Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Industri Kr
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN INDUSTRI
KREATIF DI INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Matakuliah
Ekonomi Politik
Oleh
Khoriyah
F0112056
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk sosial tidak akan mampu hidup tanpa
berinteraksi dengan orang lain, interaksi antar individu inilah yang disebut
proses sosial. Interaksi antar individu maupun kelompok terbagi menjadi
dua pola interaksi yaitu asosiatif berupa kerjasama dan pola disasosiatif
berupa persaingan. kerjasama dilatarbelakangi oleh adanya kesamaan akan
visi, misi, saling membutuhkan, dan dalam jangka panjang dimungkinkan
munculnya saling ketergantungan. Munculnya kerjasama internasional
disebabkan karena ketidakmampuan suatu negara untuk berdiri sendiri
dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini dikarenakan setiap negraa memiliki
keunggulan yang berbeda-beda sehingga mereka saling melengkapi demi
terciptanya efisiensi.
Kerjasama internasional dilatarbelakangi oleh adannya kesadaran
setiap negara akan ketergantungan dirinya dalam memenuhi kebutuhan.
Kemudian muncullah organisasi internasional dan perjanjian internasional.
Syarat utama dalam kerjasama internasional adalah adanya keharusan untuk
mengahargai kepentingan nasional masing-masing negara dan adanya
keputusan bersama dalam menyelesaikan persoalan yang timbul. Namun
didalam sebuah sistem pasar bebas bisa saja terjadi persaingan di dalam
kawasan kerjasama. Didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Brandenburger dan Nalebuff (1996) mengungkapkan tentang kompetisi,
bekerjasama sekaligus bersaing.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana seharusnya kita memandang
Masyarakat Ekonomi
Asean, apakah sebagai persaingan ataukah kerjasama dan Apa yang
harus dilakukan untuk menjaga eksistensi negara indonesia di era
Masyarakat Ekonomi Asean ?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui makna dari diterapkannya Masyarakat Ekonomi
Asean dan untuk mengetahui strategi yang dapat dikembangkan
untuk menjaga eksistensi indonesia di era Masyarakat Ekonomi
Asean.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekonomi Kreatif
Kementrian Perdagangan RI mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai
manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negaranegara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk untuk negaranegara berkembang. Ada juga pendapat yang menyatakan ekonomi kreatif
sama dengan industri kreatif. ekonomi kreatif sama dengan keseluruhan
industri kreatif yaitu seluruh industri yang tercakup dalam kelompok
industri kreatif yang terdiri dari 14 sub sektor yang meliputi : Arsitektur ,
Periklanan, Pasar Seni dan Barang antik, Kerajinan, Desain, Fesyen, Video,
Film dan Fotografi, Permainan interaktif, Musik, Seni Pertunjukan,
Penerbitan & Percetakan, Layanan Komputer dan piranti lunak, Televisi dan
radio, Riset dan Pengembangan
2.2. ASEAN Economic Community
ASEAN Economic Community atau lebih dikenal dengan Masyarakat
Ekonomi Asean merupakan suatu langkah konkret yang dilakukan ASEAN
dalam menghadapi persaingan ekonomi di tingkat global. bertujuan untuk
menjadikan ASEAN suatu kawasan yang stabil, makmur dan kompetitif
dengan pembangunan ekonomi yang merata di semua negara anggota
ASEAN serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi
2.3 . UMKM ( Usaha Kecil Dan Menegah)
UMKM merupakan subyek bisnis yang menjalankan perusahaan,
diklasifikasikan berdasarkan omset dan aset yang dimilikinya selama satu
tahun. Berikut ini klasifikasi UMKM menurut UU No. 8 Tahun 2008 :
dalam satu tahun
Jenis
Aset
Omset
≤ Rp 50.000.000,00 tidak
Usaha
Mikro
Usaha Kecil
Usaha
Menengah
termasuk tanah dan bangunan tempat
≤ 300.000.000,00
usaha
≥ Rp 50.000.000,00 ≤ Rp500.000.000,00
≥ 300000000 ≤ 2.500.000.000,00
≥ 500000000 ≤ Rp10.000.000.000,00
≥ 2.500.000.000,00 ≤
Rp50.000.000.000,00
Tabel 1 klasifikasi UMKM berdasarkan Aset dan Omset
Sumber : UU Nomor 8 tahun 2008 tentang UMKM, Diolah
UMKM mulai terkenal sejak adanya krisis ekonomi di Indonesia
tahun 1998, disaat perusahaan besar tidak mampu bertahan terhadap krisis
ini, UMKM kita mampu bertahan. Hal ini dikarenakanpertama sebagian
besar UMKM menghasilkan barang–barang konsumsi, yang tidak tahan
lama. Kedua mayoritas UMKM mengunakan layanan non-banking finansial
pada saat itu. Ketiga pada umumnya UMKM melakukan spesialisasi
produksi ketat hanya memproduksi barang-barang yang sifatnya sederhana
dan modal yang rendah. keempat sifat UMKM yang informal membuat
mereka tidak mengalami penurunan jumlah ketika terjadi krisis ekonomi.
