.
Kemudian faktor eksternal yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Abbasiyah adalah; Pertama,
pemberontakan terus menerus yang dilakukan oleh kelompok Khawarij, Syi’ah, Murjiah,
Ahlusunnah, dan bekas pendukung Dinasti Umayyah. Kedua, memberikan kebaikan berlebihan
kepada orang-orang Persia, dan Turki, berakibat mereka dapat menciptakan kerajaan sendiri

seperti Thahiriyah di Khurasan, Shatariyah di Fars, Samaniyah di Ttansxania, Sajiyyah di
Azerbaijan, Buwaihah di Baghdad semuanya dari bangsa Persia. Sedangkan kerajaan yang
didirikan oleh orang-orang Turki adalah Thuluniyah di Mesir, Ikhsyidiyah di Turkistan,
Ghaznawiyah di Afghanistan.29dan dilanjutkan muculnya Dinasti-Dinasti merdeka Umayyah di
Andalusia, Fathimiyah di Afrika Utara, Idrisiyah di Maroko, Rustamiyah, Aghlabiyah, Ziriyyah,
Hammadiyah di Jazirah dan Syiria, al-Murabitun, al-Muwahidun di Afrika Utara,Marwaniyah di
Diyarbakar, dll. Ketiga, serangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulaqu Khan. Baghdad di
bumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah al-Musta’sim dan keluarganya di bunuh,
buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah di bakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga
berubahlah warna air sungai tersebut menjadi hitam kelam karena lunturan tinta dari buku-buku
itu.30
PERANG SALIB
Perang ini terjadi dengan melibatkan orang-orang Kristen Eropa yang berhadapan dengan orang
Turki Seljuk dan orang-orang Arab. Disebut Perang Salib karena pasukan Kristen menggunakan
tanda salib dalam pakaian mereka. Sementara bagi orang Islam, perang ini disebut dengan
perang suci.
Perang Salib berlangsung kurang lebih 200 tahun yang terbagi dalam tujuh periode. Penyebab
perang ini salah satunya memperebutkan kota suci Yerusalem. Pahlawan Islam yang terkenal
dalam perang ini adalah Salahuddin Al Ayyubi yang berhasil merebut kembali Kota Yerusalem
yang telah dikuasai kerajaan Kristen selama hampir 100 tahun. Salahuddin mengalahkan pasukan


Salib dalam Perang Khitin. Selanjutnya Raja Inggris Richard The Lion Heart menghimpun
kekuatan raja-raja Eropa untuk mengambil kembali Kota Yerusalem. Namun, mereka gagal dan
pulang ke Eropa dengan membawa kekalahan. Sebab-sebab terjadinya perang salib
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Perang Salib adalah sebagai berikut.
a. Adanya larangan bagi peziarah-peziarah Kristen untuk mengunjungi Yerusalem.
b. Merebut Spanyol yang telah tujuh abad dikuasai oleh Dinasti Umayyah.
c. Paus Urbanus berusaha untuk mempersatukan kembali gereja Roma dengan gereja di Romawi
Timur, seperti di Konstantinopel, Yerusalem, dan Aleksandria.
Dampak adanya Perang Salib adalah sebagai berikut.
a. Jalur perdagangan Eropa dan Timur Tengah menjadi terputus. Apalagi dengan dikuasainya
Konstantinopel, maka para pedagang Eropa mulai mencari jalan lain untuk mendapatkan
rempah-rempah secara langsung.
b. Bangsa Eropa mulai mengetahui kelemahan dan ketertinggalan mereka dari orang-orang
Islam dan Timur, sehingga mereka mencoba untuk mengejar ketertinggalan itu dengan
pengembangan Iptek secara besar-besaran.
c. Adanya motif balas dendam di kalangan orang-orang Kristen terhadap orang muslim karena
kekalahannya dalam peperangan di dunia Timur dalam rangka menguasai jalur perdagangan.
SERANGAN MONGOL
Bangsa Mongol berasal dari Asia bagian tengah. Bangsa Mongol berada di wilayah pegunungan

