Pajak dan Barang Publik dan
EKONOMI PUBLIK
Makalah
“PAJAK DAN BARANG PUBLIK”
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi publik
DI TULIS OLEH
ARYOSI. M
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesainya
makalah
ini,
walaupun
masih
jauh
dari
kesempurnaan. Makalah yang kami buat berisi materi tentang
pajak dan barang publik.
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan
sumbangan pengetahuan bagi semua pihak yang tertarik dan
ingin mengetahui tentang pajak dan barang publik. Makalah ini
juga diharapkan bisa menjadi penambah literatur (Daftar
bacaan) khususnya bagi para mahasiswa .
Namun demikian, penulis sangat menyadari bahwa makalah masih
sangat jauh dari kesempurnaan Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak kami
nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua bersama
ini kami persembahkan makalah dengan judul Pajak dan barang
publik kehadapan pembaca semua
Wasalam
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................4
a. Latar belakang...............................................................4
b. Rumusan Masalah ......................................................... 5
c. Tujuan Penelitian............................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian pajak............................................................ 6
b. Fungsi pajak................................................................... 6
c. Prinsip pajak daerah....................................................... 8
d. Kriteria pajak darah........................................................ 8
e. Jenis Pajak Daerah..........................................................10
f. Sistem pemungutan pajak.............................................16
g. Teori barang publik.........................................................18
h. Teori Pigou......................................................................22
i. Teori Bowen....................................................................22
j. Teori Erick Lindahl..........................................................22
k. Teori Samuelson.............................................................22
l. Teori Anggaran...............................................................22
m. Penentuan harga publik.................................................22
n. Hubungan Pajak dan Barang Publik...............................23
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan ....................................................................24
b. Saran .............................................................................24
Daftar Pustaka ........................................................................25
3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu komponen penerimaan pendapatan
asli daerah, potensi pungutan pajak daerah lebih banyak memberikan
peluang bagi daerah untuk di mobilisasi secara maksimal bila
dibandingkan dengan komponen penerimaan daerah lainnya, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, terutama karena potensi pungutan
pajak daerah mempunyai sifat dan karakteristik yang jelas, baik
ditinjau dari tataran teoritis, kebijakan, maupun dalam tataran
implementasinya,
Disamping itu masyarakat
sangat mengetahui bahwa barang
publik juga di biayai dari pajak, dan pajak itu dibayar oleh rakyat
dengan harapan mendapat fasilitas publik yang memadai.
Dan
barang publik ini pemakaiannya dapat di konsumsi lebih dari satu
orang, hal ini berbeda dengan barang privat yang
dapat dimiliki
secara pribadi.
Karena barang publik dimiliki secara bersama maka untuk
pengadaan nya juga membutuhkan konsensus pembiayaan nya. Jika
barang publiknya kecil maka biaya yang dibutuhkan juga kecil, lalu
bagaimana barang publik dalam skala besar misalnya seperti jalan
siapa yang akan membayar, disinilah peran pemerintah sebagai
penyelenggara bertugas untuk menyediakan barang publik yang di
butuhkan oleh banyak orang.
Pemerintah
berkewajiban
untuk
mewujudkan
tersedianya
barang publik karena ekonomi pasar yang diperkenalkan oleh Adam
Smith
dianggap
mendapatkan
gagal
sumber
untuk
menyediakannya
pembiayaan
untuk
.
mendanai
Pemerintah
pengadaan
4
barang publik tersebut melalui
Pajak , Pendapatan Negara Bukan
Pajak, dan Hibah.
Pajak
dan pembiayaan barang publik merupakan indikator
ekonomi yang sering diamati oleh masyarakat. Dimana didalamnya
masyarakat terlibat langsung dalam membayar pajak dan juga
menggunakan barang publik dalam kegiatan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep
pengertian Pajak, Fungsi Pajak,
Prinsip-prinsip Pajak Daerah, kriteria pajak daerah Jenisjenis pajak daerah.
b. Apa saja teori barang publik?
c. Bagaimana hubungan antara tingkat pendapatan pajak
dengan pembiayaan barang publik.
C. Tujuan
a. Mengetahui bagaimana konsep pengertian Pajak, Fungsi
Pajak, Prinsip-prinsip Pajak Daerah, kriteria pajak daerah
Jenis-jenis pajak daerah.
b. Mengetahui apa saja teori barang publik?
c. Mengetahui
bagaimana
hubungan
antara
tingkat
pendapatan pajak dengan pembiayaan barang publik.
5
BAB II
PEMBAHASAN
a) Pengertian pajak daerah
Mardiasmo (2009) mengatakan bahwa : Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (Yang
dapat
dipaksakan
)
(Kontraprestasi)yang
dengan
tiada
mendapat
langsung
dapat
ditunjukkan
jasa
timbal
dan
yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Berdasarkan UU no 28 tahun 2009, pengertian pajak dalam
tataran pemerintah yang lebih rendah (daerah) sebagai berikut :
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh
orang
pribadi
atau
badan
yang
bersifat
memaksa
berdasarkan undang-undang , dengan tidak mendapat imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-bearnya kemakmuran rakyat.
Dari beberapa pengertian pajak tersebut dapat disimpulkan
bahwa pajak merupakan merupakan iuran wajib dari rakyat
kepada negara sebagai wujud peran serta dalam pembangunan,
yang penggunaannya didasarkan kepada undang-undang dan
tidak mendapat imbalan secara langsung, serta dapat dipaksakan
kepada mereka yang melanggarnya.
b) Fungsi Pajak Secara umum
a. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak
sebagai
pemerintah
sumber
untuk
pendapatan
membiayai
dan
pemasukan
bagi
pengeluaran-pengeluarannya
yang dilaksanakan secara rutin guna memenuhi biaya-biaya
pembangunan di Indonesia. Saat ini, pajak juga dipergunakan
untuk
pembiayaan
rutin,
seperti
belanja
barang,
belanja
pegawai serta pemeliharaan lainnya, menggaji pegawai negeri
6
sipil, membeli peralatan kegiatan pemerintahan, membayar
bunga
pinjaman,
dan
sebagainya.
Adapun
pengeluaran
pembangunan seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
gedung sekolah, dan sebagainya.. Oleh karena itu, fungsi pajak
di sini seperti kas negara yang terus ditingkatkan dari tahun ke
tahun mengingat kebutuhan pemerintah yang begitu banyak
dan kompleks.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak juga bisa digunakan sebagai alat untuk mengatur serta
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial
ekonomi. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi
suatu negara melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi
mengatur inilah, pajak bisa dipergunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
Contohnya, pemerintah menerapkan pajak atau bea masuk
yang tinggi terhadap produk-produk yang berasal dari luar
negeri. Hal ini juga berdampak positif terhadap produk dalam
negeri untuk melindunginya agar tidak kalah bersaing dengan
produk luar.
c. Fungsi Stabilitas
Pajak yang berfungsi sebagai stabilitas ini dapat digunakan
untuk meningkatkan kesempatan kerja pada suatu negara,
menciptakan stabilitas harga yang bertujuan untuk menekan
laju inflasi sehingga dapat dikendalikan, dengan jalan mengatur
peredaran uang yang beredar di masyarakat, yaitu dengan cara
memungut pajak dan memanfaatkan dana yang diperoleh dari
pemungutan pajak yang dibutuhkan untuk pembangunan di
segala bidang di Indonesia.
7
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Penerimaan
negara
yang
diperoleh
dari
pajak
dapat
dimanfaatkan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran
negara,
lapangan
seperti
kerja,
sarana
atau
kepentingan
pembiayaan
umum,
menciptakan
pembangunan.
Dengan
demikian, pendapatan masyarakat menengah ke bawah dapat
mengalami perbaikan ekonomi.
e. Fungsi Memeratakan dan Mengatur Pertumbuhan Ekonomi
Pemungutan
pajak
dapat
difungsikan
untuk
pemerataan
perekonomian dalam sebuah negara serta dapat juga mengatur
dan
mengendalikan
pertumbuhan
perekonomian
dengan
membuat kebijakan-kebijakan dalam pajak seperti menaikkan
atau menurunkan pajak dan atau melakukan diversifikasi pajak.
c) Prinsip-prinsip pajak daerah
1. Prinsip Keadilan (Equity)
Dalam prinsip ini ditekankan
berdasarkan
masing-masing
pentingnya
subjek
pajak
keseimbangan
daerah.
