Makalah Geografi Sosial Perencanaan dan (1)

Makalah Geografi Sosial "Perencanaan dan Pembangunan Wilayah"
MAKALAH GEOGRAFI SOSIAL
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
WILAYAH
Dosen Pengampu:Dra.Yuswanti Ariani Wirahayu,M.SI

OLEH:
NAMA:MOH.FARID
NIM:130722607350
OFF:H
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
GEOGRAFI
DESEMBER 2013

Daftar Isi
DAFTAR ISI.....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................3
1.1. Latar belakang............................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................4

1.3.Tujuan ........................................................................................................................4

BAB II DASAR TEORI..................................................................................................5
2.1. Pengertian Wilayah.....................................................................................................5
2.2. Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Peranannya.............................................6
2.3.Klasifikasi Wilayah......................................................................................................6
2.4.Prinsip Perwilayahan...................................................................................................8
2.5.Konsep-Konsep Wilayah.............................................................................................9
2.6.Pendekatan Perencanaan Wilayah.............................................................................10
2.7.Faktor-Faktor dalam Perencanaan Wilayah...............................................................11
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................11
3.1.Perbedaan Perencanaan dan Pengembangan Wilayah...............................................11
BAB IV PENUTUP........................................................................................................16
4.1 Kesimpulan ...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena berkat limpahan
rahmat,taufik dan hidayah-Nya serta karunia yang telah diberikan-Nya,tidak lupa pula sholawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat

dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT hingga akhir zaman ,saya dapat menyusun

dan

menyelesaikan

penulisan

makalah

yang

berjudul

“PERENCANAAN

dan

PENGEMBANGAN WILAYAH” ini dengan baik dan tepat waktu tanpa suatu halangan yang
berarti.Makalah ini di susun untuk melengkapi tugas Geografi Sosial.

Selesainya penulisan Makalah ini adalah berkat dukungan dari semua
pihak , untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada :
 Kepada Dra. Yuswanti Ariani Wirahayu,M.Si selaku dosen pembimbing yang membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis
 Kepada Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan do’anya.
saya menyadari bahwa makalah ini begitu jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,saya sangat
menantikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah-makalah
yang mungkin akan saya buat dimasa mendatang.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
membantu saya menyusun makalah ini. Juga terima kasih kepada anda yang telah bersedia
membaca makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Sekian dan terima kasih
Malang,Desember2013
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mekanisme perencanaan pembangunan wilayah nasional berjalan


melalui dua

pendekatan utama, yaitu pembangunan sektoral dan regional. Hasil dua pendekatan diharapkan
dapat menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan bekembang atas

dasar kekuatan sendiri dan mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila.
Kenyataannya, upaya menciptakan keselarasan dan keserasian dua strategi tersebut merupakan
hak pelik, bahkan cenderung kontradiktif dan dikotomis.
Dalam perkembangannya pendekatan pertama (sektoral) nampak lebih menonjol dan
semakin mengua dibanding pendektan kedua (regional), hal ini dapat dilihat dari orientasi
pembangunan yang secara tegas meletakkan aspek pertumbuhan ekonomi ( econimoc growth)
sektoral sebagai cara untuk mencapai tujuan pembangunan. Disamping telah memberikan hasil
yang memuaskan seperti pertumbuhan ekonomi tinggi, pendapatan perkapita naik, namun
orientasi tersebut ternyata telah menimbulkan beberapa masalah, salah satu diantaranya adalah
tidak meratanya distribusi kegiatan dan hasil pembangunan, sehingga beberapa agenda
permasalahan pembangunan, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial-ekonomi, ketimpangan
antar wilayah (kota-desa, pusat-daerah), sering digunakan sebagai contoh produk model
pembangunan (sektoral) yang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut dapat dimengerti karena untuk mengajar pertumbuhan yang tinggi serta