Mongolia, berbatasan dengan Cina di Selatan, Turkistan di Barat, Manchuria di Timur dan
Siberia di sebelah Utara. Mongolia merupakan pusat Kekaisaran Mongol pada abad ke-13.
Mongolia sendiri adalah kabilah-kabilah besar yang menyerupai sebuah bangsa pedalaman dan
nomadik.
Sebagian besar dari Bangsa Mongol bertempat tinggal di Padang Stepa yang membentang di
antara pegunungan Ural sampai pegunungan Altai di Asia Tengah dan mendiami hutan Siberia
dan Mongol di sekitar Danau Baikal. Sebagian besar Bangsa Mongol tidak terpengaruh oleh
peradaban dan agama yang mengelilingi mereka. Mereka sangat patuh dan taat kepada

pemimpinnya dalam agama Syamaniyah, yaitu kepercayaan menyembah bintang-bintang dan
matahari terbit.
Nenek moyang Bangsa Mongol adalah Alanja Khan yang dikaruniai putera kembar yaitu Mongol
dan Tartar, yang mana dari kedua putera ini melahirkan dua keturunan bangsa yaitu Bangsa
Mongol dan Bangsa Tartar. Pelopor Bangsa Mongol adalah Yesugei. Pada akhir abad ke-12 salah
seorang pemimpinnya yang bernama Temujin, putra Yesugei berhasil menyatukan suku-suku
Mongol di bawah kekuasaannya. Selanjutnya Temujin mendapat gelar “Jengiz Khan” yang
berarti raja yang kuat dan perkasa. Jengiz Khan menetapkan Kota Karakoram yang terletak di
sekitar sungai Arkhan sebagai ibu kota Negara yang didirikan atas dasar kekuatan militer yang
tangguh pada tahun 603 H (1206 M).
Pada awalnya Bangsa Mongol hidup berdampingan secara damai dengan wilayah Islam.

Pemimpin Mongol Jengiz Khan membuat peraturan yang mengatur kehidupan beragama dengan
adanya larangan merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang lainnya. Bangsa Mongol
mempercayai superkekuatan, sekalipun mereka tidak menyembahnya. Jengiz Khan tidak
mengusik umat Islam, dan menghormati keluarga (keturunan) Nabi Muhammad yang ketika itu
sudah meluas ke wilayahnya. Peraturan ini antara lain untuk memberi landasan yang kokoh bagi
bangsanya untuk menghadapi tantangan dan meluaskan wilayah ke luar negeri, baik ke Cina
maupun ke negeri-negeri Islam.
Pada tahun 1218 Jengiz Khan menundukkan Turkistan yang berbatasan dengan wilayah Islam,
yakni Khawarizm Syah. Jengiz Khan mengadakan kontak dagang dengan pihak Khawarizm
sebagai usaha untuk mengenali situasi dan kondisi kekuasaan Islam di Asia Tengah. Ala’ Uddin
Muhammad Khawarizm menerima kontak diplomasi perdagangan ini dengan amat hati-hati,
Latar belakang yang menyebabkan invasi Mongol ke wilayah Islam adalah adanya peristiwa
Utrar pada tahun 1218, yaitu ketika Gubernur Khawarizm membunuh utusan Jengiz Khan yang
disertai pula oleh para saudagar muslim. Jengis Khan mengirim 50 orang saudagar Mongol untuk
membeli barang dagangan di Bukhara. Atas perintah amir Bukhara Gayur Khan, mereka
ditangkap dan dihukum mati. Penangkapan tersebut disebabkan para pedagang Mongol tersebut
melakukan tindakan kasar yang merugikan pedagang setempat. Peristiwa itu menimbulkan reaksi
yang cukup hebat dari Jengiz Khan. Hal tersebut menyebabkan Mongol menyerbu wilayah
Islam.


