Pajak dan Barang Publik dan

EKONOMI PUBLIK
Makalah
“PAJAK DAN BARANG PUBLIK”
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi publik

DI TULIS OLEH
ARYOSI. M

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2014

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesainya

makalah


ini,

walaupun

masih

jauh

dari

kesempurnaan. Makalah yang kami buat berisi materi tentang
pajak dan barang publik.
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan
sumbangan pengetahuan bagi semua pihak yang tertarik dan
ingin mengetahui tentang pajak dan barang publik. Makalah ini
juga diharapkan bisa menjadi penambah literatur (Daftar
bacaan) khususnya bagi para mahasiswa .
Namun demikian, penulis sangat menyadari bahwa makalah masih
sangat jauh dari kesempurnaan Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak kami


nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua bersama
ini kami persembahkan makalah dengan judul Pajak dan barang
publik kehadapan pembaca semua

Wasalam

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................4
a. Latar belakang...............................................................4

b. Rumusan Masalah ......................................................... 5
c. Tujuan Penelitian............................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian pajak............................................................ 6
b. Fungsi pajak................................................................... 6
c. Prinsip pajak daerah....................................................... 8
d. Kriteria pajak darah........................................................ 8
e. Jenis Pajak Daerah..........................................................10
f. Sistem pemungutan pajak.............................................16
g. Teori barang publik.........................................................18
h. Teori Pigou......................................................................22
i. Teori Bowen....................................................................22
j. Teori Erick Lindahl..........................................................22
k. Teori Samuelson.............................................................22
l. Teori Anggaran...............................................................22
m. Penentuan harga publik.................................................22
n. Hubungan Pajak dan Barang Publik...............................23
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan ....................................................................24

b. Saran .............................................................................24

Daftar Pustaka ........................................................................25

3

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu komponen penerimaan pendapatan
asli daerah, potensi pungutan pajak daerah lebih banyak memberikan
peluang bagi daerah untuk di mobilisasi secara maksimal bila
dibandingkan dengan komponen penerimaan daerah lainnya, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, terutama karena potensi pungutan
pajak daerah mempunyai sifat dan karakteristik yang jelas, baik
ditinjau dari tataran teoritis, kebijakan, maupun dalam tataran
implementasinya,
Disamping itu masyarakat

sangat mengetahui bahwa barang


publik juga di biayai dari pajak, dan pajak itu dibayar oleh rakyat
dengan harapan mendapat fasilitas publik yang memadai.

Dan

barang publik ini pemakaiannya dapat di konsumsi lebih dari satu
orang, hal ini berbeda dengan barang privat yang

dapat dimiliki

secara pribadi.
Karena barang publik dimiliki secara bersama maka untuk
pengadaan nya juga membutuhkan konsensus pembiayaan nya. Jika
barang publiknya kecil maka biaya yang dibutuhkan juga kecil, lalu
bagaimana barang publik dalam skala besar misalnya seperti jalan
siapa yang akan membayar, disinilah peran pemerintah sebagai
penyelenggara bertugas untuk menyediakan barang publik yang di
butuhkan oleh banyak orang.
Pemerintah


berkewajiban

untuk

mewujudkan

tersedianya

barang publik karena ekonomi pasar yang diperkenalkan oleh Adam
Smith

dianggap

mendapatkan

gagal

sumber


untuk

menyediakannya

pembiayaan

untuk

.

mendanai

Pemerintah
pengadaan

4

barang publik tersebut melalui

Pajak , Pendapatan Negara Bukan


Pajak, dan Hibah.
Pajak

dan pembiayaan barang publik merupakan indikator

ekonomi yang sering diamati oleh masyarakat. Dimana didalamnya
masyarakat terlibat langsung dalam membayar pajak dan juga
menggunakan barang publik dalam kegiatan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep
pengertian Pajak, Fungsi Pajak,
Prinsip-prinsip Pajak Daerah, kriteria pajak daerah Jenisjenis pajak daerah.
b. Apa saja teori barang publik?
c. Bagaimana hubungan antara tingkat pendapatan pajak
dengan pembiayaan barang publik.
C. Tujuan
a. Mengetahui bagaimana konsep pengertian Pajak, Fungsi
Pajak, Prinsip-prinsip Pajak Daerah, kriteria pajak daerah
Jenis-jenis pajak daerah.

b. Mengetahui apa saja teori barang publik?
c. Mengetahui
bagaimana
hubungan
antara

tingkat

pendapatan pajak dengan pembiayaan barang publik.