efesiensi, pembangunan diutamakan pada kegiatan-kegitan yang palinh produktif, terutama
kegiatan ekspor produksi primer seperti pertambangan, kehutanan, dan perkebunan. Sementara
itu untuk mengadakan barang-barang konsumsi dan mengurangi ketergantungan impor, yang
dikembangkan di kota-kota besar. Akibatnya tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi hanya
terjadi pada wilayah-wilayah yang memiliki kekayaan sumber alam serta kota-kota besar. Dari
sinilah persoalan ketimpangan wilayah sebagai agenda utama pembangunan regional berawal
dan terus berkembang.
Ketidakmerataan pembangunan antar sektor dan antar wilayah munul serta nyata dalam
beberapa bentuk dualisme, yaitu antar sektor pertanian yang semakin menurun peran dalam
produktivitasnya, namun menampung tenaga kerja yang cukup banyak dan sektor industri yang
enderung intensive dengan daya serap tenaga kerja rendah namun kontribusinya semakin
meningkat. Demikian pula halnya dengan sektor jasa dan perdangan yang semakin jauh
meninggalkan sektor pertanian. Lebih lanjut ketidakmerataan aspek demografis dan sumberdaya
alam serta kebijakan pemerintah dalam memberikan andil yang cukup besar dalam ketimpangan
wilayah. Dikotomi Jawa(pusat) dan luar Jawa (pinggiran), Kawasan Timur Indonesia ( KTI) dan
Kawasan Barat Indonesia (KBI), antara perdesaan dan perkotaan adalah kasus nyata

pembangunan wilayah Indonesia. Fakta-fakta tersebut merupakat suatu contoh adanya masalah
pembangunan dilihat dalam dimensi ruang (wilayah).
Strategi pembangunan yang hanya mendasarkan pertumbuhan ekonomi tanpa

memperhatikan aspek distribusi (pemerataan), perluasan kesempatan kerja, penghapusan
kemiskinan serta aspek wilayah, walaupun pada tahp awalnya berhasil meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, namin akhirnya akan mengalami berbagai masalah tersebut.
Untuk mengatasi masalah tersebut tentunya diperlukan kebijaksanaan yang menangani
masalah ruang, dalam hal ini adalah kebijaksanaan pengembangan wilayah. Kebijaksanaan ini
berkenaan dengan lokasi dimana pembangunan tidak terjadi pada tiap bagian wilayah dengan
merata. Pemerataan perencanaan wilayah adalah untuk menghubungkan kegiatan yang terpisahpisah untuk mencapai tujuan pembangunan nasional (Friedmann. 1966 : 5)

1.2.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Menyebaratakan pembangunan dan menghindarkan
pemusatan kegiatan ( kesenjangan).
2. Bagaimana menjamin keserasian dan koordinasi antar berbagai
kegiatan pembangunan.
3. Bagaimana arah dari kegiatan pembangunan ( prioritas wilayah ).

1.3.


Tujuan

1. Menyebarkan pembangunan dan menghindari pemusatan
pembngunan yang berlebihan pada wilayah tertentu.
2. Keserasian dan koordinasi antar kegiatan pembangunan (sektoral
di daerah).
3. Arahan kegiatan pembangunan (prioritas wilayah)

BAB II
DASAR TEORI
2.1.

Pengertian Pewilayahan
Pewilayahan adalah usaha untuk membagi-bagi permukaan bumi atau bagian permukaan

bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula. Pembagiannya dapat mendasarkan pada criteriakriteria tertentu seperti administrative, politis, ekonomis, sosial, cultural, fisis, geografis, dan
sebagainya.
Pewilayahan di Indonesia berhubungan erat dengan pemerataan pembanguynan dan
mendasarkan


pembagiannya

pada

sumberdaya-sumberdaya

local,

sehingga

prioritas

pembangunan dapat dirancang dan dikeloila sebaik-baiknya.
Pewilayahan untuk perencanaan pengembangan wilayah di Indonesia bertujuan untuk :
1. menyebaratakan pembangunan sehingga dapat dihindarkan adanya pemusatan kegiatan
pembangunan yang berlebih-lebihan di daerah tertentu;
2. menjamin keserasian dan koordinasi antara berbagai kegiatan pembangunan yang ada di tiaptiap daerah;
3. memberikan pengarahan kegiatan pembangunan, bukan saja pada para aparatur pemerintah,
baik pusat maupun daerah, tetapi juga kepada masyarakat umum dan para pengusaha (Hariri
Hady, 1974).

