Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (1)

BAB 5

SISTEM HUKUM DAN
PERADILAN INTERNASIONAL
Kelompok :
Albert Liem
Alberthus
Anthony
Budi
David VG

PETA KONSEP (KD 5.1.)
Pengertian

SISTEM
HUKUM DAN
PERADILAN
INTERNASION
AL

Sistem Hk.

Internasion
al
Hk.
Internasional
Asal Mula
Arti Modern

Hukum
Internasion
al

Asas-asas

Sumber
Hukum
Subjek
Hukum
Hub. Hukum Internasional dgn Hk.
Nasional
Proses ratifikasi Hk. Int menjadi Hk.

Nasional
Peradilan
Internasional

B. SISTEM HUKUM DAN PERADILAN
INTERNASIONAL
C. PENYEBAB TIMBULNYA SENGKETA
INTERNASIONAL
DAN CARA PENYELESAIAN OLEH
MAHKAMAH INTERNASIONAL
D. MENGHARGAI KEPUTUSAN
MAHKAMAH INTERNASIONAL

ISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONA

1. Sistem Hukum Internasional
• Kata sistem dalam KAMUS BESAR
BAHASA INDONESIA mengandung arti
susunan kesatuan-kesatuan yang masingmasing tidak berdiri sendiri-sendiri,tetapi
berfungsi membentuk kesatuan secara

keseluruan.
• Sistem Hukum Internasional adalah satu
keatun hukum yang berlaku untuk
komunitas internasional yang harus

2. Pengertian Hukum Internasional
• Hugo de groot (grotius) dalam
bukunya De Jure Belli ac Pacis
(Perihal Perang dan Damai)
mengemukakan bahwa hukum dan
hubungan internasional didasarkan
pada kemauan bebas dan
persetujuan beberapa atau semua
negara.
• Sam Suhedi berpendapat bahwa
Hukum Internasional merupakan
himpunan aturan,norma,dan asas

• Hukum Internasional adalah bagian
hukum yang mengatur aktivitas

entitas berskala internasional.
• J.G Starke
– Hukum Internasioanal adalah
sekumpulan hukum(body of law) yang
sebagian besar terdiri dari asas-asas
dan karena itu biasanya diataati dalam
hubungan antarnegara.

• Wirjono Prodjodikoro
– Hukum Internasional adalahhkum yang
mengatur antara berbagai bangsa
diberbagai negara.

Sistem Hukum dan Peradilan
International
1. Sistem hukum internasional
2. Pengertian hukum internasional
3. asal mula hukum internasional
4. hukum internasional dalam arti
modern


• Mochtar Kusumaatmadja
– Hubungan Internasional adalah
keseluruan kaidah dan asas yang
mengatur hubungan atau persoalan
yang melintasi batas-batas negara
antara
• Negara dan negara
• Negara dengan subjek hukum lain
bukan negara atau subjek hukum
bukan negara satu sama lain.

3. Asal Mulas Hukum Internasional
• Bangsa Romawi sudah mengenal hukum
internasional sejak tahun 89 SM.Hukum
tersebut lebih dikenal dengan nama ius civile
(hukum sipil) dan ius gentium (hukum antar
bangsa).
• Ius civile merupakan hukum nasional yang
berlaku bagi warga Romawi dimanapun

mereka berada.
• Ius Gentium yang kemudian berkembang
menjadi ius inter gentium ialah hukum yang
merupakan bagian dari hukum romawi dan
diterpkan bagi kaula negara (orang asing)
yang bukan orang romawi,yaitu orang-orang
jajahan atau orang-orang asing

• Hukum ini beerkembang menjadi
volkernrecht,droit des gens, dan law of
nations atau international law.
• Pengertian volkernrecht dan ius gentium
sebenarnya tidak sama.Dalam Hukum
Romawi,istilah ius gentium mempunyai
pengertian sebagai berikut:
– Hukum yang mengatur hubungan antara 2
orang warga kota Roma dan Orang asing
– Hukum yang diturunkan dari tata tertib alam
yang mengatur masyarakat segala
bangsa,yaitu hukum alam yang menjadi dasar

perkembangan hukum internasional di eropa
pada abad ke-15 sampai abad yang ke-19.

