BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu - Strategi Pengembangan Usaha Pada Jasa Warung Internet GINPI Perumnas Simalingkar Medan

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

   Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

  beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah penulis baca diantaranya : Mangiwa (2009) dengan judul Analisis Strategi Bisnis Jasa Warung Internet

  (Warnet) Studi Kasus Pada Warnet “Global Internet” Kota Depok, pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa berdasarkan diagram SWOT, hasil penelitian menunjukan Faktor Internal dan Eksternal Global Internet berada pada kuadran

  IV, yaitu Strategi Diversifikasi Konsentrik diantaranya merancang sebuah Situs Portal Informasi, Diversifikasi Horisontal diantaranya menambah usaha foto copy, dan Usaha Patungan.

  Lubis (2011), dengan judul Perencanaan Bisnis Warung Internet ”RR Net”, pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan Semakin maraknya penggunaan Internet membuat para pebisnis atau investor melirik peluang ini sebagai usaha yang menjanjikan. Tak hanya konsultan atau pebisnis spesialis, pengusaha tanggung yang hanya memiliki modal pas-pasan pun dapat membangun bisnis ini dengan segenap usaha penekanan terhadap biaya. Seperti yang kita ketahui bahwa investasi awal pada proyek yang berhubungan dengan IT (Information

  

Technology ) adalah investasi yang sangat besar. Investasi awal yang ditanam pada

  pembangunan warung internet ini meliputi pembuatan jaringan serta instalasi perangkat keras dan perangkat lunak. Tidak ketinggalan izin usaha yang merupakan hal yang penting.

  Saputra (2012), dengan judul Analisis Strategi Bisnis Jasa Warung Internet D-Zen Net Sidoarjo, pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan. Pertama, hasil analisis usaha jasa warung internet D-Zen Net pada diagram Cartesius SWOT, berada pada kuadran IV maka strategi yang dapat diterapkan: melakukan strategi Diversifikasi Konsentrik, melakukan strategi Diversifikasi Horisontal, melakukan strategi Usaha Patungan.

  Maulansyah (2012), dengan judul Analisis Faktor Internal Dan Eksternal Melalui Pendekatan SWOT Dalam Upaya Penentuan Strategi Pengembangan Bisnis Di Rumah Makan Khas Sunda Pak H.Ihin Jl. Raya Puncak Km 92 Cipanas Cianjur, menyimpulkan bahwa strategi yang perlu diterapkan adalah dengan strategi agresif, yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

  Abdillah (2013), dengan judul Upaya Pengembangan Usaha Rumah Kost Melalui Pendekatan Analisis SWOT, pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa berdasarkan analisis pada penelitian ini diambil kesimpulan usaha rumah kost kelas c dikawasan Padang Bulan berada pada Kuadran ke II yaitu dimana strategi yang tepat untuk diimplementasikan merupakan strategi Turn-Around (Retrenchment), dimana yang termasuk dalam strategi tersebut adalah pengembangan pasar, penetrasi pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi horizontal.

2.2 Strategi

  2.2.1 Konsep Strategi

  Strategi (Solihin 2012:24) didefenisikan sebagai berbagai cara untuk mencapai tujuan. Sejalan dengan perkembangan konsep manajemen strategik, strategi tidak hanya didefenisikan sebagai cara untuk mencapai tujuan karena strategi dalam konsep manajemen strategik mencakup juga penetapan berbagai tujuan itu sendiri yang diharapkan akan menjamin terpeliharanya keunggulan kompetitif perusahaannya. Menurut Porter dalam Solihin (2012:25) tujuan utama pembuatan strategi oleh perusahaan adalah agar perusahaan mampu menghadapi perubahan lingkungan yang terjadi.

  2.2.2 Strategi Bisnis

  Strategi bisnis (business strategy) merupakan strategi yang dibuat pada level unit bisnis dan strateginya lebih ditekankan untuk meningkatkan posisi bersaing produk atau jasa perusahaan di dalam suatu industri atau segmen pasar tertentu (Solihin 2012:196). Strategi bisnis sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, seperti strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

  Pengembangan perencanaan pada level bisnis mencakup hal-hal berikut, yakni: a.