Setelah Jengiz Khan meninggal pada tahun 623 H (1227 M), ia digantikan oleh anaknya yang
bernama Tulii. Pada tahun 1256 M, cucu Jengiz Khan, Hulagu Khan, memperbarui serangan ke
pusat pemerintahan Islam. Meskipun Hulagu Khan menganut agama tradisi Mongol,
permaisurinya adalah penganut Kristen Nestorian yang mungkin mempengaruhi Hulagu Khan
untuk membenci Islam. Kekerasan dan tirani Hulagu Khan sama dengan kakeknya.
Balatentara Mongol menyeberangi pegunungan Zagros dan memasuki negeri Irak. Hulagu Khan
bersama tentaranya melakukan pembunuhan berantai di Persia, Irak dan Syiria. Selama
perjalanan menuju Baghdad, Hulagu Khan dan pasukannya menjarah dan membakar kota-kota
dan desa-desa yang dilaluinya, menyerbu semua kerajaan kecil yang berusaha tumbuh di atas
puing-puing imperium Syah Khawarizmi.
Pada bulan September tahun 1257, tatkala Hulagu Khan dan tentaranya sampai di kota sebelum
Baghdad, Hulagu mengirim ultimatum kepada Khalifah al-Musta’shim agar menyerah dan
mendesak agar tembok kota bagian luar diruntuhkan, tetapi khalifah menolaknya dan
memerintahkan komandannya untuk mempersiapkan perang. Dalam keadaan demikian, wazir
Abbasiyah, Muayyid al-Din bin Muhammad bin Al-Alqami secara rahasia melakukan
perlawanan terhadap khalifah, dan selanjutnya ditemukan bahwa ia bekerjasama dengan Mongol.
Pada bulan Muharram 656 H (1258 M), Hulagu bersama kurang lebih 200 ribu pasukannya
mengepung kota Baghdad. Pasukan Hulagu menggunakan pelempar batu dari arah barat dan
timur untuk menghancurkan tembok ibu kota. Pada Januari 1258, tentara Mongol bergerak
dengan efektif untuk meruntuhkan tembok tersebut. Tak lama kemudian salah satu menara

benteng berhasil diruntuhkan.
Khalifah mengirim Ibn Al-Alqami untuk meminta perdamaian kepada Bangsa Mongol, tetapi
Hulagu menolaknya. Mongol menyerang kota Baghdad pada tanggal 10 Februari 1258. Khalifah
beserta 300 pejabat tinggi Negara menyerah tanpa syarat. Sepuluh hari kemudian, mereka
dibunuh, termasuk sebagian besar keluarga khalifah dan penduduk yang tak bersalah.
Menurut beberapa sumber sejarah, kedatangan Hulagu ke Baghdad atas undangan Ibn AlAlqami. Ia yakin bahwa Hulagu akan membunuh khalifah dan meninggalkan Baghdad. Dengan
demikian Ibn Al-Alqami dapat memindahkan kekuasaan pemerintahan ke tangan orang-orang
‘Alawiyyin. Tapi menurut kenyataan setelah Mongol membunuh khalifah, mereka merampok

semua yang terdapat di dalam istana dan membakar kota Baghdad. Akhirnya Mongol juga
membunuh Ibn Al-Alqami. Hulagu dapat mengusai Persia, Irak, Caucasus dan Asia Kecil.
Sebelum menaklukkan Baghdad, pada tahun 1256 M Hulagu telah menguasai pusat gerakan
Syi’ah di Persia Utara.
Adapun akibat serangan Mongol ke Baghdad yaitu:
1. Hancurnya kota-kota dengan bangunan yang indah dan perpustakaan-perpustakaan.
2. Pembunuhan terhadap umat Islam bukan hanya terjadi pada msa Hulagu yang membunuh
Khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat Islam
lainnya.
3. Timbul wabah penyakit pes akibat mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat
dikebumikan.
4. Hancurnya segala macam peradaban dan pusaka yang telah dibuat beratus-ratus tahun
lamanya.
5. Dihanyutkannya kitab-kitab yang dikarang oleh ahli ilmu pengetahuan ke dalam sungai Dajlah
sehingga berubah warna airnya karena tinta yang larut.
6. Hancurnya Baghdad sebagai pusat Dinasti Abbasiyah yang di dalamya terdapat berbagai
tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang lenyap dibakar Hulagu.
7. Turunnya posisi Baghdad menjadi ibukota provinsi dengan nama Iraq al-‘Arabi
8. Runtuhnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah dan mundurnya kekuatan politik Islam.
KONTRIBUSI ISLAM DI SPANYOL TERHADAP KEMAJUAN EROPA
Sejalan dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga menyebar ke Eropa.
Yaitu melalui tiga jalan sebagai berikut :
1. Jalan barat
Dilakukan dari Afrika Utara melalui Semenanjung Iberia di bawah pimpinan Thariq bin ziyad
(711 M). Bahkan, tentara Islam dapat melewati Pegunungan Pirenia yang akhirnya ditahan oleh
tentara perancis di bawah pimpinan karel martel di kota poitiers (732 M). Akhirnya,

