hukum rokok dan orang yg merokok dalam p

Rokok Menurut Pandangan Islam
Perokok akan menjadi bulan bulanan, dicibir dan dianggap
sebagai suatu tabiat yang jelek, bahkan tidak heran sebagian
orang akan sinis melihat perokok ketimbang melihat penipu
dan pezinah, padahal rokok sendiri belum tentu akan
membentuk suatu kepribadian yang jelek serta membuahkan
perbuatan tercela.
Di satu sisi rokok itu mempunyai manfaat dan di sisi lain
mempunyai mudharat terhadap diri si perokok dan orang lain
dengan mencemarakan lingkungan. sementara kendaraan dan
pabrik pabrik yang sangat mencemarkan malah dikembang
biakan sebagai lambang kejayaan dan kekayaan. Olehnya itu,
janganlah terlalu mencela sesuatu yang belum tentu tercela,
tapi lihatlah sesuatu yang dianggap tercela dan bimbinglah ia
dengan Hikmah serta Mau’idzah agar tidak menjadi tercela.
Tulisan ini bukanlah pembelaan terhadap diri saya yang
juga sebagai perokok, namun sebagai bahan dan masukan agar
orang orang yang mencela rokok tidak terlalu sinis dan keras
dalam mendidik anak anaknya agar terjauh dari rokok, hal ini
karena berdasarkan pengalaman sendiri dan sebagian besar
para perokok diakibatkan sinis serta kerasnya para orang tua

dan guru dalam melarang anak dan murid, baik dengan
teguran yang kasar bahkan pukulan yang sangat berlebihan
yang mebuat jiwa si anak dan murid menjadi munafik dan
tingkahnya semakin menjadi jadi, di depan nunduk dibelakang
nusuk. Padahal jika diarahkan dengan baik, insyaallah akan
menjadi lebih sadar, paham dan semakin membaik. karena
pada dasarnya perokok mulai menghisap rokok hanyalah ikut
ikutan kawan yang mungkin takut dikatain bencong dan
sebagainya yang membuat mereka mulai mencoba, dan hal itu
sangatlah mudah untuk dibenahi. Tapi mungkin karena orang
tua dan guru terlalu keras dalam melihat hukum merokok dan
akibatnya yang mengakibatkan tindakannya yang keras serta
kasar dalam melarang sehingga anak dan murid semakin keras
kepala, padahal rokok hanyalah salah satu dari 1000 penyebab
penyakit jantung bahkan kematian. Untuk itu, ada baiknya saya
tulis sedikit mengenai rokok dan hukumnya menurut
pandangan islam.
Sejarah Rokok dan Kandungannya
1


Pada tahun 1492, Colombus menemukan tembakau di
pulau Bahamas yang mana penduduknya tidak memperhatikan
benda tersebut, malah mereka membuangnya, Colombus pun
pada awalnya menyangka benda tersebut tidak berfaedah,
namun setelah difikirnya kembali, ternyata benda tersebut
mempunyai nilai yang tinggi, namun ia bukanlah orang yang
menemukan bagaimana menggunakan tembakau tersebut.
Pada tahun yang sama Rodrigo De Jares membuka pabrik dan
perusahaan tembakau (rokok) di Kuba, kemudian pada tahun
1556-1558 mulai diperkenalkan ke Perancis , Spanyol dan
Portugal. Dan selanjutnya, tersebarlah ke seluruh dunia.
Menurut ilmu kedokteran, rokok mengandung lebih kurang
4000 bahan kimia, diantaranya nikotina, tar, karbon monoksida
dan hidrogen sianida. Nokotina ialah sejenis tumbuhan organik
yang dijumpai secara alami di dalam batang dan daun
tembakau yang mengandung nikotina paling tinggi, atau
sebanyak 5% dari berat tembakau ialah nikotina. Nikotina
merupakan racun saraf manjur (potent nerve poison) dan
digunakan sebagai racun serangga. Pada suhu rendah, bahan
ini bertindak sebagai perangsang dan adalah salah satu sebab

