Konsumsi Sayur dan Kadar Kolesterol

HUBUNGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH DENGAN KADAR
KOLESTEROL PESERTA SENAM JANTUNG SEHAT
YAYASAN WIJAYA KUSUMA KELURAHAN MEKARSARI
KECAMATAN CIMANGGIS
Septiningsih1, Sugeng Wiyono2, Idrus Jus’at1
1

Program Studi Ilmu Gizi FIKes Universitas Esa Unggul
2
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Jakarta II

ABSTRAK
Kolesterol faktor terpenting untuk menentukan risiko seseorang untuk menderita
penyakit pembuluh darah jantung. Terjadinya penyakit pembuluh darah jantung
disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku. Faktor perilaku yang sangat
berpengaruh adalah konsumsi makanan tinggi lemak dan rendahnya konsumsi serat
sayur dan buah. Konsumsi serat sayur dan buah dapat menurunkan absorbsi lemak.
Laporan Kesehatan Dunia, 2002 memperkirakan konsumsi buah dan sayur yang rendah
menyebabkan sekitar 31% dari penyakit jantung iskemik dan 11% dari stroke.
Tujuan penelitian adalah mencari hubungan konsumsi sayur dan buah dan kadar
kolesterol para peserta senam jantung sehat Yayasan Wijaya Kusuma.

Penelitian ini bersifat merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta senam jantung sehat
Yayasan Wijaya Kusuma dan jumlah sampel sebanyak 44 responden. Analisis data pada
penelitian ini menggunakan uji Korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan konsumsi
sayur dan buah dan kadar kolesterol.
Hasil penelitian menunjukkan 68.2% responden berusia > 50 tahun dan berjenis
kelamin perempun. Rata-rata konsumsi harian sayur adalah 310.80 gram/ hari
(+153.971) dan rata-rata konsumsi buah masing-masing peserta senam adalah 298.89
gram/ hari (+206.791) sedangkan rata-rata kadar kolesterol peserta senam adalah 190.11
mg/dl (+32.277). Dari hasil uji korelasi didapat bahwa tidak ada hubungan konsumsi
sayur dan buah terhadap kadar kolesterol peserta senam jantung sehat Wijaya Kusuma
(r=0.093; p>0,05 dan r=0.17; p>0.05).
Salah satu kesimpulan adalah meningkatkan konsumsi serat yang berasal dari sayur dan
buah harus dilakukan guna menjaga kestabilan kadar kolesterol darah.
Kata Kunci

: Konsumsi Sayur, Konsumsi Buah, Kolesterol,

Pendahuluan
Pola makan yang tinggi lemak, karbohidrat dan hampir tidak mengandung serat

merupakan salah satu penyebab meningkatnya resiko penyakit kardiovaskuler
(Khomsan, 2006). Penyakit kardiovaskuler dapat berbentuk aterosklerosis, penyakit
jantung koroner, serangan jantung, stroke, dan gagal jantung kongestif (Puslitbang gizi,
2007). Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 menunjukkan bahwa banyak
penyakit jantung dan pembuluh darah telah menjadi penyebab utama (16%) dari total
kematian penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut 5,2% kematian karena penyakit

0

jantung koroner yang terjadi pada kelompok umur 45-54 tahun. (Rustika, 2000) dan
melonjak menajdi 26,4% pada tahun 2000. Meski menjadi pembunuh utama, tetapi
masih sedikit orang yang mengetahui tentang tentang faktor risiko yang menyebabkan
terjadinya penyakit tersebut (Riskesdas, 2007). Penyakit kardiovaskular, diabetes,
obesitas, kanker dan penyakit pernapasan, berkontribusi sebesar 59.0% dari kematian
setiap tahunnya di seluruh dunia. Menurut Laporan Kesehatan Dunia 2002, lima dari
sepuluh faktor yang menyebabkan risiko penyakit tersebut diidentifikasi penyebabnya
adalah tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, fisik tidak aktif dan konsumsi
cukup buah dan sayuran adalah salah satu penyebab utama (WHO, 2003)
Kolesterol dalam tubuh sebagai faktor penting untuk menentukan risiko
seseorang untuk menderita penyakit pembuluh darah jantung. Ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah, antara lain usia, berat badan, pola
makan (konsumsi lemak, karbohidrat, kolesterol dan serat), pendidikan, jenis kelamin,
aktifitas fisik (olahraga), pekerjaan,

merokok, stres, hormon dan faktor keturunan

(Satoto, dkk, 1998). Pada tahun 1994 prevalensi kolesterol > 250 mg/dl pada laki-laki
sebesar 14,0% dan wanita sebesar 16,2% (Studi MONICA dalam Rustika, 2000). Hasil
studi populasi di Kelurahan Kayu Putih Jakarta Timur pada tahun 1993 menunjukkan
rata-rata kadar kolesterol total 173.0 mg/dl, LDL 106.0 mg/dl, kadar HDL 46.0 mg/dl
dan trigliserida 108.0 ml/dl. Pada tahun 2001 juga dilakukan studi populasi di Depok
dan memperoleh rata-rata yang lebih tinggi yaitu kolesterol total 218.0 mg/dl, LDL
133.0 mg/dl, HDL 54.0 mg/dl dan trigliserida 137.0 mg/dl.
Hiperkolesterolemia (peningkatan kadar kolesterol) merupakan faktor risiko
utama penyakit jantung koroner. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2004, prevalensi hiperkolesterolemia di Indonesia pada usia 25 hingga 34 tahun
sebesar 9,3% sementara pada usia 55 hingga 64 tahun sekitar 15,5%. Terjadinya
penyakit jantung koroner dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku. Faktor
lingkungan yang menjadi penyebab PJK di Indonesia adalah pekerjaan yang
membutuhkan aktifitas fisik berat dan gangguan emosi. Sedangkan faktor perilaku yang

paling berpengaruh adalah tingginya konsumsi makanan asin dan jeroan serta rendahnya
konsumsi buah dan sayur (Citrakesumasari dalam Riskesdas, 2007).
Pada tahun 2005 konsumsi sayur dan buah peduduk Indonesia secara
keseluruhan hanya sekitar 65.0% dan 79.0% menurut pola diet 2000 kkalori dan tahun