Sejak itulah pemberdayaan UMKM dijadikan agenda nasional dalam
Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Metode Analisis
Sehubungan dengan permasalahan yang tertulis pada rumusan
masalah, penulis menganalisis data-data yang diperoleh dengan metode
analisis kualitatif. Fokus penelitian ini adalah penelitian berbasis literatur
(pustaka), maka data yang diumpulkan merupakan data kualitatif dan
kuantitatif sebagai pendukung.
3.2 Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder, yang diperoleh dari
a. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan membaca buku-buku literatur dan
jurnal.
b. Pencarian data melalui internet
Pencarian dilakukan dengan membuka situs-situs resmi instansi
ataupun institusi lembaga swadaya masyarakat.
BAB IV
PEMBAHASAN
ASEAN Economic Community (MEA) Persaingan Atau Kerjasama.
Secara sederhana, bisnis berada dalam wilayah kerjasama ketika
semua pelakunya menciptakan dan membesarkan kue bisnis, dan berada
dalam persaingan ketika kue yang diterimanya harus dibagi dengan pelaku
lain. Artinya ada kala di mana pelaku bisnis melakukan kerja bersama
namun di saat lain mereka masih dapat bersaing. Kompetisi
tidak
menghancurkan kue, tetapi masing – masing menjaga agar kue yang
diterima sesuai dengan porsi bisnisnya. Namun demikian dalam
pelaksanaannya
tidaklah
semudah
dikatakan,
dibutuhkan
kerangka
pemikiran yang mengakomodasi setiap konsekuensi dari kompetisi.
Konsep diatas pada dasarnya sama dengan konsep MEA, dalam
rangka menjadikan negara ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis
produksi serta menjadikan ASEAN lebih dinamis dan mampu kompetitif
maka dibentukaklah KEA (komunitas Ekonomi ASEAN). Pasar tunggal
dan basis produksi, memiliki 5 elemen yaitu Aliran bebas barang, Aliran
bebas jasa, Aliran bebas investasi, Aliran modal yang lebih bebas, serta
Aliran bebas tenaga kerja terampil. Sedangkan arti dari Pasar ASEAN yang
lebih dinamis dan kompetitif yaitu setiap anggota ASEAN diperbolehkan
untuk melakukan persaingan usaha antar negara anggota namun tetap etika
berbisnis dan sesuai dengan aturan dari kebijakan persaingan usaha yang
ditetapkan. Untuk memperkuat budaya persaingan yang sehat antar anggota
maka dibentuklah kebijakan persaingan usaha, upaya perlindungan
konsumen,
perlindungan
Hak
atas
Kekayaan
Intelektual
(HKI),
pembangunan infrastruktur, perpajakan dan E-commerce.
MEA adalah kue bisnis, setiap negara anggota ASEAN bersamasama berusaha (kerjasama) untuk menjadikan negara ASEAN sebagai pasar
tunggal yang mampu bersaing dengan pasar eropa dan pasar global lainnya.
ketika kue yang diterimanya harus dibagi dengan pelaku lain, maka setiap
negara akan berusaha untuk mendapatkan porsi yang lebih besar da menjaga
agar kue yang diterima sesuai dengan porsi bisnisnya. Artinya bahwa untuk
mendapatkan keuntungan yang besar didalam pasar ASEAN maka disebut
persaingan didalam kawasan kerjasama. Berdasarkan uraian sekarang diatas
paham bahwa MEA adalah suatu kerjasama sekaligus persaingan.
Apa Yang Harus Indonesia Lakukan Ketika Setiap Negara Anggota Saling
Merebutkan Porsi Keuntungan Yang Lebih Besar?
Sekarang ini adalah era yang tepat untuk indonesia bangun untuk
mendapatkan kue bisnis dengan porsi yang lebih besar. dimana sebelumnya
era agrikultur kita masih dijajah, ketika era industrialisasi kita masih
agrikultur yang mengakibatkan indonesia gagal berkompetisi dengan negara
lain. Banyak sumber daya alam indonesia yang akhirnya dikuasai pihak
asing. Ketika era informasi kita masih di era indutrialisasi yang
mengakibatkan kita kalah lagi dalam kompetisi dengan negara lain dalam
pemasaran dan teknologi. Abad 21 atau era ekonomi kreatif, bukankah ini
waktu yang tepat untuk indonesia menang dalam kompetisi dengan negara
lain?
