Metode agglomerative dan metode (13)
A. Pendahuluan
B. Sejarah Hukum Kontrak di Indonesia dan pengertian beserta dasar
hukum
Sebagaimana diketahui bahwa sebelum para penjajah Indonesia
memberlakukan hukumnya di Indonesia ini, yang berlaku adalah hukum
adat dari berbagai wilayah hukum adat di Indonesia, yang satu wilayah
dengan wilayah lainnya saling berbedabeda. Hukum kontrak merupakan
satu bagian dari hukum adat tersebut.kontrak yang paling meluas
dilakukan dalam hukum adat tentu kontrak jual beli, tetapi tempo dulu
sebelum mata uang meluas dipakai, kontrak tukarmenukarlah yang
banyak dilakukan. Misalnya para petani membawa barangbarang hasil
pertaniannya ke pasar untuk ditukar dengan barangbarang keperluan
rumah tangga lainnya.Di Indonesia, Kitab UndangUndang Hukum Perdata
ini atau yang disebut dengan Burgerlijke Wetboek (BW) mulai berlaku sejak
tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi. Adapun yang merupakan
prinsipprinsip utama dari hukum kontrak menurut KUHPerdata adalah
sebagai berikut:
Kebebasan Berkontrak
Prinsip konsensual
Prinsip Obligatoir
Prinsip Pacta Sunt Servanda
Yang dimaksud dengan prinsip kebebasan berkontrak (freedom of
contract) adalah prinsip yang mengajarkan bahwa para pihak dalam suatu
kontrak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat
kontrak, demikian juga kebebasan untuk mengatur isi kontrak tersebut,
sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku yang besifat
memaksa.
Dengan prinsip konsensual yang dimaksudkan adalah bahwa jika suatu
kontrak di buat, maka dia telah sah dan megikat secara penuh, tanpa
memerlukan prsyaratan lain, seperti persyaratan tertulis, kecuali jika
undangundang menentukan lain.
Prinsip Obligator adalah suatu prinsip yang mengajarkan bahwa jika
suatu kontrak telah dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi
kekerikatannya itu hanya sebatas timbulnya hak dan kewajiban semata
mata, dan haknya belum beralih sebelum dilakukan penyerahan (leverling).
Prinsip pacta sunt servanda secara harfiah berati “janji itu mengikat”.
Yang dimaksudkan adalah bahwa jika suatu kontrak sudah dibuat secara
sah oleh para pihak, maka kontrak tersebut sudah mengikat para
pihak.bahkan, mengikatnya kontrak yang dibuat oleh para pihak tersebut
sama kekuatannya dengan mengikatkannya sebuah undangundang yang
dibuat oleh parlemen dan pemerintah.
Jika Kitab UndangUndang Hukum Perdata berlaku terhadap hukum
materil, maka dalam bidang hukum formal yang berlaku adalah Kitab
UndangUndang Hukum Acara Perdata atau yang disebut dengan Herziene
Indonesische Reglement (HR). HR ini berlaku di Indonesia juga bersamaan
dengan berlakunya Kitab UndangUndang Hukum Perdata, yaitu berlaku
sejak tahun 1848.Dalam perkembangan dari hukum kontrak, asas
kebebasan berkontrak banyak dibatasi oleh berbagai hal, antara lain oleh
berbagai perundangundangan yanag berlaku. Misalnya, dengan keluarnya
UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka banyak pembatasan yang
diberikan kepada para pihak dalam membuat klausulaklausula dalam
suatu kontrak perdagangan.Disamping itu, munculnya banyak kontrak
baku (standard contract) juga menyebabkan banyak terjadi pembatasan
terhadap asas kebebasan berkontrak, baik kontrak baku yang dibuat oleh
pemerintah maupun kontrak baku yang dibuat di antara sesama kalangan
bisnis. Kontrak baku yang dibuat oleh pemerintah, misalnya berbagai
formulir kontrak yang berkenaan dengan peralihan hak atas tanah, yang
dikenal dengan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (Akta PPAT). Sedangkan
kontrak baku yang dibuat dikalangan bisnis sangat banyak macamnya,
seperti polis asuransi, formulir perbankan dan sebagainya.