5

BAB II
PEMBAHASAN
a) Pengertian pajak daerah
Mardiasmo (2009) mengatakan bahwa : Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (Yang
dapat

dipaksakan


)

(Kontraprestasi)yang

dengan

tiada

mendapat

langsung

dapat

ditunjukkan

jasa

timbal


dan

yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Berdasarkan UU no 28 tahun 2009, pengertian pajak dalam
tataran pemerintah yang lebih rendah (daerah) sebagai berikut :
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh

orang

pribadi

atau

badan

yang

bersifat

memaksa

berdasarkan undang-undang , dengan tidak mendapat imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-bearnya kemakmuran rakyat.
Dari beberapa pengertian pajak tersebut dapat disimpulkan
bahwa pajak merupakan merupakan iuran wajib dari rakyat
kepada negara sebagai wujud peran serta dalam pembangunan,
yang penggunaannya didasarkan kepada undang-undang dan
tidak mendapat imbalan secara langsung, serta dapat dipaksakan
kepada mereka yang melanggarnya.
b) Fungsi Pajak Secara umum
a. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak

sebagai

pemerintah

sumber

untuk

pendapatan

membiayai

dan

pemasukan

bagi

pengeluaran-pengeluarannya

yang dilaksanakan secara rutin guna memenuhi biaya-biaya
pembangunan di Indonesia. Saat ini, pajak juga dipergunakan
untuk

pembiayaan

rutin,

seperti

belanja

barang,

belanja

pegawai serta pemeliharaan lainnya, menggaji pegawai negeri
6

sipil, membeli peralatan kegiatan pemerintahan, membayar
bunga

pinjaman,

dan

sebagainya.

Adapun

pengeluaran

pembangunan seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
gedung sekolah, dan sebagainya.. Oleh karena itu, fungsi pajak
di sini seperti kas negara yang terus ditingkatkan dari tahun ke
tahun mengingat kebutuhan pemerintah yang begitu banyak
dan kompleks.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak juga bisa digunakan sebagai alat untuk mengatur serta
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial
ekonomi. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi
suatu negara melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi
mengatur inilah, pajak bisa dipergunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
Contohnya, pemerintah menerapkan pajak atau bea masuk
yang tinggi terhadap produk-produk yang berasal dari luar
negeri. Hal ini juga berdampak positif terhadap produk dalam
negeri untuk melindunginya agar tidak kalah bersaing dengan
produk luar.
c. Fungsi Stabilitas
Pajak yang berfungsi sebagai stabilitas ini dapat digunakan
untuk meningkatkan kesempatan kerja pada suatu negara,
menciptakan stabilitas harga yang bertujuan untuk menekan
laju inflasi sehingga dapat dikendalikan, dengan jalan mengatur
peredaran uang yang beredar di masyarakat, yaitu dengan cara
memungut pajak dan memanfaatkan dana yang diperoleh dari
pemungutan pajak yang dibutuhkan untuk pembangunan di
segala bidang di Indonesia.

7

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Penerimaan

negara

yang

diperoleh

dari

pajak

dapat

dimanfaatkan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran
negara,
lapangan

seperti
kerja,

sarana
atau

kepentingan

pembiayaan

umum,

menciptakan

pembangunan.

Dengan

demikian, pendapatan masyarakat menengah ke bawah dapat
mengalami perbaikan ekonomi.
e. Fungsi Memeratakan dan Mengatur Pertumbuhan Ekonomi
Pemungutan

pajak

dapat

difungsikan

untuk

pemerataan

perekonomian dalam sebuah negara serta dapat juga mengatur
dan

mengendalikan

pertumbuhan

perekonomian

dengan

membuat kebijakan-kebijakan dalam pajak seperti menaikkan
atau menurunkan pajak dan atau melakukan diversifikasi pajak.
c) Prinsip-prinsip pajak daerah
1. Prinsip Keadilan (Equity)
Dalam prinsip ini ditekankan
berdasarkan

masing-masing

pentingnya

subjek

pajak

keseimbangan
daerah.

