Implementasi Kebijakan Strategis Sektor (3)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STRATEGIS SEKTOR AIR LIMBAH
DOMESTIK YANG MENDUKUNG TUJUAN DARI PERATURAN
DAERAH KOTA BLITAR NO. 12 TAHUN 2011

Makalah Individu
Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Analisis kebijakan Spasial

Oleh :
ZAKIYAH DAROJAT
NRP. 3315202802

Program Magister Tenik Sanitasi Lingkungan
Jurusan Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Abstrak
Pemerintah Kota Blitar mempunyai kepedulian yang serius terhadap peningkatan
kualitas sanitasi kota. Salah satu wujud kepedulian Pemerintah Kota Blitar
terhadap sanitasi adalah penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang
didalamnya mengandung konsep dan teknologi IPAL domestik komunal untuk

pengolahan air limbah domestik. Sejak Tahun 2003, Kota Blitar telah
melaksanakan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) skala
komunal dengan berbasis masyarakat. Sampai dengan Tahun 2014 telah
terbangun 50 IPAL Komunal. Pada perkembangannya, ada beberapa persoalan
yang timbul dalam pengelolaan air limbah domestik dengan menggunakan IPAL
Domestik Komunal. Permasalahan tersebut ada yang bersifat teknis dan non
teknis. Persoalan teknis berkaitan dengan kondisi fisik bangunan IPAL Komunal,
sedangkan masalah non teknis adalah masalah operasional dan pemeliharaan
yang muncul kemudian ketika pelaksanaan di lapangan. Pendekatan aspek teknis,
aspek keuangan, aspek kelembagaan dan aspek operasional diperlukan untuk
memberikan masukan bagi keberlangsungan pengelolaan IPAL domestik
komunal.

1

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

I PENDAHULUAN
Kota Blitar yang terletak ditengah-tengah Kabupaten Blitar merupakan
pusat dari berbagai aktivitas sehingga memungkinkan suatu kota untuk

berkembang, tumbuh, dan semakin maju. Kota Blitar berdasarkan RTRW Propinsi
Jawa Timur termasuk dalam Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan juga sebagai
kawasan andalan. Keberadaan makam Bung Karno dan Istana Gebang
merupakan magnet tersendiri bagi wisatawan asing maupun domestik untuk
berwisata sejarah dan religi ke Kota Blitar.
Hal ini tentunya harus diimbangi dengan penataan ruang yang terencana.
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penyelenggaraan ruang Kota Blitar adalah
mewujudkan Kota Blitar sebagai kota wisata kebangsaan yang didukung oleh
sektor pertanian, perdagangan barang dan jasa yang aman, nyaman, produktif
dan berkelanjutan.
Tujuan penyelenggaran ruang tersebut akan tercapai apabila didukung oleh
sumber daya manusia / masyarakat yang sehat dan berkualitas. Derajat
kesehatan masyarakat sangat erat kaitannya dengan kualitas sanitasinya.
Peningkatan kualitas sanitasi merupakan hal penting dalam mewujudkan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dalam konsep dasarnya, sanitasi
merupakan upaya penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah, sampah dan
drainase. Kualitas sanitasi di Indonesia masih dalam posisi buruk, berdasarkan
pemutakhiran data global tahun 2010 tercatat 63 juta penduduk Indonesia buang
air besar (BAB) sembarangan setiap hari. Menilik kondisi tersebut tentunya
diperlukan upaya yang sistematis dan komperehensif untuk mengurangi angka

BAB sembarangan serta peningkatan akses sanitasi yang layak menjadi prioritas
untuk mengakselerasi pencapaian kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Pembangunan sanitasi terus digalakkan guna pencapaian target MDGs
nasional poin kedelapan yang menyatakan bahwa proporsi rumah tangga yang
mendapatkan akses keberlanjutan terhadap sanitasi yang layak adalah 65 %
tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut tentunya diperlukan akselerasi
penyediaan sarana dan prasarana sanitasi, salah satunya adalah IPAL domestik
komunal.

Zakiyah Darojat
3315202802

2

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

Berdasarkan Perda Kota Blitar No. 12 tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Blitar tahun 2011-2030 bahwa pengelolaan limbah
rumah tangga pada kawasan perumahan kepadatan sedang sampai tinggi
dilakukan dengan sistem off-side. Guna menindaklanjuti Perda No. 12 tahun 2011

tersebut, Pemerintah Kota Blitar telah melaksanakan pembangunan IPAL
domestik komunal didaerah rawan sanitasi yang merupakan wujud kepeduliannya
terhadap masalah sanitasi lingkungan terutama dalam pengolahan limbah
domestik. Namun kondisi yang didapati sekarang adalah beberapa IPAL yang
telah

dibangun

tidak

berfungsi

maksimal.