pemerintahan Khilafah Umayyah memipmpin di semenanjung Iberia yang dikenal dengan bani
Umayah II (711 M-1492 M) dengan ibukotanya Cordoba.
2. Jalan tengah
Dilakukan dari Tunisia melalui Sisilia menuju sepenanjung Apenina. Islam dapat menduduki
Sisilia dan Italia selatan, tetapi dapat direbut kembali oelh bangsa Nordia pada abad ke-11.
3. Jalan timur
Pada tahun 1453, Turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II berhasil menaklukkan
Byzantium dengan terlebih dahulu menyerang Konstantinopel dari arah belakang yakni laut
hitam sehingga mengejutkan tentara byzantium timur. Dari Byzantium, tentara turki usmani terus
melakukan perlawanan sampai ke kota Wina di Austria. Setelah itu, tentara Turki Usmani
mundur kembali ke Semenanjung Balkan dan menguasai daerah ini selama kurang lebih empat
abad. Baru pada abad ke-19, daerah ini berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Akan
tetapi, kota konstantinopel masih tetap dikuasai dinasty Umayyah dan berubah menjadi Istanbul.
Semenjak tentara Islam menginjakan kakinya di Andalusia hingga jatuhnya kerajaan Islam
terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari
tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Andalusia itu dapat dibagi
menjadi berberapa periode.
I.
II.
III.
IV.
V.

Periode Kekuasaan Bani Umayyah Damaskus (711-755)
Periode Kerajaan Cordoba (756-1013)
Periode Kerajaan-Kerajaan Lokal
Periode Kekuasaan Dinasti-dinasti dari Maroko
Periode Keraajaan Granada

B. Aspek-Aspek Yang Berkembang
a. Filsafat
Puncak pencapaian intelektual Muslim Spanyol terjadi dalam pemikiran filsafat. Dalam bidang
ini, Muslim Spanyol merupakan mata rantai yang menghubungkan antara filsafat Yunani klasik
dengan pemikiran Latin-Barat.
Tokoh-tokoh filsafat tersebut antara lain : Solomon Ben Gabirol (Avicebrol, Avencebrol), Ibn
Bajjah, Ibn Thufayl, Ibn Rusdy.

b. Tasawuf
Dalam bidang tasawuf, Muslim Spanyol juga mempunyai andil besar dalam perkembangan ilmu
ini. Salah satu tokoh terbesarnya adalah Ibn Arabi. Corak pemikiran tasawuf Ibn Arabi bisa
dikatakan dalam klasifikasi Tasawuf Falsafi, sebab dalam filsafat Ibn arabai adalah seorang
Monist-Panteistik.
c. Bidang Sains
Dalam bidang sains Muslim Spanyol juga turut membidani lahirnya tokoh-tokoh terkenal,antara
lain:
1. Bidang Kedokteran
Tokoh terkenalnya adalah Ibn Rusdy. Selain sebnagai filosof ia juga ahli kedokteran.
Karya Monumentalnya dalam bidang ini adalah al-Kulliyat fi al-Thibb (generalitas dalam
kedokteran).
2. Bidang Astronomi
Para ahli astronomi paling awal dari Muslim Spanyol adalah al-Majriti (w.1007) darai
Cordova, al-Zarqali (1029-1087M) dari Toledo dan Ibn Aflah (w. antara 1140-1150M).
3. Bidang Sejarah
Dalam bidang ini terdapat 2 tokoh yang amat terkenal, yaitu Ibn Khatib dan Ibn Khaldun.
Ibn Khatib terkenal dengan karyanya yang menceritakan tentang riwayat Kota Granada.
Ibn Khaldun Karya monumentalnya dalam sejarah adalah “ Kitab al-Ibar Wa diwan alMubtada, Wa al-Khabar Fi Ayyam al-Arab Wa al-Ajam Wa al-Barbar ” (buku tentang
ibarat, daftar subjek dan prediket, serta sejarah bangsa Arab, Persia dan Berber).
4. Bidang Geografi
Tokohnya adalah al-Bakri dan al-Idrisi. al-Bakri karya monumentalnya adalah “alMasalik wa al-Mamalik”(buku mengenai jalan dan kerajaan). al-Idrisi karya
monumentalnya adalah ”Kitab Nadzah al-Muslak Fi Ikhtira al-Afaq” dan “Kitab al-Jami’
Li asytat an-Nabat”. Sumbangannya terhadap pengetahuan adalah menggambarkan
secara astronomis letak suatu tempat dipermukaan bumi.
5. Musik Dan Kesenian
Dalam bidang musik dan kesenian, Muslim Spanyol terkenal dengan tokohnya al-Hasan
Ibn Nafi yang mendapatkan julukan Zaryab.
6. Bahasa dan Sastra
Tokoh yang terkenal dalam bidang ini adalah Muhammad Ibn al-Hasan al-Zubaydi (928989M) dan Ali Ibn Hazm (994-1064M).