Yang

dimaksud keseimbangan atas kemampuan subjek pajak adalah
dalam pemungutan pajak tidak ada diskriminasi diantara
sesama wajib pajak yang memiliki kemampuan yang sama .
Pemungutan oajak yang dilakukan terhadap semua subjek
pajak harus sesuai dengan batas kemampuan yang sama.
Pemungutan pajak yang dilakukan terhadap semua subjek
pajak harus sesuai dengan batas kemampuan masing-masing,
sehingga dalam prinsip equity ini setiap masyarakat dengan
kemampuan yang
kemampuan
berbeda

yang

sesuai

memberikan

sama dan masyarakat yang memiliki
berbeda
dengan

kontribusi

memberikan

kontribusi

kemampuan

yang

berbeda

sesuai

dengan

yang

berbeda

yang

kemampuannya masing-masing.
2. Prinsip Kepastian (Certainty)
8

Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya kepastian , baik bagi
aparatur pemungut maupun wajib pajak. Kepastian dibidang
pajak daerah antara lain mencakup dasar hukum yang
mengaturnya ; kepastian mengenai subjek, objek tarif dan
dasar

pengenaannya

serta

kepatian

mengenai

tatacara

pemungutannya. Adanya kepastian akan menjamin setiap
orang

untuk

tidak

ragu-ragu

menjalankan

kewajiban

membayar pajak karena segala sesuatu diatur dengan jelas.
3. Prinsip Kemudahan (Covernience)
Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya saat dan waktu yang
tepat bagi wajib pajak daerah dalam memenuhi kewajibannya.
Pemungutan pajak daerah sebaiknya dilakukan pada saat
wajib pajak daerah menerima penghasilan. Dalam hal ini
negara

tidak

daerah

jika

mungkin

melaksanakan

masyarakat

membayar.

Bahkan

kesempatan

terlebih

tidak

daerah
dahulu

pemungutan

mempunyai
seharusnya

kepada

pajak

kemampuan
memberikan

masyarakat

untuk

memperoleh peningkatan pendapatan dan setelah itu mereka
layak memberikan kontribusi kepada daerah.
4. Prinsip Efisiensi (Efficiency)
Dalam prinsip ini ditekankan dalam efisiensi

dalam

pemungutan pajak , artinya biaya yang dikeluarkan dalam
melaksanakan pemungutan pajak tidak boleh lebih besar dari
jumlah yang dipungut.
d) Kriteria Pajak Daerah
Ada beberapa kriteria mengenai pajak daerah antara lain
1. Pungutan bersifat pajak bukan retribusi
Pungutan tersebut sesuai definsi pajak yang ditetapkan dalam
undang-undang,

yaitu

merupakan

kontribusi

wajib

yang

dilakukan oleh orang pribadi datau badan kepada daerah :
 Tanpa imbalan langsung yang seimbang
 Dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan
 Digunakan
untuk
membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah
2. Objek pajak terletak atau terdapat diwilayah

daerah

kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas
9

cukup rendah serta hanya melayani masyarakat diwilayah
daerah kabupaten/kota bersangkutan.
3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
4. Pajak ditujukan untuk kepentingan bersama yang lebih luas
antara pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan
aspek kententraman dan kestabilan politilk, ekonomi , sosial,
budaya serta Hankam.
5. Potensi pajak memadaiartinya hasil penerimaan p[ajak harus
lebih besar dari biaya pemungutan.
6. Objek pajak bukan objek pajak pusat.
7. Tidak memberikan dampak ekonomi negatif . Pajak tidak
mengganggu sumber ekonomi dan tidak merintangi arus
sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor
impor
8. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
antara lain :
 Objek dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat diawasi


Pemungutannya
Jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib



pajak
Tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan

wajib pajak.
9. Aspek kemampuan masyarakat
10.
Menjaga kelestarian lingkungan

e) Jenis-jenis pajak daerah
Pajak Propinsi
1. Pajak Kendaraan bermotor
a. Kepemilikan kendaraan

Pajak Kabupaten
1. Pajak Hotel
bermotor 2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
pribadi pertama
a. Hiburan Umum
b. Kepemilikan
kendaraan
pribadi
b. Hiburan Khusus
kedua dan seterusnya
c. Hiburan
kesenian
c. Alat-alat berat dan alat alat besar
/tradisional
d. Angkutan
umum,
ambulan,
4. Pajak Reklame
pemadam
kebakaran,
sosial 5. Pajak
penerangan
keagamaan, lembaga sosial

dan

jalan.