  Tujuan unit bisnis.

  b.

  Pembuatan strategi dan struktur pengendalian pada bisnis.

2.2.3 Tipe Strategi

  Strategi pada tingkat bisnis bertujuan untuk mengembangkan suatu bisnis yang akan memungkinkan perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif atas persaingnya dalam suatu pasar atau industri. David (2006:224) menyatakan ada dua belas tipe strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang dikelompokkan dalam empat bagian, yaitu: 1.

  Strategi Intergrasi Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal. Strategi ini memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, atau pesaing.

  a.

  Integrasi ke depan, yaitu memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali pada distributor atau pengecer. Strategi ini dipilih jika distributor organisasi sangat mahal, mutu distributor terbatas, organisasi bersaing dalam industri sedang bertumbuh, organisasi mempunyai modal dan skeunggulan produk stabil sangat tinggi, distributor memperoleh laba yang besar.

  b.

  Integrasi ke belakang, yaitu merujuk pada strategi mencari kepemilikan dari atau kendali besar pada perusahaan pemasok. Strategi ini terutama tepat bila perusahaan pemasok saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

  c.

  Integrasi horizontal, yaitu merujuk pada strategi mencari kepemilikan dari atau kendali besar atas perusahaan pesaing. Hal ini dilakukan jika organisasi dapat memperoleh karakteristik monopolistik dalam bidang atau wilayah tertentu, organisasi bersaing dalam industri yang sedang tumbuh, meningkatnya skala ekonomis memberikan keunggulan bersaing yang besar, organisasi mempunyai modal dan sumber daya manusia yang berbakat yang diperlukan untuk perluasan perusahaan, pesaing ragu-ragu karena tidak memiliki kemampuan manajerial.

  2. Strategi Intensif Kelompok strategi ini disebut sebagai strategi intensif karena mensyaratkan berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu: a.

  Penetrasi pasar, yaitu berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar lewat usaha pemasaran yang lebih gencar. Strategi ini banyak digunakan sendiri atau dengan kombinasi strategi lain.

  b.

  Pengembangan pasar, yaitu memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah geografi baru.

  c.

  Pengembangan produk, yaitu mencari kenaikan penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan produk atau jasa yang baru.

  3. Strategi Diversifikasi Ada tiga tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu konsentrik (terfokus), horizontal, dan konglomerat. a.

  Diversifikasi konsentrik, yaitu menambah produk atau jasa baru tetapi berkaitan. Hal ini dilakukan jika penambahan produk baru tetapi berkaitan secara signifikan akan memperkuat penjualan produk yang sudah ada.

  b.

  Diversifikasi konglomerat, yaitu menambah produk atau jasa baru tetapi tidak berkaitan. Strategi ini tepat untuk dilakukan jika penjualan dan laba menurun.

  c.

  Diversifikasi horizontal, menambah produk atau jasa baru tetapi tidak berkaitan dengan pelanggan yang sudah ada. Strategi ini digunakan untuk meningkatkan pendapatan.

4. Strategi Defensif

  Strategi defensif adalah strategi yang bertujuan untuk bertahan. Adapun jenis dari strategi ini adalah sebagai berikut: a.

  Retrechment (Penciutan), yaitu mengubah pengelompokkan lewat penghematan biaya dan aset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun.

  b.

  Divestasi, yaitu menjual suatu divisi atau bagian dari suatu organisasi.

  Strategi ini dilakukan apabila organisasi telah melakukan strategi penciutan dan gagal menghasilkan perbaikan yang diperlukan.

  c.

  Likuidasi, yaitu menjual semua aset sebuah perusahaan. Strategi ini dilakukan apabila organisasi telah melakukan strategi penciutan dan divestasi, dan tidak ada yang berhasil.