Transformasi perekonomian global dari era fordist ke neoliberal atau
lebih dikenal globalisasi, diera 1990-2000 bukan hanya memberikan
implikasi dari dimensi ekonomi, birokrasi saja melainkan juga pada dimensi
budaya. Dari segi ekonomi secara global tercermin dari adanya pergeseran
orientasi ekonomi dunia, mulai dari era ekonomi pertanian, lalu era ekonomi
industrialisasi, disusul era ekonomi informasi, kemudian era ekonomi
kreatif. Dari segi birokrasi implementasi awal dari penerapan liberalisasi di
indonesia adalah munculnya kebijakan otonomi daerah melalui UU No. 5
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah digantikan UU
No. 12 Tahun 2008 tentang pemerintah daerah. Otonomi daerah dianggap
sebagai solusi terbaik dalam mengelola sumber daya di level daerah.
Pemerintah daerah dituntut agar mampu mengembangkan potensi daerah
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerahnya.
Dari
segi
budaya,
globalisasi
menyebabkan
terabaikannnya
kebudayaan nasional oleh teknologi informasi. Pemerintah indonesia yang
membiarkan kebudayaan nasional hanya sebagai aset pemerintah saja.
Masih terbatasnya campur-tangan negara untuk melindungi kebudayaan
mengakibatkan munculnya kasus tentang pengklaiman budaya indonesia
oleh negara lain. Selain dampak negatif, liberalisasi juga memilki dampak
positif terhadap kebudayaan. ketika era ekonomi industri dengan dampak
ikutan berupa konsumsi yang tinggi. Hal ini membuat seni tradisional
menjadi barang industrial. Para seniman ( pengrajin ) berorientasi mode of
consumption, artinya para pengrajin berkarya untuk memenuhi selera publik
atau konsumen. Diera ekonomi informasibarang-barang tradisional tersebut
cenderung laku cepat karena banyaknya interaksi manusia di era globalisasi
yang ditopang oleh teknologi komunikasi modern.
Perdagangan bilateral maupun multilateral sangat dipengaruhi oleh
nilai mata uang suatu negara. Ketika mata uang suatu negara mengalami
depresiasi akan menimbulkan dampak positif bagi neraca perdagangan
negara tersebut. Menjadi masalah ketika bahan baku untuk memproduksi
produk menggunakan bahan baku impor. Hal ini akan menjadi masalah
yang serius bagi produsen karena harga bahan baku impor menjadi mahal
sedangkan untuk menaikan harga jual produk tersebut sulit dilakukan
kecuali dengan melakukan penurunan kualitasnya. Menjadi keuntungan bagi
produk yang bahan baku diperoleh dari dalam negeri, harga bahan baku
tidak dipengaruhi oleh nilai kurs dan harga produk akan jauh lebih murah di
pasar luar negeri.
Misalnya saja barang-barang dari industri kreatif seperti (1)
periklanan, (2) arsitektur, (3) pasar seni dan barang antik, (4) kerajinan, (5)
desain, (6) fesyen, (7) video, film, dan fotografi, (8) permainan interaktif,
(9) musik, (10) seni pertunjukan, (11) penerbitan dan percetakan, (12)
layanan komputer dan piranti lunak, (13) televisi dan radio, dan (14) riset
dan pengembangan. Hal ini dikarenakan sebagian besar bahan baku
diperoleh dari sumber daya alam yang tersedia di lingkup dalam negeri
maka mereka tidak terlalu tergunjang oleh anjloknya harga Rupiah terhadap
Dollar pada akhir 2014 hingga pertengahan tahun 2015 ini. Di Indonesia,
industri kreatif sebagian besar ditekuni oleh Unit usaha kecil dan menegah
yang bersifat home industry.
UMKM mulai terkenal sejak adanya krisis ekonomi di Indonesia
tahun 1998, disaat perusahaan besar tidak mampu bertahan terhadap krisis
ini, UMKM kita mampu bertahan. Hal ini dikarenakanpertama sebagian
besar UMKM menghasilkan barang–barang konsumsi, yang tidak tahan
lama. Kedua mayoritas UMKM mengunakan layanan non-banking finansial
pada saat itu. Ketiga pada umumnya UMKM melakukan spesialisasi
produksi ketat hanya memproduksi barang-barang yang sifatnya sederhana
dan modal yang rendah. keempat sifat UMKM yang informal membuat
mereka tidak mengalami penurunan jumlah ketika terjadi krisis ekonomi.
Sejak itulah pemberdayaan UMKM dijadikan agenda nasional dalam
Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
Saat ini indutri kreatif belum tergali secara optimal, pemerintah juga
belum menjadikan sektor indutri kreatif sebagai sektor unggulan. Padahal,
peran industri kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup stabil dan peran yang
terpenting adalah kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja besar.