Diperlukan

kerjasama

antara


pemerintah, masyarakat dan tidak menutup kemungkinan pihak swasta untuk
menangani masalah ini, sehingga IPAL domestik komunal yang telah dibangun
tidak hanya sebagai monumen tetapi bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Kebijakan Spasial
Pemerintah daerah pada umumnya memiliki garis kebijakan dasar dalam
hal pengelolaan ruang kota yang tertuang didalam Rencana Tata Ruang Kota
setempat dengan berbagai tingkat wilayah dan kandungan materi yang
menyertainya. Tata ruang wilayah kota adalah sebuah sistem besar didalam kota,
dimana didalam terdiri dari beberapa subsistem penyusunnya, yaitu : subsistem
permukiman, jaringan telekomunikasi, jaringan kelistrikan, jaringan air bersih,
drainase, persampahan, pengelolaan air limbah, kelembagaan, pembiayaan.
Idealnya tiap sub sistem diatas mempunyai arahan dan kebijakan tersendiri
(kebijakan sektoral) yang saling terpadu dan terintegrasi dalam hal alokasi
besarnya didalam ruang sesuai dengan kebutuhan penduduk kota. Wujud
keterpaduan tersebut tertuang didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Untuk
perancangan secara menyeluruh tentang perencanaan sistem infrastruktur yang
bersifat menyeluruh, tahapan-tahapan yang bisa dipakai sebagai acuan adalah :
a.


Perencanaan menyeluruh yang komprehensip

b.

Rencana induk untuk setiap pembangunan dan pengembangan

c.

Perkiraan biaya

Zakiyah Darojat
3315202802

3

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

d.

Perencanaan organisasi dan institusi


e.

Perencanaan untuk peningkatan sistem yang ada.
Pola ruang merupakan penggunaan lahan eksisting yang ada di Kota Bitar

berdasarkan data yang tersedia serta hasil pengamatan di lapangan. Pola ruang
dibedakan atas pemanfaatan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.
a.

Kawasan Lindung
Kawasan lindung terbagi dalam beberapa kategori, yaitu mencakup hutan

lindung,

kawasan

yang

memberikan


perlindungan

terhadap

kawasan

bawahannya, kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau (RTH) kota,
kawasan suaka alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, serta
kawasan lindung lainnya yang tidak termasuk kategori tersebut. Berikut adalah
kawasan-kawasan lindung di Kota Blitar.
b.

Kawasan Budi Daya

Kawasan budidaya di Kota Blitar meliputi kawasan perumahan, kawasan
perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri, kawasan
pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan ruang evakuasi bencana,
kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal, kawasan peruntukan
lainnya.

2.2 Konsep Pengelolaan Sanitasi
Dalam Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi (TTPS, 2010)
sanitasi didefinisikan dengan upaya membuang limbah cair domestik dan sampah
untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah
tangga maupun di lingkungan perumahan.
Adapun ruang lingkup sanitasi adalah :
a.

Air limbah domestik

b.

Pengelolaan persampahan

c.

Drainase lingkungan

d.


PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Zakiyah Darojat
3315202802

4

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

Air limbah domestik adalah limbah dari kegiatan serta aktivitas hidup
manusia (human waste) yang meliputi grey water dan black water, dengan unsur
yang paling dominan adalah unsur organik. Grey water merupakan air limbah
domestik yang berasal dari dapur, tempat mencuci, atau kamar mandi yang
berupa cairan sedangkan black water merupakan air limbah domestik yang
berasal dari kegiatan dari WC yang terdiri dari padatan dan cairan berupa air
limbah dan lumpur tinja. Konsep dasar sistem pengelolaan air limbah domestik
adalah pengolahan air limbah domestik yang dihasilkan (black water dan grey
water) sehingga diperoleh kualitas air limbah sesuai baku mutu yang disyaratkan
untuk dapat dibuang ke badan air penerima.
Terdapat 2 (dua) macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik

atau permukiman, yaitu:
a.

Sistem setempat atau dikenal dengan sistem on-site, contohnya: fasilitas
sanitasi individual, seperti tangki septik atau cubluk

b.

Sistem off site atau dikenal dengan istilah sistem off-site atau sewerage
system, yaitu sistem pengelolaan air limbah yang menggunakan perpipaan
untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan yang
kemudian dialirkan ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
Dalam Permen PU No. 16/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNPSPALP) ditetapkan bahwa pengelolaan air limbah permukiman sebagai berikut :
a.

Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site
maupun off side di perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan
masyarakat

b.

Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha dan swasta dalam
penyelenggaran pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman

c.

Pengembangan

perangkat

peraturan

perundangan

penyelenggaraan

pengelolaan air limbah permukiman
d.

Penguatan kelembagaan serta peningkatan kapasitas personil pengelola air
limbah permukiman

Zakiyah Darojat
3315202802

5

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

e.

Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah
permukiman.
Rencana sistem pengelolaan air limbah rumah tangga di Kota Blitar telah

dijelaskan dalam Perda Kota Blitar No.12 tahun 2011 pasal 33 yang berbunyi :
a.

Sistem pengelolaan air limbah rumah tangga meliputi sistem on-site dan
sistem off-site

b.

Pengelolaan limbah rumah tangga dengan sistem on-site diarahkan pada
kawasan perumahan kepadatan rendah dan sedang

c.

Pengelolaan limbah rumah tangga dengan sistem off-site diarahkan pada
kawasan perumahan kepadatan sedang sampai dengan tinggi, terutama
pada kawasan kumuh

d.

Setiap pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pengembang wajib
menyediakan sistem pengelolaan limbah rumah tangga dengan sistem offsite.

Pada Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Blitar, visi sanitasi Kota Blitar
pada periode pembangunan 2013 - 2017 adalah :
Menuju sanitasi Kota Blitar terpadu, partisipatif dan berkelanjutan yang
ramah lingkungan pada tahun 2017
Dalam rangka merealisasikan secara nyata visi sanitasi Kota Blitar tersebut, maka
ditetapkan 5 (lima) misi sanitasi dari Kota Blitar sebagai berikut :
a.

Meningkatkan

pengelolaan

air

limbah

yang

berkualitas

dengan

menggunakan pendekatan partisipatif,
b.

Meningkatkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang efektif, efisien
dan ramah lingkungan,

c.

Menyelenggarakan sistem drainase yang berkualitas dan memadai,

d.

Meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas akses air bersih

e.

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).

Zakiyah Darojat
3315202802

6

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

III DATA
3.1 Gambaran Umum Wilayah
3.1.1 Letak Geografis dan Administratif
Kota Blitar terletak antara 8º2’ - 8º8’ Lintang Selatan dan 112º14’ - 112º28’
Bujur Timur. Berada di tengah wilayah Kabupaten Blitar dan terletak ± 160 km
sebelah Barat Daya Kota Surabaya. Adapun batas-batas wilayah administrasi
Kota Blitar adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara

: Kec. Nglegok dan Kec. Garum, Kab. Blitar

b. Sebelah Timur

: Kec. Garum dan Kec. Kanigoro, Kab. Blitar

c. Sebelah Selatan

: Kec. Kanigoro dan Kec. Sanankulon, Kab. Blitar

d. Sebelah Barat

: Kec. Sanankulon dan Kec. Nglegok, Kab. Blitar

PROVINSI JAWA TIMUR

KOTA BLITAR

Gambar 3.1
Kedudukan Kota Blitar dalam Propinsi Jawa Timur

Zakiyah Darojat
3315202802

7

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

Wilayah Kota Blitar terbagi menjadi 3 kecamatan dan 21 kelurahan. Detail
luas wilayah per kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Kecamatan

Kelurahan

Jumlah Luas

Prosentase

(Km2)

(%)

9,9247

1. Sukorejo
1. Tlumpu

1,0153

3,12

2. Karangsari

0,8824

2,71

3. Turi

0,5086

1,56

4. Blitar

1,3321

4,09

5. Sukorejo

1,4662

4,50

6. Pakunden

2,2620

6,94

7. Tanjungsari

2,4581

7,55

10,5023

2. Kepanjenkidul
1. Kepanjenkidul

0,8670

2,66

2. Kepanjenlor

0,6133

1,88

3. Kauman

0,6803

2,09

4. Bendo

1,5185

4.66

5. Tanggung

2,2300

6,85

6. Sentul

2,6830

8,24

7. Ngadirejo

1,9102

5,86

12,1516

3. Sananwetan
1. Rembang

0,8443

2,59

2. Klampok

1,5307

4,70

3. Plosokerep

1,2481

3,83

4. Karangtengah

1,7954

5,51

5. Sananwetan

2,1279

6,53

6. Bendogerit

1,9552

6,00

7. Gedog

2,6500

8,13

32,5785

100,00

Jumlah
Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2014

Tabel 3.1
Jumlah Kelurahan dan Prosentase Luas Wilayah di Kota Blitar

Zakiyah Darojat
3315202802

8

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

3.12
6.00

6.53

1.56
2.71

8.13

4.09

4.50

6.94

5.51

7.55
3.83
8.24

4.70
2.59

6.85

5.86

2.66
1.88
4.66 2.09

Tlumpu
Karangsari
Turi
Blitar
Sukorejo
Pakunden
Tanjungsari
Kepanjenkidul
Kepanjenlor
Kauman
Bendo
Tanggung
Sentul
Ngadirejo
Rembang
Klampok
Plosokerep
Karangtengah
Sananwetan
Bendogerit
Gedog

Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2014

Gambar 3.2
Prosentase Luas Wilayah per Kelurahan di Kota Blitar Tahun 2014

3.1.2 Topografi
Kondisi topografi di Kota Blitar rata-rata adalah 156 meter, dengan rincian
untuk wilayah Kota Blitar bagian utara ketinggiannya adalah 245 meter dengan
tingkat kemiringan 2-15˚, bagian tengah memiliki ketinggian rata-rata sebesar 185
meter dengan kemiringan 0-2˚, sedangkan untuk wilayah bagian selatan memiliki
ketinggian rata-rata sebesar 140 meter dengan tingkat kemiringan berkisar dari 02˚. Dengan melihat kondisi ketinggian dari tiap wilayah, baik bagian utara, tengah
maupun selatan memiliki perbedaan ketinggian antara 25 meter sampai 50 meter,
maka secara keseluruhan dapat dilihat bahwa kondisi topografi wilayah Kota Blitar
merupakan daerah dengan dataran rendah atau datar.
3.1.3 Klimatologi dan Hidrologi
Sebagaimana wilayah lainnya di Indonesia, iklim di Kota Blitar ditandai
dengan adanya pergantian musim setiap tahunnya. Kota Blitar yang terletak di
sekitar garis khatulistiwa sebagaimana dengan wilayah lainnya di Propinsi Jawa
Timur dan wilayah lain di Indonesia yang dipengaruhi oleh 2 (dua) musim setiap
tahunnya, yaitu : musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi antara
Zakiyah Darojat
3315202802

9

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

Bulan Oktober sampai dengan Bulan April, selebihnya mulai Bulan Mei sampai
dengan Bulan September merupakan musim kemarau. Iklim di Kota Blitar meliputi
keadaan curah hujan dan intensitas hujan. Kondisi iklim ditandai dengan adanya
bulan basah dan bulan kering. Kota Blitar memiliki tipe iklim C-3. Seperti kita
ketahui bahwa posisi Kota Blitar tidak jauh dari Gunung Kelud dengan ketinggian
156 di atas permukaan laut, sehingga berpengaruh terhadap curah hujan dan hari
hujan.
Sungai yang melewati Kota Blitar adalah Sungai Lahar dengan panjang ±
7,84 km. Hulu Sungai Lahar berada di Gunung Kelud menuju ke Sungai Brantas.
Selain Sungai Lahar, ada beberapa sungai-sungai kecil/anak sungai lain, baik
yang berasal dari limpahan mata air ataupun sungai alami lainnya. Dari bentuk
topografi Kota Blitar, maka arah aliran air akan menuju ke arah selatan. Kota Blitar
jika dilihat secara hidrologis memiliki tiga wilayah DPS (Daerah Pengairan
Sungai), yaitu:
― DPS Lahar
― DPS Cari
― DPS Sumber Nanas
Penentuan DPS ini berdasarkan dari topografi dimana DPS diambil dari
daerah tertinggi serta luas pengaliran yang ada memungkinkan aliran dari saluran
induk masuk ke sungai terdekat.
3.1.4 Kependudukan
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah penduduk Kota Blitar
mengalami penurunan dari 146,602 jiwa pada tahun 2013 menjadi 145,111 jiwa
pada tahun 2014 atau mengalami penurunan sebesar 1,491 jiwa per tahun.
Artinya bahwa terjadi penurunan rata-rata per bulan sekitar sebesar 125 jiwa.
Dengan angka tersebut laju pertumbuhan penduduk Kota Blitar pada tahun 2014
mencapai -1.02%, sangat jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sebesar
0.9%.

Zakiyah Darojat
3315202802

10

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

3.2 Kondisi Eksisting
3.2.1 Kondisi Sarana MCK
Beberapa jenis jamban yang digunakan oleh masyarakat di Kota Blitar
adalah kloset jongkok leher angsa, kloset duduk leher angsa, plengsengan,
cemplung, dan lainnya. Mayoritas masyarakat di Kota Blitar atau 94,1% telah
menggunakan kloset leher angsa dengan tipe duduk ataupun jongkok. Di sisi lain,
penggunaan jamban beserta dengan alat - alat sanitari lainnya (urinoir, kitchen
zink, wash-basin, dsb) yang dilengkapi dengan leher angsa (water trap) sangat
disarankan karena berfungsi untuk mencegah bau dan serangga keluar dari pipa
pembuangan ke peralatan tersebut sehingga kesehatan dan estetika lingkungan
dapat tetap terjaga.