Pewilayahan ditinjau dari berbagai negara mempunyai corak/ragam yang bermacammacam. Hal ini dikarenakan masing-masing negara memiliki present problems yang memang
sangat bervariasi.
2.2.

Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Peranannya
Perkembangan wilayah berkenaan dengan dimensi spasial (ruang) dari kegiatan

pembangunan. Didasari pemikiran bahwa kegiatan ekonomi terdistribusi dalam ruang yang tidak
homogen, oleh karena lokasi memiliki potensi dan nilai relatif terhadap lokasi lainnya, maka
kegiatan yang bertujuan ekonomi maupun sosial akan tersebar sesuai dengan potensi dan relatif
lokasi yang mendukungnya (Luthfi, 1994).
Begitu pula kesejahteraan penduduk akan tergantung pada sumber daya dan
aksebilitasnya terhadap suatu lokasi, dimana eskonomi terikat (Richardson, 1981 : 270). Usaha-

usaha untuk mengaitkan kegiatan ekonomi sektor ekonomi sektor industri dengan sektor
pertanian, atau pengkaitan beberapa jenis industri akan sulit tercapai tanpa memperhatikan aspek
ruang, karena masing-masing terpisah oleh jarak geografis. Olek karena itu, arti pembangunan
juga perlu diberi perspektif baru sebagai upaya pengorganiasaian ruang (luthfie, 1994). Untuk
tujuan ini maka pendekatan pengembangan wilayah yang mmenyangkut aspek tata ruang
mendapatkan peranannya.

Pendekatan melaui pengembangan wilayah ii mempunyai beberapa keuntungan. Pertama,
akan didasari pengenalan pengenalan yang lebih baik atas penduduk dan budaya pada berbagai
wilayah, serta pengenalan atas potensu unit daerah. Sehingga untuk memudahkan pembangunan
daerah yang sesuai dengan potensi, kapasitas serta problem khusus daerah tersebut. Denagn
pengembangan wilayah ini dapat diharapkan kemungkinan lebih baik untuk memperbaiki
keseimbangan sosial ekonomi antar wilayah (Friedmann, 1979 : 38).
Alasan politis diterapkannya perencanaan pengembangan wilayah antara lain adalah
bahwa pembangunan nasional yang terlalu bersifat sektoral dan tidak mempertimbangkan faktorfaktor lokasi, atau bagaiman penjalaran pertumbuhan tersebut dalam ruang ekonomi. Tindakan
mengabaikan dimensi tata ruang, ditambah dengan hanya menekankan pemikiran jangka pendek,
akan memberikan kontribusi terhadap semakin tajamnya kesenjangan antarwilayah (Miller, 1989
: 8)
Pengembangan wilayah merupakan perangkap yang melengkapi diarahkan untuk
mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar desa dan kota,
antar sektor serta pembukaan dan percepatan dan pembangunan Kawasan Timur Indonesia,
daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerh perbatasan, dan daerh terbelakang lainnya,
yang disesuaikan tujuan dan prinsip dan penekatan dalam pengembangan wilayah juga tidak
terlepas dari tujuan dn prinsip pembangunan nasional.
Hal ini berarti setiap kegiatan pembangunan di daerah harus mempertimbangkan kondisi
dan situasi regional (aspek kewilayahan) disamping pertimbangan-pertimbangan yang bersifat
sektoral. Kebijaksanaan pembangunan regional di Indonesia paling tidak mempunyai empat

tujuan utama (Tojiman S, 1981) yaitu :
1. Meningkatkan keseimbangan dan keserasian antara pembangunan antar sektoral dan
pembangunan regional, dengan meletakkan berbagai pembangunan sektoral pada wilayahwilayah tertentu sesuai dengan potensi dan prioritasnya.