Kontribusi industri kreatif terhadap PDB tahun 2002-2006, rata-rata sebesar
yaitu 6,3% dari total nilai PDB Nasional. Dari 6,3% paling banyak
disumbangkan oleh Kelompok Fesyen, Kerajinan, Periklanan & Desain
dengan rata-rata nilai PDB kelompok industri kreatif tersebut tahun 20022006 secara berturut-turut adalah Rp 46 triliun (44,18%), Rp 29 triliun
(27,72%), Rp 7 triliun (7,03%), dan Rp 7 triliun (6,82%).
Negara yang sukses dengan konsep ekonomi kreatif saat ini adalah
Jepang, korea selatan dan inggris. Jepang bangkit sub kreatif perfilman
seperti manga, film animasi jepang (anime), dan games. Inggris dengan
konsep indutri kreatif berbasis teknologi, dimulai 1990-an menjadikan
industri kreatif sebagai agenda nasional (strategi brand nasional). Inggris
menjadikan 13 industri menjadi sektor indutri kreatif, meliputi, industri
periklanan, arsitektur, desain, video, TV, radio dan fotografi. Bagaimana
dengan indonesia?
Menurut Pengamat Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Gadjah
Mada (UGM) Mudrajad Kuncoro menjelaskan ada beberapa masalah yang
dihadapi oleh UMKM untuk menembus pasar ekspor antara lain masalah
pembiayaan, hak cipta produk di negara tujuan ekspor, dan pemasaran
produk. Sehingga Pemerintah indonesia bisa memfokuskan pengembangan
pada sub industri kreatif kelompok fesyen dan kerajinan. hal ini dikarenakan
indonesia yang masih terkendala oleh permasalahan permodalan dan
teknologi sedangkan fesyen dan kerajinan tidak memerlukan banyak modal
dan teknologi yang modern. Produk unggulan dari kelompok fesyen berupa
produk batik dengan pangsa ekspor yang sudah luas dan kelompok
kerajinan indonesia berupa muebel rotan dan kayu. dikarenakan sifat dari
industri kreatif yang home industry, maka upaya yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja dari industri kreatif yaitu diperlukan bantuan
teknologi, perlindungan Hak cipta, permodalan, dan pemasaran.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kesepakatan antar negara, MEA adalah sebuah
kerjasama internasional untuk menciptakan sebuat pasar tunggal
ASEAN yang dinamis dan berkompetisi. Bertujuan untuk pemerataan
kesejahteraan dan pembangunan antar negara ASEAN. Namun dalam
implementasinya nanti kita bangsa indonesia tidak bisa menganggap
MEA sebagai suatu kerjasama namun sebagai persaingan, persaingan
untuk mendapatkan dan mempertahankan porsi kue bisnis-nya. Untuk
menjaga kue bisnis tersebut, indonesia perlu mengembangkan industri
kreatif terutama pada kelompok Fesyen, Kerajinan. sektor industri
kreatif sebagian besar didominasi oleh UMKM. Sehingga untuk
mengembangkan industri kreatif yaitu dengan cara mengatasi masalah
klasik UMKM berupa bantuan teknologi, perlindungan Hak cipta,
permodalan, dan pemasaran.
5.2 Saran
Potensi UMKM disetiap daerah itu berbeda-beda sehingga ketika
ingin mengambil sebuah kebjikan baikknya jangan tersentralisasi
namun terdesentralisasi. Mengurangi peran perbankan dalam mengatasi
permasalahan permodalan UMKM. Perlunya menumbuhkan kesadaran
para pengrajin tentang pentingnya standarisasi produk, mengenalkan
pengrajin dengan sistem pemasaran dengan on-line shop.
DAFTAR PUSTAKA
Panca, Radhar Dahana. 2015. Ekonomi cukup kritik budaya pada
kapitalisme.Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Simatupang, M Togar. Perkembangan Industri Kreatif.pdf. Diambil dari
http://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/PenelusuranInformasi/FilePdf/perkembangan_ind_kreatif.pdf. Diakses pada 16 Juli 2015.
Antasriksa, basuki. Konsep “Indonesia Kreatif”: Tinjauan Awal Mengenai
Peluang Dan Tantangannya Bagi Pembangunan Indonesia.pdf.
http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/Zona%20Kreatif.pdf. Diakses
pada 16 Juli 2015.
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia. 2015.
Kebijakan dan Langkah Strategis Dalam Pengembangan Industri
UnggulanNasional.pdf.http://research.ui.ac.id/main/sites/default/files/l
ampiran_eventnews/2015/02-17/TOR%20%20 %20Seminar%20dan
%20Diskusi%20DRPM%202015.pdf.Diakses pada 16 Juli 2015.
Departemen perdagangan RI.2008.pdf. Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025. http://dgi.or.id/wp-content/uploads/2015/05/hasilkonvensi-pengembangan-ekonomi-kreatif1.pdf. Diakses pada 16 Juli
2015.