utama mengapa merokok digemari dan dijadikan sebagai
tabiat. Selain tembakau. nikotina juga ditemui di dalam
tumbuhan famili Solanaceae termasuk tomat, terung ungu
( eggplant ), kentang dan lada hijau. Nikotina dapat meransang
dan meningkatkan aktivitas, kewaspadaan/refleksi, kecerdasan
serta daya ingat. Namun di sisi lain, nikotina adalah racun yang
dapat menangkal dan menghilangkan pengaruh berbagai
macam obat, misalanya : Antibiotik yang digunakan sebagi
obat penangkal terhadap kuman, kadang antibiotik tersebut
gagal memberi kesan yang diharapkan, disebabkan oleh
nikotina. Kuinin digunakan sebagai obat malaria, namun
dengan banyaknya nikotin di dalam tubuh akan mempercepat
penyingkiran obat kuinin tersebut dari tubuh. Teofilin sebagai
obat pereda sesak nafas, yang menurut hasil penelitian, pada
sebagian besar perokok akan lebih cepat menyingkirkan teofilin
dibanding pasien yang tidak merokok. Benzodiazepina adalah
sejenis obat tidur yang berdosis sangat tinggi, namun pengaruh
obat ini akan berkurang jika si peminum obat tersebut adalah
perokok.
Hukum Rokok dalam Pandangan Islam

2

Temabakau (tabacco) atau rokok mulai nampak dan
digunakan oleh sebagian penduduk dunia pada abad ke
sepuluh Hijriah yang membuat dan memaksa ulama ulama
pada masa itu untuk berbicara dan menjelaskan hukumnya
menurut
Syar’i,
hasilnya
terdapat
berbagai
macam
pendapat,sebagain
ulama
mengharamkannya,
sebagian
memakruhkan, sebagian membolehkan, sebagian ulama tidak
menentukan dan menetapkan hukumnya tapi menjelaskannya
secara terperinci dan sebagian ulama lagi mengambil jalan
diam dan tidak membahas masalah tersebut.

I.

Pendapat yang mengharamkannya
Mereka berpendapat bahwa rokok hukumnya adalah Haram
menurut Syar’i, pendapat ini dinisbahkan kepada Syaikhul
islam Ahmad As Sanhuri Al Bahuti Al Hanbali Al Mashri, Syaikhul
Al Malikiyah Ibrahim Allagani, Abul Ghaits Al Qasyasy Al Malikiy,
Najmuddin bin Badruddin bin Mufassir Al quran Assyafi’i,
Ibrahim bin Jam’an dan muridnya Abu Bakr bin Ahdal Al Yamani,
Abdul Malik Al ‘Ishami, Muhammad bin Alamah, Assayyid Umar
Al Bashri, Muhammad Al Khawaja dan Assayyid Sa’ad Al Balkhi
Al Madani.
Alasan dan dalil dalil mereka tentang pengharamannya
kembali ke tiga pokok permasalahan yang diakibatkan oleh
rokok tersebut, yaitu :
1. Memabukkan
Yang dimaksudkan oleh mereka dengan memabukkan yaitu
benar benar menutupi akal dan menghilangkannya meskipun
tanpa adanya keinginan yang kuat untuk bersenang senang
dengan

kata
lain,
memabukkan
perokok
dengan
menyempitkan akal serta nafasnya, dan menurut mereka,
tidak ada keraguan hal tersebut akan terjadi pada orang
orang yang pertama mencicipinya. Olehnya itu hukumnya
adalah haram dan menurut mereka, seorang yang perokok
tidak boleh dijadikan imam.
2. Melemahkan dan Narcolepsy
Kalupun rokok itu tidak memabukkan, namun ia melemahkan
si perokok dan membuatnya malas dalam bekerja, juga
Narcolepsy yaitu penyakit yang ditandai dengan rasa ngantuk
yang sangat kuat dan tak terkendali sebagaimana halnya
orang dibius. Sebagaimana hadis riwayat Ahmad dan Abu
3

Daud dari Ummu Salmah bahwa Rasulullah SAW melarang
semua yang memabukkan dan melemahkan.

3. Berbahaya dan berdampak negatif
Bahaya dan dampak yang mereka sebutkan ada dua macam :
a. Dampak terhadap tubuh dimana rokok tersebut akan
melemahkan dan merubah warna wajah menjadi pucat
serta menimbulkan berbagai macam penyakit dan mungkin
akan menimbulkan penyakit TBC. Dan mereka berpendapat
bahwa tidak ada perbedaan dalam pengharaman sesuatu
yang berdampak negatif, baik dampak tersebut datang
secara sekaligus maupun bahaya tersebut datang secara
perlahan dan berangsur angsur.
b. Damapk terhadap keuangan dimana seorang perokok akan
menghambur hamburkan uangnya dan hartanya terhadap
sesuatu yang tidak bermanfaat bagi tubuh dan diri dan
tidak juga bermanfaat di dunia dan di akherat, padahal
islam telah melarang untuk menghambur hamburkan harta
kepada sesuatu yang tidak bermanfaat sebagaimana
firman Allah SWT, ” Wala tubazzir tabzira, innal mubazzirina
kaanu ikhwana Sayathin wakana syaithanu lirabbihu
kafura” (Al Isra : 27), janganlah menghambur hamburkan
harta kepada apa apa yang tidak bermanfaat karena orang