2. Meningkatkan keseimbangan dan keharmonisan aerta pemerataan pertumbuhan antar
wilayah.
3.

Meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan.

4. Meningkatkan keserasian hubungan antar pusat-pusat wilayah dengan hinterlandnya dan
antar kota dan desa.
Pada dua dasawarsa terakhir, perencanaan regional Indonesia semakin menunjukan aura
recpectability (pancaran kehormatan), seiring semakin kompleksnya tantangan dan masalah
pembangunan dan adanya keyakinan bahwa pendekatan kewilayahan merupan jawaban yang
paling tepat untuk mengatasi ketimpanagn hasil-hasil pelaksanaan pembangunan, khususnya
ketimpangan antar wilayah. Denagn demikian pembangunan regional diharapkan dapat muncul
sebagai salah satu alternatif paradigma pembangunan yang berfungsi sebagai balance terhadap
penerapan pola kebijaksanaan pertumbuhan ekonomi yang dianut oleh para pemegang
kebijaksanaan ekonomi orde baru.
2.3.

Klasifikasi Wilayah
Klasifikasi wilayah adalah usaha untuk mengadakan penggolongan wilayah secara

sistematis ke dalam bagian-bagian tertentu berdasarkan property tertentu. Penggolongan yang
dimaksud haruslah memperhatikan keseragaman sifat dan memperhatikan semua individu.
Semua individu yang ada dalam populasi mendapat tempat dalam golongannya masing-masing.
Usaha untuk mengubah atau mengeliminir (menghilangkan) data seperti yang terjadi dalam
proses generalisasi, tidak terdapat dalam klasifikasi.
Tujuan utama klasifikasi adalah tidak untuk menonjolkan sifat tertentu dari sejumlah
individu, melainkan mencari defferensiasi antar golongan. Cara-cara yang dapat dikerjakan
dalam klasifikasi dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Secara garis besar, klasifikasi dapat diperbedakan ke dalam dua golongan, yaitu
klasifikasi yang bertujuan untuk mengetahui deferensiasi jenis dan klasifikasi yang bertujuan
untuk mengetahui deferensiasi tingkat.
2.4.

Prinsip Perwilayahan
1. Pewilayahan wilayah formal (homogen)

Berarti pengelompokan unit-unit lokal yang memiliki ciri-ciri serupa menurut kriteria
tertentu. Tipe dan jumlah kriteria yang digunakan cukup menentukan tingkat kesulitan
pewilayahan.
2. Pewilayahan wilayah fungsional
Berarti pengelompokan unit lokal yang memperlihatkan tingkat interdependensi yang
cukup besar. Tekanan perhatian pada aliran yang terkait dengan titik sentral (nodal) bukan pada
keseragaman wilayah. Beberapa cara yang dapat digunakan antara lain (1) analisa aliran (flow
analysis), baik kegiatan sosial, ekonomi maupun fisik; baik berupa barang maupun jasa, (2)
analisa gravitasi, yang menekankan pada aspek kekuatan daya tarik antar wilayah.
3. Pewilayahan daerah perencanaan (administratif)
Meski awal penentuannya berdasar pada dua hampiran di atas, namun pada tahap
selanjutnya lebih menekankan pada pertimbangan politis, khususnya untuk kepentingan
program-program pembangunan.Wilayah yang dibentuk seagai realisasi gabungan beberapa
topik, tentu saja berbeda dengan yang hanya mendasarkan pada satu topik saja. Topik-topik yang
dibicarakan di sini adalah termasuk dalam cakupan topik yang lebih besar. Sebagai contoh dapat
dikemukakan, suatu wilayah yang dihasilkan dari delimitasi atau curah hujan saja akan
menghasilkan wilayah dengan satu topik saja (single topic region), sedangkan delimitasi regional
yang mendasarkan pada gabungan dari beberapa topic seperti data curah hujan, masa hawa,
temperature, dan tekanan udara dalam jangka panjang akan menghasilkan wilayah-wilayah iklim
yang mempunyai karakteristik berbeda-beda. Wilayah dalam perwujudan seperti terakhir ini
disebut combined topic region. Contoh ini diharapkan dapat diekstrapolasi sendiri dalam
bidangnyua masing-masing.
Di samping mendasarkan pada topik-topikdalam delimitasi wilayah dapat pula
mendasarkan pada topik-topik yang tidak berhubungan dengan erat. Sebagai contoh dapat
dikemukakan di sini tentang eksistensi wilayah ekonomi (economi region); dasar-dasar
delimitasinya tidak semata-mata pada faktor-faktor ekonomi, tetapi faktor-faktor nonekonomi
pun perlu dipertimbangkan.
Keuntungan total region terletak pada pelaksanaannya, terutama ditinjau dari segi
administrative