10

keagamaanpemerintah/

TNI

/Polri,

Pemda
2. Bea balik nama kendaraan bermotor
a. Penyerahan pertama
b. Penyerahan kedua dan seterusnya
c. Penyerahan pertama alat –alat berat
dan alat-alat besar
d. Penyerahan kedua alat –alat berat
dan alat-alat besar
3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
4. Pajak air permukaan
5. Pajak rokok
Sumber : UU No 28 Tahun

6. Pajak Parkir
7. Pajak Mineral Bukan
Logam dan batuan
8. Pajak air tanah
9. Pajak sarang walet
10. PBB
Perdesaan
perkotaan
11. Bea perolehan hak
atas

tanah

dan

bangunan

2009

a. Pajak yang Dikelola Provinsi
Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak
Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak
Rokok.
1) Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,
termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam
operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat
secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan
di air (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

11

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut :
a) untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling
rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar
2% (dua persen)
b)

untuk

kepemilikan

kendaraan

bermotor

kedua

dan

seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling
rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar
10% (sepuluh persen).
Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum,
ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga
sosial

dan

keagamaan,

Pemerintah/TNI/POLRI,

Pemerintah

Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima
persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Kemudian
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu
persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau
pemasukan ke dalam badan usaha (Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing
sebagai berikut :
a.

penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan

12

b.

penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu

persen).
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar

yang

tidak

menggunakan

jalan

umum

tarif

pajak

ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :
a.

penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh

puluh lima persen); dan
b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma
nol tujuh puluh lima persen).
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar
kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair
atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar
10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum
dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih
rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
untuk kendaraan pribadi (Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
4) Pajak Air Permukaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Permukaan
adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat
pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang
berada di laut maupun di darat. Tarif Pajak Air Permukaan
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 UndangUndang nomor 28 Tahun 2009).
5) Pajak Rokok

13

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Rokok adalah
pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah.
Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)
dari cukai rokok. Pajak Rokok dikenakan atas cukai rokok yang
ditetapkan oleh Pemerintah (Pasal 29 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009).
Penerimaan

pajak rokok, baik bagian

Provinsi

maupun

bagian Kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% untuk
mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum
oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
b. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota
Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak
yang termasuk pajak yang dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut :
1) Pajak Hotel
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas
penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,
losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah
penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar
lebih dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi
sebesar 10% (Pasal 35 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2) Pajak Restoran
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Restoran adalah pajak
atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah
fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut

14

bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin,
warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Tarif
Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
3) Pajak Hiburan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak Hiburan adalah pajak atas
penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan,
pertunjukan,

permainan,

dan/atau

keramaian

yang

dinikmati

dengan dipungut bayaran. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling
tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk hiburan
berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke,
klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi
uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar
75%

(tujuh

puluh

lima

persen).

Khusus

hiburan

kesenian

rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling
tinggi sebesar 10% (Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
4) Pajak Reklame
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak
atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang
untuk

tujuan

komersial

memperkenalkan,

menganjurkan,

mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap
barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak
Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 50 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
5) Pajak Penerangan Jalan

15

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah
pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan
Penggunaan

paling

tinggi

tenaga

sebesar

listrik

dari

10%

sumber

(sepuluh
lain

oleh

persen).
industri,

pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan
Jalan

ditetapkan

paling

tinggi

sebesar

3%

(tiga

persen).

Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak
Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan
logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau
permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana
dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang
mineral dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
7) Pajak Parkir
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas
penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu
kendaraan yang tidak bersifat sementara. Tarif Pajak Parkir
ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (Pasal 65 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).