KREATIF DI INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Matakuliah
Ekonomi Politik
Oleh
Khoriyah
F0112056
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk sosial tidak akan mampu hidup tanpa
berinteraksi dengan orang lain, interaksi antar individu inilah yang disebut
proses sosial. Interaksi antar individu maupun kelompok terbagi menjadi
dua pola interaksi yaitu asosiatif berupa kerjasama dan pola disasosiatif
berupa persaingan. kerjasama dilatarbelakangi oleh adanya kesamaan akan
visi, misi, saling membutuhkan, dan dalam jangka panjang dimungkinkan
munculnya saling ketergantungan. Munculnya kerjasama internasional
disebabkan karena ketidakmampuan suatu negara untuk berdiri sendiri
dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini dikarenakan setiap negraa memiliki
keunggulan yang berbeda-beda sehingga mereka saling melengkapi demi
terciptanya efisiensi.
Kerjasama internasional dilatarbelakangi oleh adannya kesadaran
setiap negara akan ketergantungan dirinya dalam memenuhi kebutuhan.
Kemudian muncullah organisasi internasional dan perjanjian internasional.
Syarat utama dalam kerjasama internasional adalah adanya keharusan untuk
mengahargai kepentingan nasional masing-masing negara dan adanya
keputusan bersama dalam menyelesaikan persoalan yang timbul. Namun
didalam sebuah sistem pasar bebas bisa saja terjadi persaingan di dalam
kawasan kerjasama. Didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Brandenburger dan Nalebuff (1996) mengungkapkan tentang kompetisi,
bekerjasama sekaligus bersaing.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana seharusnya kita memandang
Masyarakat Ekonomi
Asean, apakah sebagai persaingan ataukah kerjasama dan Apa yang
harus dilakukan untuk menjaga eksistensi negara indonesia di era
Masyarakat Ekonomi Asean ?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui makna dari diterapkannya Masyarakat Ekonomi
Asean dan untuk mengetahui strategi yang dapat dikembangkan
untuk menjaga eksistensi indonesia di era Masyarakat Ekonomi
Asean.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekonomi Kreatif
Kementrian Perdagangan RI mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai
manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negaranegara maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk untuk negaranegara berkembang. Ada juga pendapat yang menyatakan ekonomi kreatif
sama dengan industri kreatif. ekonomi kreatif sama dengan keseluruhan
industri kreatif yaitu seluruh industri yang tercakup dalam kelompok
industri kreatif yang terdiri dari 14 sub sektor yang meliputi : Arsitektur ,
Periklanan, Pasar Seni dan Barang antik, Kerajinan, Desain, Fesyen, Video,
Film dan Fotografi, Permainan interaktif, Musik, Seni Pertunjukan,
Penerbitan & Percetakan, Layanan Komputer dan piranti lunak, Televisi dan
radio, Riset dan Pengembangan
2.2. ASEAN Economic Community
ASEAN Economic Community atau lebih dikenal dengan Masyarakat
Ekonomi Asean merupakan suatu langkah konkret yang dilakukan ASEAN
dalam menghadapi persaingan ekonomi di tingkat global. bertujuan untuk
menjadikan ASEAN suatu kawasan yang stabil, makmur dan kompetitif
dengan pembangunan ekonomi yang merata di semua negara anggota
ASEAN serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi
2.3 . UMKM ( Usaha Kecil Dan Menegah)
UMKM merupakan subyek bisnis yang menjalankan perusahaan,
diklasifikasikan berdasarkan omset dan aset yang dimilikinya selama satu
tahun. Berikut ini klasifikasi UMKM menurut UU No. 8 Tahun 2008 :
dalam satu tahun
Jenis
Aset
Omset
≤ Rp 50.000.000,00 tidak
Usaha
Mikro
Usaha Kecil
Usaha
Menengah
termasuk tanah dan bangunan tempat
≤ 300.000.000,00
usaha
≥ Rp 50.000.000,00 ≤ Rp500.000.000,00
≥ 300000000 ≤ 2.500.000.000,00
≥ 500000000 ≤ Rp10.000.000.000,00
≥ 2.500.000.000,00 ≤
Rp50.000.000.000,00
Tabel 1 klasifikasi UMKM berdasarkan Aset dan Omset
Sumber : UU Nomor 8 tahun 2008 tentang UMKM, Diolah
UMKM mulai terkenal sejak adanya krisis ekonomi di Indonesia
tahun 1998, disaat perusahaan besar tidak mampu bertahan terhadap krisis
ini, UMKM kita mampu bertahan. Hal ini dikarenakanpertama sebagian
besar UMKM menghasilkan barang–barang konsumsi, yang tidak tahan
lama. Kedua mayoritas UMKM mengunakan layanan non-banking finansial
pada saat itu. Ketiga pada umumnya UMKM melakukan spesialisasi
produksi ketat hanya memproduksi barang-barang yang sifatnya sederhana
dan modal yang rendah. keempat sifat UMKM yang informal membuat
mereka tidak mengalami penurunan jumlah ketika terjadi krisis ekonomi.