conrinience-nya.

Namun

pendekatan

wilayah

(region

approach)

yang

mendasarkan pada cara-cara klasik tersebut lebih banyak menimbulkan kesulitan daripada

kemudahannya. Hal ini semata-mata karena berhubungan dengan keluasaan masalah yang harus
dicakup. Untuk keperluan perencanaan, konsep-konsep seperti ini selalu dihindarkan mengingat
derajat homogenitas gejkala biasanya sangat kecil.
2.5.

Konsep-Konsep Wilayah

1. Wilayah homogen, yaitu wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktorfaktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak
dominan bisa bersifat heterogen. Pada umumnya wilayah homogen sangat dipengaruhi oleh
potensi sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam. Dengan demikian konsep
wilayah homogen sangat bermanfaat dalam penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai
dengan potensi/daya dukung utama yang ada dan pengembangan pola kebijakan yang tepat
sesuai dengan permasalahan masing masing wilayah;
2. Wilayah nodal, menekankan perbedaan dua komponen-komponen wilayah yang terpisah
berdasarkan fungsinya. konsep wilayah nodal diumpamakan sebagai suatu ”sel hidup” yang
mempunyai inti dan plasma. Inti adalah pusat-pusat pelayanan/pemukiman, sedangkan plasma
adalah daerah belakang ( hinterland );
3. Wilayah sebagai sistem, dilandasi atas pemikiran bahwa komponen-komponen di suatu
wilayah memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain dan tidak terpisahkan;
4. Wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya sifatsifat tertentu pada wilayah baik akibat sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu
perencanaan secara integral;
5. Wilayah administratif-politis, berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa wilayah berada dalam
satu kesatuan politis yang umumnya dipimpin oleh suatu sistem birokrasi atau sistem
kelembagaan dengan otonomi tertentu. wilayah yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan
tujuan perencanaannya. Sering pula wilayah administratif ini sebagai wilayah otonomi. Artinya
suatu wilayah yang mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijaksanaan sendirisendiri dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.
2.6.

Pendekatan Perencanaan Wilayah

 PendekatanSektoral

Pendekatan di dasarkan pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut.
 PendekatanKewilayahan
Melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah
pengelompokkan suatu wilayah dapat dilakukan berdasar batas administrasi memandang wilayah
terdiri dari bagian-bagian wilayah yang lebihkecil dg potensi dan daya tarikny amasing-masing.
2.7.