Black’s Law Dictionary contract diartikan sebagai suatu perjanjian
antara dua atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu hal yang khusus
Prof Subekti kontrak adalah lebih sempit daripada perjanjian karena
ditunjukan kepada perjanjian atau persetujuan tertulis
Menurut kamus bahwa kontrak adalah suatu kesepakatan yang
diperjanjikan (promissory agreement) di antara dua atau lebih pihak yang
dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum
Steven H mengungkapkan pengertian kontrak sebagai suatu perjanjian,
atau serangkaian perjanjian dimna hukum memberikan ganti rugi terhadap
wanprestasi terhadap kontrak tersebut, atau terhadap pelaksanaan kontrak
tersebut oleh hukum di anggap sebagai suatu tugas
KHU Perdata memberikan pengertian kepada kontrak ini (dalam hal ini
disebut perjanjian) sebagai suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih
mengingatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih
Syarat sah kontrak dan konsekuensi yuridisnya
Agar suatu kontrak oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat
kedua belah pihak, maka kontrak tersebut haruslah memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat sahnya kontrak tersebut dapat
digolongkan sebagai berikut;
(1)Syarat sah yang umum, yang terdiri dari :
(a) Syarat sah umum berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, yang
terdiri dari :
(i)
kesepakatan kehendak
(ii)
wenang berbuat
(iii)
perihal tertentu; dan
(iv) Kuasa yang legal
(b)Syarat sah umum di luar Pasal 1338 dan 1339 KUH Perdata,
yang terdiri dari :
(i)
Syarat itikad baik
(ii)
Syarat sesuai dengan kebiasaan
(iii) Syarat sesuai dengan kepatutan
(iv) Syarat sesuai dengan kepentingan umum
(2)Syarat sah yang khusus, yang terdiri dari :
(a) Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu
(b)Syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu
(c) Syarat akta pejabat tertentu (yang bukan notaris) untuk
kontrak-kontrak tertentu
(d)Syarat izin dari yang berwenang
Perlindungan hukum terhadap kosumen akibat wanprestasi
Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya
Ada 3 bentuk wanprestasi :
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali
2. Terlambat memenuhi prestasi
3. Pemenuhan prestasi secara tidak layak
Untuk menentukan pada saat kapan kreditur wanprestasi diberikan
Penetapan lalai / in gebrekke sterling.Bentuk penetapan lalai ( pasal 1238
BM ) :
1. Berbentuk surat perintah atau akta lain yag sejenis
2. Berdasarkan pada kekuatan perjanjian itu sendiri
3. Jika tegoran sudah dilakukan barulah diberikan peringatan atau
somasi
Yang merupakan konskuensi hukum dari tidak terpenuhinya salah
satu atau lebih dari syaratsyarat sahnya kontrak bervariasi mengikuti
syarat mana yang dilanggar. Konsekuensi hukum tersebut adalah sebagai
berikut:
(1) Batal demi hukum (nietig, null and void), misalnya dalam hal
dilanggarnya syarat objektif dalam pasal 1320 KUH Perdata. Syarat
objektif tesebut adalah :
(a) Perihal tertentu, dan
(b) Kausa yang legal
(2) Dapat dibatalkan (vernietigbaaar, voidable) misalnya dalam hal tidak
terpenuhinya syarat subjektif dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Syarat
ubjektif tersebut adalah:
(a) Kesepakatan kehendak, dan
(b) Kecakapan berbuat.
(3) Kontrak tidak dapat dilaksanakan (unenforceable)
Kontrak tidak dapat dilaksanakan adalah kontrak yang tidak begitu
saja batal tetapi tidak dapat dilaksanakan, melainkan masih
mempunyai status hukum tertentu. Bedanya dengan kontrak yang
batal (demi hukum) adalah bahwa kontrak yang tidak dapat
dilaksanakan masih mungkin dikonversi menjadi kontrak yang
sah.sedangkan bedanya dengan kontrak dibatalkan, kontrak tersebut
sudah sah, mengikat dan dapat dilaksanakan sampai dengan
dibatalkan kontrak tersebut, sementara kontrak yang tidak dapat
dilaksanakan belum mempunyai kekuatan hukum sebelum
dikonversi menjadi kontrak yang sah.
(4) Sanksi administratif
Ada juga syarat kontrak yang apabila tidak dipenuhinya hanya
mengakibatkan dikenakan sanksi administratif saja terhadap salah
satu pihak atau kedua belah pihak dalam kontrak tersebut
Menurut Pasal 19 dalam buku hukum perlindungan konsumen
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
dipedagangkan.
(2) Ganti rugi sebagaimana yang di maksud ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang
sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal transaksi
(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana
berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur
kesalahan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut merupakan kesalahan konsumen.