0.2%
1.5%
7.4%

Tipe Jamban yang Digunakan di
Kota Blitar
4.2%
Kloset Jongkok Leher Angsa
Kloset Duduk Leher Angsa
Plengsengan
Cemplung
Lainnya
86.7%

(Sumber : EHRA, 2012)

Gambar Error! No text of specified style in document.3
Jenis Jamban/WC yang Digunakan oleh Rumah Tangga di Kota Blitar

3.2.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Eksisting
 Sistem Pengelolaan Black Water
Secara umum, sistem sanitasi pengolahan air limbah domestik berupa
black water di Kota Blitar dapat digambarkan berdasarkan user interface,
penampungan

awal,

pengalirannya,

pengolahan

akhir,

pembuangan/daur

ulangnya sebagaimana tertera pada Tabel 3.2. Berdasarkan Tabel 3.2. diketahui
bahwa terdapat 6 (enam) sistem pengelolaan air limbah domestik berupa black
Zakiyah Darojat
3315202802

11

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

water di Kota Blitar yang mayoritas didominasi oleh penggunaan tangki septik
sebagai penampung awal. Pengelolaan blackwater dengan tangki septik pribadi
seringkali tidak diterapkan sesuai dengan aturan yang berlaku terkait dengan
kesesuaian untuk diterapkan pada wilayah dengan permukiman serta standar
teknis pembangunan tangki septik rumah tangga terkait jarak terhadap sumur atau
sumber air dan periode pengurasan tangki. Pada kondisi di lapangan masih
ditemui pembuangan air limbah domestik berupa black water pada tanah,
resapan, ataupun sungai.

Input

User
Interface

Penampungan
Pengolahan
Pengaliran
Pembuangan
Awal
Akhir

-

-

-

-

sungai

cubluk

-

-

-

tanah

WC

tangki septik

-

-

tanah

WC

tangki septik

-

-

resapan

WC

tangki septik

truk tinja

IPLT

pupuk

WC

bak
penampung

pipa

IPAL

sungai

Black
Water

Kode
Aliran
blackwater
1
Aliran
blackwater
2
Aliran
blackwater
3
Aliran
blackwater
4
Aliran
blackwater
5
Aliran
blackwater
6

(Sumber : Studi EHRA, 2012)

Tabel 3.2
Diagram Sistem Sanitasi Pengolahan Black Water

 Sistem Pengelolaan Grey Water
Secara umum, sistem sanitasi pengolahan air limbah domestik berupa grey
water di Kota Blitar dapat digambarkan berdasarkan user interface, penampungan
awal, pengalirannya, pengolahan akhir, pembuangan/daur ulangnya sebagaimana
tertera pada Tabel 3.3.

Zakiyah Darojat
3315202802

12

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

Input

Grey
Water

User
Interface
Wastafel/
Kamar
Mandi (Non
WC)
Wastafel/
Kamar
Mandi (Non
WC)
Wastafel/
Kamar
Mandi (Non
WC)
Wastafel/
Kamar
Mandi (Non
WC)
Wastafel/
Kamar
Mandi (Non
WC)
Wastafel/
Kamar
Mandi (Non
WC)

Penampungan
Awal

Pengaliran

Pengolah
an Akhir

Pembuangan

Kode

-

-

-

sungai

Aliran
greywater
1

-

-

-

selokan

Aliran
greywater
2

tanah

Aliran
greywater
3

resapan

bak penampung

-

-

selokan

Aliran
greywater
4

bak penampung

-

-

resapan

Aliran
greywater
5

bak penampung

Pipa

IPAL

sungai

Aliran
greywater
6

(Sumber : Studi EHRA, 2012)

Tabel. 3.3
Diagram Sistem Sanitasi Pengolahan Grey Water

Berdasarkan Tabel 3.3. diketahui bahwa terdapat 6 (enam) sistem
pengelolaan air limbah domestik berupa grey water di Kota Blitar. Pembuangan
akhir dari grey water dilakukan dengan mengalirkan ke sungai, selokan, tanah
atau resapan. Namun pada wilayah – wilayah yang belum terlayani IPAL
Komunal, grey water hanya ditampung pada bak pengumpul atau resapan atau
bahkan tidak melalui penampungan awal sehingga langsung dialirkan ke
pembuangan akhir tanpa ada pengolahan. Hal tersebut sangat berpotensi
mencemari

lingkungan

termasuk

menyebabkan

sumber

air

dan

tanah

terkontaminasi berbagai zat – zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan
mahkluk hidup lainnya.

Zakiyah Darojat
3315202802

13

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

3.2.3

Sistem

Pengolahan

Air

Limbah

Domestik

dengan

Instalasi

Pengolahan Air Limbah Domestik (IPAL) Komunal
Sampai dengan tahun 2015 Kota Blitar telah memiliki 50 IPAL domestik
Komunal tersebar pada 3 (tiga) kecamatan di Kota Blitar. Pembangunan IPAL
domestik Komunal di Kota Blitar tersebut telah berlangsung mulai dari tahun 2003
hingga tahun 2014, dengan rincian IPAL domestik Komunal yang telah beroperasi
sebanyak 43 IPAL Komunal, yaitu IPAL Komunal yang dibangun dari tahun 2003
hingga tahun 2013 sedangkan sebanyak 7 IPAL domestik

