Tourism and IR Pariwisata dalam Hubungan
Sebelum beranjak kepada cultural tourism hal pertama yang patut kita pahami terlebih dahulu
adalah definisi culture dan juga tourism itu sendiri, culture sejatinya adalah sesuatu yang
abstrak yang culture sendiri bisa bergantung tergantung bagaimana pandangan orang tersebut
mengenai culture, dalam bukunya Ziauddin Sardar dikatakan bahwa beberapa ahli
mendefinisikan culture salah satunya adalah social behavior namun ada yang berpendapat
bahwa culture tidak hanya sebatas pada social behavior namun lebih dari itu.(Sardar: 2001:
4) definisi culture paling lawas yang pernah ditemui dalam studi budaya menurut E.B Tylor
yang mengatakan bahwa culture is complex things in which includes morals, law, behavior,
art, knowledge and even society. (Sardar: 2001: 4) Menurut saya budaya dapat dikatakan
sebagai sesuatu yang abstrak yang mencakupi seluruh elemen kehidupan manusia, karena
sejatinya budaya tidak ada batas yang jelas maka dapat dikatakan bahwa semua hal ada
budaya namun tidak semuanya mampu dibahas dalam kajian budaya. Pariwisata sendiri
menurut saya adalah suatu kegiatan yang terjadi perpindahan aktor dari satu tempat ke tempat
lainnya yang tujuannya untuk leisure, dan sifatnya sementara, biasanya pariwisata lazim
bertujuan untuk emelpas penat dari hiruk pikuk kota menuju tempat yang asri dengan
pemandangan alam yang sangat indah yang mampu membuat siapapun untuk merasakan
ketenangan ketika berada di tempat tersebut, namun pariwisata dewasa ini telah mengalami
perubahan yang sangat signifikan salah satunya sekarang tidak hanya pemandangan alam
yang ditawarkan namun juga wisata yang tidak lazim seperti mistis dan lainnya.
Berkaca pada definisi budaya dan pariwisata di atas menurut saya cultural tourism
merupakan suatu kegiatan pemasaran yang menawarkan beberapa kenyamanan atau
layanan yang dalam prakteknya melibatkan unsur-unsur budaya, seperti wisata mistis,
kuliner, perkampungan dan sebagainya. hal-hal budaya yang terdapat dalam praktek
cultural tourism dijadikan sesuatu yang menjual untuk menarik sebanyak mungkin aktor
agar ingin berkunjung. Pendapat saya ini dikuatkan dengan pendapat Razaq Raj dalam
bukunya yang berjudul cultural tourism, dalam bukunya ia berpendapat bahwa cultural
tourism merupakan sesuatu yang memiliki nilai jual (saleable) dan juga sesuatu yang dapat
dijual (marketable) lebih lanjut menurut beliau dikatakan bahwa suatu produk yang memiliki
nilai jual yang diprediksi mampu bersaing dipasaran, yang bisnis ini memiliki kaitan antara
culture dengan tourism. (Razaq Raj: 2013: 5) Jadi dapat disimpulkan bahwa cultural
tourism merupakan suatu kegiatan yang menawarkan berbagai layanan kepada pasar yang
dalam prakteknya terjadi interkoneksi antara dua hal yakni culture dan tourism.
Dalam membangun sebuah cultural tourism membutuhkan 4 elemen untuk
mengembangkannya yakni tourism, use of assets, consumptions of experience and product
and tourist. Salah satu contoh yang bisa kita pakai adalah taman nasional yang terletak di
provinsi Hunan, Tiongkok. Secara garis besar taman nasional ini merupakan taman nasional
yang berisikan tebing-tebing kapur nan menjulang tinggi seperti menara pencakar langit,
yang kemudian membuat takjub adalah jumlahnya yang cukup banyak membuat
pemandangan di sekitar taman nasional Zhinjianjie ini begitu indah untuk dipandang mata.
https://www.google.ca/search?