Memperhatikan substansi Pasal 19 ayat (1) dapat diketahui bahwa
tanggung jawab pelaku usaha, meliputi:
1. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan
2. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran dan
3. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen
Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa
cacat bukan merupakan satusatunya dasar pertanggungjawaban pelaku
usaha. Hal ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala
kerugian yang dialami konsumen secara umum, tuntutan ganti kerugian
atas kerugian yang dialami oleh konsumen sebagai akibat penggunaan
produk, baik yang berupa kerugian maeri, fisik maupun jiwa, dapat
didasarkan pada beberapa ketentuan yang telah disebutkan, yang secara
garis besarnya hanya ada dua kategori, yaitu tuntutan ganti kerugian yang
berdasarkan perbuatan melanggar hukum. Kedua dasar tuntutan ganti
kerugian ini dibahas secarakhusus di bawah ini:
(a) Tuntutan berdasarkan wanprestasi
Dalam penerapan ketentuan yang berada dalam lingkungan huku
privat tersebut, terdapat perbedaan esensial antara tuntutan ganti kerugian
yang didasarkan pada wanprestasi dengan tuntutan ganti kerugian yang
didasarkan pada perbuatan melanggar hukum. Apabila tuntutan ganti
kerugian didasarkan pada wanprestasi, maka terlebih dahulu tergugat
dengan penggugat (produsen dengan konsumen) terikat suatu perjanjian
dengan demikian pihak ketiga (bukan sebagai pihak dalam perjanjian)yang
dirugikan tidak dapat menuntut ganti kerugian dengan alasan wanprestasi
Ganti kerugian yang diperoleh karena adanya wanprestasi merupakan
akibat tidak dipenuhinya kewajiban utama atau kewajiban tambahan yang
berupa kewajiban atas prestasi utama atau kewajiban jaminan/garansi
dalam perjanjian.
Bentukbentuk wanprestasi ini dapat berupa :
a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali
b. Debitur terlambat dalam memenuhi prestasi
c. Debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya
Terjadi wanprestasi pihak debitur dalam suatu perjanjian, membawa
akibat yang tidak mengenakan bagi debitur, karena debitur harus :
a. Mengganti kerugian
b. Benda yang menjadi objek perikatan, sejak terjadi wanprestasi
menjadi tanggung jawab gugat debitur
c. Jika perikatan itu timbul dari perikatan timbal balik, kreditur dapat
minta pembatalan (pemutusan) perjanjian
Wanprestasi (default atau non fulfilment, ataupun yang disebut
B. Sejarah Hukum Kontrak di Indonesia dan pengertian beserta dasar
hukum
Sebagaimana diketahui bahwa sebelum para penjajah Indonesia
memberlakukan hukumnya di Indonesia ini, yang berlaku adalah hukum
adat dari berbagai wilayah hukum adat di Indonesia, yang satu wilayah
dengan wilayah lainnya saling berbedabeda. Hukum kontrak merupakan
satu bagian dari hukum adat tersebut.kontrak yang paling meluas
dilakukan dalam hukum adat tentu kontrak jual beli, tetapi tempo dulu
sebelum mata uang meluas dipakai, kontrak tukarmenukarlah yang
banyak dilakukan. Misalnya para petani membawa barangbarang hasil
pertaniannya ke pasar untuk ditukar dengan barangbarang keperluan
rumah tangga lainnya.Di Indonesia, Kitab UndangUndang Hukum Perdata
ini atau yang disebut dengan Burgerlijke Wetboek (BW) mulai berlaku sejak
tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi. Adapun yang merupakan
prinsipprinsip utama dari hukum kontrak menurut KUHPerdata adalah
sebagai berikut:
Kebebasan Berkontrak
Prinsip konsensual
Prinsip Obligatoir
Prinsip Pacta Sunt Servanda
Yang dimaksud dengan prinsip kebebasan berkontrak (freedom of
contract) adalah prinsip yang mengajarkan bahwa para pihak dalam suatu
kontrak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat
kontrak, demikian juga kebebasan untuk mengatur isi kontrak tersebut,
sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku yang besifat
memaksa.
Dengan prinsip konsensual yang dimaksudkan adalah bahwa jika suatu
kontrak di buat, maka dia telah sah dan megikat secara penuh, tanpa
memerlukan prsyaratan lain, seperti persyaratan tertulis, kecuali jika
undangundang menentukan lain.
Prinsip Obligator adalah suatu prinsip yang mengajarkan bahwa jika
suatu kontrak telah dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi
kekerikatannya itu hanya sebatas timbulnya hak dan kewajiban semata
mata, dan haknya belum beralih sebelum dilakukan penyerahan (leverling).
Prinsip pacta sunt servanda secara harfiah berati “janji itu mengikat”.