Dari perkembangan islam di Spanyol diatas menimbulkan efek positif bagi kemajuan Eropa,
diantaranya dibidang:
1.
2.
3.
4.

Bidang politik
Bidang Sosial Ekonomi
Bidang Kebudayaan
Bidang Pendidikan

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN TURKI
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti
Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol
merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Kemajuan yang dicapai pada Masa Turki Usmani
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Osmani yang demikian luas dan
berlangsung dengan cepat itu diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang lainnya.
Adapun kemajuan yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Kemiliteran
Para pemimpin kerajaan Turki Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat,
sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Faktor terpentiang adalah
keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan
dan dimana saja.
b. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya
kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil
ajaran-ajaran etika dan tata karma dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan
kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium, sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip
ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka terima dari bangsa Arab.
c. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan
politik. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan
masyarakat. Dalam kajian-kajian keagamaan, seperti fikih, ilmu kalam, tafsir dan hadits bisa
dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk
menegakkan satu paham ( Madzhab) keagamaan dan menekan madzhab lainnya, seperti yang
dilakukan Sultan Abdil al-Hamid II, ia begitu fanatik terhadap aliran Asy'ariyah. Untuk itu ia
memerintah Syekh Husein al-Jisri menulis kitab Al-Husnu al-Hamidiyyah untuk melestarikan
aliran yang dianutnya. Akibat lainnya adalah ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka
menulis dalam bentuk sarah (penjelasan) terhadap karya-karya klasik.
Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
Kemunduran dan kehancuran kerajaan Turki Usmani berawal sejak wafatnya Sultan Sulaiman
Al-Qanuni (1566 M). Sementara pengganti-penggantinya seperti Salim II (1566-1573 M), Sultan
Murad III (1574-1595 M), Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1617
M), Mustafa I (1617-1618 M), dan seterusnya ternyata kurang mampu mempertahankan
kejayaan yang pernah dicapai kerajaan Turki Usmani pada masa-masa sebelumnya.
Faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaan Turki Usmani adalah sebagai berikut :
1. Karena amat luasnya kekuasaan Turki Usmani, administrasi pemerintahannya amat rumit
dan komplek. Sementara dilain pihak memang pengaturannya tidak ditunjang dengan
sumber daya yang berkualitas, malahan keinginannya terus memperluas daerahnya
dengan peperangan terus menerus sehingga banyak mengorbankan tenaga dan waktu
bukan dipakai untuk membangun negara.
2. Beragamnya penduduk, baik ditinjau dari suku, budaya, bahkan perbedaan agama
menyebabkan pengaturannya pun beragam pula.
3. Karena lemahnya para penguasa sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni akibat dari
kepemimpinan para sultan yang lemah sehingga membuat Negara hancur dan melemah.
4. Maraknya budaya 'pungli' dikalangan para pejabat yang ingin naik jabatan-jabatan
penting, sehingga pudarlah moral para penguasa Turki.
5. Akibat pemberontakan tentara Jenissari yang semula pendukung kekuatan Turki Usmani,
sekarang menjadi terbalik menyerang Turki Usmani.
6. Merosotnya perekonomian karena banyaknya peperangan.
7. Akibat terhentinya kegiatan ilmu pengetahuan.

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI SAFAWI PERSIA
Awalnya kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabila, sebuah kota di
Azerbaijan, Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah,[3] yang diambil dari nama pendirinya
Safi Al-din (1252-1334 M), dan nama itu terus dipertahankankan sampai tarekat ini menjadi
gerakan politik. Perkembangan peradaban Islam di Persia dimulai sejak berdirinya kerajaan
Safawi, yang dipelopori oleh Safi Al-Din sejak tahun 1252 hingga 1334 M. Kerajaan ini berdiri
di saat Kerajaan Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)
Masa Kejayaan Kerajaan Safawi
Kondisi kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi kelima,
Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka
memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru
yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia.