16

8) Pajak Air Tanah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak
atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah
adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi
sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
9) Pajak Sarang Burung Walet
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Sarang Burung Walet
adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan
sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk
marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina,
collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung
Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 75 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan
adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling
tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

17

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak
atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau
bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5%
(Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
f). Sistem Pemungutan Pajak
Dalam sistem pemungutannya, sistem pemungutan dibedakan
menjadi tiga sistem. Ketiga sistem tersebut, yaitu:
Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
kewenangannya diberikan kepada pemerintah untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:


Pemerintah memiliki kewenangan untuk menentukan besarnya
pajak terutang.



Wajib Pajak (WP) bersifat pasif.



Setelah pemerintah mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak, maka
timbullah utang pajak.

Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
kewenangannya

diberikan

kepada

Wajib

Pajak

(WP)

untuk

menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar. Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:


Wajib

Pajak

(WP)

memiliki

kewenangan

sendiri

untuk

menentukan besarnya pajak terutang.


Wajib Pajak (WP) bersifat aktif karena mulai dari menghitung,
menyerahkan, dan melaporkan sendiri pajak terutang.
18



Peranan pemerintah dalam hal ini hanya sebagai pengawas.

Withholding

System

adalah

sistem

pemungutan

pajak

yang

kewenangannya diberikan kepada pihak lain atau pihak ketiga,
yaitu selain pemerintah dan wajib pajak) hal itu dilakukan untuk
menghitung dan menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:
• Adanya pihak ketiga atau pihak lain yang memiliki kewenangan
untuk menghitung dan menentukan besarnya pajak terutang.
• Pemerintah dan Wajib Pajak (WP) dalam sistem ini bersifat pasif.
Wajib Pajak (WP) merupakan subjek pajak yang harus dibina dan
diarahkan tentang pentingnya kewajiban untuk membayar pajak.
Salah satu kewajiban warga negara yang baik adalah membayar
pajak secara tepat waktu dengan jumlah yang sesuai dengan yang
telah ditentukan. Hal itu dikarenakan fungsi pajak yang begitu
besar perannya dalam pemerataan ekonomi dan pembangunan
sehingga tanpa kita sadari, seluruh masyarakat Indonesia telah
menikmati hasil pengelolaan pajak di berbagai bidang.

g)Teori Barang Publik
Penyediaan barang-barang publik biasa dilakukan oleh pemerintah.
Barang-barang

publik

yang

disediakan

dan

dilakukan

oleh

pemerintah yakni seperti jalan raya, pertahanan nasional dan lainlain.

Sedangkan

pemerintah

barang

maupun

sawsta

pihak

juga

swasta,

dapat

seperti

dilakukan

kereta

api,

oleh
jasa

penerbangan dan lain-lain. Barang-barang swasta tersebut bukan
semata-mata murni hasil dari pihak swasta, melainkan pihak
pemerintah juga turut andil dalam pembiayaan atau anggaran

19

pembuatannya. Pihak swasta hanya menjadi 'pekerja' dalam segala
proyek pembuatan barang-barang tersebut.
Karakteristik barang publik (public goods):
1. Pengertian
Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain
akan barang tersebut dan barang publik merupakan barangbarang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan
seseorang

tidak

perlu

mengeluarkan

biaya

untuk

mendapatkannya. Contoh: udara, cahaya matahari, papan marka
jalan, lampu lalu lintas, pertahanan nasional dsb.
2.

Sifat
Non Rivalry yaitu penggunaan satu konsumen terhadap satu
suatu

barang

publik

tidak

akan

mengurangi

kesempatan

konsumen lain untuk ikut mengkonsumsi barang tersebut. Setiap
orang dapat memanfaatkan barang tersebut tanpa memengaruhi
manfaat yang diperoleh orang lain dan tidak membuat barang
publik itu menjadi berkurang. Contoh: dalam kondisi normal,
apabila kita menikmati udara dan sinar matahari, orang-orang
disekitar kita pun dapat mengambil manfaat yang sama dan
tidak akan berkurang karena dikonsumsi orang lain.
Non Excludable yaitu jika barang publik sudah tersedia, maka
tidak ada satupun yang menghalangi untuk memanfaatkan
barang tersebut, yakni setiap orang bebas memiliki akses atas
barang tersebut. Contoh: udara yang kita hirup maka orang lain
juga berhak untuk menghirupnya tanpa ada batasan atau limitlimit lainnya yang bersifat 'pengkhususan'.
3. Jenis

20

Barang publik lokal adalah barang yang menurut penyediaannya
oleh

pemerintah

daerah

dan

secara

teknologi

layak

dan

perolehan keuntungannya dinikmati oleh penduduk setempat.
Barang

publik

penyediaannya

nasional
oleh

adalah

pemerintah

barang-barang

pusat

dengan

yang

perolehan

keuntungan yang dinikmati dan selain penduduk setempat juga
masyarakat dalam suatu negara.
Barang publik murni adalah tidak ada seorang (pihak swasta)
yang

mau

menghasilkan,

karena

masalah

kepemilikan.