Yang dimaksudkan adalah bahwa jika suatu kontrak sudah dibuat secara
sah oleh para pihak, maka kontrak tersebut sudah mengikat para
pihak.bahkan, mengikatnya kontrak yang dibuat oleh para pihak tersebut
sama kekuatannya dengan mengikatkannya sebuah undangundang yang
dibuat oleh parlemen dan pemerintah.
Jika Kitab UndangUndang Hukum Perdata berlaku terhadap hukum
materil, maka dalam bidang hukum formal yang berlaku adalah Kitab
UndangUndang Hukum Acara Perdata atau yang disebut dengan Herziene
Indonesische Reglement (HR). HR ini berlaku di Indonesia juga bersamaan
dengan berlakunya Kitab UndangUndang Hukum Perdata, yaitu berlaku
sejak tahun 1848.Dalam perkembangan dari hukum kontrak, asas
kebebasan berkontrak banyak dibatasi oleh berbagai hal, antara lain oleh
berbagai perundangundangan yanag berlaku. Misalnya, dengan keluarnya
UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka banyak pembatasan yang
diberikan kepada para pihak dalam membuat klausulaklausula dalam
suatu kontrak perdagangan.Disamping itu, munculnya banyak kontrak
baku (standard contract) juga menyebabkan banyak terjadi pembatasan
terhadap asas kebebasan berkontrak, baik kontrak baku yang dibuat oleh
pemerintah maupun kontrak baku yang dibuat di antara sesama kalangan
bisnis. Kontrak baku yang dibuat oleh pemerintah, misalnya berbagai
formulir kontrak yang berkenaan dengan peralihan hak atas tanah, yang
dikenal dengan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (Akta PPAT). Sedangkan
kontrak baku yang dibuat dikalangan bisnis sangat banyak macamnya,
seperti polis asuransi, formulir perbankan dan sebagainya.
Black’s Law Dictionary contract diartikan sebagai suatu perjanjian
antara dua atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu hal yang khusus
Prof Subekti kontrak adalah lebih sempit daripada perjanjian karena
ditunjukan kepada perjanjian atau persetujuan tertulis
Menurut kamus bahwa kontrak adalah suatu kesepakatan yang
diperjanjikan (promissory agreement) di antara dua atau lebih pihak yang
dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum
Steven H mengungkapkan pengertian kontrak sebagai suatu perjanjian,
atau serangkaian perjanjian dimna hukum memberikan ganti rugi terhadap
wanprestasi terhadap kontrak tersebut, atau terhadap pelaksanaan kontrak
tersebut oleh hukum di anggap sebagai suatu tugas
KHU Perdata memberikan pengertian kepada kontrak ini (dalam hal ini
disebut perjanjian) sebagai suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih
mengingatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih
Syarat sah kontrak dan konsekuensi yuridisnya
Agar suatu kontrak oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat
kedua belah pihak, maka kontrak tersebut haruslah memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat sahnya kontrak tersebut dapat
digolongkan sebagai berikut;
(1)Syarat sah yang umum, yang terdiri dari :
(a) Syarat sah umum berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, yang
terdiri dari :
(i)
kesepakatan kehendak
(ii)
wenang berbuat
(iii)
perihal tertentu; dan
(iv) Kuasa yang legal
(b)Syarat sah umum di luar Pasal 1338 dan 1339 KUH Perdata,
yang terdiri dari :
(i)
Syarat itikad baik
(ii)
Syarat sesuai dengan kebiasaan
(iii) Syarat sesuai dengan kepatutan
(iv) Syarat sesuai dengan kepentingan umum
(2)Syarat sah yang khusus, yang terdiri dari :
(a) Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu
(b)Syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu
(c) Syarat akta pejabat tertentu (yang bukan notaris) untuk
kontrak-kontrak tertentu
(d)Syarat izin dari yang berwenang
Perlindungan hukum terhadap kosumen akibat wanprestasi
Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya
Ada 3 bentuk wanprestasi :
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali
2. Terlambat memenuhi prestasi
3. Pemenuhan prestasi secara tidak layak
Untuk menentukan pada saat kapan kreditur wanprestasi diberikan
Penetapan lalai / in gebrekke sterling.Bentuk penetapan lalai ( pasal 1238
BM ) :
1. Berbentuk surat perintah atau akta lain yag sejenis
2. Berdasarkan pada kekuatan perjanjian itu sendiri
3. Jika tegoran sudah dilakukan barulah diberikan peringatan atau
somasi
Yang merupakan konskuensi hukum dari tidak terpenuhinya salah
satu atau lebih dari syaratsyarat sahnya kontrak bervariasi mengikuti
syarat mana yang dilanggar. Konsekuensi hukum tersebut adalah sebagai
berikut:
(1) Batal demi hukum (nietig, null and void), misalnya dalam hal
dilanggarnya syarat objektif dalam pasal 1320 KUH Perdata. Syarat
objektif tesebut adalah :
(a) Perihal tertentu, dan
(b) Kausa yang legal
(2) Dapat dibatalkan (vernietigbaaar, voidable) misalnya dalam hal tidak
terpenuhinya syarat subjektif dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Syarat
ubjektif tersebut adalah:
(a) Kesepakatan kehendak, dan
(b) Kecakapan berbuat.