q=wulingyuan&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj77KU6IPTAhWEDSwKHQfTAgcQ_AUIBigB&biw=1366&bih=629
Berdasarkan elemen tourism sudah jelas dapat kita lihat, pemerintah Tiongkok pintar dalam
mengelola taman wisatanya, hal-hal yang tadinya dianggap sebagai biasa dijadikan sebagai
salah satu daya tarik dari turis mancanegara, bahkan taman nasional ini turut memberikan
inspirasi bagi para sineas Hollywood untuk diadaptasi dalam film besutan Hollywood dengan
nama Avatar. Menurut Hilary Du Cros dijelaskan bahwa turis melakukan perjalanan (turisme)
dengan tujuan untuk beristirahat, menghibur diri, menenangkan diri yang basicnya adalah
untuk memuaskan hasrat dalam diri (Hillary: 2015 : 105) . Hal ini jelas tergambar dari
banyaknya turis asing yang mengunjungi tamna nasional Zhinjianjie ini untuk merasakan
ketenangan disekitar tebing-tebing tinggi menjulang hingga kelangit, sudah dapat dipastikan
bahwa suasana di tempat ini tenang, dan juga memberi efek relaksasi. Hal ini tentu saja
membuat pemerintah tidak tinggal diam melihat adanya potensi di salah satu provinsi di
negara tirai bambu ini, berbagai fasilitas dibangun untuk menunjang tourism yang terletak di
Hunan ini, seperti pembangunan lift dari dasar hingga mampu mencapai atas bagian tebing
menjadi saksi bisu bagaimana keseriusan pemerintah China dalam memfasilitasi tourism
yang bertemakan alam ini. Kemudian elemen yang kedua yang dapat digunakan untuk
menganalisa taman nasional ini adalah assets, jelas tampak bahwa dianugerahi pemandangan
yang tidak biasa membuat pemerintah China memutar otak bagaimana memnafaatkannya
dengan semaksimal mungkin, dan benar saja pemerintah setempat menyeriusi anugerah alam
ini, pada lokasi objek wisata dibangun beberapa penginapan yang digunakan untuk
menunjang daya tarik objek wisata ini. https://www.google.ca/search?
q=wulingyuan&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj77KU6IPTAhWEDSwKHQfTAgcQ_AUIBigB&biw=1366&bih=629#tbm=isch&q=wulingyuan+
facilities&* Penggunaan alam sebagai daya tarik wisata di taman nasional Zhinjiangjie ini
jelas terlihat, objek yang mengandalkan menjulangnya tebing-tebing kapur ini terlihat begitu
menakjubkan, pemerintah China juga memberlakukan pembatasan pembangunan agar taman
nasional ini tetap terjaga kelestariannya seperti menjaidkannya sebagai taman nasional yang
memiliki dasar hukum yang kuat untuk tidak diperguakan sebagai lahan komersil maupun
sebagai pemukiman. Singkatnya taman nasional yang terletak di provinsi Hunan ini
memanfaatkan keindahan alam yang tidak biasa untuk menarik turis dari berbagai negara
untuk sekadar berkunjung, jelas ini akan membawa dampak yang baik bagi pemerintah
negara tirai bambu tersebut.
Elemen yang selanjutnya adalah pengonsumsian produk dan juga pengalaman lalu diakhiri
dengan turis, dua hal ini berdampingan karena sejatinya turislah sebagai aktor yang
mengonsumsi produk dan juga pengalaman dari perjalanan turisme yang ia lakukan. Kembali
kepada taman nasional Zhinjiangjie, yang dimaksud pengonsumsian produk dan pengalaman
tercatat dalam bukunya Hillary yang menyatut Urry dan Sharpley merupakan aktivitas yang
bertujuan untuk memuaskan hasrat yang terdapat dalam diri mereka (Urry: 2000 Sharpley:
2001) hal ini jelas terlihat dari objek wisatanya itu sendiri yang mudah untuk terlihat,
menjulangnya tebing-tebing kapur tersebut membuat orang-orang yang berkunjung kesana
berdecak kagum akan keindahan yang ditawarkan dalam taman nasional itu. Selain tingginya
tebing, suasana objek wisata yang cenderung jauh dari hiruk pikuk kota membuat taman
nasional ini memiliki ketenangannya sendiri, membuat turis yang berkunjung tambah betah
berlama-lama karena senyapnya tempat ini yang memang belum terkontaminasi polusi suara.