2.2.4 Formulasi Strategi Melalui Pendekatan SWOT Formulasi strategi merupakan perencanaan jangka panjang perusahaan.

  Formulasi strategi dimulai dengan kegiatan analisis situasi. Alat analisis situasional yang banyak dilakukan dalam melakukan formulasi strategi adalah analisis SWOT.

  Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan (Kotler 2009:51). Analisis situasi ini mengharuskan para manager strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, di samping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. Dari hasil analisis SWOT akan diperoleh strategi alternatif perusahaan untuk membantu manajer strategis memutuskan ke arah mana perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.

  Setiap perusahaan harus melakukan analisis SWOT agar mampu memenangkan persaingan bisnis. Tanpa memiliki strategi yang baik, maka usaha tersebut akan mengalami kemerosotan.

  Dalam menggunakan SWOT, setelah pengklasifikasian faktor internal dan faktor eksternal diidentifikasi, maka selanjutnya dilakukan tahap penyusunan Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Matriks Eksternal Factor

  

Analysis Summary (EFAS). Berikut ini adalah tahap-tahap penentuan Faktor

  Strategi Internal (IFAS) : 1)

  Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

  2) Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari

  1,0(paling penting) sampai 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor- faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). 3)

  Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik). Sedangkan varibel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali, maka nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan dibawah rata-rata, nilainya adalah 4.

  4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-maing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

  5) Jumlahkan seluruh hasil perkalian dari bobot dan rating, dan letakkan pada sub total. Setelah mendapatkan sub total pada kekuatan dan kelemahan, maka selanjutnya dicari selisih diantara keduanya untuk kemudian angka tersebut diaplikasikan pada kuadran analisis SWOT.

  Tabel 2.2.4.1Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS) Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kekuatan (Strength) Sub Total Kelemahan (Weakness) Sub Total Total

  1.00 Selisih Skor Kekuatan dengan Skor Kelemahan Sumber : Rangkuti (2009:25)

  Tahap-tahap penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) : 1)

  Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman perusahaan dalam kolom 1.

  2) Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0

  (paling penting) sampai 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor- faktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). 3)

  Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori peluang) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik). Sedangkan varibel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika ancaman perusahaan besar sekali, maka nilainya adalah 1, sedangkan jika ancaman dibawah rata-rata, nilainya adalah 4.

  4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-maing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

  5) Jumlahkan seluruh hasil perkalian dari bobot dan rating, dan letakkan pada sub total. Setelah mendapatkan sub total pada peluang dan ancaman, maka selanjutnya dicari selisih diantara keduanya untuk kemudian angka tersebut diaplikasikan pada kuadran analisis SWOT.

  Tabel 2.2.4.2Matriks External Factor Analysis Summary (EFAS) Bobot x Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Rating Peluang(Opportunity) Sub Total Ancaman(Threat) Sub Total Total

  1.00 Selisih Skor Peluang dengan Skor Ancaman Sumber : Rangkuti (2009:24) Setelah mendapatkan selisih skor dari kekuatan dengan kelemahan, dan peluang dengan ancaman, selanjutnya hasil dari selisih skor tersebut diaplikasikan ke Diagram Cartesius Analisis SWOT, agar diketahui berdasarkan skor tersebut, perusahaan/organisasi lebih cocok pada kuadran berapa.Diagram Cartesius Analisis SWOTdapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 2.2.4.3 Diagram Cartesius Analisis SWOT

  Berbagai

  3.Mendukung Strategi Turn-Around l

  1.Mendukung Strategi Agresif Kelemahan

  Kekuatan Internal

  Internal

  4. Mendukung Strategi Defensif

  2.Mendukung Strategi Diversifikasi Berbagai

  Ancaman

  Sumber : Rangkuti (2009:19)

  Dari Gambar 2.2.4.3 DiagramCartesius Analisis SWOT, dapat diterangkan hal sebagai berikut : Kuadaran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

  Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

IFAS EFAS STRENGTH (S)

WEAKNESS (W)

OPPORTUNITIES (O)

  Strategi WO Atasi semua kelemahan dengan memanfaatkan semua peluang yang ada.