Komunal yang

dibangun dari tahun 2014 belum sepenuhnya beroperasi karena tahap
pembangunan IPAL domestik Komunal baru selesai pada akhir tahun 2014 atau
awal tahun 2015.
Secara umum, jumlah dan sebaran lokasi IPAL Komunal di Kota Blitar
adalah sebagai berikut :
a) IPAL Komunal Tahun Pembangunan 2003 - 2013
 10 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Sukorejo
 12 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo
 3 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Sukorejo
 2 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo
 1 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Tlumpu, Kecamatan Sukorejo
 5 IPAL Domestik

Komunal di Kelurahan Kepanjenkidul, Kecamatan

Kepanjenkidul
 3 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kepanjenkidul
 1

IPAL Domestik

Komunal di Kelurahan Kepanjenlor, Kecamatan

Kepanjenkidul
 1 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjenkidul
 1

IPAL

Domestik

Komunal

di

Kelurahan

Ngadirejo,

Kecamatan

Kepanjenkidul
 1 IPAL Domestik

Komunal di Kelurahan Sananwetan, Kecamatan

Sananwetan
 1

IPAL Domestik

Komunal di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan

Sananwetan
Zakiyah Darojat
3315202802

14

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

 1 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan
 1 IPAL Domestik

Komunal di Kelurahan Karangtengah, Kecamatan

Sananwetan
b) IPAL Komunal Tahun Pembangunan 2014
 3 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Sukorejo
 1 IPAL Domestik

Komunal di Kelurahan Kepanjenkidul, Kecamatan

Kepanjenkidul
 2 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjenkidul
 1 IPAL Domestik Komunal di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kepanjenkidul

Kondisi IPAL Domestik Komunal di Kota Blitar berjalan kurang sempurna,
ada yang kondisinya baik, sedang dan buruk. Beberapa permasalahan pada IPAL
Domestik

Komunal di Kota Blitar yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan,

kelembagaan, serta operasional adalah sebagai berikut :
a. Aspek Teknis
 Terdapat bagian atas bangunan IPAL Domestik Komunal yang mengalami
kerusakan pada plesteran
 Terdapat manhole pada IPAL Komunal yang mengalami kerusakan pada
bagian tutup
 Terdapat bangunan IPAL Domestik

Komunal tidak terawat sehingga

banyak sampah yang berserakan di sekitar IPAL Domestik Komunal dan
manhole yang rusak (tutup berkarat dan hilang)
b. Aspek Keuangan
 Sebagian IPAL Domestik Komunal memiliki iuran bulanan namun belum
sesuai dengan kebutuhan untuk biaya operasional dan pemeliharaan
 Sebagian IPAL Domestik Komunal belum memiliki iuran bulanan
 Sebagian IPAL K Domestik

omunal telah memiliki laporan keuangan

namun belum dibuat dengan jelas
 Sebagian IPAL Domestik Komunal tidak memiliki laporan keuangan.

Zakiyah Darojat
3315202802

15

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

c.

Aspek Kelembagaan
 IPAL Domestik Komunal memiliki KSM namun berjalan kurang optimal
 Sebagian

besar

kepengurusan

KSM

hanya

fokus

pada

kegiatan

operasional fisik IPAL dan belum melakukan pengelolaan terhadap aspek
keuangan
 Sebagian IPAL Domestik Komunal memiliki pertemuan dengan masyarakat
namun tidak terjadwal dengan baik
 Sebagian IPAL Domestik

Komunal tidak memiliki jadwal pertemuan

dengan masyarakat
 Pertemuan

dengan

masyarakat

biasanya

dilakukan

ketika

terjadi

permasalahan dengan IPAL Domestik Komunal.
d. Aspek Operasional
 IPAL Domestik

Komunal memiliki operator IPAL namun belum bekerja

secara optimal
 Sebagian IPAL Domestik Komunal memiliki kegiatan pembersihan dan
pemeliharaan IPAL Domestik Komunal namun belum terjadwal dengan
baik
 Sebagian IPAL Domestik Komunal tidak memiliki kegiatan pembersihan
dan pemeliharaan IPAL Domestik Komunal
 Kegiatan pembersihan dan pemeliharaan IPAL Komunal dilakukan secara
bergotong-royong pada waktu – waktu tertentu sesuai dengan jadwal
kesediaan warga.
Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas dapat sedikit diambil benang
merah bahwa Pemerintah Kota Blitar telah mengupayakan pembangunan fisik
IPAL Domestik Komunal sebagai sarana pengolahan air limbah domestik namun
pemerintah kurang optimal dalam pemantauan pasca pembangunan IPAL
domestik komunal tersebut.

