Elan Satriawan PhD Koordinator Kebijakan TN2PK

  

Penanganan Masalah Stunting

di Indonesia

Elan Satriawan, PhD

  

Koordinator Kelomok Kerja Kebijakan

Forum Ilmiah Tahunan 2018

  Outline Mengapa Masalah Stunting Sangat Penting Untuk Ditangani Kerangka Penanganan Stunting dan Regulasi Saat ini Pembelajaran Internasional dalam Penanganan Stunting Koordinasi dalam Penanganan Stunting

  1 | 2 | 4 | 3 | 5 |

Penetapan Prioritas Penanganan Stunting

  Mengapa Masalah Stunting Sangat Penting Untuk Ditangani

  1 Sekitar 37% (9 Juta) Anak Mengalami Stunting Stunting di seluruh wilayah dan lintas kelompok pendapatan

Jumlah anak stunting <5 tahun

  Stunting U-5,Indonesia

  60.0

  50.0

  40.0 2007

  30.0 2010

  20.0 2013

  10.0

  Situasi Stunting Indonesia dan Global

  Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan

  Pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan Sel Otak pada Anak Normal dan Stunted bahwa stunting ….

  Menghambat Pertumbuhan Ekonomi dan Produktivitas Pasar kerja

  Hilangnya 11% GDP Mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%

  Tingkat ‘Kecerdasan’

  2 Singapura

  Anak Indonesia

  17

  di urutan 64 terendah Vietnam

  Memperburuk kesenjangan/inequality dari 65 negara*

  50 Mengurangi 10% dari Kemiskinan

  Thailand

  total pendapatan seumur hidup antar-generasi

  52 Malaysia

  64 Indonesia

  • Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (Organisation for

  Economic Co-operation and Development - Programme for International Student

  Kerangka Penanganan Stunting dan Regulasi Saat ini

  2

  

Kerangka Penanganan Stunting

Intervensi yang ditujukan kepada rumah tangga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.

  Intervensi Gizi Sensitif (berkontribusi 70 %)

  Intervensi yang ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk rumah tangga 1.000 HPK.

  (berkontribusi 30%)

  2

  

Intervensi Gizi Spesifik

Kelompok Sasaran Intervensi Prioritas Intervensi Penting Intervensi

  Sesuai Kondisi Intervensi gizi spesifik

  • – Sasaran prioritas
    • Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dari kelompok miskin
    • Perlindungan dari malaria
    • Suplementasi kalsium
    • Pemeriksaan kehamilan
    • Suplementasi tablet tambah darah
    • Pencegahan HIV
    • Promosi dan konseling menyusui
    • Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA)

  Ibu hamil

  • Suplementasi kapsul vitamin A
  • Suplementasi taburia
  • Pencegahan kecacingan
  • Imunisasi
  • Tata laksana gizi buruk akut
  • Suplementasi zinc untuk pengobatan diare
  • Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut
  • Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
  • Pemantauan pertumbuhan
    • – Sasaran Penting

  Ibu menyusui dan anak 0-23 bulan

  Intervensi gizi spesifik

  Remaja dan wanita usia subur

  • Suplementasi tablet tambah darah
  • Suplementasi kapsul vitamin A
  • Tata laksana gizi buruk akut
  • Suplementasi taburia
  • Pencegahan kecacingan
  • Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut

  Anak 24-59 bulan

  • Suplementasi zinc untuk pengobatan diare
  • Pemantauan pertumbuhan
Jenis Intervensi Program/Kegiatan Intervensi

  Intervensi Gizi Sensitif

  Peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi

  • Akses air minum yang aman
  • Akses sanitasi yang layak

  Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan

  • Akses pelayanan Keluarga Berencana (KB)
  • Akses Jaminan Kesehatan (JKN)
  • Akses bantuan uang tunai untuk keluarga kurang mampu (PKH)
  • Penyebarluasan informasi melalui berbagai media

  Peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak

  • Penyediaan konseling perubahan perilaku antar pribadi
  • Penyediaan konseling pengasuhan untuk orang tua
  • Akses Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pemantauan tumbuh-kembang anak
  • Penyediaan konseling kesehatan dan reproduksi untuk remaja
  • Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
  • Akses bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk keluarga kurang mampu

  Peningkatan akses pangan bergizi

  • Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, tepung terigu, minyak goreng)
  • Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Kebijakan dan Regulasi terkait Stunting

  • Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan
  • Undang-Undang (UU) No. 18/2012 tentang Pangan
    • –2025 (Pemerintah melalui program pembangunan nasional ‘Akses Universal Air Minum dan

  • RPJPN 2005

  Sanitasi Tahun 2019 , menetapkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia dapat menyediakan layanan air

  minum dan sanitasi yang layak bagi 100% rakyat Indonesia)

  • RPJMN 2015-2019 (target penurunan prevalensi stunting pada 2019 adalah menjadi 28% pada 2019)
  • Peraturan Presiden (Perpres) No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
  • Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif
  • Kepmenkes No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian Ais Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia
  • Permenkes No.15/2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu
  • Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
  • Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi
  • Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Bappenas, 2011
  • Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK), 2013

  

Kendala Penyelenggaraan Penanganan Stunting

Berbagai regulasi terkait penanganan stunting belum dijadikan

  1 | landasan bersama dalam menangani stunting.

  Belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi spesifik 2 |

dan sensitif di semua tingkatan- terkait dengan perencanaan dan

penganggaran, penyelenggaraan, dan pemantauan dan evaluasi.

  Belum efisiennya pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya dan 3 | sumber dana.

  

Keterbatasan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan program.

  4 | Belum optimalnya advokasi, kampanye, dan diseminasi terkait stunting, dan berbagai upaya pencegahannya.

  5 |

  Pembelajaran Internasional dalam Penanganan Stunting

  3

Tingkat rata-rata tahunan penurunan stunting

  Prevalensi stunting berkurang 50% (28.5% di 2007 dan 14.4% di 2015)

  Result-based Budgeting (RBB)/ Penganggaran berbasiskan Hasil terfokus pada hasil untuk anak

  Anggaran untuk Insentif Kinerja Anggaran diselaraskan dengan beban dari gizi buruk Harmonisasi Investasi Pemangku/Mitra terkait menggunakan RBB/Penganggaran Berbasis Hasil Seleksi dalam Aksi Prioritas

  Meningkatkan layanan gizi dari sisi permintaan dan sisi pelayanan (demand dan supply-side)

  Solusi berbasis bukti/Evidence-based

  

Solutions

  Kampanye Media Massa Peningkatan kualitas dan jangkauan dari layanan ibu hamil dan gizi Transfer Bantuan Bersyarat bagi Masyarakat Miskin

  S tr a tegi L in tas S e k tor

  A n g ga ran b e rd asar k an H a s il

  Peran Kementerian Keuangan Target Regional Advokasi Masyarakat

  K o m itmen yan g k u a t

  Pra-reformasi Paska-reformasi 1990-2007 2008-2014

  1,6% 10,7%

  Strategi Peru Menurunkan Stunting 50% dalam 8 tahun

Komitmen Presiden

  

Pengalaman Negara-Negara Lain (1)

Negara Capaian

  Upaya Penguatan Behavior Change Communication/BCC di Tingkat Komunitas:

  • Pekerja kesehatan di garda depan memberikan pelayanan gizi dan kegiatan BCC (behavior change communication).

  Koordinasi dan kerjasama di Tingkat Penyedia Layanan:

  • Memberdayakan dan mendukung masyarakat bekerja secara

  horizontal antar sektor , yang biasanya bekerja secara vertikal

  (upaya koordinasi antara pekerja berbasis rumah sakit dan

  Stunting turun India petugas kesehatan atau bidan dalam memberikan dukungan dan

  16% dalam (Maharastra)

  panduan di sekolah ).