  Strategi WT Tekan semua kelemahan dan cegah semua

  

Strategi ST

Gunakan semua kekuatan untuk menghindari semua

  Daftar semua ancaman yang dapat diidentifikasi.

  

Strategi SO

Gunakan semua kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada.

  Kondisi bisnis pada kuadaran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

  Daftar semua peluang yang dapat diidentifikasi.

  Daftar semua kelemahan yang dimiliki.

  Daftar semua kekuatan

yang dimiliki.

Tabel 2.2.4.4 Matriks Analisis SWOT

  Adapun matriks dari analisis SWOT dapat dilihat seperti berikut.

  Pada dasarnya alternatif strategi yang diambil harus diarahkan pada usaha- usaha untuk menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan, memanfaatkan peluang-peluang bisnis serta mengantisipasi ancaman. Sehingga dari matriks SWOT tersebut akan diperoleh empat kelompok alternatif strategi yang disebut dengan strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT (Kuncoro 2006:51).

THREATS (T)

  ancaman. ancaman.

  Sumber : Kuncoro (2006) (diolah penulis)

  IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary EFAS : External Strategic Factors Analysis Summary

  2.2.4.5Analisis Lingkungan Eksternal (Peluang dan Ancaman)

  Analisis lingkungan eksternal perusahaan terutama bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah peluang dan ancaman yang berada di lingkungan eksternal perusahaan. Peluang (oppotunities) merupakan tren positif yang berada di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh perusahaan maka peluang usaha tersebut berpotensi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan secara berkelanjutan.

  Adapun yang dimaksud dengan ancaman (threats) adalah berbagai tren negatif yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila ancaman ini tidak diantisipasi dengan baik oleh perusahaan maka ancaman tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

  Perusahaan harus melakukan analisis lingkungan eksternal perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh potensi keuntungan dari peluang usaha dan meminimalkan terjadinya risiko kerugian yang ditimbulkan oleh ancaman (Solihin 2012:128).

  2.2.4.6Analisis Lingkungan Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

  Kemampuan menemukan peluang yang menarik dan kemampuan memanfaatkan peluang tersebut adalah dua hal yang berbeda. Setiap bisnis harus mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internalnya. Bisnis dapat mengevaluasi kekuatan dan kelemahan mereka sendiri dengan menggunakan Analisis Kekuatan dan Kelemahan (Kotler & Keller 2009:55).

  Analisis terhadap lingkungan internal perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada sumber daya dan proses bisnis internal yang dimiliki perusahaan. Sumber daya dan proses bisnis yang bisnis internal dikatakan memiliki kekuatan apabila sumber daya dan proses bisnis internal tersebut memiliki kemampuan yang akan menciptakan

  

distinctive competencies sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan

  kompetitif. Sedangkan bila sumber daya dan proses bisnis internal perusahaan tidak mampu menciptakan distinctive competencies sehingga perusahaan kalah bersaing dibandingkan perusahaan pesaing, maka sumber daya dan proses bisnis internal perusahaan dikatakan memiliki berbagai kelemahan.

  Perusahaan melakukan analisis kekuatan dan kelemahan sumber daya dan proses bisnis internal dengan membandingkan sumber daya dan proses bisnis internal yang dimiliki perusahaan dengan sumber daya dan proses bisnis internal yang dimiliki oleh perusahaan pesaing, baik yang menghasilkan produk yang sejenis maupun perusahaan yang menghasilkan produk subtitusi (Solihin 2012:147).

2.3 Jasa

  Menurut Nasution (2004:6), jasa merupakan semua aktifitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen.

  Menurut Jasfar (2009:17), jasa adalah setiap tindakan atau aktifitas dan bukan benda, yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang mana pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik), konsumen terlibat secara aktif dalam proses produksi dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.