Yang terakhir adalah hutan yang memang sengaja tidak dijamah dengan tangan manusia
membuat taman nasional ini asri, bahkan terdapat beberapa pohon yang hidup menjulang
dibagian atas tebing kapur ini, karena dibiarkan untuk tidak terjamah oleh tangan manusia
membuatnya mampu menghasilkan oksigen lebih banyak tentu saja hal ini membawa efek
yang cukup signifikan yakni udara yang dirasakan lebih bersih dan segar, bagi siapapun yang
menginjakan kakinya disini akan langsung merasakan kesegaran udara nan bersih yang
ditawarkan objek wisata ini yang berasal dari hutan disekitarnya yang dibiarkan untuk tidak
dijamah agar terjaga.
Elemen yang terakhir adalah turis, turis merupakan aktor yang setiap tindakannya untuk
melakukan beberapa kunjungan wisata didasarkan atas beberapa hal misalnya saja
keasriannya, keunikannya atau hal yang sejenis yang mempu membuat turis berpikir untuk
mengunjungi tempat itu. Yang dilakukan oleh penyedia pariwisata adalah bagaimana caranya
untuk menarik turis sebanyak mungkin untuk berkunjung ke objek wisata yang ditawarkan.
Lazimnya adalah makin banyak turis yang berdatangan makin tersohor pula objek wisata
tersebut dan berlaku sebaliknya. Akan tetapi hal yang paling penting yang harus disadari
adalah untuk terus berinovasi agar turis semakin berminat untuk berkunjung ditambah jika
objek wisata tersebut memiliki keunikannya tersendiri maka tidak mungkin wisata tersebut
makin diminati dikalangan turis.
Cultural tourism adalah hal yang wajib dikembangkan bagi negara yang ingin mendapatkan
keuntungan lewat jalur pariwisata, namun lebih dari itu cultural tourism justru sesuatu yang
tidak bisa ditawarkan lagi untuk tidak dilakukan terlebih bagi negara-negara yang memiliki
ragam budaya dan juga kemajemukan. Hal yang mesti disadari oleh pemerintah Indonesia
adalah dengan banyaknya keberagaman Indonesia makin banyak juga jenis cultural tourism
yang ada di Indonesia, begitulah idealnya pariwisata di Indonesia. namun faktanya
perkembangan cultural tourism di negeri ini seperti berjalan ditempat pemerintah Indonesia
hanya berfokus kepada salah satu pusat wisata yang memang telah memiliki kesohoran di
mata dunia sebut saja seperti Bali, namun pariwisata yang mungkin setara atau bahkan lebih
indah dari bali luput dari perhatian hal ini tentu saja patut disayangkan karena sama-sama
memiliki potensi yang luar biasa terlebih memiliki keragaman budaya dan juga keindahan
alam. Seperti yang kita tahu bahwa negeri ini memiliki potensi alam yang luar biasa karena
luasnya dan banyaknya pulau membuat kita tidak mengetahui potensi yang tersimpan
didalamnya, sebut saja Lombok yang beberapa tahun belakangan ini mendunia karena
berhasil dipromosikan ke mancanegara, namun dari sekian banyaknya keindahan alam di
Indonesia mengapa hanya bali dan lombok sajakah yang terkenal di mata dunia. Hal ini
menandakan bahwa cultural tourism di Indonesia belumlah tertata dengan baik, dan
cenderung berjalan ditempat hal ini terbukti dari wilayah Indonesia yang terkenal di mata
dunia hanya lombok dan bali namun sejatinya kita tidak mengetahui bagaimana diujung timur
Indonesia, mungkin terdapat bali-bali lain atau lombok-lombok lain hal inilah yang harus
kita sadari dan sepatutnya kita gunakan untuk lebih memaksimalkan potensi yang ada.