  7 tahun Penyediaan pangan bergizi di Tingkat Nasional:

  • Memperluas intervensi fortifikasi pangan untuk meningkatkan kualitas diet

  Pemberian Bantuan Sosial di Tingkat Nasional:

  • Dana tunai bagi ibu hamil untuk mengurangi hambatan keuangan dalam memenuhi gizi yang baik.
  • pemanfaatan pelayanan kesehatan termasuk gizi.

  • Intervensi lintas sektor, saling mengait, dan bervariasi sesuai penyebab stunting.
  • Peningkatan aset rumah tangga, pendidikan pengasuhan, peningkatan cakupan sanitasi,
  • Transfer dana tunai dikombinasikan dengan pendidikan gizi dan kesehatan.

  1. Transfer dana tunai digunakan untuk membeli pangan kaya gizi selama

  Upaya 1.000 hari penghidupan di Tingkat Penyedia Layanan

  meningkatkan ketersediaan pangan bergizi, memberdayakan perempuan melalui pengaturan sumberdaya.

  3. Transfer dana tunai juga menggerakkan pasar lokal dan ekonomi untuk

  pelayanan kesehatan

  2. Transfer dana memberi tambahan pendapatan dan meningkatkan akses

  kehamilan, menyusui, dan pada tahap pemberian makanan

  Pemberian Bantuan Sosial di Tingkat Nasional:

  

Pengalaman Negara-Negara Lain (2)

  Stunting bawah 36 bulan turun sebanyak 10%

  Mexico Maternity Cash Transfer

  Di Tingkat Daerah dan Nasional:

  Koordinasi dan kerjasama lintas sektor:

  Behavior Change Communication/BCC di Tingkat Keluarga dan Komunitas:

  Bangladesh Stunting berkurang 1,4% setiap tahun sejak 1997

  Negara Capaian Upaya Penguatan

  Pemberian suplemen micronutrient Pengalaman Negara-Negara Lain (3) Negara Capaian

  Upaya Komitmen di Tingkat Nasional:

  • Visi Presiden, komitmen, dan kepemimpinan memprioritaskan aksi terkait gizi di seluruh sektor untuk meningkatkan akses pelayanan ibu hamil dan gizi anak;
  • Stunting menurun
  • Mengatasi kelaparan serta penyediaan pangan dan gizi

  dari 37% menjadi disertai anggaran yang mencukupi

  7% dalam 30 tahun

  • Dukungan kelembagaan untuk menjalankan program-
  • Rata-rata jangka Brazil program.

  waktu pemberian

  • Menginisiasi perubahan kebijakan

  ASI meningkat dari 2,5 bulan menjadi Menguatkan pemberian ASI eksklusif di Tingkat Nasional:

  14 bulan

  • Penegakan International Code of Marketing of Breast-milk

  Substitutes

  • Penerapan cuti melahirkan 6 bulan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perempuan memberikan ASI;

  

Pengalaman Negara-Negara Lain (4)

Negara

  Upaya Penguatan Menguatkan pemberian ASI eksklusif di Tingkat Nasional:

  • Memperpanjang cuti melahirkan hingga 6 bulan;
  • Melarang iklan bahan pengganti ASI yang diketahui mengurangi angka ASI ekslusif;

  Perubahan regulasi di Tingkat Nasional:

  • Didukung oleh kampanye kesadaran masyarakat untuk mempromosikan

  Vietnam

  pesan-pesan kunci

  Pemberian penghargaan pada kerja bidan Dukungan di Tingkat Komunitas:

  • Dukungan ibu-ibu dan keluarga dalam mensukseskan perubahan regulasi
  • Kepemimpinan yang kuat untuk memastikan hal tersebut dilakukan

  Dilakukan pemantauan Koordinasi dalam Penanganan Stunting

  4

  

Koordinasi Penanganan Stunting Nasional

Rapat Terbatas tentang stunting yang dipimpin oleh Presiden pada tanggal 5 April 2018 Rapat Koordinasi Tingkat Menteri untuk percepatan penanganan anak kerdil (stunting) yang dipimpin oleh Wakil Presiden:

  a) Tanggal 12 Juli 2017

  b) Tanggal 9 Agustus 2017

  c) Tanggal 16 Mei 2018

  