Zakiyah Darojat
3315202802

16

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

IPAL Khumba Shinta

IPAL Ngudi Rahardjo

IPAL Sewu Negoro

IPAL KPP Bersatu

IPAL Tirtonadi

IPAL Arrohmah

Gambar 3.4
IPAL Domestik Komunal yang Memiliki Kondisi Bangunan IPAL Bagus dan Berfungsi
dengan Baik

IPAL Makmur I

IPAL Al Mubarok

IPAL Sumber Jaran

Gambar 3.5
IPAL Domestik Komunal yang Memiliki Kondisi Bangunan IPAL Membutuhkan Perbaikan

IPAL Bakung
Gambar 3.6
IPAL Domestik Komunal yang memiliki Kondisi Bangunan IPAL Sudah Tidak Berfungsi
Lagi

Zakiyah Darojat
3315202802

17

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

3.3 Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat
3.3.1 Faktor Pendukung
a.

Kelembagaan kelompok pengelola IPAL domestik

komunal sudah

terbentuk
b.

Kondisi fisik dan teknologi IPAL domestik komunal direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik

c.

Minat masyarakat akan keberadaan IPAL domestik komunal sebagai
intalasi pengolahan air limbah domestik relatif tinggi

d.

Pemerintah Kota Blitar telah memiliki dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK)
dan Peraturan yang mendukung pengelolaan air limbah

e.

Pemerintah Kota Blitar telah membentuk POKJA Sanitasi

f.

Adanya dukungan dari pemerintah pusat terhadap program pembangunan
sanitasi.

3.3.2 Faktor Penghambat
a.

Kelompok pengelola IPAL domestik komunal kurang memahami dan
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

b.

Banyaknya pengguna yang tidak memahami hak dan kewajibannya.

c.

Belum adanya sektor swasta yang tertarik dalam pengelolaan limbah
domestik, khususnya IPAL domestik komunal.

IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Aspek Teknis
Permasalahan dari aspek teknis pada IPAL Komunal di Kota Blitar secara
umum terkait kondisi bangunan. Berbagai upaya perbaikan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalahan teknis yang terjadi tergantung dari jenis
permasalahannya. Secara umum permasalahan teknis pada IPAL komunal dikota
Blitar masih bisa tertangani. Mungkin yang perlu mendapat perhatian adalah
bagaimana mengemas fisik bangunan IPAL komunal agar tampil menarik,
sehingga masyarakat tidak lagi memandang IPAL komunal

hanya sebagai

bangunan pengolahan air limbah. Dapat juga memanfaatkan tempat-tempat yang
kosong untuk pembuatan taman atau dengan menanam tanaman dalam pot yang
Zakiyah Darojat
3315202802

18

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

memiliki

manfaat

sebagai

obat

keluarga

(TOGA),

tanaman

yang

bisa

dibudidayakan dan dijual, seperti anggrek, atau tanaman hias yang mampu
meningkatkan nilai keindahan IPAL. Usaha yang dihasilkan dari penjualan
tanaman

dapat

digunakan

untuk

turut

membantu

pembiayaan

kegiatan

operasional dan pemanfaatan IPAL Domestik Komunal.
4.2 Aspek Keuangan
Permasalahan dari aspek keuangan pada IPAL Domestik Komunal di Kota
Blitar adalah mayoritas IPAL Komunal tidak dilengkapi dengan iuran bulanan
beserta laporan bulanannya. Padahal adanya iuran bulanan sebagai salah satu
sumber pendanaan bagi keberlangsungan kegiatan operasional dan pemeliharaan
IPAL Komunal termasuk ketika direncanakan upaya perbaikan teknis dan
pemanfaatan bagi IPAL Domestik Komunal sedangkan laporan keuangan bulanan
merupakan penunjang bagi pengelolaan iuran bulanan sehingga diketahui
kesesuaian antara biaya operasional dan pemeliharaan IPAL Domestik Komunal
dengan sumber dana yang ada.
Tidak adanya laporan keuangan akan mempersulit dalam melakukan
pengelolaan terhadap pemasukkan dan pengeluaran untuk kegiatan operasional
dan pemeliharaan IPAL Domestik Komunal. Selain itu, keberadaan laporan keuan
Domestik gan juga merupakan bentuk pertanggungjawaban dari pihak pengelola
IPAL Komunal terhadap masyarakat yang telah membayar iuran bulanan untuk
kegiatan operasional dan pemeliharaan IPAL Domestik Komunal. Beberapa hal
yang dpaat dilakukan untuk mempermudah dalam pembuatan laporan keuangan
bulanan bahkan tahunan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan IPAL
Domestik Komunal adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan petugas khusus yang bertanggungjawab untuk melakukan
penarikan iuran bulanan dan pencatatan setiap warga yang sudah membayar
atau belum membayar iuran bulanan,
b. Menggunakan cara penarikan iuran bulanan yang lebih efektif dan kreatif untuk
mengatasi masyarakat pemanfaat yang mengalami kesulitan dana pada waktu
jadwal penarikan iuran sehingga penundaan pembayaran iuran bulanan dapat
dihindari.
Zakiyah Darojat
3315202802