• Dalam perkembangan
berikutnya,pemahaman tentang hukum
internasional dapat dibedakan menjadi
@ hal,yaitu:
– Hukum perdata internasional, yaitu hukum
internasional yang mengatur hubungan
hukum anatarwarga negara suatu negara
dan warga negara dari negara lain.
– Hukum publik internasional yaitu hukum
internasional yang mengatur negara yang
satu dan negara yang lain dalam
hubungan internasional

4. Hukum Internasional dalam Arti
Modern
• Hukum Tertulis
• Hukum Tidak Tertulis


Hukum Tertulis
• Ruang lingkup hukum internasional hanya
berlaku untuk perjanjian-perjanjian antar
negara
• Menghasilkan suatu perjanjian tertulis yang
dikenal dengan nama Vienna Convention
on the Law of Treaties
• Perjanjian internasional tertulis tunduk
pada ketentuan hukum kebiasaan
internasional dan yurisprudensi atau
prinsip-prinsip hukum umum.

Hukum Tidak Tertulis
 Masih terdapat hukum kebiasaan internasional (hukum
tidak tertulis) yg ruang lingkupnya hanya utk perjanjian
antar negara.
 Perjanjian-perjanjian antar negara dengan subjek hukum
lain, ada pengaturan tersendiri seperti perjanjian antar
negara dan organisasi-organisasi internasional.

 Dalam perjanjian tidak tertulis (International Agreement
Not in Written Form), contohnya adalah Prancis (1973)
mengadakan percobaan nuklir di Atol Aruboa yg banyak
menuai protes dari negara lain bahkan, masalahnya
diajukan kepada Mahkamah Internasional di Den Haag.
 Selanjutnya negara Prancis tidak lagi melakukan
percobaan sejenis dan bila ingkar janji, negara lain
dapat menuduh, memprotes dan mengadakan tuntutan.

5. Asas-asas Hukum Internasional
• Asas Teritorial
Asas yang didasarkan pada kekuasaan negara atas
daerahnya.
• Asas Kebangsaan
Asas yang didasarkan pada kekuasaan negara untuk
warga negaranya.
• Asas Kepentingan Umum
Asas yang didasarkan pada wewenang negara untuk
melindungi dan mengatur kepentingan dalam
kehidupan masyarakat.


6. Sumber Hukum
Internasional
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, sumber hukum
dapat dibedakan antara sumber hukum dalam arti
material dan sumber hukum dalam arti formal.
Dalam arti Material
Sumber hukum yang membahas dasar berlakunya
hukum suatu negara
Dalam arti Formal
Sumber dari mana kita mendapatkan atau menemukan
ketentuan-ketentuan hukum internasional.

7. Subjek Hukum Internasional
Subjek hukum internasional adalah orang atau badan
tertentu yang dapat melakukan tindakan tertentu
sehingga menimbulkan hak dan kewajiban dalam
bidang internasional.
Pihak yang dapat disebut sebagai subjek hukum
internasional adalah :

• Negara
• Takhta Suci
• Palang Merah Internasional
• Organisasi Internasional
• Orang Perseorangan
• Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa

8. Hubungan Hukum Internasional dan
Hukum Nasional
Terdapat dua aliran yang memberikan gambaran
bagaimana keterkaitan hukum internasional dan
hukum nasional, yaitu :
• Aliran Monoisme
menurut aliran ini, hukum internasional dan hukum
nasional merupakan satu kesatuan karena mengikat
subjek hukum yang sama, yaitu individu-individu
dalam suatu negara.
• Aliran Dualisme
menurut aliran ini, hukum internasional dan hukum
nasional merupakan dua sistem terpisan dan
berbeda satu sama lain yang ditinjau dari
perbedaan sumber hukum, subjek, dan kekuatan

9. Proses Ratifikasi Hukum Internasional
menjadi Hukum Nasional
Dalam UU No. 24 tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional, bahwa dalam
pembuatan perjanjian internasional harus
didasarkan pada prinsip-prinsip
persamaan, saling menguntungkan dan
memperhatikan hukum nasional atau
hukum internasional yang berlaku.
Harus didahului dengan konsultasi
dan koordinasi dengan menteri luar
negeri, dan posisi pemerintah
harus dituangkan dalam suatu
pedoman delegasi.

Tahap-tahap Dalam Pembuatan Perjanjian
Internasional
Negar
a
A

Penjajakan

Perundinga
n
Perumusan
naskah

Negar
a
B,C,D
dst.
Penandatanga
nan
Penerimaa
n

Penandatanganan suatu perjanjian internasional
dapat merupakan persetujuan atas naskah yang
dihasilkan dan merupakan pernyataan untuk
mengikatkan diri secara definitif.