Faktor-Faktor dalam Perencanaan Wilayah

 Potensi di setiapwilayahadalahberbeda
Perbedaanpotensimenyebabkandiperlukannyaperencanaan yang berbeda-beda.
Potensiwilayahharusdigunakansebesar-besarnyakesejahteraanrakyat
 Perkembanganteknologi yang sangatcepatmempengaruhiperubahankehidupanmanusia.
 Adanyakesalahanperencanaanmasalalushgtidakdapatdiubahataudiperbaikikembali.
misal: pembangungan di jalurhijauatausempadan.
diperlukanperencanaanberikutnya yang lebihterarah


Kebutuhanlahansemakinmeningkat

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PERBEDAAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Suatu Perencanaan dan Pengembangan Wilayah kerap kali dianggap sebagai hal yang
memiliki pengertian yang tidak jauh beda atau relatif sama bagi banyak orang, namun
sebenarnya terdapat perbedaan yang besar antara dua subjek ini. Hal paling mendasar yang
membedakan antara dua kata ini yaitu bila sebenarnya Perencaan adalah sesuatu hal yang belum
terjadi dan sedangkan Pengembangan adalah suatu tindakan yang tengah berlangsung atau
sedang terjadi.

Perencanaan wilayah merupakan suatu agenda atau angan-angan yang sedang disusun,
dirancang, ataupun di pertimbangkan guna memenuhi keinginan maupun harapan dari individu
dan kelompok untuk mengimbangi kemajuan zaman dengan memajukan suatu wilayah tertentu.
Dari sini terlihat bahwa perencanaan merupakan suatu hal yang belum diterapkan dan diputuskan
secara utuh. Hal ini terjadi karena dalam suatu perencanaan wilayah diperlukan banyak
keputusan dan pertimbangan atas usul maupun keinginan guna memenuhi kepentingan
masyarakat pada suatu wilayah.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam perencanaan
suatu wilayah, yaitu :
1. Identifikasi Persoalan
2. Perumusan tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-target yang kuantitatif
3. Proyeksi keadaan di masa akan datang
4. pencarian dan penilaian berbagai alternative
5. penyusunan rencana terpilih
Selain itu juga terdapat beberapa hal lain yang mendasari perencanaan suatu wilayah seperti:
Syarat-Syarat perencanaan yang baik :
Logis, masuk akal
Realistik, nyata
Sederhana
Sistematik dan ilmiah
Obyektif
Fleksibe;
Manfaat
Optimasi dan efisiensi.
Syarat-syarat perencanaan tersebut ada karena :
Limitasi dan kendala
Motivasi dan dinamika
Kepentingan bersama
Norma-norma tertentu
Faktor-faktor dasar perencanaan :
Sumber daya (alam, manusia, modal, teknologi)
Idiologi dan falsafah
Sasaran dari tujuan pembangunan
Dasar Kebijakan
Data dan metode
Kondisi lingkungan, sosial, politik dan budaya.
Pengembangan wilayah adalah suatu terapan pergerakan yang sedang maupun telah
dilaksanakan sebagai perwujudan hal-hal yang telah direncanakan sebelumnya. Inti dari
perkataan ini adalah bahwa Pengembangan wilayah merupakan hasil nyata yang telah terjadi
guna menjawab tantangan globalisasi dengan mengoptimalkan wilayah dengan tujuan