adalah definisi culture dan juga tourism itu sendiri, culture sejatinya adalah sesuatu yang
abstrak yang culture sendiri bisa bergantung tergantung bagaimana pandangan orang tersebut
mengenai culture, dalam bukunya Ziauddin Sardar dikatakan bahwa beberapa ahli
mendefinisikan culture salah satunya adalah social behavior namun ada yang berpendapat
bahwa culture tidak hanya sebatas pada social behavior namun lebih dari itu.(Sardar: 2001:
4) definisi culture paling lawas yang pernah ditemui dalam studi budaya menurut E.B Tylor
yang mengatakan bahwa culture is complex things in which includes morals, law, behavior,
art, knowledge and even society. (Sardar: 2001: 4) Menurut saya budaya dapat dikatakan
sebagai sesuatu yang abstrak yang mencakupi seluruh elemen kehidupan manusia, karena
sejatinya budaya tidak ada batas yang jelas maka dapat dikatakan bahwa semua hal ada
budaya namun tidak semuanya mampu dibahas dalam kajian budaya. Pariwisata sendiri
menurut saya adalah suatu kegiatan yang terjadi perpindahan aktor dari satu tempat ke tempat
lainnya yang tujuannya untuk leisure, dan sifatnya sementara, biasanya pariwisata lazim
bertujuan untuk emelpas penat dari hiruk pikuk kota menuju tempat yang asri dengan
pemandangan alam yang sangat indah yang mampu membuat siapapun untuk merasakan
ketenangan ketika berada di tempat tersebut, namun pariwisata dewasa ini telah mengalami
perubahan yang sangat signifikan salah satunya sekarang tidak hanya pemandangan alam
yang ditawarkan namun juga wisata yang tidak lazim seperti mistis dan lainnya.
Berkaca pada definisi budaya dan pariwisata di atas menurut saya cultural tourism
merupakan suatu kegiatan pemasaran yang menawarkan beberapa kenyamanan atau
layanan yang dalam prakteknya melibatkan unsur-unsur budaya, seperti wisata mistis,
kuliner, perkampungan dan sebagainya. hal-hal budaya yang terdapat dalam praktek
cultural tourism dijadikan sesuatu yang menjual untuk menarik sebanyak mungkin aktor
agar ingin berkunjung. Pendapat saya ini dikuatkan dengan pendapat Razaq Raj dalam
bukunya yang berjudul cultural tourism, dalam bukunya ia berpendapat bahwa cultural
tourism merupakan sesuatu yang memiliki nilai jual (saleable) dan juga sesuatu yang dapat
dijual (marketable) lebih lanjut menurut beliau dikatakan bahwa suatu produk yang memiliki
nilai jual yang diprediksi mampu bersaing dipasaran, yang bisnis ini memiliki kaitan antara
culture dengan tourism. (Razaq Raj: 2013: 5) Jadi dapat disimpulkan bahwa cultural
tourism merupakan suatu kegiatan yang menawarkan berbagai layanan kepada pasar yang
dalam prakteknya terjadi interkoneksi antara dua hal yakni culture dan tourism.
Dalam membangun sebuah cultural tourism membutuhkan 4 elemen untuk
mengembangkannya yakni tourism, use of assets, consumptions of experience and product
and tourist. Salah satu contoh yang bisa kita pakai adalah taman nasional yang terletak di
provinsi Hunan, Tiongkok. Secara garis besar taman nasional ini merupakan taman nasional
yang berisikan tebing-tebing kapur nan menjulang tinggi seperti menara pencakar langit,
yang kemudian membuat takjub adalah jumlahnya yang cukup banyak membuat
pemandangan di sekitar taman nasional Zhinjianjie ini begitu indah untuk dipandang mata.
https://www.google.ca/search?