Pengesahan perjanjian internasional mrp
tahap penting dalam proses pembuatan
perjanjian internasional, karena suatu
negara telah menyatakan diri untuk terikat
secara definitif.

Tentang pengesahan
perjanjian internasional,
dapat dibedakan antara
pengesahan dengan
undang-undang dan
pengesahan dengan
keputusan presiden.

PENGESAHAN
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
DENGAN UNDANGUNDANG
Apabila berkenaan dengan :
a. Masalah politik, perdamaian,
pertahanan, dan keamanan
negara;
b. Perubahan wilayah atau
penetapan batas wilayah;
c. Kedaulatan negara;
d. Hak asasi manusia dan
lingkungan hidup;
e. Pembentukkan kaidah hukum
baru;
f. Pinjaman atau hibah luar negeri.
Pengesahan perjanjian internasional
dilakukan berdasarkan materi
perjanjian
dan bukan berdasarkan bentuk atau

DENGAN KEPUTUSAN
PRESIDEN
Jenis-jenis perjanjian yang
pengesahannya melalui
keputusan presiden pada
umumnya memiliki materi
yang bersifat prosedural dan
memerlukan penerapan
dalam waktu singkat tanpa
mempengaruhi peraturan
perundang-undangan
nasional, di antaranya adalah
perjanjian induk yang
menyangkut kerjasama di
bidang Iptek, ekonomi dan
teknik, perdagangan,
kebudayaan, pelayaran niaga,
kerjasama penghindaran
pajak berganda, dll.

Suatu perjanjian internasional dapat berakhir
bila :
1. Terdapat kesepakatan para pihak melalui
prosedur yg ditetapkan dalam perjanjian;
2. Tujuan perjanjian tersebut telah dicapai;
3. Terdapat perubahan dasar yang mempengaruhi
pelaksanaan perjanjian;
4. Salah satu pihak tidak melaksanakan atau
melanggar ketentuan dalam perjanjian;
5. Dibuat suatu perjanjian baru yang
menggantikan perjanjian lama;
6. Munculnya norma-norma baru dalam hukum
internasional;
7. Hilangnya objek perjanjian
8. Terdapat hal-hal yg merugikan kepentingan
nasional.

Pasal 11 UUD 1945 menyatakan bahwa “Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
perjanjian dengan negara lain”.
Bahwa perjanjian yang harus disampaikan kepada
DPR untuk
mendapat persetujuan sebelum disahkan oleh
presiden ialah
perjanjian-perjanjian yang lazimnya berbentuk treaty
dan
mengandung materi :
1. Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat
mempengaruhi haluan politik negara (perjanjian
persahabatan, perubahan wilayah, atau penetapan
tapal batas.
2. Ikatan-ikatan yang sedemikian rupa sifatnya dapat
mempengaruhi haluan politik negara, perjanjian
kerjasama ekonomi, atau pinjaman uang.
3. Soal-soal yang menurut UUD atau menurut sistem

10. Peradilan
Internasional
 Komponen-komponen
Lembaga Peradilan
Internasional
1)Mahkama
h
Internasi
onal (The
Internati
onal
Court of
Justice)

 Komposisi terdiri dari 15
orang Hakim dan masa
jabatan 9 tahun. Dipilih oleh
MU & DK (5 ang dari negara
anggota tetap DK PBB)
 Berfungsi, menyelesaikan
kasus – kasus persengketaan
internasional yang subjeknya
negara.
 Yurisdiksi adalah kewenangan
MI untuk memu-tuskan
perkara-perkara pertikaian
dan memberi opini yang
bersifat nasihat.

Mahkamah Internasional dalam mengadili
suatu perkara, berpedoman pada perjanjianperjanjian internasional (traktat-traktat dan
kebiasaan-kebiasaan internasional) sebagai
sumber hukum.
Keputusan Mahkamah Internasional,
merupakan keputusan terakhir walaupun
dapat diminta banding.
Di samping pengadilan Mahkamah
Internasional, terdapat juga pengadilan
arbitrasi internasional.
Arbitrasi internasional hanya untuk
perselisihan hukum, dan keputusan para

2)

Mahkamah Pidana
Internasional
(The International Criminal
Court)
Yurisdiksi adalah
Komposisi adalah
kewenangan untuk
18 orang hakim
menegakkan aturan
yang masa
hukum internasional
jabatannya 9 tahun.
terhadap pelaku
Dipilih berdasarkan
kejahatan berat.
2/3 suara Majelis
Negara Pihak.
 Kejahatan Genosida
4 Jenis
 Kejahatan terhadap
Kejahatan
kemanusiaan
(Pasal 5-8
 Kejahatan perang
Statuta
 Kejahatan agresi
Mahkamah
)