Yang
dimaksud keseimbangan atas kemampuan subjek pajak adalah
dalam pemungutan pajak tidak ada diskriminasi diantara
sesama wajib pajak yang memiliki kemampuan yang sama .
Pemungutan oajak yang dilakukan terhadap semua subjek
pajak harus sesuai dengan batas kemampuan yang sama.
Pemungutan pajak yang dilakukan terhadap semua subjek
pajak harus sesuai dengan batas kemampuan masing-masing,
sehingga dalam prinsip equity ini setiap masyarakat dengan
kemampuan yang
kemampuan
berbeda
yang
sesuai
memberikan
sama dan masyarakat yang memiliki
berbeda
dengan
kontribusi
memberikan
kontribusi
kemampuan
yang
berbeda
sesuai
dengan
yang
berbeda
yang
kemampuannya masing-masing.
2. Prinsip Kepastian (Certainty)
8
Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya kepastian , baik bagi
aparatur pemungut maupun wajib pajak. Kepastian dibidang
pajak daerah antara lain mencakup dasar hukum yang
mengaturnya ; kepastian mengenai subjek, objek tarif dan
dasar
pengenaannya
serta
kepatian
mengenai
tatacara
pemungutannya. Adanya kepastian akan menjamin setiap
orang
untuk
tidak
ragu-ragu
menjalankan
kewajiban
membayar pajak karena segala sesuatu diatur dengan jelas.
3. Prinsip Kemudahan (Covernience)
Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya saat dan waktu yang
tepat bagi wajib pajak daerah dalam memenuhi kewajibannya.
Pemungutan pajak daerah sebaiknya dilakukan pada saat
wajib pajak daerah menerima penghasilan. Dalam hal ini
negara
tidak
daerah
jika
mungkin
melaksanakan
masyarakat
membayar.
Bahkan
kesempatan
terlebih
tidak
daerah
dahulu
pemungutan
mempunyai
seharusnya
kepada
pajak
kemampuan
memberikan
masyarakat
untuk
memperoleh peningkatan pendapatan dan setelah itu mereka
layak memberikan kontribusi kepada daerah.
4. Prinsip Efisiensi (Efficiency)
Dalam prinsip ini ditekankan dalam efisiensi
dalam
pemungutan pajak , artinya biaya yang dikeluarkan dalam
melaksanakan pemungutan pajak tidak boleh lebih besar dari
jumlah yang dipungut.
d) Kriteria Pajak Daerah
Ada beberapa kriteria mengenai pajak daerah antara lain
1. Pungutan bersifat pajak bukan retribusi
Pungutan tersebut sesuai definsi pajak yang ditetapkan dalam
undang-undang,
yaitu
merupakan
kontribusi
wajib
yang
dilakukan oleh orang pribadi datau badan kepada daerah :
Tanpa imbalan langsung yang seimbang
Dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan
Digunakan
untuk
membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah
2. Objek pajak terletak atau terdapat diwilayah
daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas
9
cukup rendah serta hanya melayani masyarakat diwilayah
daerah kabupaten/kota bersangkutan.
3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
4. Pajak ditujukan untuk kepentingan bersama yang lebih luas
antara pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan
aspek kententraman dan kestabilan politilk, ekonomi , sosial,
budaya serta Hankam.
5. Potensi pajak memadaiartinya hasil penerimaan p[ajak harus
lebih besar dari biaya pemungutan.
6. Objek pajak bukan objek pajak pusat.
7. Tidak memberikan dampak ekonomi negatif . Pajak tidak
mengganggu sumber ekonomi dan tidak merintangi arus
sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor
impor
8. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
antara lain :
Objek dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat diawasi
Pemungutannya
Jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib
pajak
Tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan
wajib pajak.
9. Aspek kemampuan masyarakat
10.
Menjaga kelestarian lingkungan
e) Jenis-jenis pajak daerah
Pajak Propinsi
1. Pajak Kendaraan bermotor
a. Kepemilikan kendaraan
Pajak Kabupaten
1. Pajak Hotel
bermotor 2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
pribadi pertama
a. Hiburan Umum
b. Kepemilikan
kendaraan
pribadi
b. Hiburan Khusus
kedua dan seterusnya
c. Hiburan
kesenian
c. Alat-alat berat dan alat alat besar
/tradisional
d. Angkutan
umum,
ambulan,
4. Pajak Reklame
pemadam
kebakaran,
sosial 5. Pajak
penerangan
keagamaan, lembaga sosial
dan
jalan.
10
keagamaanpemerintah/
TNI
/Polri,
Pemda
2. Bea balik nama kendaraan bermotor
a. Penyerahan pertama
b. Penyerahan kedua dan seterusnya
c. Penyerahan pertama alat –alat berat
dan alat-alat besar
d. Penyerahan kedua alat –alat berat
dan alat-alat besar
3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
4. Pajak air permukaan
5. Pajak rokok
Sumber : UU No 28 Tahun
6. Pajak Parkir
7. Pajak Mineral Bukan
Logam dan batuan
8. Pajak air tanah
9. Pajak sarang walet
10. PBB
Perdesaan
perkotaan
11. Bea perolehan hak
atas
tanah
dan
bangunan
2009
a. Pajak yang Dikelola Provinsi
Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak
Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak
Rokok.
1) Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,
termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam
operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat
secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan
di air (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
11
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut :
a) untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling
rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar
2% (dua persen)
b)
untuk
kepemilikan
kendaraan
bermotor
kedua
dan
seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling
rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar
10% (sepuluh persen).
Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum,
ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga
sosial
dan
keagamaan,
Pemerintah/TNI/POLRI,
Pemerintah
Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima
persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Kemudian
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu
persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau
pemasukan ke dalam badan usaha (Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing
sebagai berikut :
a.
penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan
12
b.
penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu
persen).
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar
yang
tidak
menggunakan
jalan
umum
tarif
pajak
ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :
a.
penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh
puluh lima persen); dan
b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma
nol tujuh puluh lima persen).
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar
kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair
atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar
10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum
dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih
rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
untuk kendaraan pribadi (Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
4) Pajak Air Permukaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Permukaan
adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat
pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang
berada di laut maupun di darat. Tarif Pajak Air Permukaan
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 UndangUndang nomor 28 Tahun 2009).
5) Pajak Rokok
13
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Rokok adalah
pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah.
Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)
dari cukai rokok. Pajak Rokok dikenakan atas cukai rokok yang
ditetapkan oleh Pemerintah (Pasal 29 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009).
Penerimaan
pajak rokok, baik bagian
Provinsi
maupun
bagian Kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% untuk
mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum
oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
b. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota
Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak
yang termasuk pajak yang dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut :
1) Pajak Hotel
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas
penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,
losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah
penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar
lebih dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi
sebesar 10% (Pasal 35 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2) Pajak Restoran
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Restoran adalah pajak
atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah
fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut
14
bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin,
warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Tarif
Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
3) Pajak Hiburan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak Hiburan adalah pajak atas
penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan,
pertunjukan,
permainan,
dan/atau
keramaian
yang
dinikmati
dengan dipungut bayaran. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling
tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk hiburan
berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke,
klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi
uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar
75%
(tujuh
puluh
lima
persen).
Khusus
hiburan
kesenian
rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling
tinggi sebesar 10% (Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
4) Pajak Reklame
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak
atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang
untuk
tujuan
komersial
memperkenalkan,
menganjurkan,
mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap
barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak
Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 50 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
5) Pajak Penerangan Jalan
15
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah
pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan
Penggunaan
paling
tinggi
tenaga
sebesar
listrik
dari
10%
sumber
(sepuluh
lain
oleh
persen).
industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan
Jalan
ditetapkan
paling
tinggi
sebesar
3%
(tiga
persen).
Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak
Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan
logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau
permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana
dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang
mineral dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
7) Pajak Parkir
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas
penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu
kendaraan yang tidak bersifat sementara. Tarif Pajak Parkir
ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (Pasal 65 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
16
8) Pajak Air Tanah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak
atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah
adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi
sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
9) Pajak Sarang Burung Walet
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Sarang Burung Walet
adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan
sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk
marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina,
collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung
Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 75 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan
adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling
tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
17
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak
atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau
bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5%
(Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
f). Sistem Pemungutan Pajak
Dalam sistem pemungutannya, sistem pemungutan dibedakan
menjadi tiga sistem. Ketiga sistem tersebut, yaitu:
Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
kewenangannya diberikan kepada pemerintah untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:
•
Pemerintah memiliki kewenangan untuk menentukan besarnya
pajak terutang.