  Menurut Tjiptono (2005:18) ada lima karakteristik utama jasa bagi pembeli utamanya, yaitu :

  1. Intangibility (tidak berwujud) Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, ataubenda; maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses,kinerja(performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat,dirasa, dicium, didengar,atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.

  Bagipara pelanggan, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karenaterbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasipembeli sebelum pembelian dilakukan. Untuk jasa, kualitas apa danbagaimana yang akan diteriman konsumen, umumnya tidak diketahuisebelum jasa bersangkutan dikonsumsi.

  2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan) Barang bisa diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasaumumnyadijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dandikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

  3. Variability / Heterogeneity (berubah-ubah) Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output, artinyabanyakvariasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapandan dimana jasa tersebut diproduksi. karena jasa melibatkan unsurmanusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidakbisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap danperilakunya.

  4. Perishability (tidak tahan lama)

  Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yangkosong, kamarhotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yangtidak dimanfaatkan akan berlaluatau hilang begitu saja karena tidak bisadisimpan.

5. Lack of Ownership Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang.

  Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personel atas suatu jasa untuk jangka waktu.

2.4 Pengertian Warung Internet (Warnet)

  Menurut Ahmadjayadi (Mangiwa 2009 : 5), warung internet (warnet) adalah sebuah tempat yang menyediakan akses infrastruktur internet dengan berbagai koneksi dan komputer sebagai perangkat akses sehingga pengguna bisa mengakses internet dengan biaya yang lebih murah.

  Warung Internet (disingkat: warnet) adalah salah satu jenikepada khalayak umum. Warung internet banyak dimanfaatkan olesing. Warung internet digunakan untuk bermacam-macam tujuan, bagi pelajar, dan mahasiswa warung internet banyak digunakan untuk :

  1. Mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah

  2. Melakukan riset 3.

  Menuli 4. Bermai

  Bagi masyarakat umum warung internet digunakan untuk: 1.

  Memeriksa kirimterbaru

  2. Melamar pekerjaan

  3. Bersosialisasi dan berkomunikasi (chatting) 4.

  Sarana menikmati hiburan dan lain sebagainya. Biaya akses internet umumnya dipatok per warung internet adalah tempat kebanyakan orang mengakses internet. Di negara- negara atau daerah-daerah maju yang akses internetnya sudah ada pada hampir setiap rumah, warung internet jarang didapatkan dan mahal tarifnya. Di daerah perkotaan (urban) sebuah warnet memiliki nama-nama umum panggilan lain seperti; dimana sambungan internetnya dikhususkan untuk melakukan permainan komputer dalam jaringan. Sementara di daerah atau pinggir kota umumnya dikenal sebagai

  Umumnya warung internet paling banyak terdapat/tersebar terutama di kota- kota besar (ibukotan di kota-kota kecil sebagai penyedia jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat di daerah tersebut dalam mengakses informasi. Kebanyakan warnet tersebar di dekat tempat pendidikan seperti n sejenisnya.

  Ada beberapawarung internet yang bertujuan mencatat siapa yang masuk dan berapa lama dia memakai komputer.

  

1. Manual adalah cara aplikasi yang paling sederhana dan tradisional dimana

  penjaga warnet mencatat penggunaan internet menggunakan kertas. Salah satu kekurangannya adalah penjaga warung internet yang memutuskan apakah konsumen harus membayar lebih atau tidak. Karena beberapa masalah seperti konsumen gagal memakai komputer tapi tagihan bayaran tetap jalan.

  2. Aplikasi Berbasis Jaringan adalah aplikasi otomatis dalam jaringan dimana

  perhitungan dilakukan saat pengguna memasukkan identitas. Aplikasi ini lebih memudahkan penjaga karena terdapat fungsi-fungsi lainnya selain mencatat waktu seperti memberi dari jarak jauh.