Sejak itulah pemberdayaan UMKM dijadikan agenda nasional dalam
Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Metode Analisis
Sehubungan dengan permasalahan yang tertulis pada rumusan
masalah, penulis menganalisis data-data yang diperoleh dengan metode
analisis kualitatif. Fokus penelitian ini adalah penelitian berbasis literatur
(pustaka), maka data yang diumpulkan merupakan data kualitatif dan
kuantitatif sebagai pendukung.
3.2 Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder, yang diperoleh dari
a. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan membaca buku-buku literatur dan
jurnal.
b. Pencarian data melalui internet
Pencarian dilakukan dengan membuka situs-situs resmi instansi
ataupun institusi lembaga swadaya masyarakat.
BAB IV
PEMBAHASAN
ASEAN Economic Community (MEA) Persaingan Atau Kerjasama.
Secara sederhana, bisnis berada dalam wilayah kerjasama ketika
semua pelakunya menciptakan dan membesarkan kue bisnis, dan berada
dalam persaingan ketika kue yang diterimanya harus dibagi dengan pelaku
lain. Artinya ada kala di mana pelaku bisnis melakukan kerja bersama
namun di saat lain mereka masih dapat bersaing. Kompetisi
tidak
menghancurkan kue, tetapi masing – masing menjaga agar kue yang
diterima sesuai dengan porsi bisnisnya. Namun demikian dalam
pelaksanaannya
tidaklah
semudah
dikatakan,
dibutuhkan
kerangka
pemikiran yang mengakomodasi setiap konsekuensi dari kompetisi.
Konsep diatas pada dasarnya sama dengan konsep MEA, dalam
rangka menjadikan negara ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis
produksi serta menjadikan ASEAN lebih dinamis dan mampu kompetitif
maka dibentukaklah KEA (komunitas Ekonomi ASEAN). Pasar tunggal
dan basis produksi, memiliki 5 elemen yaitu Aliran bebas barang, Aliran
bebas jasa, Aliran bebas investasi, Aliran modal yang lebih bebas, serta
Aliran bebas tenaga kerja terampil. Sedangkan arti dari Pasar ASEAN yang
lebih dinamis dan kompetitif yaitu setiap anggota ASEAN diperbolehkan
untuk melakukan persaingan usaha antar negara anggota namun tetap etika
berbisnis dan sesuai dengan aturan dari kebijakan persaingan usaha yang
ditetapkan. Untuk memperkuat budaya persaingan yang sehat antar anggota
maka dibentuklah kebijakan persaingan usaha, upaya perlindungan
konsumen,
perlindungan
Hak
atas
Kekayaan
Intelektual
(HKI),
pembangunan infrastruktur, perpajakan dan E-commerce.
MEA adalah kue bisnis, setiap negara anggota ASEAN bersamasama berusaha (kerjasama) untuk menjadikan negara ASEAN sebagai pasar
tunggal yang mampu bersaing dengan pasar eropa dan pasar global lainnya.
ketika kue yang diterimanya harus dibagi dengan pelaku lain, maka setiap
negara akan berusaha untuk mendapatkan porsi yang lebih besar da menjaga
agar kue yang diterima sesuai dengan porsi bisnisnya. Artinya bahwa untuk
mendapatkan keuntungan yang besar didalam pasar ASEAN maka disebut
persaingan didalam kawasan kerjasama. Berdasarkan uraian sekarang diatas
paham bahwa MEA adalah suatu kerjasama sekaligus persaingan.
Apa Yang Harus Indonesia Lakukan Ketika Setiap Negara Anggota Saling
Merebutkan Porsi Keuntungan Yang Lebih Besar?
Sekarang ini adalah era yang tepat untuk indonesia bangun untuk
mendapatkan kue bisnis dengan porsi yang lebih besar. dimana sebelumnya
era agrikultur kita masih dijajah, ketika era industrialisasi kita masih
agrikultur yang mengakibatkan indonesia gagal berkompetisi dengan negara
lain. Banyak sumber daya alam indonesia yang akhirnya dikuasai pihak
asing. Ketika era informasi kita masih di era indutrialisasi yang
mengakibatkan kita kalah lagi dalam kompetisi dengan negara lain dalam
pemasaran dan teknologi. Abad 21 atau era ekonomi kreatif, bukankah ini
waktu yang tepat untuk indonesia menang dalam kompetisi dengan negara
lain?