3)Panel Khusus dan Spesial Pidana

Internasional ( The International Criminal
Tribunals/ICT)

Berwenang
mengadili para
tersangka
kejahatan berat
internasional
yang bersifat
tidak permanen,
artinya setelah
selesai mengadili,
peradilan
dibubarkan

Contoh :
• International
Criminal Tribunal
for Former
Yugoslavia
• Special Court for
cambodia

PETA KONSEP (KD 5.2. & 5.3)
Sengketa internasional dan faktor
penyebabnya
Penyelesaian
Sengketa

SENGKETA
INTERNASIONAL
DAN MAHKAMAH
INTERNASIONAL

Peran
Mahkamah
Internasiona
l

Prosedur
Penyelesaian
Keputusan
Sengketa

Menjaga
Perdamaian
Dunia
Prinsip Hidup Berdampingan Secara
Damai
Menghargai Keputusan Mahkamah
Internasional

1. Penyebab Timbulnya Sengketa
Internasional oleh Mahkamah
Internasional

a.Sengketa Internasional dan Faktor
Penyebabnya
Sengketa internasional adalah sengketa atau
perselisihan yang terjadi antar negara baik
yang
Faktor politis atau
berupa masalah :
perbatasan wilayah,
 Wilayah,
mrp faktor potensial
 Warganegara,
timbulnya ketegangan
 Hak Asasi Manusia, dan sengketa
internasional yg dapat
 Terorisme, dll.
memicu terjadi perang
terbuka.

1.Segi Politis (Adanya Pakta
Pertahanan atau Pakta
Perdamaian)
Beberapa
Faktor
Penyebab
:

2.Hak Atas Suatu Wilayah
Teritorial
3.Pengembangan Senjata Nuklir
atau Senjata Biologi
4.Permasalahan Terorisme
5.Ketidakpuasan Terhadap Rezim
Yang Berkuasa.
6.Adanya Hegemoni (pengaruh
kekuatan) Amerika.

2. Peran Mahkamah Internasional
dalam Menyelesaikan Sangketa
Internasional

Dalam prosedur penyelesaian sengketa
internasional melalui Mahkamah
Internasional, dikenal dengan istilah
Adjudication, yaitu suatu teknik hukum untuk
menyelesaikan persengkataan internasional
dengan menyerahkan putusan kepada
lembaga peradilan.
Adjudikasi berbeda dari arbitrase, karena
adjudikasi mencakup proses kelembagaan
yang dilakukan oleh lembaga peradilan
tetap, sementara arbitrase dilakukan melalui
prosedur ad hoc.

Mahkamah
Internasio
nal

 Wewenang ratione personae,
yaitu siapa-siapa saja yang
dapat menga-jukan perkara
ke mahkamah, dan

 Wewenang ratione materiae,
yaitu mengenai jenis
sengketa-sengketa yang
Wewenang wajib
(compulsory
jurisdiction),
dapat
diajukan.
yaitu hanya dapat terjadi jika negara-negara
sebelumnya dalam suatu persetujuan
menerima wewenang tsb.
 Berdasarkan Ketentuan
Konvensional
 Klausula Opsional

Mahkamah
Internasio
nal

Fungsi konsultatif, yaitu
memberikan pendapatpendapat yang tidak mengikat
atau apa yang disebut
advisory opinion :
1.Natur Yuridik Pendapat
Hukum (Advisory
Opinion)
2.Permintaan Pendapat
Mahkamah Internasional :
 Badan yang dapat
meminta pendapat
mahkamah
 Pemberian pendapat
oleh mahkamah

Beberapa istilah penting yang berhubungan
dengan
upaya-upaya penyelesaian Internasional.
1. Advisory Opinion, suatu opini hukum yang dibuat
oleh pengadilan dalam melarasi permasalahan yang
diajukan oleh lembaga berwenang.
2. Compromis, suatu kesepakatan awal di anatara pihak
yang bersengketa yang menetapkan ketentuan ihwal
persengketaan yang akan diselesaikan, melalui :
 Penetapan ihwal persengketaan,
 Menetapkan prinsip untuk memandu peradilan,
dan
 Membuat aturan prosedur yang harus diikuti
dalam menentukan kasus.
 Suatu putusan dapat bersifat nihil bila peradilan
melampaui otoritasnya seperti yang ditentukan
oleh pihak yang bersangkutan dalam compromis.
3. Ex Aequo Et Bono, asas untuk menetapkan keputusan
oleh pengadilan internasional atas dasar keadilan