  Dalam menjalankan suatu usaha jasa warung internet, tidak terlepas dari masalah. Masalah yang kerap dialami suatu warnet adalah :

  1. Pornografi. Banyak negara memandang internet adalah salah satu media

  dimana contohnya telah

  

  mengontrol hal ini dengan ketat dan dianggap efektifHal ini dikarenakan medianya yang visual dan kemudahan untuk mengunduh berkas seperti film yang mengandung fotografi dalam bentuk AVI (terbesar) hingga 3gp untuk kapasitas telepon genggam.

  

2. Pengunduhan program-program komputer ilegal atau program-program

  komputer yang sudah di kodenya sudah dipecahkan ulang, atau dikenal juga sebagai Cracker APP/WAREZ.

  3. Penyebaran n lain sebagainya.

  4. Perjudian dalam jaringan.

  5. Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), dalam penggunaan perangkat

  lunak oleh warnet tersebut. Namun beberapa warnet juga sudah menggunakan perangkat lunak sah baik dengan membeli izin proprietary maupun menggunakan perangkat lunak bersumber bebas (Open Source) seperti Linux. Software Linux yang populer diwarung internet seperti Ubuntu, IGOS, SimplyMepis, Suse dan lain-lain.

6. Kejahatan melalui jaringan seperti penipuan, scam, penyedia layanan

  game online seperti Real-Money trans, botti

2.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

  Usaha jasa warung internet yang baik, harus menerapkan beberapa kebijakan dan program yang menghasilkan keuntungan bagi usaha jasanya. Yang salah satunya, Bauran Pemasaran (Marketing Mix). Menurut Philip Kotler (dalam journal.unnes.ac.id) mendifinisikan marketing mix atau bauran pemasaran sebagai: serangkaian variabel yang dapat dikontrol dan tingkat variabel yang digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi pasaran yang menjadi sasaran.

  Kebijakan dan program pemasaran dikemas dalam suatu bauran pemasaran (marketing mix) yang ternyata untuk industri jasa akan lebih luas dari pada bauran produk barang.

  Untuk bauran produk barang, umumnya terdiri dari empat elemen (4P), yaitu elemen price, promotion, place, dan product. Untuk produk jasa, baurannya diperluas dengan menambah tiga elemen, yaitu elemen orang (people), bukti fisik (physical evidence), dan poses jasa itu sendiri (process) (Umar 2003:7).

  Berdasarkan uraian di atas, maka unsur-unsur bauran pemasaran ada tujuh, yaitu:

  1) Harga (Price) adalah satuan moneter atau ukuran lainnya termasuk barang dan jasa lainnya yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau pengguna barang dan jasa (tjiptono, 2000 dalam journal.unnes.ac.id).

  2) Promosi (Promotion) merupakan aktivitas yang dilakukan dan dipikirkan pemasar dengan tujuan agar dikenal banyak orang.

  3) Tempat (Place) merupakan nilai investasi yang paling mahal, sebab lokasi bisa dikatakan menentukan ramai atau tidaknya pengunjung

  (journal.unnes.ac.id). Dimana tempat yang strategis yang dapat menarik banyak konsumen.

  4) Produk (Product) adalah keseluruhan konsep objek atau proses yang dapat memberikan sejumlah nilai manfaat kepada para konsumen

  (journal.unnes.ac.id). Produk dapat berupa barang atau jasa. 5)

  Orang (People) adalah semua partisipan yang memainkan sebagian penyajian jasa, yaitu peran selama proses dan konsumsi jasa berlangsung dalam waktu ril jasa, oleh karenanya dapat mempengaruhi persepsi pembeli.

  6) Bukti fisik (physical evidence). Maksudnya adalah suatu lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi, dan setiap komponen tangible memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut.

  7) Proses (Process). Proses ini mencerminkan bagaimana semua elemen bauran pemasaran jasa dikoordinasikan untuk menjamin kualitas dan konsistensi jasa yang diberikan kepada konsumen. Dengan demikian, pemasaran harus dilibatkan ketika desain proses jasa dibuat, karena pemasaran juga sering terlibat di dalam, atau bertanggung jawab terhadap pengawasan kualitas jasa.