Transformasi perekonomian global dari era fordist ke neoliberal atau
lebih dikenal globalisasi, diera 1990-2000 bukan hanya memberikan
implikasi dari dimensi ekonomi, birokrasi saja melainkan juga pada dimensi
budaya. Dari segi ekonomi secara global tercermin dari adanya pergeseran
orientasi ekonomi dunia, mulai dari era ekonomi pertanian, lalu era ekonomi
industrialisasi, disusul era ekonomi informasi, kemudian era ekonomi
kreatif. Dari segi birokrasi implementasi awal dari penerapan liberalisasi di
indonesia adalah munculnya kebijakan otonomi daerah melalui UU No. 5
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah digantikan UU
No. 12 Tahun 2008 tentang pemerintah daerah. Otonomi daerah dianggap
sebagai solusi terbaik dalam mengelola sumber daya di level daerah.
Pemerintah daerah dituntut agar mampu mengembangkan potensi daerah
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerahnya.
Dari
segi
budaya,
globalisasi
menyebabkan
terabaikannnya
kebudayaan nasional oleh teknologi informasi. Pemerintah indonesia yang
membiarkan kebudayaan nasional hanya sebagai aset pemerintah saja.
Masih terbatasnya campur-tangan negara untuk melindungi kebudayaan
mengakibatkan munculnya kasus tentang pengklaiman budaya indonesia
oleh negara lain. Selain dampak negatif, liberalisasi juga memilki dampak
positif terhadap kebudayaan. ketika era ekonomi industri dengan dampak
ikutan berupa konsumsi yang tinggi. Hal ini membuat seni tradisional
menjadi barang industrial. Para seniman ( pengrajin ) berorientasi mode of
consumption, artinya para pengrajin berkarya untuk memenuhi selera publik
atau konsumen. Diera ekonomi informasibarang-barang tradisional tersebut
cenderung laku cepat karena banyaknya interaksi manusia di era globalisasi
yang ditopang oleh teknologi komunikasi modern.
Perdagangan bilateral maupun multilateral sangat dipengaruhi oleh
nilai mata uang suatu negara. Ketika mata uang suatu negara mengalami
depresiasi akan menimbulkan dampak positif bagi neraca perdagangan
negara tersebut. Menjadi masalah ketika bahan baku untuk memproduksi
produk menggunakan bahan baku impor. Hal ini akan menjadi masalah
yang serius bagi produsen karena harga bahan baku impor menjadi mahal
sedangkan untuk menaikan harga jual produk tersebut sulit dilakukan
kecuali dengan melakukan penurunan kualitasnya. Menjadi keuntungan bagi
produk yang bahan baku diperoleh dari dalam negeri, harga bahan baku
tidak dipengaruhi oleh nilai kurs dan harga produk akan jauh lebih murah di
pasar luar negeri.
Misalnya saja barang-barang dari industri kreatif seperti (1)
periklanan, (2) arsitektur, (3) pasar seni dan barang antik, (4) kerajinan, (5)
desain, (6) fesyen, (7) video, film, dan fotografi, (8) permainan interaktif,
(9) musik, (10) seni pertunjukan, (11) penerbitan dan percetakan, (12)
layanan komputer dan piranti lunak, (13) televisi dan radio, dan (14) riset
dan pengembangan. Hal ini dikarenakan sebagian besar bahan baku
diperoleh dari sumber daya alam yang tersedia di lingkup dalam negeri
maka mereka tidak terlalu tergunjang oleh anjloknya harga Rupiah terhadap
Dollar pada akhir 2014 hingga pertengahan tahun 2015 ini. Di Indonesia,
industri kreatif sebagian besar ditekuni oleh Unit usaha kecil dan menegah
yang bersifat home industry.
UMKM mulai terkenal sejak adanya krisis ekonomi di Indonesia
tahun 1998, disaat perusahaan besar tidak mampu bertahan terhadap krisis
ini, UMKM kita mampu bertahan. Hal ini dikarenakanpertama sebagian
besar UMKM menghasilkan barang–barang konsumsi, yang tidak tahan
lama. Kedua mayoritas UMKM mengunakan layanan non-banking finansial
pada saat itu. Ketiga pada umumnya UMKM melakukan spesialisasi
produksi ketat hanya memproduksi barang-barang yang sifatnya sederhana
dan modal yang rendah. keempat sifat UMKM yang informal membuat
mereka tidak mengalami penurunan jumlah ketika terjadi krisis ekonomi.
Sejak itulah pemberdayaan UMKM dijadikan agenda nasional dalam
Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
Saat ini indutri kreatif belum tergali secara optimal, pemerintah juga
belum menjadikan sektor indutri kreatif sebagai sektor unggulan. Padahal,
peran industri kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup stabil dan peran yang
terpenting adalah kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja besar.