Sebagaimana namanya, maka barang ini tidak bisa dimiliki
perorangan,

tetapi

oleh

masyarakat

luas,

kalaupun

yang

mengelola ad alah pihak tertentu, seperti jalan yang dikelola oleh
pemerintah.
Barang publik tidak murni adalah letak barang publik yang jauh
dari jangkauan konsumen, jasa yang diterimanya makin kecil
juga untuk karakteristiknya.
4. Sistem pembayaran (Payment System) Sektor publik yang
mampu melakukan investasi untuk memberikan pelayanan
kemudian sektor swasta menjalankan dengan menjalankan
dengan mengenakan biaya pada pemakai, sistem ini disebut
Build-Operate-Transfer.
Persaingan rendah: barang publik (biaya sektor publik)
contohnya jalan toll menggunakan biaya campuran antara biaya
publik dan biaya swasta.
Persaingan tinggi : barang publik (biaya sektor publik) sedangkan
barang swasta (biaya dari pihak swasta).
5. Pelayanan(Service)
Sesuai dengan Fungsi Alokasi memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan penyediaan dan pelayanan barang-barang publik
yang diperuntukkan secara komunal dan tidak dapat dimiliki
secara perorangan.

21

Fungsi Distribusi, yaitu fungsi yang memiliki keterkaitan erat
dengan

perataan

kesejahteraan

masyarakat

dalam

arti

proporsional tetap menjadi perhatian dalam rangka mendorong
tercapinya pertumbuhan yang optimal.
Fungsi Stabilisasi yaitu fungsi yang memiliki keterkaitan erat
dengan

fungsi

mengatur

variabel

ekonomi

makro

dengan

sasaran untuk mencapai stabilitas ekonomi secara nasional.
6. Jumlah (Quantity)
Jumlah dari ketersediaan barang publik sendiri sangat banyak
atau melimpah. Seperti jalan-jalan publik, jumlahnya sampai tak
terhitung karena pembangunannya yang sangat cepat bahkan
dalam siklus harian dan tak pernah berhenti seiring kebutuhan
jalan publik yang makin meningkat dari tahun ke tahun baik itu
jalan protokol dan juga jalan-jalan kecil. Sehingga sulit bagi
seseorang untuk menghitung berapa jumlah dari jalan tersebut,
misalnya.
7. Kepemilikan
Karena sifatnya yang non-rival dan non-eksklusif, maka
kepemilikan dari barang publik sulit diidentifikasi bahkan bisa
dibilang tak ada satupun orang yang tidak memilikinya, karena
barang publik ditujukan untuk semua orang oleh pemerintah.
Jadi keputusan untuk pengalokasian sumber-sumber ekonomi
ke barang swasta atau publik tidak ada hubungannya dengan
permasalahan pihak manakah yang akan mengelolanya. Dalam
negara yang menganut sistem ekonomi sosialis, pengadaan dan
pembuatan

barang

publik

dan

swasta

seluruhnya

murni

dilakukan oleh pemerintah, negara kapitalis menyerahkan urusan
barang-barang tersebut pada pihak swasta saja, sedangkan
negara demokratis seperti Indonesia harus melalui keputusan
rakyat yang terwakili oleh DPR dulu untuk memutuskan kepada
pihak mana urusan pengadaan barang publik dan barang swasta

22

akan

dilimpahkan,

yang

dimaksud

adalah

presentase

kewenangannya.
Untuk

membahas

tentang

pemilihan

masyarakat

akan

kombinasi barang swasta dan barang publik dapat dilakukan
dengan menggunakan fungsi kesejahteraan rakyat (FKM = social
welfare function). Kurva FKM menccerminkan tingkat pertukaran
marginal