mensejahterakan masyarakat pada suatu wilayah. Globalisasi juga ditandai dengan adanya
revolusi teknologi informasi, transportasi dan manajemen. Revolusi tersebut telah menyebabkan
batas antara kawasan perkotaan dan perdesaan menjadi tidak jelas, terjadinya polarisasi
pembangunan daerah, terbentuknya kota dunia (global cities), sistem kota dalam skala
internasional, terbentuknya wilayah pembangunan antarnegara (transborder regions), serta
terbentuknya koridor pengembangan wilayah baik skala lokal, nasional, regional dan
internasional.
Dalam melakukan pengembangan wilayah selalu disertai dengan harapan yang besar sebagai
jawaban atas kemajuan tekhnologi, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek budaya yang
merupakan suatu hal yang terus bergerak serta padu dalam era globalisasi. Dengan adanya
pengembangan maka suatu wilayah tertentu diharapkan bisa mengoptimalkan fungsi dan
perannya pada masa yang akan datang. Pengembangan wilayah selalu didasari pada suatu tujuan
untuk meningkatkan atau menciptakan daya guna secara berkelanjutan khususnya guna
mensejahterakan penduduk.
Ukuran dayaguna:
1. Menurut kemungkinan sebagai permukiman yang layak
2. Produksi barang, bahan atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan manusia
3. Kapasitas menghasilkan pendapatan
Yang tidak tergantung oleh penduduk : keadaan biofisik/keadaan alam
Untuk mengukur dayaguna perlu memperhatikan berbagai keadaan:
 Biofisik
 Sosial
 Budaya
 Ekonomi
Sehingga dapat membawa peluang bagi penerapan pranata sumberdaya dan kimah (aset).
Konsep pendayagunaan wilayah bersumber pada cerapan (persepsi):
 Wilayah merupakan perwujudan sumberdaya dan kimah (aset).
Dalam hal ini penggunaan wilayah harus mengikuti kemampuan atau kesesuaian lahan. Dengan
demikian tidak terjadi konflik penggunaan lahan.
 Prospek jangka panjang ke masa depan, dengan ciri:
 Antisipatif
 Aditif
 Lentur
 Optimisasi