Pencanangan Gerakan Pencegahan stunting (kerdil) Nasional Oleh Kepala Staf Presiden, Menteri Kesehatan, Menteri Agraria

dan Tata Ruang, Gubernur DKI, serta Wakil Gubernur DIY, pada hari Minggu 16 September 2018, di Monas. Koordinasi Penanganan Stunting Nasional: Pengarah:

  Presiden &amp; Wakil Presiden

  Penanggung Jawab:

  Koordinator: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Koordinator Intervensi Gizi Spesifik: Menteri Kesehatan Koordinator Intervensi Gizi Sensitif: Menteri PUPR Koordinator Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program: Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam

  Negeri Koordinator Kampanye Nasional: Menteri Kominfo Koordinator Kebijakan Ketahanan Pangan: Menteri Pertanian

Penetapan 5 Pilar Penanganan Stunting

  Kampanye Nasional Berfokus pada pemahaman, perubahan perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas

  Konvergensi, Koordinasi, dan

  Konsolidasi Program Nasional, Daerah, dan Masyarakat

  Pemantauan dan Evaluasi

  Komitmen dan Visi Pimpinan

  Tertinggi Negara

  Mendorong Kebijakan “Nutritional Food Security”

  PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5

  Pilar 1: Komitmen dan Visi Kepemimpinan Tertinggi TUJUAN

  Memastikan penanganan stunting menjadi prioritas pemerintah dan masyarakat di semua tingkatan.

  STRATEGI

  1. Kepemimpinan Presiden untuk penanganan stunting; dengan memastikan bahwa visi,

  arahan, dan dukungan Presiden dan Wakil Presiden tersosialisasikan dengan baik dan diterjemahkan ke dalam kebijakan dan distribusi sumber daya yang tepat sasaran dan memadai di semua tingkatan.

  2. Kepemimpinan Pemerintah Daerah untuk penanganan stunting; dengan menciptakan

  lingkungan yang mendukung bagi penyelenggaraan kegiatan konvergensi penanganan stunting.

  3. Kepemimpinan Pemerintah Desa untuk penanganan stunting; dengan menciptakan

  lingkungan kebijakan yang mendukung bagi penyelenggaraan penanganan stunting secara konvergen di tingkat desa.

  4. Pelibatan swasta, masyarakat madani, dan komunitas; dengan memastikan keterlibatan

  Pilar 2: Kampanye Nasional Berfokus pada Pemahaman, Perubahan Perilaku, Komitmen Politik dan Akuntabilitas TUJUAN Meningkatkan kesadaran publik dan perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah stunting.

  STRATEGI

  1. Kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum yang konsisten dan berkelanjutan; dengan memastikan pengembangan pesan, pemilihan saluran

  komunikasi, dan pengukuran dampak yang efektif, efisien, tepat sasaran, dan berkelanjutan.

  2. Komunikasi antar pribadi sesuai konteks sasaran; dengan memastikan pengembangan pesan sesuai kebutuhan kelompok sasaran.

  3. Advokasi berkelanjutan kepada pengambil kebutuhan; dengan memastikan terselenggaranya penjangkauan yang sistematis.

  4. Pengembangan kapasitas penyelenggara; dengan memberikan pengetahuan dan

  pelatihan bagi penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan perilaku yang efektif Pelaksanaan Materi Kampanye Stunting dan Isi Piringku Poster

  Audio Visual/Video Testimoni Wakil Presiden (30 or 45sec) 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK (30sec)

  ASI ekslusif (30sec) TUJUAN

  Memperkuat konvergensi melalui koordinasi dan konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah, dan masyarakat.

  STRATEGI

  1. Memperkuat konvergensi dalam perencanaan dan penganggaran program dan kegiatan;

  untuk meningkatkan cakupan dan kualitas intervensi gizi prioritas melalui pengembangan kapasitas pemerintah kabupaten/kota.