(marginal

rate

of

substition)

antara

konsumsi

masyarakat terhadap barang publik dan barang swasta yang
menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.
Jumlah

sumber-sumber

ekonomi

pada

masyarakat

sebenarnya sudah tetap, akan tetapi Indonesia selalu mengalami
pertambhana penduduk sehingga sedikit banyaknya jumlah
sumber ekonomi itu akan mengalami perubahan. Untuk itu jika
seseorang ingin mengetahui dan menentukan berapa jumlah
barang yang dapat dihasilkan masyarakat dengan sumbersumber ekonomi yang ada, bisa menggunakan KKP (kurva
kemungkinan produksi).
Ada berbagai macam teori tentang pembahasan barang-barang
publik dan swasta seperti yang akan dipaparkan berikut ini:
h) Teori Pigou
Teori ini membahas tentang penyediaan barang publik yang
yang dibiayai dengan pajak yang dipungut dari masyarakat.
Menurut Pigou, barang publik harus disediakan di dalam suatu
tempat dimana kepuasan marginal masyarakat akan publik sama
besarnya dengan ketidakpuasan marginalnya akan pajak yang
dipungut

dari

mereka

untuk

membiayai

program-program

pemerintah akan barang publik.
Semakin banyak anggaran yang dibutuhkan pemerintah
untuk memenuhi barang publik, maka kurva kepuasan marginal
akan semakin menurun, dengan kata lain akan menimbulkan
marginal disustility, karena pastinya pemerintah menarik pajak

23

kepada mereka demi membangun barang publik tersebut.
Sedangkan kita tahu bahwa pajak adalah hal yang paling tidak
disukai masyarakat. Pemerintah diharapkan untuk memperkecil
anggaran untuk membangun barang-barang publik sehingga
kesejahteraan masyarakat akan tercapai.
i) Teori Bowen
Teori ini didasarkan pada harga dari barang publik itu sendiri.
Jika pada barang swasta berlaku hukum pengeculian, misalnya
sepatu yang sudah menjadi milik si A berarti tidak bisa dimilik
oleh si B. Berbeda dengan kepemilikan barang publik, tidak
berlaku hukum pengecualian karena barang publik bisa dimiliki
dan dinikmati siapa saja selama menjadi warga negara dari
negara tersebut.
j) Teori Erick Lindahl
Erick Lindahl mengungkapkan analisis yang mirip dengan
teori yang dikemukakan oleh Bowen, hanya saja pembayaran
masing-masing konsumen tidak dalam bentuk harga absolut
akan tetapi berupa presentase dari total biaya penyediaan
barang publik. Dan hal ini didasarkan pada anggapan bahwa
dalam ekonomi hanya ada dua konsumen, yaitu konsumen A dan
B. Dan Lindhal juga merujuk pada kurva indeferens dengan
anggaran tetap tapi terbatas.
k) Teori Samuelson
Samuelson menyempurnakan teori pengeluaran pemerintah
dengan sekaligus menyertakan barang sektor swasta. Samule
menyatakan bahwa adanya barang publik yang mempunyai dua
karakteristik (non-exclusionary dan non rivalry) bukan berarti
tidak

bisa

mencapai

kondisi

Pareto

Optimal

(tingkat

kesejahteraan masyarakat yang optimal). Kondisi Patero Optimal
akan terwujud jika menggunakan salah satu dari tiga diagram.

24

l) Teori Anggaran
Teori yang menjelaskan tentang pengadaan barang-barang
publik

adalah

teori

alokasi

barang-barang

publik

melalui

anggaran (budget). Teori ini berdasarkan pada analisa yaitu
setiap orang memebayar atas konsumsi barang-barang publik
dengan jumlah yang sama.
m) Penentuan Harga Publik
Penyediaan

barang-barang

publik

yang

dibutuhkan

pemerintah menimbulkan permasalahan, karena tidak efisien
(konsumsi barang publik tidak bersaing) dan juga tidak dapat
dijual hanya

kepada satu konsumen (dijual pada seluruh

masyarakat yang berwenang). Tapi dalam hal ini dibahas tentang
penyediaan barang publik yang dapat dipungut suatu harga pada
barang tersebut.
Hubungan Antara Pajak dan Barang Publik
Arti Pajak dan Barang Publik telah dijelaskan secara singkat diatas,
sebagaimana kita ketahui bahwa manakala jumlah penerimaan
pajak meningkat, maka pendapatan suatu negara atau daerah
akan meningkat, apa lagi daerah yang tidak mempunyai sumber
daya alam yang memadai, maka pajak merupakan penerimaan
daerah

yang

sangat

Demokrasi Sosialis

potensial.