•
Wajib Pajak (WP) bersifat pasif.
•
Setelah pemerintah mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak, maka
timbullah utang pajak.
Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
kewenangannya
diberikan
kepada
Wajib
Pajak
(WP)
untuk
menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar. Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:
•
Wajib
Pajak
(WP)
memiliki
kewenangan
sendiri
untuk
menentukan besarnya pajak terutang.
•
Wajib Pajak (WP) bersifat aktif karena mulai dari menghitung,
menyerahkan, dan melaporkan sendiri pajak terutang.
18
•
Peranan pemerintah dalam hal ini hanya sebagai pengawas.
Withholding
System
adalah
sistem
pemungutan
pajak
yang
kewenangannya diberikan kepada pihak lain atau pihak ketiga,
yaitu selain pemerintah dan wajib pajak) hal itu dilakukan untuk
menghitung dan menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:
• Adanya pihak ketiga atau pihak lain yang memiliki kewenangan
untuk menghitung dan menentukan besarnya pajak terutang.
• Pemerintah dan Wajib Pajak (WP) dalam sistem ini bersifat pasif.
Wajib Pajak (WP) merupakan subjek pajak yang harus dibina dan
diarahkan tentang pentingnya kewajiban untuk membayar pajak.
Salah satu kewajiban warga negara yang baik adalah membayar
pajak secara tepat waktu dengan jumlah yang sesuai dengan yang
telah ditentukan. Hal itu dikarenakan fungsi pajak yang begitu
besar perannya dalam pemerataan ekonomi dan pembangunan
sehingga tanpa kita sadari, seluruh masyarakat Indonesia telah
menikmati hasil pengelolaan pajak di berbagai bidang.
g)Teori Barang Publik
Penyediaan barang-barang publik biasa dilakukan oleh pemerintah.
Barang-barang
publik
yang
disediakan
dan
dilakukan
oleh
pemerintah yakni seperti jalan raya, pertahanan nasional dan lainlain.
Sedangkan
pemerintah
barang
maupun
sawsta
pihak
juga
swasta,
dapat
seperti
dilakukan
kereta
api,
oleh
jasa
penerbangan dan lain-lain. Barang-barang swasta tersebut bukan
semata-mata murni hasil dari pihak swasta, melainkan pihak
pemerintah juga turut andil dalam pembiayaan atau anggaran
19
pembuatannya. Pihak swasta hanya menjadi 'pekerja' dalam segala
proyek pembuatan barang-barang tersebut.
Karakteristik barang publik (public goods):
1. Pengertian
Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain
akan barang tersebut dan barang publik merupakan barangbarang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan
seseorang
tidak
perlu
mengeluarkan
biaya
untuk
mendapatkannya. Contoh: udara, cahaya matahari, papan marka
jalan, lampu lalu lintas, pertahanan nasional dsb.
2.
Sifat
Non Rivalry yaitu penggunaan satu konsumen terhadap satu
suatu
barang
publik
tidak
akan
mengurangi
kesempatan
konsumen lain untuk ikut mengkonsumsi barang tersebut. Setiap
orang dapat memanfaatkan barang tersebut tanpa memengaruhi
manfaat yang diperoleh orang lain dan tidak membuat barang
publik itu menjadi berkurang. Contoh: dalam kondisi normal,
apabila kita menikmati udara dan sinar matahari, orang-orang
disekitar kita pun dapat mengambil manfaat yang sama dan
tidak akan berkurang karena dikonsumsi orang lain.
Non Excludable yaitu jika barang publik sudah tersedia, maka
tidak ada satupun yang menghalangi untuk memanfaatkan
barang tersebut, yakni setiap orang bebas memiliki akses atas
barang tersebut. Contoh: udara yang kita hirup maka orang lain
juga berhak untuk menghirupnya tanpa ada batasan atau limitlimit lainnya yang bersifat 'pengkhususan'.
3. Jenis
20
Barang publik lokal adalah barang yang menurut penyediaannya
oleh
pemerintah
daerah
dan
secara
teknologi
layak
dan
perolehan keuntungannya dinikmati oleh penduduk setempat.
Barang
publik
penyediaannya
nasional
oleh
adalah
pemerintah
barang-barang
pusat
dengan
yang
perolehan
keuntungan yang dinikmati dan selain penduduk setempat juga
masyarakat dalam suatu negara.
Barang publik murni adalah tidak ada seorang (pihak swasta)
yang
mau
menghasilkan,
karena
masalah
kepemilikan.
Sebagaimana namanya, maka barang ini tidak bisa dimiliki
perorangan,
tetapi
oleh
masyarakat
luas,
kalaupun
yang
mengelola ad alah pihak tertentu, seperti jalan yang dikelola oleh
pemerintah.
Barang publik tidak murni adalah letak barang publik yang jauh
dari jangkauan konsumen, jasa yang diterimanya makin kecil
juga untuk karakteristiknya.
4. Sistem pembayaran (Payment System) Sektor publik yang
mampu melakukan investasi untuk memberikan pelayanan
kemudian sektor swasta menjalankan dengan menjalankan
dengan mengenakan biaya pada pemakai, sistem ini disebut
Build-Operate-Transfer.
Persaingan rendah: barang publik (biaya sektor publik)
contohnya jalan toll menggunakan biaya campuran antara biaya
publik dan biaya swasta.
Persaingan tinggi : barang publik (biaya sektor publik) sedangkan
barang swasta (biaya dari pihak swasta).
5. Pelayanan(Service)
Sesuai dengan Fungsi Alokasi memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan penyediaan dan pelayanan barang-barang publik
yang diperuntukkan secara komunal dan tidak dapat dimiliki
secara perorangan.
21
Fungsi Distribusi, yaitu fungsi yang memiliki keterkaitan erat
dengan
perataan
kesejahteraan
masyarakat
dalam
arti
proporsional tetap menjadi perhatian dalam rangka mendorong
tercapinya pertumbuhan yang optimal.
Fungsi Stabilisasi yaitu fungsi yang memiliki keterkaitan erat
dengan
fungsi
mengatur
variabel
ekonomi
makro
dengan
sasaran untuk mencapai stabilitas ekonomi secara nasional.
6. Jumlah (Quantity)
Jumlah dari ketersediaan barang publik sendiri sangat banyak
atau melimpah. Seperti jalan-jalan publik, jumlahnya sampai tak
terhitung karena pembangunannya yang sangat cepat bahkan
dalam siklus harian dan tak pernah berhenti seiring kebutuhan
jalan publik yang makin meningkat dari tahun ke tahun baik itu
jalan protokol dan juga jalan-jalan kecil. Sehingga sulit bagi
seseorang untuk menghitung berapa jumlah dari jalan tersebut,
misalnya.
7. Kepemilikan
Karena sifatnya yang non-rival dan non-eksklusif, maka
kepemilikan dari barang publik sulit diidentifikasi bahkan bisa
dibilang tak ada satupun orang yang tidak memilikinya, karena
barang publik ditujukan untuk semua orang oleh pemerintah.
Jadi keputusan untuk pengalokasian sumber-sumber ekonomi
ke barang swasta atau publik tidak ada hubungannya dengan
permasalahan pihak manakah yang akan mengelolanya. Dalam
negara yang menganut sistem ekonomi sosialis, pengadaan dan
pembuatan
barang
publik
dan
swasta
seluruhnya
murni
dilakukan oleh pemerintah, negara kapitalis menyerahkan urusan
barang-barang tersebut pada pihak swasta saja, sedangkan
negara demokratis seperti Indonesia harus melalui keputusan
rakyat yang terwakili oleh DPR dulu untuk memutuskan kepada
pihak mana urusan pengadaan barang publik dan barang swasta
22
akan
dilimpahkan,
yang
dimaksud
adalah
presentase
kewenangannya.