q=wulingyuan&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj77KU6IPTAhWEDSwKHQfTAgcQ_AUIBigB&biw=1366&bih=629
Berdasarkan elemen tourism sudah jelas dapat kita lihat, pemerintah Tiongkok pintar dalam
mengelola taman wisatanya, hal-hal yang tadinya dianggap sebagai biasa dijadikan sebagai
salah satu daya tarik dari turis mancanegara, bahkan taman nasional ini turut memberikan
inspirasi bagi para sineas Hollywood untuk diadaptasi dalam film besutan Hollywood dengan
nama Avatar. Menurut Hilary Du Cros dijelaskan bahwa turis melakukan perjalanan (turisme)
dengan tujuan untuk beristirahat, menghibur diri, menenangkan diri yang basicnya adalah
untuk memuaskan hasrat dalam diri (Hillary: 2015 : 105) . Hal ini jelas tergambar dari
banyaknya turis asing yang mengunjungi tamna nasional Zhinjianjie ini untuk merasakan
ketenangan disekitar tebing-tebing tinggi menjulang hingga kelangit, sudah dapat dipastikan
bahwa suasana di tempat ini tenang, dan juga memberi efek relaksasi. Hal ini tentu saja
membuat pemerintah tidak tinggal diam melihat adanya potensi di salah satu provinsi di
negara tirai bambu ini, berbagai fasilitas dibangun untuk menunjang tourism yang terletak di
Hunan ini, seperti pembangunan lift dari dasar hingga mampu mencapai atas bagian tebing
menjadi saksi bisu bagaimana keseriusan pemerintah China dalam memfasilitasi tourism
yang bertemakan alam ini. Kemudian elemen yang kedua yang dapat digunakan untuk
menganalisa taman nasional ini adalah assets, jelas tampak bahwa dianugerahi pemandangan
yang tidak biasa membuat pemerintah China memutar otak bagaimana memnafaatkannya
dengan semaksimal mungkin, dan benar saja pemerintah setempat menyeriusi anugerah alam
ini, pada lokasi objek wisata dibangun beberapa penginapan yang digunakan untuk
menunjang daya tarik objek wisata ini. https://www.google.ca/search?
q=wulingyuan&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj77KU6IPTAhWEDSwKHQfTAgcQ_AUIBigB&biw=1366&bih=629#tbm=isch&q=wulingyuan+
facilities&* Penggunaan alam sebagai daya tarik wisata di taman nasional Zhinjiangjie ini
jelas terlihat, objek yang mengandalkan menjulangnya tebing-tebing kapur ini terlihat begitu
menakjubkan, pemerintah China juga memberlakukan pembatasan pembangunan agar taman
nasional ini tetap terjaga kelestariannya seperti menjaidkannya sebagai taman nasional yang
memiliki dasar hukum yang kuat untuk tidak diperguakan sebagai lahan komersil maupun
sebagai pemukiman. Singkatnya taman nasional yang terletak di provinsi Hunan ini
memanfaatkan keindahan alam yang tidak biasa untuk menarik turis dari berbagai negara
untuk sekadar berkunjung, jelas ini akan membawa dampak yang baik bagi pemerintah
negara tirai bambu tersebut.
Elemen yang selanjutnya adalah pengonsumsian produk dan juga pengalaman lalu diakhiri
dengan turis, dua hal ini berdampingan karena sejatinya turislah sebagai aktor yang
mengonsumsi produk dan juga pengalaman dari perjalanan turisme yang ia lakukan. Kembali
kepada taman nasional Zhinjiangjie, yang dimaksud pengonsumsian produk dan pengalaman
tercatat dalam bukunya Hillary yang menyatut Urry dan Sharpley merupakan aktivitas yang
bertujuan untuk memuaskan hasrat yang terdapat dalam diri mereka (Urry: 2000 Sharpley:
2001) hal ini jelas terlihat dari objek wisatanya itu sendiri yang mudah untuk terlihat,
menjulangnya tebing-tebing kapur tersebut membuat orang-orang yang berkunjung kesana
berdecak kagum akan keindahan yang ditawarkan dalam taman nasional itu. Selain tingginya
tebing, suasana objek wisata yang cenderung jauh dari hiruk pikuk kota membuat taman
nasional ini memiliki ketenangannya sendiri, membuat turis yang berkunjung tambah betah
berlama-lama karena senyapnya tempat ini yang memang belum terkontaminasi polusi suara.