yang mubazzir adalah saudaranya setan sedangkan setan
itu kufur kepada Tuahannya. Mereka juga berpendapat, jika
seorang perokok itu mengakui bahwa dia tidak mendapat
manfaat
apa
pun
dari
rokok
pasti
dia
akan
mengharamkannya atas dirinya, bukan dari segi pemakaian
dan penggunaannya melainkan dari segi materi yang
dihabiskannya dalam membelanjakan rokok tersebut.
II. Pendapat yang memakruhkannya
Pendapat ini mengatakan bahwa rokok menurut hukum
syar’i adalah makruh, dan pendapat ini dinisbahkan kepada
Syaikh Abu Sahal Muhammad bin Al Wa’idz Al hanafi dan
pengikutnya. Adapun alasan dan dalil mereka tentang
pemakruhannya sebagai berikut :

1. Perokok itu tidak akan terlepas dari bahaya yang
ditimbulkan oleh rokok itu sendiri apalagi kalau berlebihan,
sedikit saja berbahaya apalagi kalau banyak.
2. Kekurangan dalam harta, artinya, meskipun si perokok
tidak menghambur hamburkan dan tidak boros serta
4

berlebihan namun hartanya telah berkurang dengan
menggunakannya kepada hal hal yang kurang bermanfaat.
Alangkah baiknya jika uang yang dibelanjakkan untuk rokok
digunakan kepada hal hal yang bermanfaat baik buat diri
sendir dan orang lain.
3. Baunya yang kurang enak dan sedap yang dapat
menggangu orang di sampingnya, dan hukum memakan
atau mengkonsumsinya adalah makruh, sama halanya
dengan memakan bawang merah dan bawang putih.
4.
Rokok
akan
menyibukkan

si
perokok
dengan
menghisapnya yang dapat membuatnya lalai dalam
beribadah maupun mengurangi kesempurnaan ibadahnya.
5. Rokok akan membuat si perokok itu lemah di saat tidak
mendapatkannya dan fikirannya akan terganggu oleh
bisikan bisikan yang akan membuatnya salah dalam
bertindak.
Asyeikh Abu Sahal Muhammad bin Al Wa’idz Al hanafi
kemudian berkata : Dalil dalil tentang pemakruhannya adalah
dalil Qath’i sedangkan dalil tentang pengharamannya masih
Dzanni, semua yang berbau tidak sedap adalah makruh
sebagaimana halnya bawang dan rokok termasuk di dalamnya,
kemudian beliau melarang orang orang yang merokok untuk
berjamaah di mesjid.
III. Pendapat yang membolehkannya
Pendapat ini mengatakan bahwa hukum rokok menurut
syar’i adalah mubah (boleh), pendapat ini dinisbahkan kepada
Al ‘Alamah Asyeikh Abdul Ghani Annablisi dan Syeikh Mustafa

Assuyuti Arrahbani. Adapaun dalil dan alasan mereka tentang
bolehnya rokok yaitu Al Ashlu Minal Asyai Al Mubah, asal
dari segala sesuatu itu adalah Mubah (boleh) sebelum ada dalil
Syar’i yang sharih yang mengharamkannya.
mereka mengatakan bahwa orang orang yang menuding
rokok itu memabukkan dan melemahkan adalah tidak benar,
karena mabuk adalah hilangnya akal yang dibarengi oleh
gerakan tubuh sedangkan narcolepsy adalah hilangnya akal
tidak sadarkan diri, dan kedua hal tersebut tidak terdapat dan
terjadi pada si perokok, sehingga tidak dibenarkan untuk
mengharamannya.
Adapun
masalah
pemborosan
dan
menghambur hamburkan uang bukan hanya dalam hal rokok
5