  2. Memperbaiki pengelolaan layanan program; untuk memastikan sasaran prioritas (rumah tangga 1.000 HPK) memperoleh dan memanfaatkan paket intervensi yang disediakan.

  3. Memperkuat koordinasi lintas sektor dan antar tingkatan pemerintah sampai desa;

  untuk memastikan keselarasan penyediaan dan penyelenggaraan pelaksanaan program.

  

Pilar 3: Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program Nasional, Daerah, dan Masyarakat Salah Satu Upaya Percepatan Penanganan Stunting adalah Konvergensi Penggunaan Anggaran untuk Pelaksanaan Program/Kegiatan Anggaran K / L

  Anggaran non-K/L APBD Belanja Pemerintah (Pusat) Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Mendanai Kewenangan

  DBH Dana Insentif Daerah DES A

  1. Intervensi Sasaran Ibu Hamil

  2. Intervensi Sasaran Ibu Menyusui dan Anak 0-6 Bulan

  3. ….dst….

  4. Intervensi Air Bersih

  5. Sanitasi

  6. Edukasi 7.

  ….dst… Dana Vertikal Subsidi Dana Tugas Pembantuan:

  Ditugaskan ke Gub/Bupati/Walikota Dana Dekonsentrasi:

  Dilimpahkan ke Gubernur Program/Kegiatan Pusat (K/L) Dana Sektoral: Dikerjakan oleh UPT

  Specific grant, penggunaanya di-earmark untuk bidang tertentu

  Block Grant Mendanai kebijakan tertentu Pemerintah (misal: infrastruktur)

  Konvergensi Penggunaan Anggaran Pilar 4: Mendorong Kebijakan “Nutritional Food Security” TUJUAN Meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan mendorong ketahanan pangan.

  STRATEGI

  1. Penyediaan pangan yang bergizi; dengan memastikan agar program fortifikasi pangan

utama yang sudah berjalan (garam, tepung terigu, minyak goreng) ditingkatkan cakupan

dan kualitasnya.

  2. Perluasan program bantuan sosial dan bantuan pangan yang bergizi untuk keluarga kurang mampu; agar dapat memenuhi kebutuhan gizi sasaran prioritas dari keluarga kurang mampu.

  3. Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga; dengan mempercepat diversifikasi pangan berbasis sumber daya pangan lokal dan pengembangan Kawasan Ramah Pangan Lestari (KRPL) berkelanjutan.

  4. Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan; dengan memperkuat koordinasi kelembagaan, penegakan hukum, dan mekanisme pelabelan dan penyampaian iklan TUJUAN

  Meningkatkan pemantauan dan evaluasi sebagai dasar untuk memastikan pemberian layanan yang bermutu, peningkatan akuntabilitas, dan percepatan pembelajaran.

  STRATEGI

  1. Peningkatan sistem pendataan; yang dapat memantau secara akurat dan berkala data prevalensi stunting di tingkat nasional dan kabupaten/kota.

  2. Penggunaan data dalam perencanaan dan penganggaran; data harus mudah diakses,

  dipahami, dan digunakan pemerintah pusat dan daerah dalam menyusun perencanaan dan penganggaran pada tahun anggaran berikutnya.

  3. Percepatan siklus pembelajaran; dengan meningkatkan mekanisme berbagi pengetahuan, pembelajaran, dan inovasi.

  Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi Penetapan Prioritas Penanganan Stunting

  5 Prioritas Kabupaten/ Kota Prioritas

  Ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun atau rumah tangga 1.000 HPK

  Sasaran Prioritas

  Intervensi Prioritas

  • Intervensi Gizi Spesifik
  • Intervensi Gizi Sensitif

  2018

  

  100 Kab/Kota prioritas 2019  160 Kab/Kota prioritas 2020-2024: semua Kab/Kota prioritas secara bertahap Penetapan 100 Wilayah Prioritas Penanganan Stunting 2018

  Terima Kasih