Untuk
membahas
tentang
pemilihan
masyarakat
akan
kombinasi barang swasta dan barang publik dapat dilakukan
dengan menggunakan fungsi kesejahteraan rakyat (FKM = social
welfare function). Kurva FKM menccerminkan tingkat pertukaran
marginal
(marginal
rate
of
substition)
antara
konsumsi
masyarakat terhadap barang publik dan barang swasta yang
menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.
Jumlah
sumber-sumber
ekonomi
pada
masyarakat
sebenarnya sudah tetap, akan tetapi Indonesia selalu mengalami
pertambhana penduduk sehingga sedikit banyaknya jumlah
sumber ekonomi itu akan mengalami perubahan. Untuk itu jika
seseorang ingin mengetahui dan menentukan berapa jumlah
barang yang dapat dihasilkan masyarakat dengan sumbersumber ekonomi yang ada, bisa menggunakan KKP (kurva
kemungkinan produksi).
Ada berbagai macam teori tentang pembahasan barang-barang
publik dan swasta seperti yang akan dipaparkan berikut ini:
h) Teori Pigou
Teori ini membahas tentang penyediaan barang publik yang
yang dibiayai dengan pajak yang dipungut dari masyarakat.
Menurut Pigou, barang publik harus disediakan di dalam suatu
tempat dimana kepuasan marginal masyarakat akan publik sama
besarnya dengan ketidakpuasan marginalnya akan pajak yang
dipungut
dari
mereka
untuk
membiayai
program-program
pemerintah akan barang publik.
Semakin banyak anggaran yang dibutuhkan pemerintah
untuk memenuhi barang publik, maka kurva kepuasan marginal
akan semakin menurun, dengan kata lain akan menimbulkan
marginal disustility, karena pastinya pemerintah menarik pajak
23
kepada mereka demi membangun barang publik tersebut.
Sedangkan kita tahu bahwa pajak adalah hal yang paling tidak
disukai masyarakat. Pemerintah diharapkan untuk memperkecil
anggaran untuk membangun barang-barang publik sehingga
kesejahteraan masyarakat akan tercapai.
i) Teori Bowen
Teori ini didasarkan pada harga dari barang publik itu sendiri.
Jika pada barang swasta berlaku hukum pengeculian, misalnya
sepatu yang sudah menjadi milik si A berarti tidak bisa dimilik
oleh si B. Berbeda dengan kepemilikan barang publik, tidak
berlaku hukum pengecualian karena barang publik bisa dimiliki
dan dinikmati siapa saja selama menjadi warga negara dari
negara tersebut.
j) Teori Erick Lindahl
Erick Lindahl mengungkapkan analisis yang mirip dengan
teori yang dikemukakan oleh Bowen, hanya saja pembayaran
masing-masing konsumen tidak dalam bentuk harga absolut
akan tetapi berupa presentase dari total biaya penyediaan
barang publik. Dan hal ini didasarkan pada anggapan bahwa
dalam ekonomi hanya ada dua konsumen, yaitu konsumen A dan
B. Dan Lindhal juga merujuk pada kurva indeferens dengan
anggaran tetap tapi terbatas.
k) Teori Samuelson
Samuelson menyempurnakan teori pengeluaran pemerintah
dengan sekaligus menyertakan barang sektor swasta. Samule
menyatakan bahwa adanya barang publik yang mempunyai dua
karakteristik (non-exclusionary dan non rivalry) bukan berarti
tidak
bisa
mencapai
kondisi
Pareto
Optimal
(tingkat
kesejahteraan masyarakat yang optimal). Kondisi Patero Optimal
akan terwujud jika menggunakan salah satu dari tiga diagram.
24
l) Teori Anggaran
Teori yang menjelaskan tentang pengadaan barang-barang
publik
adalah
teori
alokasi
barang-barang
publik
melalui
anggaran (budget). Teori ini berdasarkan pada analisa yaitu
setiap orang memebayar atas konsumsi barang-barang publik
dengan jumlah yang sama.
m) Penentuan Harga Publik
Penyediaan
barang-barang
publik
yang
dibutuhkan
pemerintah menimbulkan permasalahan, karena tidak efisien
(konsumsi barang publik tidak bersaing) dan juga tidak dapat
dijual hanya
kepada satu konsumen (dijual pada seluruh
masyarakat yang berwenang). Tapi dalam hal ini dibahas tentang
penyediaan barang publik yang dapat dipungut suatu harga pada
barang tersebut.
Hubungan Antara Pajak dan Barang Publik
Arti Pajak dan Barang Publik telah dijelaskan secara singkat diatas,
sebagaimana kita ketahui bahwa manakala jumlah penerimaan
pajak meningkat, maka pendapatan suatu negara atau daerah
akan meningkat, apa lagi daerah yang tidak mempunyai sumber
daya alam yang memadai, maka pajak merupakan penerimaan
daerah
yang
sangat
Demokrasi Sosialis
potensial.
Karena
Indonesia
menganut
barang publik merupakan barang yang harus
disediakan oleh pemerintah, karena pihak swasta tidak mau karena
tidak mendapat keuntungan dari pembuatan Fasilitas umum yang
gratis.
Dalam kondisi pendapatan pajak yang relatif tinggi Maka secara
teoritis untuk membiayai fasilitas umum yang memadai maka
pemerintah
menggunakan
pajak
untuk
menjadi
pembiayaan
pembuatan fasilitas publik tersebut, bukan saja karena masyarakat
banyak
membutuhkan
fasilitas
yang
baik,
tapi
dari
pihak
25
pemerintah juga menginginkan dengan fasilitas yang bagus maka
dimungkinkan Investor atau wisatawan akan banyak yang mau
datang kedaerah kita.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Setelah kita melihat penjelasan tentang pajak dan teori
barang publik diatas, Peran pajak sangat mempunyai pengaruh
penting terhadap perekonomian untuk menyediakan barang publik
yang tidak disediakan oleh swasta, untuk melaksanakan hal
tersebut pemerintah perlu meningkatkan pendapatannya, salah
satunya
menggalakkan
pendapatannya
dari
pajak
untuk
memenuhi penyediaan barang publik.
Peran
perputaran
pajak
dan
semakin
dibutuhkan
pertumbuhan
ekonomi
sebagai
dan
pengatur
juga
bisa
mengendalikan dunia usaha kearah yang lebih positif, karena
26
tidak semua bidang perekonomian itu dapat ditangani oleh
swasta. Dengan demikian dalam sistem perekonomian modern
fungsi pajak dapat dibagi 5 yaitu : Fungsi Anggaran, Fungsi
Pengaturan, Fungsi Stabilitas, Fungsi redistribusi pendapatan,
fungsi pemerataan dan mengatur pertumbuhan ekonomi.
b. Saran
Menurut pendapat kami bahwa pemerintah dapat lebih
menggali pendapatan pajak
dengan cara mendata ulang wajib
pajak, melakukan penetapan jumlah pajak yang dibayar objek
pajak, melakukan penagihan secara intensif dengan melibatkan
SKPD secara aktif, melakukan penyelidikan pada objek atau subjek
pajak yang tidak membayar ataub terjadi kebocoran pajak dengan
kerja sama dengan penegak hukum.
Disamping itu perlu melakukan sosialisasi mengenai pajak,
masyarakat banyak tidak mengetahui kegunaan pajak, perlu
peningkatan keterampilan pemungut pajak,dan
peningkatan
fasilitas pemungut pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Ardimoviz., (2012)” Pajak Daerah” , Makalah Pajak Daerah, Blogger
Hitam And Biru. Sleman Yogyakarta
Qudsiyah Nadhifatul, and Sofiyah.,(2014)” Teori Barang Publik”,
Makalah
Ekonomi
publik”,
Sekolah
Tinggi
Agama
Islam
Syaikhona Moh. Cholil Bangkalan.
27
Zainatul
Nur
Arviyah,
R.AJ.,(2014)
“
Peran
mensejahterakan
masyarakat
dalam
pemerintah
penyediaan
guna
barang
publik”, Makalah Ekonomi publik, Fakultas Ekonomi Trunojoyo
Madura
Matanari Wahyudianto et al (2014).,”Inflasi dan Pengangguran”,
Makalah Ekonomi Makro, Fakultas Ekonomi Universitas Advent
Indonesia, Bandung
Kursus Keuangan Daerah., (2014) “Modul Penerimaan Daerah”,
Kementrian Keuangan RI Direktorat
Jendral Perimbangan
Keuangan
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang pajak daerah dan
retribusi daerah.