19

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

c. Menyusun rencana anggaran biaya operasional dan pemeliharaan terlebih
dahulu sebelum penarikan iuran bulanan untuk menimimalisir terjadinya defisit
anggaran pada penarikan iuran bulanan pada bulan berikutnya,
d. Melakukan penarikan iuran bulanan pada waktu yang telah disepakati bersama,
e. Melakukan pencatatan setiap pemasukkan yang diperoleh tidak hanya dari
iuran bulanan namun juga dari sumber dana yang lainnya,
f. Melakukan pencatatan secara riiil terhadap setiap pengeluaran yang dilakukan,
g. Menyusun format laporan keuangan bulanan dan tahunan yang jelas dan
terperinci terdiri dari debet dan kredit sehingga mudah untuk dipahami oleh
masyarakat,
h. Menyampaikan laporan keuangan bulanan pada waktu yang telah disepakati
bersama.
4.3 Aspek Kelembagaan
Permasalahan dari aspek kelembagaan pada IPAL Domestik Komunal di
Kota Blitar adalah mayoritas IPAL Domestik Komunal telah memilki KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat) sebagai pihak pengelola IPAL Komunal namun
belum berjalan dengan optimal. Kelembagaan di tingkat lokal dengan didukung
oleh komitmen dari masyarakat dan pemerintah merupakan aktor yang
mempengaruhi keberlanjutan suatu sistem pengelolaan air limbah.
Permasalahan tersebut dapat menyebabkan suatu IPAL Domestik Komunal
dalam kondisi yang tidak terawat atau bahkan tidak dapat berfungsi lagi. Oleh
karena itu, perlu dilakukan beberapa upaya untuk memperbaiki kondisi
kelembagaan pengelola IPAL Domestik Komunal diantaranya dengan melakukan
inovasi kelembagaan.
4.4 Aspek Operasional
Permasalahan dari aspek operasional pada IPAL Domestik Komunal di
Kota Blitar adalah mayoritas IPAL Domestik Komunal belum memiliki operator
IPAL Domestik Komunal sehingga kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan pun
belum dilakukan secara terjadwal dengan baik termasuk pula kegiatan monitoring
kualitas influen dan effluen.
Zakiyah Darojat
3315202802

20

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

Untuk

memudahkan

kegiatan

operasional

dan

pemeliharaan

IPAL

Domestik Komunal, maka perlu disusun buku petunjuk pelaksanaan penggunaan
dan pemeliharaan IPAL Domestik Komunal.
4.5 Aspek Peran serta Masyarakat dan Swasta
Pembangunan Sarana dan Prasarana pengolahan air limbah domestik
merupakan

tanggung

jawab

pemerintah

bagi

masyarakatnya.

Namun

pembangunan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari
masyarakat dan swasta. Adapun upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
keterlibatan masyarakat dan swasta adalah sebagai berikut :
a.

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan IPAL
domestik komunal melalui sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah.

b.

Melaksanakan pertemuan rutin antara pemerintah / pokja sanitasi dengan
pengelola IPAL atau masyarakat pengguna IPAL guna mengetahui
perkembangan atau mencari solusi jika terjadi permasalahan.

c.

Perlu melakukan inovasi-inovasi dalam pengelolaan IPAL domestik komunal
sehingga dapat menarik sektor swasta untuk melakukan investasi.

V KESIMPULAN
1.

Pemerintah Kota Blitar mempunyai kepedulian yang serius terhadap
peningkatan kualitas sanitasi kota. Salah satu wujud kepedulian Pemerintah
Kota Blitar terhadap sanitasi adalah penyusunan dokumen Strategi Sanitasi
Kota (SSK) yang didalamnya mengandung konsep dan teknologi IPAL
domestik komunal untuk pengolahan air limbah domestik.

2.

Sampai dengan tahun 2015 Kota Blitar telah memiliki 50 IPAL domestik
Komunal yang tersebar pada 3 (tiga) kecamatan di Kota Blitar.

3.

Pengelolaan IPAL domestik komunal tidak semua berjalan dengan baik,
sehingga diperlukan komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat dan
swasta dalam hal pendanaan, pelaksanaan dan pengoperasian.

Zakiyah Darojat
3315202802

21

Tugas Mata Kuliah Analisis Kebijakan Spasial

TINJAUAN PUSTAKA
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Permukiman (KSNP-SPALP)
Peraturan Daerah Kota Blitar No. 12 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Blitar tahun 2011-2030
Bappeda Kota Blitar. (2012). Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Blitar tahun 2012
Bappeda Kota Blitar. (2015). Studi Pemetaan IPAL Komunal
TTPS (2010a), Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi sanitasi TTPS, Jakarta
Denny Eko P. (2015). Studi Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Domestik Komunal di Kota Blitar. Thesis. Program Studi Pengelolaan
Sumber Daya Lingkungan dan Pembangunan. Program Pasca Sarjana
Unversitas Brawijaya.

Zakiyah Darojat
3315202802

22