(3) Kontrak tidak dapat dilaksanakan (unenforceable)
Kontrak tidak dapat dilaksanakan adalah kontrak yang tidak begitu
saja batal tetapi tidak dapat dilaksanakan, melainkan masih
mempunyai status hukum tertentu. Bedanya dengan kontrak yang
batal (demi hukum) adalah bahwa kontrak yang tidak dapat
dilaksanakan masih mungkin dikonversi menjadi kontrak yang
sah.sedangkan bedanya dengan kontrak dibatalkan, kontrak tersebut
sudah sah, mengikat dan dapat dilaksanakan sampai dengan
dibatalkan kontrak tersebut, sementara kontrak yang tidak dapat
dilaksanakan belum mempunyai kekuatan hukum sebelum
dikonversi menjadi kontrak yang sah.
(4) Sanksi administratif
Ada juga syarat kontrak yang apabila tidak dipenuhinya hanya
mengakibatkan dikenakan sanksi administratif saja terhadap salah
satu pihak atau kedua belah pihak dalam kontrak tersebut
Menurut Pasal 19 dalam buku hukum perlindungan konsumen
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
dipedagangkan.
(2) Ganti rugi sebagaimana yang di maksud ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang
sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal transaksi
(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana
berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur
kesalahan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut merupakan kesalahan konsumen.
Memperhatikan substansi Pasal 19 ayat (1) dapat diketahui bahwa
tanggung jawab pelaku usaha, meliputi:
1. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerusakan
2. Tanggung jawab ganti kerugian atas pencemaran dan
3. Tanggung jawab ganti kerugian atas kerugian konsumen
Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa
cacat bukan merupakan satusatunya dasar pertanggungjawaban pelaku
usaha. Hal ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala
kerugian yang dialami konsumen secara umum, tuntutan ganti kerugian
atas kerugian yang dialami oleh konsumen sebagai akibat penggunaan
produk, baik yang berupa kerugian maeri, fisik maupun jiwa, dapat
didasarkan pada beberapa ketentuan yang telah disebutkan, yang secara
garis besarnya hanya ada dua kategori, yaitu tuntutan ganti kerugian yang
berdasarkan perbuatan melanggar hukum. Kedua dasar tuntutan ganti
kerugian ini dibahas secarakhusus di bawah ini:
(a) Tuntutan berdasarkan wanprestasi
Dalam penerapan ketentuan yang berada dalam lingkungan huku
privat tersebut, terdapat perbedaan esensial antara tuntutan ganti kerugian
yang didasarkan pada wanprestasi dengan tuntutan ganti kerugian yang
didasarkan pada perbuatan melanggar hukum. Apabila tuntutan ganti
kerugian didasarkan pada wanprestasi, maka terlebih dahulu tergugat
dengan penggugat (produsen dengan konsumen) terikat suatu perjanjian
dengan demikian pihak ketiga (bukan sebagai pihak dalam perjanjian)yang
dirugikan tidak dapat menuntut ganti kerugian dengan alasan wanprestasi
Ganti kerugian yang diperoleh karena adanya wanprestasi merupakan
akibat tidak dipenuhinya kewajiban utama atau kewajiban tambahan yang
berupa kewajiban atas prestasi utama atau kewajiban jaminan/garansi
dalam perjanjian.
Bentukbentuk wanprestasi ini dapat berupa :
a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali
b. Debitur terlambat dalam memenuhi prestasi
c. Debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya
Terjadi wanprestasi pihak debitur dalam suatu perjanjian, membawa
akibat yang tidak mengenakan bagi debitur, karena debitur harus :
a. Mengganti kerugian
b. Benda yang menjadi objek perikatan, sejak terjadi wanprestasi
menjadi tanggung jawab gugat debitur
c. Jika perikatan itu timbul dari perikatan timbal balik, kreditur dapat
minta pembatalan (pemutusan) perjanjian
Wanprestasi (default atau non fulfilment, ataupun yang disebut