28
Makalah
“PAJAK DAN BARANG PUBLIK”
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi publik
DI TULIS OLEH
ARYOSI. M
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesainya
makalah
ini,
walaupun
masih
jauh
dari
kesempurnaan. Makalah yang kami buat berisi materi tentang
pajak dan barang publik.
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan
sumbangan pengetahuan bagi semua pihak yang tertarik dan
ingin mengetahui tentang pajak dan barang publik. Makalah ini
juga diharapkan bisa menjadi penambah literatur (Daftar
bacaan) khususnya bagi para mahasiswa .
Namun demikian, penulis sangat menyadari bahwa makalah masih
sangat jauh dari kesempurnaan Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak kami
nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua bersama
ini kami persembahkan makalah dengan judul Pajak dan barang
publik kehadapan pembaca semua
Wasalam
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................4
a. Latar belakang...............................................................4
b. Rumusan Masalah ......................................................... 5
c. Tujuan Penelitian............................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian pajak............................................................ 6
b. Fungsi pajak................................................................... 6
c. Prinsip pajak daerah....................................................... 8
d. Kriteria pajak darah........................................................ 8
e. Jenis Pajak Daerah..........................................................10
f. Sistem pemungutan pajak.............................................16
g. Teori barang publik.........................................................18
h. Teori Pigou......................................................................22
i. Teori Bowen....................................................................22
j. Teori Erick Lindahl..........................................................22
k. Teori Samuelson.............................................................22
l. Teori Anggaran...............................................................22
m. Penentuan harga publik.................................................22
n. Hubungan Pajak dan Barang Publik...............................23
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan ....................................................................24
b. Saran .............................................................................24
Daftar Pustaka ........................................................................25
3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu komponen penerimaan pendapatan
asli daerah, potensi pungutan pajak daerah lebih banyak memberikan
peluang bagi daerah untuk di mobilisasi secara maksimal bila
dibandingkan dengan komponen penerimaan daerah lainnya, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, terutama karena potensi pungutan
pajak daerah mempunyai sifat dan karakteristik yang jelas, baik
ditinjau dari tataran teoritis, kebijakan, maupun dalam tataran
implementasinya,
Disamping itu masyarakat
sangat mengetahui bahwa barang
publik juga di biayai dari pajak, dan pajak itu dibayar oleh rakyat
dengan harapan mendapat fasilitas publik yang memadai.
Dan
barang publik ini pemakaiannya dapat di konsumsi lebih dari satu
orang, hal ini berbeda dengan barang privat yang
dapat dimiliki
secara pribadi.
Karena barang publik dimiliki secara bersama maka untuk
pengadaan nya juga membutuhkan konsensus pembiayaan nya. Jika
barang publiknya kecil maka biaya yang dibutuhkan juga kecil, lalu
bagaimana barang publik dalam skala besar misalnya seperti jalan
siapa yang akan membayar, disinilah peran pemerintah sebagai
penyelenggara bertugas untuk menyediakan barang publik yang di
butuhkan oleh banyak orang.
Pemerintah
berkewajiban
untuk
mewujudkan
tersedianya
barang publik karena ekonomi pasar yang diperkenalkan oleh Adam
Smith
dianggap
mendapatkan
gagal
sumber
untuk
menyediakannya
pembiayaan
untuk
.
mendanai
Pemerintah
pengadaan
4
barang publik tersebut melalui
Pajak , Pendapatan Negara Bukan
Pajak, dan Hibah.
Pajak
dan pembiayaan barang publik merupakan indikator
ekonomi yang sering diamati oleh masyarakat. Dimana didalamnya
masyarakat terlibat langsung dalam membayar pajak dan juga
menggunakan barang publik dalam kegiatan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep
pengertian Pajak, Fungsi Pajak,
Prinsip-prinsip Pajak Daerah, kriteria pajak daerah Jenisjenis pajak daerah.
b. Apa saja teori barang publik?
c. Bagaimana hubungan antara tingkat pendapatan pajak
dengan pembiayaan barang publik.
C. Tujuan
a. Mengetahui bagaimana konsep pengertian Pajak, Fungsi
Pajak, Prinsip-prinsip Pajak Daerah, kriteria pajak daerah
Jenis-jenis pajak daerah.
b. Mengetahui apa saja teori barang publik?
c. Mengetahui
bagaimana
hubungan
antara
tingkat
pendapatan pajak dengan pembiayaan barang publik.
5
BAB II
PEMBAHASAN
a) Pengertian pajak daerah
Mardiasmo (2009) mengatakan bahwa : Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (Yang
dapat
dipaksakan
)
(Kontraprestasi)yang
dengan
tiada
mendapat
langsung
dapat
ditunjukkan
jasa
timbal
dan
yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Berdasarkan UU no 28 tahun 2009, pengertian pajak dalam
tataran pemerintah yang lebih rendah (daerah) sebagai berikut :
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh
orang
pribadi
atau
badan
yang
bersifat
memaksa
berdasarkan undang-undang , dengan tidak mendapat imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-bearnya kemakmuran rakyat.
Dari beberapa pengertian pajak tersebut dapat disimpulkan
bahwa pajak merupakan merupakan iuran wajib dari rakyat
kepada negara sebagai wujud peran serta dalam pembangunan,
yang penggunaannya didasarkan kepada undang-undang dan
tidak mendapat imbalan secara langsung, serta dapat dipaksakan
kepada mereka yang melanggarnya.
b) Fungsi Pajak Secara umum
a. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak
sebagai
pemerintah
sumber
untuk
pendapatan
membiayai
dan
pemasukan
bagi
pengeluaran-pengeluarannya
yang dilaksanakan secara rutin guna memenuhi biaya-biaya
pembangunan di Indonesia. Saat ini, pajak juga dipergunakan
untuk
pembiayaan
rutin,
seperti
belanja
barang,
belanja
pegawai serta pemeliharaan lainnya, menggaji pegawai negeri
6
sipil, membeli peralatan kegiatan pemerintahan, membayar
bunga
pinjaman,
dan
sebagainya.
Adapun
pengeluaran
pembangunan seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
gedung sekolah, dan sebagainya.. Oleh karena itu, fungsi pajak
di sini seperti kas negara yang terus ditingkatkan dari tahun ke
tahun mengingat kebutuhan pemerintah yang begitu banyak
dan kompleks.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak juga bisa digunakan sebagai alat untuk mengatur serta
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial
ekonomi. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi
suatu negara melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi
mengatur inilah, pajak bisa dipergunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
Contohnya, pemerintah menerapkan pajak atau bea masuk
yang tinggi terhadap produk-produk yang berasal dari luar
negeri. Hal ini juga berdampak positif terhadap produk dalam
negeri untuk melindunginya agar tidak kalah bersaing dengan
produk luar.
c. Fungsi Stabilitas
Pajak yang berfungsi sebagai stabilitas ini dapat digunakan
untuk meningkatkan kesempatan kerja pada suatu negara,
menciptakan stabilitas harga yang bertujuan untuk menekan
laju inflasi sehingga dapat dikendalikan, dengan jalan mengatur
peredaran uang yang beredar di masyarakat, yaitu dengan cara
memungut pajak dan memanfaatkan dana yang diperoleh dari
pemungutan pajak yang dibutuhkan untuk pembangunan di
segala bidang di Indonesia.
7
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Penerimaan
negara
yang
diperoleh
dari
pajak
dapat
dimanfaatkan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran
negara,
lapangan
seperti
kerja,
sarana
atau
kepentingan
pembiayaan
umum,
menciptakan
pembangunan.
Dengan
demikian, pendapatan masyarakat menengah ke bawah dapat
mengalami perbaikan ekonomi.
e. Fungsi Memeratakan dan Mengatur Pertumbuhan Ekonomi
Pemungutan
pajak
dapat
difungsikan
untuk
pemerataan
perekonomian dalam sebuah negara serta dapat juga mengatur
dan
mengendalikan
pertumbuhan
perekonomian
dengan
membuat kebijakan-kebijakan dalam pajak seperti menaikkan
atau menurunkan pajak dan atau melakukan diversifikasi pajak.
c) Prinsip-prinsip pajak daerah
1. Prinsip Keadilan (Equity)
Dalam prinsip ini ditekankan
berdasarkan
masing-masing
pentingnya
subjek
pajak
keseimbangan
daerah.