 keterlanjutan manfaat
dengan syarat mendampingkan secara sinergistik, upaya produksi (jaminan manfaat) dengan
upaya konservasi (jaminan memperoleh keselamatan)
Tataguna lahan
Yaitu pengembangan wilayah yang diberi makna lahan menempatkan kegiatan-kegiatan di
bagian-bagian lahan yang sesuai untuk kegiatan bersama
Sasaran pengembangan wilayah
Orientasi dayaguna wilayah, memperoleh manfaat total sebaik-baiknya menurut prospek jangka
panjang.
Upaya optimisasi mengikuti berbagai kaidah:
 Menggunakan setiap bagian wilayah sesuai dengan harkat masing-masing.
Dalam hal ini berusaha untuk membatasi usikan manusia atas alam lingkungan (kaidah
konservasi). Dengan ini mengarah kepada keterlanjutan dan keanekaan manfaat (konsep sosial),
menghemat sarana dan prasarana (kaidah ekonomi).
 Pola menempatkan berbagai bentuk penggunaan wilayah mengikuti asas kompatibilitas (tidak
saling mengganggu) antar bentuk. Di sini merupakan konsep pengembangan peluang.
 Menganalisis keadaan aktual tidak untuk menentukan kekahatan (defisiensi) terhadap keadaaan
yang diinginkan, tetapi untuk menentukan peluang untuk mencapai tujuan akhir. Dalam hal ini
merupakan konsep prtumbuhan sebagai proses sinambung berjangka panjang (tujuan masa
depan).
Tataguna lahan merupakan piranti pokok dalam pengembangan wilayah, yaitu upaya untuk
mencapai optimisasi dalam pemanfaatan wilayah. Adapun tataguna lahan merupakan
pengarahan penggunaan lahan yang didasarkan atas kemampuan lahan.
Untuk membuat rancangan tataguna lahan diperlukan langkah kerja:
 Menetapkan komponen-komponen lahan yang perlu dianalisis perannya dalam menentukan
harkat lahan
 Menetapkan hirarki atau urutan kepentingan peranan komponen dan interaksi antar komponen
 Kerentanan indikator mutu lahan terhadap perubahan keadaan lingkungan alami. Membutuhkan
indikator yang mudah berubah karena perubahan keadaan lingkungan
 Daya tangkap indikator mutu lahan terhadap masukan teknologi
Dalam merancang tataguna lahan tidak cukup hanya keadaan lingkungan biofisik alami saja,
akan tetapi juga perlu memperhatikan keadaan sosial ekonomi seperti kepadatan penduduk, taraf
pengelolaan, pendidikan dan kebudayaan.
BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Perencanaan dan pengembangan wilayah adalah suatu sistem yang padu dan mutlak
terjadi pada wilyah di suatu negara.Dikatakan sebagai suatu sistem yang padu dikarenakan suatu
perencanaan dan pengembangan wilayah memiliki komponen,unsur-unsur,dan langkah-langkah
yang dirancang serta dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Perencanaan wilayah
merupakan langkah awal suatu pergerakan yang berisikan rancangan untuk bisa memajukan
wilayah.Pengembangan wilayah adalah suatu langkah nyata yang diterapkan pada wilayah untuk
memaksimal dan mengoptimalkan daya guna lahan pada suatu wilayah guna membuat wilayah
tersebut menjadi maju dan berkembang serta mampu bersaing seiring maraknya globalisasi.Hasil
atas perencanan dan pengembangan wilayah beragam bergantung pada hasil pembangunan baik
fisik maupun nonfisik pada wilayah tersebut.
Perkembangan wilayah berkenaan dengan dimensi spasial (ruang) dari kegiatan
pembangunan. Didasari pemikiran bahwa kegiatan ekonomi terdistribusi dalam ruang yang tidak
homogen, oleh karena lokasi memiliki potensi dan nilai relatif terhadap lokasi lainnya, maka
kegiatan yang bertujuan ekonomi maupun sosial akan tersebar sesuai dengan potensi dan relatif
lokasi yang mendukungnya (Luthfi, 1994).
Begitu pula kesejahteraan penduduk akan tergantung pada sumber daya dan
aksebilitasnya terhadap suatu lokasi, dimana eskonomi terikat (Richardson, 1981 : 270). Usahausaha untuk mengaitkan kegiatan ekonomi sektor ekonomi sektor industri dengan sektor
pertanian, atau pengkaitan beberapa jenis industri akan sulit tercapai tanpa memperhatikan aspek
ruang, karena masing-masing terpisah oleh jarak geografis. Olek karena itu, arti pembangunan
juga perlu diberi perspektif baru sebagai upaya pengorganiasaian ruang (luthfie, 1994). Untuk
tujuan ini maka pendekatan pengembangan wilayah yang mmenyangkut aspek tata ruang
mendapatkan peranannya.
Pendekatan melaui pengembangan wilayah ii mempunyai beberapa keuntungan. Pertama,
akan didasari pengenalan pengenalan yang lebih baik atas penduduk dan budaya pada berbagai
wilayah, serta pengenalan atas potensu unit daerah. Sehingga untuk memudahkan pembangunan
daerah yang sesuai dengan potensi, kapasitas serta problem khusus daerah tersebut. Denagn
pengembangan wilayah ini dapat diharapkan kemungkinan lebih baik untuk memperbaiki
keseimbangan sosial ekonomi antar wilayah (Friedmann, 1979 : 38).

Hal ini berarti setiap kegiatan pembangunan di daerah harus mempertimbangkan kondisi
dan situasi regional (aspek kewilayahan) disamping pertimbangan-pertimbangan yang bersifat
sektoral. Kebijaksanaan pembangunan regional di Indonesia paling tidak mempunyai empat
tujuan utama (Tojiman S, 1981) yaitu :
1. Meningkatkan keseimbangan dan keserasian antara pembangunan antar sektoral dan
pembangunan regional, dengan meletakkan berbagai pembangunan sektoral pada wilayahwilayah tertentu sesuai dengan potensi dan prioritasnya.
2. Meningkatkan keseimbangan dan keharmonisan aerta pemerataan pertumbuhan antar wilayah.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan
4. Meningkatkan keserasian hubungan antar pusat-pusat wilayah dengan hinterlandnya dan antar
kota dan desa.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/31825118/KONSEP-DASAR-PERWILAYAHAN
http://whitayu.wordpress.com/2009/01/11/konsepsi-wilayah-dan-prinsip-pewilayahan/
www.wekipedia/org.com
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PERENCANAAN WILAYAH - BLOG PRIBADI
ENCUM NURHIDAYAT.html