Karena

Indonesia

menganut

barang publik merupakan barang yang harus

disediakan oleh pemerintah, karena pihak swasta tidak mau karena
tidak mendapat keuntungan dari pembuatan Fasilitas umum yang
gratis.
Dalam kondisi pendapatan pajak yang relatif tinggi Maka secara
teoritis untuk membiayai fasilitas umum yang memadai maka
pemerintah

menggunakan

pajak

untuk

menjadi

pembiayaan

pembuatan fasilitas publik tersebut, bukan saja karena masyarakat
banyak

membutuhkan

fasilitas

yang

baik,

tapi

dari

pihak

25

pemerintah juga menginginkan dengan fasilitas yang bagus maka
dimungkinkan Investor atau wisatawan akan banyak yang mau
datang kedaerah kita.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Setelah kita melihat penjelasan tentang pajak dan teori
barang publik diatas, Peran pajak sangat mempunyai pengaruh
penting terhadap perekonomian untuk menyediakan barang publik
yang tidak disediakan oleh swasta, untuk melaksanakan hal
tersebut pemerintah perlu meningkatkan pendapatannya, salah
satunya

menggalakkan

pendapatannya

dari

pajak

untuk

memenuhi penyediaan barang publik.
Peran
perputaran

pajak
dan

semakin

dibutuhkan

pertumbuhan

ekonomi

sebagai
dan

pengatur
juga

bisa

mengendalikan dunia usaha kearah yang lebih positif, karena

26

tidak semua bidang perekonomian itu dapat ditangani oleh
swasta. Dengan demikian dalam sistem perekonomian modern
fungsi pajak dapat dibagi 5 yaitu : Fungsi Anggaran, Fungsi
Pengaturan, Fungsi Stabilitas, Fungsi redistribusi pendapatan,
fungsi pemerataan dan mengatur pertumbuhan ekonomi.
b. Saran
Menurut pendapat kami bahwa pemerintah dapat lebih
menggali pendapatan pajak

dengan cara mendata ulang wajib

pajak, melakukan penetapan jumlah pajak yang dibayar objek
pajak, melakukan penagihan secara intensif dengan melibatkan
SKPD secara aktif, melakukan penyelidikan pada objek atau subjek
pajak yang tidak membayar ataub terjadi kebocoran pajak dengan
kerja sama dengan penegak hukum.
Disamping itu perlu melakukan sosialisasi mengenai pajak,
masyarakat banyak tidak mengetahui kegunaan pajak, perlu
peningkatan keterampilan pemungut pajak,dan

peningkatan

fasilitas pemungut pajak.

DAFTAR PUSTAKA
Ardimoviz., (2012)” Pajak Daerah” , Makalah Pajak Daerah, Blogger
Hitam And Biru. Sleman Yogyakarta
Qudsiyah Nadhifatul, and Sofiyah.,(2014)” Teori Barang Publik”,
Makalah

Ekonomi

publik”,

Sekolah

Tinggi

Agama

Islam

Syaikhona Moh. Cholil Bangkalan.

27

Zainatul

Nur

Arviyah,

R.AJ.,(2014)



Peran

mensejahterakan

masyarakat

dalam

pemerintah

penyediaan

guna
barang

publik”, Makalah Ekonomi publik, Fakultas Ekonomi Trunojoyo
Madura
Matanari Wahyudianto et al (2014).,”Inflasi dan Pengangguran”,
Makalah Ekonomi Makro, Fakultas Ekonomi Universitas Advent
Indonesia, Bandung
Kursus Keuangan Daerah., (2014) “Modul Penerimaan Daerah”,
Kementrian Keuangan RI Direktorat

Jendral Perimbangan

Keuangan
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang pajak daerah dan
retribusi daerah.

28