Yang
dimaksud keseimbangan atas kemampuan subjek pajak adalah
dalam pemungutan pajak tidak ada diskriminasi diantara
sesama wajib pajak yang memiliki kemampuan yang sama .
Pemungutan oajak yang dilakukan terhadap semua subjek
pajak harus sesuai dengan batas kemampuan yang sama.
Pemungutan pajak yang dilakukan terhadap semua subjek
pajak harus sesuai dengan batas kemampuan masing-masing,
sehingga dalam prinsip equity ini setiap masyarakat dengan
kemampuan yang
kemampuan
berbeda
yang
sesuai
memberikan
sama dan masyarakat yang memiliki
berbeda
dengan
kontribusi
memberikan
kontribusi
kemampuan
yang
berbeda
sesuai
dengan
yang
berbeda
yang
kemampuannya masing-masing.
2. Prinsip Kepastian (Certainty)
8
Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya kepastian , baik bagi
aparatur pemungut maupun wajib pajak. Kepastian dibidang
pajak daerah antara lain mencakup dasar hukum yang
mengaturnya ; kepastian mengenai subjek, objek tarif dan
dasar
pengenaannya
serta
kepatian
mengenai
tatacara
pemungutannya. Adanya kepastian akan menjamin setiap
orang
untuk
tidak
ragu-ragu
menjalankan
kewajiban
membayar pajak karena segala sesuatu diatur dengan jelas.
3. Prinsip Kemudahan (Covernience)
Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya saat dan waktu yang
tepat bagi wajib pajak daerah dalam memenuhi kewajibannya.
Pemungutan pajak daerah sebaiknya dilakukan pada saat
wajib pajak daerah menerima penghasilan. Dalam hal ini
negara
tidak
daerah
jika
mungkin
melaksanakan
masyarakat
membayar.
Bahkan
kesempatan
terlebih
tidak
daerah
dahulu
pemungutan
mempunyai
seharusnya
kepada
pajak
kemampuan
memberikan
masyarakat
untuk
memperoleh peningkatan pendapatan dan setelah itu mereka
layak memberikan kontribusi kepada daerah.
4. Prinsip Efisiensi (Efficiency)
Dalam prinsip ini ditekankan dalam efisiensi
dalam
pemungutan pajak , artinya biaya yang dikeluarkan dalam
melaksanakan pemungutan pajak tidak boleh lebih besar dari
jumlah yang dipungut.
d) Kriteria Pajak Daerah
Ada beberapa kriteria mengenai pajak daerah antara lain
1. Pungutan bersifat pajak bukan retribusi
Pungutan tersebut sesuai definsi pajak yang ditetapkan dalam
undang-undang,
yaitu
merupakan
kontribusi
wajib
yang
dilakukan oleh orang pribadi datau badan kepada daerah :
Tanpa imbalan langsung yang seimbang
Dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan
Digunakan
untuk
membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah
2. Objek pajak terletak atau terdapat diwilayah
daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas
9
cukup rendah serta hanya melayani masyarakat diwilayah
daerah kabupaten/kota bersangkutan.
3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
4. Pajak ditujukan untuk kepentingan bersama yang lebih luas
antara pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan
aspek kententraman dan kestabilan politilk, ekonomi , sosial,
budaya serta Hankam.
5. Potensi pajak memadaiartinya hasil penerimaan p[ajak harus
lebih besar dari biaya pemungutan.
6. Objek pajak bukan objek pajak pusat.
7. Tidak memberikan dampak ekonomi negatif . Pajak tidak
mengganggu sumber ekonomi dan tidak merintangi arus
sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor
impor
8. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
antara lain :
Objek dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat diawasi
Pemungutannya
Jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib
pajak
Tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan
wajib pajak.
9. Aspek kemampuan masyarakat
10.
Menjaga kelestarian lingkungan
e) Jenis-jenis pajak daerah
Pajak Propinsi
1. Pajak Kendaraan bermotor
a. Kepemilikan kendaraan
Pajak Kabupaten
1. Pajak Hotel
bermotor 2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
pribadi pertama
a. Hiburan Umum
b. Kepemilikan
kendaraan
pribadi
b. Hiburan Khusus
kedua dan seterusnya
c. Hiburan
kesenian
c. Alat-alat berat dan alat alat besar
/tradisional
d. Angkutan
umum,
ambulan,
4. Pajak Reklame
pemadam
kebakaran,
sosial 5. Pajak
penerangan
keagamaan, lembaga sosial
dan
jalan.
10
keagamaanpemerintah/
TNI
/Polri,
Pemda
2. Bea balik nama kendaraan bermotor
a. Penyerahan pertama
b. Penyerahan kedua dan seterusnya
c. Penyerahan pertama alat –alat berat
dan alat-alat besar
d. Penyerahan kedua alat –alat berat
dan alat-alat besar
3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
4. Pajak air permukaan
5. Pajak rokok
Sumber : UU No 28 Tahun
6. Pajak Parkir
7. Pajak Mineral Bukan
Logam dan batuan
8. Pajak air tanah
9. Pajak sarang walet
10. PBB
Perdesaan
perkotaan
11. Bea perolehan hak
atas
tanah
dan
bangunan
2009
a. Pajak yang Dikelola Provinsi
Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak
Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak
Rokok.
1) Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,
termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam
operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat
secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan
di air (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
11
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut :
a) untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling
rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar
2% (dua persen)
b)
untuk
kepemilikan
kendaraan
bermotor
kedua
dan
seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling
rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar
10% (sepuluh persen).
Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum,
ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga
sosial
dan
keagamaan,
Pemerintah/TNI/POLRI,
Pemerintah
Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima
persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Kemudian
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu
persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat
perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau
pemasukan ke dalam badan usaha (Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing
sebagai berikut :
a.
penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan
12
b.
penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu
persen).
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar
yang
tidak
menggunakan
jalan
umum
tarif
pajak
ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :
a.
penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh
puluh lima persen); dan
b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma
nol tujuh puluh lima persen).
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas
penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar
kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair
atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar
10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum
dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih
rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
untuk kendaraan pribadi (Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
4) Pajak Air Permukaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Permukaan
adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat
pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang
berada di laut maupun di darat. Tarif Pajak Air Permukaan
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 UndangUndang nomor 28 Tahun 2009).
5) Pajak Rokok
13
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Rokok adalah
pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah.
Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)
dari cukai rokok. Pajak Rokok dikenakan atas cukai rokok yang
ditetapkan oleh Pemerintah (Pasal 29 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009).
Penerimaan
pajak rokok, baik bagian
Provinsi
maupun
bagian Kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% untuk
mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum
oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
b. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota
Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak
yang termasuk pajak yang dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai
berikut :
1) Pajak Hotel
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas
penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,
losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah
penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar
lebih dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi
sebesar 10% (Pasal 35 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2) Pajak Restoran
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Restoran adalah pajak
atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah
fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut
14
bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin,
warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Tarif
Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
3) Pajak Hiburan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak Hiburan adalah pajak atas
penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan,
pertunjukan,
permainan,
dan/atau
keramaian
yang
dinikmati
dengan dipungut bayaran. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling
tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk hiburan
berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke,
klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi
uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar
75%
(tujuh
puluh
lima
persen).
Khusus
hiburan
kesenian
rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling
tinggi sebesar 10% (Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
4) Pajak Reklame
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak
atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang
untuk
tujuan
komersial
memperkenalkan,
menganjurkan,
mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap
barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak
Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 50 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
5) Pajak Penerangan Jalan
15
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah
pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan
Penggunaan
paling
tinggi
tenaga
sebesar
listrik
dari
10%
sumber
(sepuluh
lain
oleh
persen).
industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan
Jalan
ditetapkan
paling
tinggi
sebesar
3%
(tiga
persen).
Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak
Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan
logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau
permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana
dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang
mineral dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
7) Pajak Parkir
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas
penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu
kendaraan yang tidak bersifat sementara. Tarif Pajak Parkir
ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (Pasal 65 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
16
8) Pajak Air Tanah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak
atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah
adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi
sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
9) Pajak Sarang Burung Walet
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Sarang Burung Walet
adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan
sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk
marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina,
collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung
Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 75 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan
adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling
tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
17
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak
atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau
bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5%
(Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
f). Sistem Pemungutan Pajak
Dalam sistem pemungutannya, sistem pemungutan dibedakan
menjadi tiga sistem. Ketiga sistem tersebut, yaitu:
Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
kewenangannya diberikan kepada pemerintah untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:
•
Pemerintah memiliki kewenangan untuk menentukan besarnya
pajak terutang.