2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah
Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah
pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar dan Usman) dalam khutbahkhutbah Jum'at. Sebagai
jaminan atas syarat itu, Abbas menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di
Istambul (Borckelmann, 1974:503).
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi
gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut
kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz,
Sirwan dan sebagainya yang sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan usmani.
Kemajuan yang di capai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik, melainkan
bidang lainnya juga mangalami kemajuan. Kemajuan-kemajaun itu antara lain :
1. Bidang Ekonomi
Kemajuan ekonomi pada masa itu bermula dengan penguasaan atas kepulauan Hurmuz dan
pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah menguasai
jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Di samping sector perdagangan, Safawiyah juga
mengalami kemajuan dalam bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit
yang sangat subur (Fertille Crescent).
2. Bidang Ilmu Pengatahuan
Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan
berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir
di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din alSyaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog
dan seorang yang pernah pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah (Brockelmann,
1974:503-504).
3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang
memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit,
jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga

diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat
sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur lainnya
terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda seni lainnya.
Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:
1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi
yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak pernah ada
perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga
ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan
menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri
menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
3. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat
perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash . Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki
ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani.
Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan
pertahanan kerajaan Safawi.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana.
ISLAM DI ASIA TENGGARA
Islam terus memutarkan roda penyebarannya, hingga ke seluruh penjuru dunia, hal ini mencakup
pula wilayah RAS Melayu, yakni Asia Tenggara. Setelah Islam menyebar di daerah Timur
Tengah dan mengekspansi kekuasan ke wilayah-wilayah, kini giliran Asia Tenggara yang siap
disinggahi dan disebari dakwah syia’ar Islam (Badri Yatim: 2007,176). Asia Tenggara
merupakan tempat Islam baru mulai berkembang, yang merupakan daerah rempah-rempah
terkenal pada masa itu, dan Asia Tenggara mejadi wilayah perebutan negara-negara Eropa.
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti teori kedatangan
Islam ke Asia Tenggara dari Arab, Cina dan India.
1. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab

Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu:
 Telah ada perkampungan Arab di Sumatera (Barus) pada 625 M (menurut literatur



kuno Tingkok.
Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
Karya-karya yang menceritakan pengIslaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah
Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diIslamkan

oleh ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.
2. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina.
Adapun bukti kedatangan Islam dari China ini, yaitu:
 Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan,


Pahang.
Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di
Kelantan, Melaka dan Jawa yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari

China.
3. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu
 Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India, contohnya di


batu nisan Raja Malik Pasai.
Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara.

Cara-cara Datang dan Berkembangnya Islam di Asia Tenggara, saluran-saluran Islamisasi yang
berkembang ada beberapa yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Saluran Perdagangan
Saluran Perkawinan
Saluran Tasawuf
Saluran Pendidikan
Saluran Kesenian
Saluran Politik

Tahap-tahap perkembangan Islam di Asia Tenggara

Adapun tahap-tahap perkembangan Islam di Asia Tenggara ada 3 tahapan:
1.

Kehadiran para pedagang Muslim (7 - 12 M)

2.

Terbentuknya Kerajaan Islam (13-16M)

3.

Pelembagaan Islam

Islam begitu berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, adapun beberapa pengaruh Islam adalah
sebagai berikut:
a.

Sistem Pemerintahan
o
o
o
o
o

b.

Wujudnya institusi kesultanan Islam di beberapa Negara.
Ulama menjadi penasehat bagi Raja/sultan
Islam sebagai agama resmi dan mayoritas.
Undang-undang berlandaskan hukum Islam
Wujudnya semangat jihad

Sistem Pendidikan
o Pendidikan Islam disampaikan kepada semua lapisan masyarakat
o Sekolah, pesantren, madrasah, dan Mesjid sebagai institusi pendidikan dan Basis Islam

c.

Cara hidup
o
o
o
o

Penggunaan Pakaian yang menutup aurat
Mengamalkan konseppersaudaraan sesama Islam
Persamaan taraf sesama manusia
Sifat tolong-menolong, hormat menghormati, dan amalan bergotong-royong

d.Bahasa dan Kesusastraan
o
o
o
o
e.

i.Bentuk tulisan Arab-Melayu
ii. Banyak istilah Arab digunakan dalam bahasa Melayu
iii. Hasil kesusasteraan Melayu terpengaruh dengan gaya dan tata bahasa
iv. Bentuk sastera Melayu dipengaruhi, bentuk sastera Islam

Kesenian
o Seni pada batu nisan dan ukiran kayu
o Seni bangunan Islam mempengaruhi bentuk masjid, kubah, mimbar, mihrab dan
menara azan.

f. Ekonomi
o Terbentuknya Institusi ekonomi Islam seperti baitulmal
o Amalan zakat dan sedekah
o Amalan riba, penindasan dan penipuan dilarang dalam perdagangan