Kontribusi industri kreatif terhadap PDB tahun 2002-2006, rata-rata sebesar
yaitu 6,3% dari total nilai PDB Nasional. Dari 6,3% paling banyak
disumbangkan oleh Kelompok Fesyen, Kerajinan, Periklanan & Desain
dengan rata-rata nilai PDB kelompok industri kreatif tersebut tahun 20022006 secara berturut-turut adalah Rp 46 triliun (44,18%), Rp 29 triliun
(27,72%), Rp 7 triliun (7,03%), dan Rp 7 triliun (6,82%).
Negara yang sukses dengan konsep ekonomi kreatif saat ini adalah
Jepang, korea selatan dan inggris. Jepang bangkit sub kreatif perfilman
seperti manga, film animasi jepang (anime), dan games. Inggris dengan
konsep indutri kreatif berbasis teknologi, dimulai 1990-an menjadikan
industri kreatif sebagai agenda nasional (strategi brand nasional). Inggris
menjadikan 13 industri menjadi sektor indutri kreatif, meliputi, industri
periklanan, arsitektur, desain, video, TV, radio dan fotografi. Bagaimana
dengan indonesia?
Menurut Pengamat Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Gadjah
Mada (UGM) Mudrajad Kuncoro menjelaskan ada beberapa masalah yang
dihadapi oleh UMKM untuk menembus pasar ekspor antara lain masalah
pembiayaan, hak cipta produk di negara tujuan ekspor, dan pemasaran
produk. Sehingga Pemerintah indonesia bisa memfokuskan pengembangan
pada sub industri kreatif kelompok fesyen dan kerajinan. hal ini dikarenakan
indonesia yang masih terkendala oleh permasalahan permodalan dan
teknologi sedangkan fesyen dan kerajinan tidak memerlukan banyak modal
dan teknologi yang modern. Produk unggulan dari kelompok fesyen berupa
produk batik dengan pangsa ekspor yang sudah luas dan kelompok
kerajinan indonesia berupa muebel rotan dan kayu. dikarenakan sifat dari
industri kreatif yang home industry, maka upaya yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja dari industri kreatif yaitu diperlukan bantuan
teknologi, perlindungan Hak cipta, permodalan, dan pemasaran.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kesepakatan antar negara, MEA adalah sebuah
kerjasama internasional untuk menciptakan sebuat pasar tunggal
ASEAN yang dinamis dan berkompetisi. Bertujuan untuk pemerataan
kesejahteraan dan pembangunan antar negara ASEAN. Namun dalam
implementasinya nanti kita bangsa indonesia tidak bisa menganggap
MEA sebagai suatu kerjasama namun sebagai persaingan, persaingan
untuk mendapatkan dan mempertahankan porsi kue bisnis-nya. Untuk
menjaga kue bisnis tersebut, indonesia perlu mengembangkan industri
kreatif terutama pada kelompok Fesyen, Kerajinan. sektor industri
kreatif sebagian besar didominasi oleh UMKM. Sehingga untuk
mengembangkan industri kreatif yaitu dengan cara mengatasi masalah
klasik UMKM berupa bantuan teknologi, perlindungan Hak cipta,
permodalan, dan pemasaran.
5.2 Saran
Potensi UMKM disetiap daerah itu berbeda-beda sehingga ketika
ingin mengambil sebuah kebjikan baikknya jangan tersentralisasi
namun terdesentralisasi. Mengurangi peran perbankan dalam mengatasi
permasalahan permodalan UMKM. Perlunya menumbuhkan kesadaran
para pengrajin tentang pentingnya standarisasi produk, mengenalkan
pengrajin dengan sistem pemasaran dengan on-line shop.
DAFTAR PUSTAKA
Panca, Radhar Dahana. 2015. Ekonomi cukup kritik budaya pada
kapitalisme.Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Simatupang, M Togar. Perkembangan Industri Kreatif.pdf. Diambil dari
http://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/PenelusuranInformasi/FilePdf/perkembangan_ind_kreatif.pdf. Diakses pada 16 Juli 2015.
Antasriksa, basuki. Konsep “Indonesia Kreatif”: Tinjauan Awal Mengenai
Peluang Dan Tantangannya Bagi Pembangunan Indonesia.pdf.
http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/Zona%20Kreatif.pdf. Diakses
pada 16 Juli 2015.
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia. 2015.
Kebijakan dan Langkah Strategis Dalam Pengembangan Industri
UnggulanNasional.pdf.http://research.ui.ac.id/main/sites/default/files/l
ampiran_eventnews/2015/02-17/TOR%20%20 %20Seminar%20dan
%20Diskusi%20DRPM%202015.pdf.Diakses pada 16 Juli 2015.
Departemen perdagangan RI.2008.pdf. Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025. http://dgi.or.id/wp-content/uploads/2015/05/hasilkonvensi-pengembangan-ekonomi-kreatif1.pdf. Diakses pada 16 Juli
2015.