•
Wajib Pajak (WP) bersifat pasif.
•
Setelah pemerintah mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak, maka
timbullah utang pajak.
Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
kewenangannya
diberikan
kepada
Wajib
Pajak
(WP)
untuk
menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar. Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:
•
Wajib
Pajak
(WP)
memiliki
kewenangan
sendiri
untuk
menentukan besarnya pajak terutang.
•
Wajib Pajak (WP) bersifat aktif karena mulai dari menghitung,
menyerahkan, dan melaporkan sendiri pajak terutang.
18
•
Peranan pemerintah dalam hal ini hanya sebagai pengawas.
Withholding
System
adalah
sistem
pemungutan
pajak
yang
kewenangannya diberikan kepada pihak lain atau pihak ketiga,
yaitu selain pemerintah dan wajib pajak) hal itu dilakukan untuk
menghitung dan menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:
• Adanya pihak ketiga atau pihak lain yang memiliki kewenangan
untuk menghitung dan menentukan besarnya pajak terutang.
• Pemerintah dan Wajib Pajak (WP) dalam sistem ini bersifat pasif.
Wajib Pajak (WP) merupakan subjek pajak yang harus dibina dan
diarahkan tentang pentingnya kewajiban untuk membayar pajak.
Salah satu kewajiban warga negara yang baik adalah membayar
pajak secara tepat waktu dengan jumlah yang sesuai dengan yang
telah ditentukan. Hal itu dikarenakan fungsi pajak yang begitu
besar perannya dalam pemerataan ekonomi dan pembangunan
sehingga tanpa kita sadari, seluruh masyarakat Indonesia telah
menikmati hasil pengelolaan pajak di berbagai bidang.
g)Teori Barang Publik
Penyediaan barang-barang publik biasa dilakukan oleh pemerintah.
Barang-barang
publik
yang
disediakan
dan
dilakukan
oleh
pemerintah yakni seperti jalan raya, pertahanan nasional dan lainlain.
Sedangkan
pemerintah
barang
maupun
sawsta
pihak
juga
swasta,
dapat
seperti
dilakukan
kereta
api,
oleh
jasa
penerbangan dan lain-lain. Barang-barang swasta tersebut bukan
semata-mata murni hasil dari pihak swasta, melainkan pihak
pemerintah juga turut andil dalam pembiayaan atau anggaran
19
pembuatannya. Pihak swasta hanya menjadi 'pekerja' dalam segala
proyek pembuatan barang-barang tersebut.
Karakteristik barang publik (public goods):
1. Pengertian
Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh
individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain
akan barang tersebut dan barang publik merupakan barangbarang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan
seseorang
tidak
perlu
mengeluarkan
biaya
untuk
mendapatkannya. Contoh: udara, cahaya matahari, papan marka
jalan, lampu lalu lintas, pertahanan nasional dsb.
2.
Sifat
Non Rivalry yaitu penggunaan satu konsumen terhadap satu
suatu
barang
publik
tidak
akan
mengurangi
kesempatan
konsumen lain untuk ikut mengkonsumsi barang tersebut. Setiap
orang dapat memanfaatkan barang tersebut tanpa memengaruhi
manfaat yang diperoleh orang lain dan tidak membuat barang
publik itu menjadi berkurang. Contoh: dalam kondisi normal,
apabila kita menikmati udara dan sinar matahari, orang-orang
disekitar kita pun dapat mengambil manfaat yang sama dan
tidak akan berkurang karena dikonsumsi orang lain.
Non Excludable yaitu jika barang publik sudah tersedia, maka
tidak ada satupun yang menghalangi untuk memanfaatkan
barang tersebut, yakni setiap orang bebas memiliki akses atas
barang tersebut. Contoh: udara yang kita hirup maka orang lain
juga berhak untuk menghirupnya tanpa ada batasan atau limitlimit lainnya yang bersifat 'pengkhususan'.
3. Jenis
20
Barang publik lokal adalah barang yang menurut penyediaannya
oleh
pemerintah
daerah
dan
secara
teknologi
layak
dan
perolehan keuntungannya dinikmati oleh penduduk setempat.
Barang
publik
penyediaannya
nasional
oleh
adalah
pemerintah
barang-barang
pusat
dengan
yang
perolehan
keuntungan yang dinikmati dan selain penduduk setempat juga
masyarakat dalam suatu negara.
Barang publik murni adalah tidak ada seorang (pihak swasta)
yang
mau
menghasilkan,
karena
masalah
kepemilikan.
Sebagaimana namanya, maka barang ini tidak bisa dimiliki
perorangan,
tetapi
oleh
masyarakat
luas,
kalaupun
yang
mengelola ad alah pihak tertentu, seperti jalan yang dikelola oleh
pemerintah.
Barang publik tidak murni adalah letak barang publik yang jauh
dari jangkauan konsumen, jasa yang diterimanya makin kecil
juga untuk karakteristiknya.
4. Sistem pembayaran (Payment System) Sektor publik yang
mampu melakukan investasi untuk memberikan pelayanan
kemudian sektor swasta menjalankan dengan menjalankan
dengan mengenakan biaya pada pemakai, sistem ini disebut
Build-Operate-Transfer.
Persaingan rendah: barang publik (biaya sektor publik)
contohnya jalan toll menggunakan biaya campuran antara biaya
publik dan biaya swasta.
Persaingan tinggi : barang publik (biaya sektor publik) sedangkan
barang swasta (biaya dari pihak swasta).
5. Pelayanan(Service)
Sesuai dengan Fungsi Alokasi memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan penyediaan dan pelayanan barang-barang publik
yang diperuntukkan secara komunal dan tidak dapat dimiliki
secara perorangan.
21
Fungsi Distribusi, yaitu fungsi yang memiliki keterkaitan erat
dengan
perataan
kesejahteraan
masyarakat
dalam
arti
proporsional tetap menjadi perhatian dalam rangka mendorong
tercapinya pertumbuhan yang optimal.
Fungsi Stabilisasi yaitu fungsi yang memiliki keterkaitan erat
dengan
fungsi
mengatur
variabel
ekonomi
makro
dengan
sasaran untuk mencapai stabilitas ekonomi secara nasional.
6. Jumlah (Quantity)
Jumlah dari ketersediaan barang publik sendiri sangat banyak
atau melimpah. Seperti jalan-jalan publik, jumlahnya sampai tak
terhitung karena pembangunannya yang sangat cepat bahkan
dalam siklus harian dan tak pernah berhenti seiring kebutuhan
jalan publik yang makin meningkat dari tahun ke tahun baik itu
jalan protokol dan juga jalan-jalan kecil. Sehingga sulit bagi
seseorang untuk menghitung berapa jumlah dari jalan tersebut,
misalnya.
7. Kepemilikan
Karena sifatnya yang non-rival dan non-eksklusif, maka
kepemilikan dari barang publik sulit diidentifikasi bahkan bisa
dibilang tak ada satupun orang yang tidak memilikinya, karena
barang publik ditujukan untuk semua orang oleh pemerintah.
Jadi keputusan untuk pengalokasian sumber-sumber ekonomi
ke barang swasta atau publik tidak ada hubungannya dengan
permasalahan pihak manakah yang akan mengelolanya. Dalam
negara yang menganut sistem ekonomi sosialis, pengadaan dan
pembuatan
barang
publik
dan
swasta
seluruhnya
murni
dilakukan oleh pemerintah, negara kapitalis menyerahkan urusan
barang-barang tersebut pada pihak swasta saja, sedangkan
negara demokratis seperti Indonesia harus melalui keputusan
rakyat yang terwakili oleh DPR dulu untuk memutuskan kepada
pihak mana urusan pengadaan barang publik dan barang swasta
22
akan
dilimpahkan,
yang
dimaksud
adalah
presentase
kewenangannya.