3. Prosedur penyelesaian Sengketa
Internasional melalui Mahkamah Internasional
D
Pemeriksaan
Dan
Penyeledikan
C

E
Proses
Peradilan s.d.
Pemberian
Sanksi

Komisi Tinggi
HAM PBB/
Lembaga
HAM
Internasional
B
Ada
Pengaduan
Dari Negara
Yang
Dirugikan

A
Telah
Terjadi
Pelanggara
n HAM

MAHKAMAH
INTERNASIONAL

NegaraNegara
Anggota/Buk
an
PBB
Terjadi
Sengket
a/
Konflik

Beberapa hal terkait dengan prosedur
penyelesaian
sengketa Internasional melalui Mahkamah
Internasional.
 Wewenang Mahkamah, yaitu dapat mengambil
tindakan sementara dalam bentuk ordonasi
(melindungi hak-hak dan kepentingan pihak-pihak
yang bersengketa sambil menunggu keputusan dasar
atau penyelesaian lainnya secara defenitif.
 Penolakan Hadir di Mahkamah, bahwa sikap salah
satu pihak tidak muncul di mahkamah atau tidak
mempertahankan perkaranya, pihak lain dapat
meminta mahkamah mengambil keputusan untuk
mendukung tuntutannya. Jika negara bersengketa
tidak hadir di mahkamah, tidak menghalangi organ
tersebut untuk mengambil keputusan.

4. Kep Mahkamah Internasional dlm
Menyelesaikan Sengketa Internasional
Keputusan Mahkamah Internasional diambil dengan
suara mayo
ritas dari hakim-hakim yang hadir. Jika suara seimbang,
suara
ketua atau wakilnya yg menentukan. Terdiri dari 3
bagian :
 Pertama berisikan komposisi mahkamah, informasi
mengenai pihak-pihak yang bersengketa, serta wakilwakilnya, analisis mengenai fakta-fakta, dan
argumentasi hukum pihak-pihak yang bersengketa.
 Kedua berisikan penjelasan mengenai motivasi
mahkamah yang merupakan suatu keharusan karena
penyelesaian yuridiksional sering merupakan salah
satu unsur dari penyelesaian yang lebih luas dari
sengketa dan karena itu, perlu dijaga sensibilitas
pihak-pihak yang bersengketa.

5. Peranan Hukum Internasional Dalam
Menjaga Perdamaian Dunia
Berikut ini ada beberapa contoh mengenai
peranan
hukum internasional (berdasarkan sumbersumbernya)
dalam menjaga perdamaian dunia :
1. Perjanjian pemanfaatan Benua Antartika secara
damai (Antartika Treaty) pada tahun 1959.
2. Perjanjian pemanfaatan nuklir untuk
kepentingan perdamaian (Non-Proliferation
Treaty) tahun 1968.
3. Perjanjian damai Dayton (Ohio- AS) tahun 1995
yang mengharuskan pihak Serbia, Muslim
Bosnia, dan Kroasia untuk mematuhinya. Untuk
itu, NATO menempatkan pasukannya guna

6. Prinsip Hidup Berdampingan Secara
Damai Berdasarkan Persamaan
Derajat

Prinsip penyelesaian sengketa internasional secara
damai didasarkan pada prinsip-prinsip hukum internasional yang
berlaku
secara universal :
1. Bahwa negara tidak akan menggunakan kekerasan
yang bersifat mengancam integritas teritorial atau
kebebasan politik suatu negara, atau menggunakan
cara-cara lainnya yang tidak sesuai dengan tujuantujuan PBB.
2. Non-intervensi dalam urusan dalam negeri dan luar
negeri suatu negara.
3. Persamaan hak menentukan nasib sendiri bg setiap
bangsa.
4. Persamaan kedaulatan negara.
5. Prinsip hukum internasional mengenai kemerdekaan,
kedaulatan, dan integritas teritorial suatu negara.

D. Menghargai Keputusan
Internasional
Pihak-Pihak
No
1.

Yang
Terlibat

Amerika
Serikat di
Filipina,
Indo China
& Jepang

Uraian Kasus atau Kejadian


Tahun 1906, tentara Amerika
telah melakukan kejahatan
perang dengan membunuh
warga
Filipina
(moro
massacre).