dan masih banyak hal lain yang lebih besar dimana dihambur
hamburkannya uang.
Kemudian Syeikh Mustafa Assuyuti Arrahbani dalam Syarah
“Ghayatul Muntaha” dalam fiqh Hanbali : Semua orang yang
meneliti masalah ini haruslah bersumber dari Ushuluddin dan
cabang cabangnya tanpa harus mengikuti hawa nafsu,
sekarang orang orang bertanya tentang hukumnya rokok yang
semakin populer dan telah diketahui oleh semua orang,
kemudian beliau membantah dalil orang orang yang
mengharamkannya disebabkan oleh mudharat terhadap akal
dan badan dengan membolehkannya, karena asal dari segala
sesuatu yang belum jelas dharar dan juga nashnya adalah
mubah (boleh) kecuali bila ada dalil nash yang Sharih tentang
pengharamannya.
IV. Pendapat yang tidak menetapkan hukumnya tapi
menjelaskannya secara terperinci
Pendapat ini tidak menentukan dan menetapkan hukumnya
merokok namun menjelaskannya secara terperinci, mereka
mengatakan bahwa tembakau pada dasarnya adalah tumbuhan
yang suci tidak memabukkan dan tidak membawa mudharat,
hukum asalnya adalah mubah dan hukum tersebut bisa
berubah ubah dalam hukum syar’i sesuai dengan keadaan dan
kondisi. Jika seseorang merokok namun tidak berdampak
negatif terhadap akal dan badannya maka hukumnya adalah
Mubah
(boleh).
Jika
rokok
berdampak
negatif
dan
membahayakan si perokok maka hukumnya adalah Haram,
sama halnya dengan larangan mengkonsumsi madu jika madu
tersebut berdampak negatif bagi pengkunsumsinya. Jika rokok
itu bermanfaat, digunakan untuk penangkal mudharat atau
sebagai obat, maka hukum merokok itu adalah wajib.
V. Pendapat Ulama Modern
1. Syeikh Hasanain Makhluf (mantan Mufti Mesir),
mengatakan bahwa asal dari hukum merokok adalah
Mubah kemudian menjadi haram dan makruh karena
beberapa hal, diantaranya adalah adanya dampak
negatif yang ditimbulkan oleh rokok baik mudharatnya
sedikit atau banyak terhadap diri dan harta dan
membawa ke kerusakan, melalaikan tugas dan kewajiban
semisal tidak memberi nafkah kepada istri dan anak dan
orang orang yang berhak mendapatkan nafkah
6

disebabkan karena hartanya habis dibelanjakan untuk
rokok. Kalau hal ini benar benar terjadi berati hukum
merokok adalah makruh bahkan haram dan apabila tidak
ad salah satu diantara mudharat tersebut di atas maka
hukum merokok adalah halal.
2. Al Alamah Asyeikh Muhammad bin Mani’, ulama besar
Qatar
dan
sebagaian
besar
ulama
Najd
mengharamkannya. Sebagaimana dalam risalah ulama
Najd dan Syarah Ghayatul Muntaha hal 332 oleh Syekh
Muhammad bin Mani’.
3. Assyeikh Mahmud Syaltut (Syaikhul Azhar) dalam
fatawanya mengatakan : Meskipun tembakau tidak
memabukkan dan tidak merusak akal namun mempunyai
dampak yang sangat negatif yang dirasakan oleh perokok
terhadap kesehatannya dan juga dirasakan oleh perokok
pasif. Ilmu kedokteran telah menjelaskan mudharat yang
ditimbulkan oleh rokok sehingga tidak diragukan lagi
kalau rokok adalah penyakit yang berbahaya baik secara
islam maupun secara umum, dan jika kita melihat
banyaknya harta dan uang yang dihabiskan untuk
membelanjakan hal hal yang tidak bermanfaat seperti
rokok maka dapat dikatakan bahwa tembakau (rokok) itu
mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan dan
harta dimana hal itu diharamkan dan dimakruhkan dalam
Islam. Di dalam Islam penentuan suatu hukum tentang
pengharaman dan pemakruhan tidak mesti harus
berdasarkan Nash dan dalil khusus tentang hal tersebut
tapi cukup dengan mengetahui Illahnya.
Demikian pendapat para ulama mengenai hukum
rokok (merokok) dalam Islam yang sengaja dipaparkan,
sebagai bahan acuan dalam mendidik anak maupun
murid dengan hikmah dan mau’idzhah bukan dengan
kekerasan yang akan mempengaruhi physic dari anak
dan murid tersebut yang malah membawa ke
kehancuran. Masih banyak hal hal besar yang telah jelas
jelas pengharamannya yang perlu diperhatikan dibanding
rokok yang masih saja menjadi ikhtilaf ulama dari dulu
sampai saat ini. Thanks n Godluck

7