Yang terakhir adalah hutan yang memang sengaja tidak dijamah dengan tangan manusia
membuat taman nasional ini asri, bahkan terdapat beberapa pohon yang hidup menjulang
dibagian atas tebing kapur ini, karena dibiarkan untuk tidak terjamah oleh tangan manusia
membuatnya mampu menghasilkan oksigen lebih banyak tentu saja hal ini membawa efek
yang cukup signifikan yakni udara yang dirasakan lebih bersih dan segar, bagi siapapun yang
menginjakan kakinya disini akan langsung merasakan kesegaran udara nan bersih yang
ditawarkan objek wisata ini yang berasal dari hutan disekitarnya yang dibiarkan untuk tidak
dijamah agar terjaga.
Elemen yang terakhir adalah turis, turis merupakan aktor yang setiap tindakannya untuk
melakukan beberapa kunjungan wisata didasarkan atas beberapa hal misalnya saja
keasriannya, keunikannya atau hal yang sejenis yang mempu membuat turis berpikir untuk
mengunjungi tempat itu. Yang dilakukan oleh penyedia pariwisata adalah bagaimana caranya
untuk menarik turis sebanyak mungkin untuk berkunjung ke objek wisata yang ditawarkan.
Lazimnya adalah makin banyak turis yang berdatangan makin tersohor pula objek wisata
tersebut dan berlaku sebaliknya. Akan tetapi hal yang paling penting yang harus disadari
adalah untuk terus berinovasi agar turis semakin berminat untuk berkunjung ditambah jika
objek wisata tersebut memiliki keunikannya tersendiri maka tidak mungkin wisata tersebut
makin diminati dikalangan turis.
Cultural tourism adalah hal yang wajib dikembangkan bagi negara yang ingin mendapatkan
keuntungan lewat jalur pariwisata, namun lebih dari itu cultural tourism justru sesuatu yang
tidak bisa ditawarkan lagi untuk tidak dilakukan terlebih bagi negara-negara yang memiliki
ragam budaya dan juga kemajemukan. Hal yang mesti disadari oleh pemerintah Indonesia
adalah dengan banyaknya keberagaman Indonesia makin banyak juga jenis cultural tourism
yang ada di Indonesia, begitulah idealnya pariwisata di Indonesia. namun faktanya
perkembangan cultural tourism di negeri ini seperti berjalan ditempat pemerintah Indonesia
hanya berfokus kepada salah satu pusat wisata yang memang telah memiliki kesohoran di
mata dunia sebut saja seperti Bali, namun pariwisata yang mungkin setara atau bahkan lebih
indah dari bali luput dari perhatian hal ini tentu saja patut disayangkan karena sama-sama
memiliki potensi yang luar biasa terlebih memiliki keragaman budaya dan juga keindahan
alam. Seperti yang kita tahu bahwa negeri ini memiliki potensi alam yang luar biasa karena
luasnya dan banyaknya pulau membuat kita tidak mengetahui potensi yang tersimpan
didalamnya, sebut saja Lombok yang beberapa tahun belakangan ini mendunia karena
berhasil dipromosikan ke mancanegara, namun dari sekian banyaknya keindahan alam di
Indonesia mengapa hanya bali dan lombok sajakah yang terkenal di mata dunia. Hal ini
menandakan bahwa cultural tourism di Indonesia belumlah tertata dengan baik, dan
cenderung berjalan ditempat hal ini terbukti dari wilayah Indonesia yang terkenal di mata
dunia hanya lombok dan bali namun sejatinya kita tidak mengetahui bagaimana diujung timur
Indonesia, mungkin terdapat bali-bali lain atau lombok-lombok lain hal inilah yang harus
kita sadari dan sepatutnya kita gunakan untuk lebih memaksimalkan potensi yang ada.