Tahun 1968, peristiwa yang
lebih dikenal dengan My Lai
Massacre,
sebuah
kompi
Amerika menyapu warga desa
dengan
senjata
otomatis
hingga menewaskan sekitar
500 korban.



Pada tahun 1945, lebih dari
40.000 rakyat Jepang yang
tidak
berdosa
telah
terpanggang
dengan
dijatuhkannya bom atom di

Keterangan
Para pelaku
ke-jahatan
perang telah
diajukan
ke
pengadilan
mili-ter,
namun tidak
lama
kemudian
banyak yang
di-bebaskan.
(Mah-kamah
internasional belum
dapat
berbuat
banyak).

2.

Jerman &
Jepang
dalam
aksinya di
Eropa dan
Asia.

 Periode antara tahun 1933 s.d.
1939 Jerman di bawah pimpinan
Adolf Hitler telah melakukan
pembasmian terhadap lawan
politik
maupun
orang-orang
Yahudi
serta
penyerbuan
terhadap
negara
Austria,
Polandia dan
Cekoslowakia
dengan cara-cara yang sangat
biadab (holocaust).
 Pasukan
Jepang
baik
di
Indonesia, Korea maupun di
China
yang
sangat
kejam
selama
pendudukan.
Di
Indonesia, selama pendudukan
Jepang
Tidak
kurang
dari
10.000 rakyat hilang dan tidak
pernah
kembali
selama
berlangsungnya
romusha
tersebut.

Sebelum
Perang Dunia
II,
kolonialisme
Barat
de-ngan
jutaan
korban
tidak
tersen-tuh.
Baru setelah
sekutu
membuka
Pengadilan
Nu-remberg
(1945-1946)
untuk
Nazi
dan
Jepang,
di-mulailah
proses
pelembagaan
untuk
kejahatan
perang

3

Serbia di
Kroasia dan
Bosnia
Herzegovina
(Yugoslavia)

 Kurun
waktu
antara
tahun
1992-1995,
pasukan
Serbia
telah melakukan pemmbersihan
etnik (etnic cleansing) terutama
terhadap warga sipil muslim
Bosnia
(di
Sarajevo)
dan
daerah-daerah lain serta di
Kroasia yang ingin melepaskan
diri
dari
Serbia
setelah
bubarnya
negara
federasi
Yugoslavia.
Tidak
kurang
700.000
warga
sipil
telah
disiksa dan dibunuh dengan
kejam. Beberapa nama yang
harus bertanggungjawab atas
perbuatan kejahatan perang
tersebut antara lain : Stanislav
Galic, Gojko Jankovic, Janco
Janjic,
Dragon
Zelenovic,
Karadzic, Mladic, dan lain-lain.

Tahun
1994
pe-ngadilan
terhadap para
penjahat perag
telah
terbukti
di
Den
Haag
(Belanda).
Proses
pengadilan
terus
berlangsung,
namun
hasilnya
belum sesuai
harapan.
Banyak yang
masih
gagal
ditangkap.

4

Pemerintah
Rwanda
terhadap
etnis Hutu
dan Tutsi

 Dalam waktu tiga bulan di
tahun
1994,
tidak
kurang
500.000 etnis Hutu dan Tutsi
telah
terbunuh.
Pemerintah
Rwanda
bertanggung-jawab
atas kasus terbunuhnya kedua
etnis tersebut.

PBB
menggelar
pengadilan
keja-hatan
perang yang
digelar
di
Arusha (Tanzania), namun
hanya mampu
menyerat 29
orang
yang
diadilli.

Catatan :
Berdasarkan modal Pengadilan Rwanda ini, akhirnya PBB menggelar
pengadilan untuk penjahat-penjahat perang. Internasionalisasi
pengadilan penjahat perang semakin menjadi penting dengan
disetujuinya oleh 91 negara sebuah Statuta Roma 1998, sebuah
langkah untuk membentuk ICC (International Criminal Court) yang
permanen. Namun, banyak pengamat mengkritik pengadilan di Den
Haag saja, lebih banyak gagal daripada suksesnya, apalagi model
ICC.

TERIMA KASIH
ATAS
PERHATIANNYA
CREDITS
ALBERT LIEM
ALBERTHUS
ANTHONY
BUDIANTO
DAVID VG

Bagian B no 9-10 dan Bagian C no
1
Bagian B no 5 – 8
Bagian C no 2 - 5
Bagian C no 6 dan Bagian D
Bagian B no 1 - 4