Untuk
membahas
tentang
pemilihan
masyarakat
akan
kombinasi barang swasta dan barang publik dapat dilakukan
dengan menggunakan fungsi kesejahteraan rakyat (FKM = social
welfare function). Kurva FKM menccerminkan tingkat pertukaran
marginal
(marginal
rate
of
substition)
antara
konsumsi
masyarakat terhadap barang publik dan barang swasta yang
menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.
Jumlah
sumber-sumber
ekonomi
pada
masyarakat
sebenarnya sudah tetap, akan tetapi Indonesia selalu mengalami
pertambhana penduduk sehingga sedikit banyaknya jumlah
sumber ekonomi itu akan mengalami perubahan. Untuk itu jika
seseorang ingin mengetahui dan menentukan berapa jumlah
barang yang dapat dihasilkan masyarakat dengan sumbersumber ekonomi yang ada, bisa menggunakan KKP (kurva
kemungkinan produksi).
Ada berbagai macam teori tentang pembahasan barang-barang
publik dan swasta seperti yang akan dipaparkan berikut ini:
h) Teori Pigou
Teori ini membahas tentang penyediaan barang publik yang
yang dibiayai dengan pajak yang dipungut dari masyarakat.
Menurut Pigou, barang publik harus disediakan di dalam suatu
tempat dimana kepuasan marginal masyarakat akan publik sama
besarnya dengan ketidakpuasan marginalnya akan pajak yang
dipungut
dari
mereka
untuk
membiayai
program-program
pemerintah akan barang publik.
Semakin banyak anggaran yang dibutuhkan pemerintah
untuk memenuhi barang publik, maka kurva kepuasan marginal
akan semakin menurun, dengan kata lain akan menimbulkan
marginal disustility, karena pastinya pemerintah menarik pajak
23
kepada mereka demi membangun barang publik tersebut.
Sedangkan kita tahu bahwa pajak adalah hal yang paling tidak
disukai masyarakat. Pemerintah diharapkan untuk memperkecil
anggaran untuk membangun barang-barang publik sehingga
kesejahteraan masyarakat akan tercapai.
i) Teori Bowen
Teori ini didasarkan pada harga dari barang publik itu sendiri.
Jika pada barang swasta berlaku hukum pengeculian, misalnya
sepatu yang sudah menjadi milik si A berarti tidak bisa dimilik
oleh si B. Berbeda dengan kepemilikan barang publik, tidak
berlaku hukum pengecualian karena barang publik bisa dimiliki
dan dinikmati siapa saja selama menjadi warga negara dari
negara tersebut.
j) Teori Erick Lindahl
Erick Lindahl mengungkapkan analisis yang mirip dengan
teori yang dikemukakan oleh Bowen, hanya saja pembayaran
masing-masing konsumen tidak dalam bentuk harga absolut
akan tetapi berupa presentase dari total biaya penyediaan
barang publik. Dan hal ini didasarkan pada anggapan bahwa
dalam ekonomi hanya ada dua konsumen, yaitu konsumen A dan
B. Dan Lindhal juga merujuk pada kurva indeferens dengan
anggaran tetap tapi terbatas.
k) Teori Samuelson
Samuelson menyempurnakan teori pengeluaran pemerintah
dengan sekaligus menyertakan barang sektor swasta. Samule
menyatakan bahwa adanya barang publik yang mempunyai dua
karakteristik (non-exclusionary dan non rivalry) bukan berarti
tidak
bisa
mencapai
kondisi
Pareto
Optimal
(tingkat
kesejahteraan masyarakat yang optimal). Kondisi Patero Optimal
akan terwujud jika menggunakan salah satu dari tiga diagram.
24
l) Teori Anggaran
Teori yang menjelaskan tentang pengadaan barang-barang
publik
adalah
teori
alokasi
barang-barang
publik
melalui
anggaran (budget). Teori ini berdasarkan pada analisa yaitu
setiap orang memebayar atas konsumsi barang-barang publik
dengan jumlah yang sama.
m) Penentuan Harga Publik
Penyediaan
barang-barang
publik
yang
dibutuhkan
pemerintah menimbulkan permasalahan, karena tidak efisien
(konsumsi barang publik tidak bersaing) dan juga tidak dapat
dijual hanya
kepada satu konsumen (dijual pada seluruh
masyarakat yang berwenang). Tapi dalam hal ini dibahas tentang
penyediaan barang publik yang dapat dipungut suatu harga pada
barang tersebut.
Hubungan Antara Pajak dan Barang Publik
Arti Pajak dan Barang Publik telah dijelaskan secara singkat diatas,
sebagaimana kita ketahui bahwa manakala jumlah penerimaan
pajak meningkat, maka pendapatan suatu negara atau daerah
akan meningkat, apa lagi daerah yang tidak mempunyai sumber
daya alam yang memadai, maka pajak merupakan penerimaan
daerah
yang
sangat
Demokrasi Sosialis
potensial.
Karena
Indonesia
menganut
barang publik merupakan barang yang harus
disediakan oleh pemerintah, karena pihak swasta tidak mau karena
tidak mendapat keuntungan dari pembuatan Fasilitas umum yang
gratis.
Dalam kondisi pendapatan pajak yang relatif tinggi Maka secara
teoritis untuk membiayai fasilitas umum yang memadai maka
pemerintah
menggunakan
pajak
untuk
menjadi
pembiayaan
pembuatan fasilitas publik tersebut, bukan saja karena masyarakat
banyak
membutuhkan
fasilitas
yang
baik,
tapi
dari
pihak
25
pemerintah juga menginginkan dengan fasilitas yang bagus maka
dimungkinkan Investor atau wisatawan akan banyak yang mau
datang kedaerah kita.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Setelah kita melihat penjelasan tentang pajak dan teori
barang publik diatas, Peran pajak sangat mempunyai pengaruh
penting terhadap perekonomian untuk menyediakan barang publik
yang tidak disediakan oleh swasta, untuk melaksanakan hal
tersebut pemerintah perlu meningkatkan pendapatannya, salah
satunya
menggalakkan
pendapatannya
dari
pajak
untuk
memenuhi penyediaan barang publik.
Peran
perputaran
pajak
dan
semakin
dibutuhkan
pertumbuhan
ekonomi
sebagai
dan
pengatur
juga
bisa
mengendalikan dunia usaha kearah yang lebih positif, karena
26
tidak semua bidang perekonomian itu dapat ditangani oleh
swasta. Dengan demikian dalam sistem perekonomian modern
fungsi pajak dapat dibagi 5 yaitu : Fungsi Anggaran, Fungsi
Pengaturan, Fungsi Stabilitas, Fungsi redistribusi pendapatan,
fungsi pemerataan dan mengatur pertumbuhan ekonomi.
b. Saran
Menurut pendapat kami bahwa pemerintah dapat lebih
menggali pendapatan pajak
dengan cara mendata ulang wajib
pajak, melakukan penetapan jumlah pajak yang dibayar objek
pajak, melakukan penagihan secara intensif dengan melibatkan
SKPD secara aktif, melakukan penyelidikan pada objek atau subjek
pajak yang tidak membayar ataub terjadi kebocoran pajak dengan
kerja sama dengan penegak hukum.
Disamping itu perlu melakukan sosialisasi mengenai pajak,
masyarakat banyak tidak mengetahui kegunaan pajak, perlu
peningkatan keterampilan pemungut pajak,dan
peningkatan
fasilitas pemungut pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Ardimoviz., (2012)” Pajak Daerah” , Makalah Pajak Daerah, Blogger
Hitam And Biru. Sleman Yogyakarta
Qudsiyah Nadhifatul, and Sofiyah.,(2014)” Teori Barang Publik”,
Makalah
Ekonomi
publik”,
Sekolah
Tinggi
Agama
Islam
Syaikhona Moh. Cholil Bangkalan.
27
Zainatul
Nur
Arviyah,
R.AJ.,(2014)
“
Peran
mensejahterakan
masyarakat
dalam
pemerintah
penyediaan
guna
barang
publik”, Makalah Ekonomi publik, Fakultas Ekonomi Trunojoyo
Madura
Matanari Wahyudianto et al (2014).,”Inflasi dan Pengangguran”,
Makalah Ekonomi Makro, Fakultas Ekonomi Universitas Advent
Indonesia, Bandung
Kursus Keuangan Daerah., (2014) “Modul Penerimaan Daerah”,
Kementrian Keuangan RI Direktorat
Jendral Perimbangan
Keuangan
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang pajak daerah dan
retribusi daerah.
28