1

2007 menurun menjadi 59.0% dan 72.0% (LIPI, 2008). Menurut data Susenas 2007,
ternyata sebagian besar rumah tangga di Indonesia lebih banyak belanja sayur
dibandingkan buah-buahan, proporsi konsumsi sayur 6.6% dan buah 3% terhadap total
konsumsi makanan bulanan. Laporan Kesehatan Dunia 2002, memperkirakan konsumsi
buah dan sayuran yang rendah menyebabkan sekitar 31.0% dari penyakit jantung
iskemik dan 11.0% dari stroke.

Dengan tingginya konsumsi sayur dan buah

diperkirakan sebanyak 2,7 juta kehidupan berpotensi bisa diselamatkan setiap tahun.
Laporan yang diterbitkan oleh FAO dan WHO bahwa Konsultasi Ahli diet, nutrisi dan
pencegahan penyakit kronis, merekomendasikan konsumsi minimum 400g buah dan
sayuran per hari (tidak termasuk kentang dan umbi-umbian bertepung lainnya) untuk

pencegahan kronis penyakit seperti penyakit jantung, kanker, diabetes dan obesitas serta
untuk pencegahan dan pengentasan kekurangan zat gizi mikro, terutama di negara
berkembang (WHO, 2000)
Masyarakat Indonesia sangat kurang dalam mengkonsumsi sayuran dan buah.
Hal ini bisa disebabkan antara lain karena pergeseran pola makan yang menjalar dari
perkotaan hingga ke pedesaan. Bergeser dari makanan yang kaya serat dan zat gizi
menuju makanan yang kurang serat tetapi kaya lemak dan garam. Selain karena
kandungan fitokimia yang ada di dalamnya, sayuran dan buah juga mengandung serat
yang penting dalam pencegahan penyakit degeneratif. (Citrakesumasari dalam
Riskesdas, 2007). Serat yang memiliki sifat positif dapat menurunkan kadar total
kolesterol darah dan LDL. Para peneliti menemukan oat bran sejenis makanan dari
gandum dan bekatul yang berasal dari kulit padi yang dipilih untuk menurunkan kadar
kolesterol (Kowalski dalam Soeharto, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Luc Djoussé, et al, (2004) dalam American
Journal Clinical of Nutrition yaitu tentang hubungan antara konsumsi buah dan sayur
terhadap kadar kolesterol LDL disimpulkan bahwa responden yang konsumsi buah dan
sayur lebih tinggi memiliki kadar kolesterol 6-7% lebih rendah dibanding responden
yang mengkonsumsi buah dan sayur lebih rendah. Begitu pula studi yang dilakukan di
India Heart Study menilai efek antara konsumsi buah dan sayuran dan konsentrasi LDL
kolesterol. Fornes, et al, melaporkan dalam studi cross-sectional bahwa konsumsi buah

dan sayuran berkorelasi berbanding terbalik dengan konsentrasi LDL kolesterol, dan
peneliti lain melaporkan efek menguntungkan dari buah dan konsumsi sayuran pada

2

konsentrasi LDL kolesterol. Pada penelitian ini diteliti mengenai hubungan konsumsi
buah dan sayur

terhadap kadar kolesterol

sehingga dapat mengetahui apakah

berpengaruh terhadap kadar kolesterol para peserta senam jantung sehat.
Metoda
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi adalah seluruh peserta senam jantung sehat di Yayasan Wijaya
Kusuma tanggal 9-10 Juli 2011, sedangkan sampel diperoleh secara accidental. Kadar
kolesterol diukur dengan prosedur pengukuran sebagai berikut: a). Masukkan Check
Strip kedalam slot test strip pada meteran, b).Bila layar pada alat Easy Touch GCU
meter menampilakan tanda OK, maka alat siap digunakan, c). Keluarkan Check Strip

dari slot test strip pada meteran, d). Masukkan Code Key kolesterol Test Strip kedalam
slot test strip pada meteran. Pastikan angka yang tampak pada layar sesuai dengan Kode
yang ada pada botol kolesterol Test Strip yang akan digunakan, e). Ambil satu kolesterol
Test Strip dari botol. Tutup kembali botol dengan segera. f). Masukkan kolesterol test
strip kedalam slot test strip pada meteran. Layar pada meteran akan menunjukkan code
nomor dari kolesterol test strip, lalu setelah itu tampak simbol darah. g). Ketika layar
pada meteran menunjukkan simbol darah, bersihkan jari sampel dengan alkohol swab,
biarkan kering sepenuhnya, h). Tempelkan puncturer yang berisi lancet steril pada jari.
i). Tekan tombol pada puncturer agar lancet dapat menusuk bagian jari. j). Bersihkan
darah yang keluar pertama kali, k). Letakkan tetesan darah pada area target yang
terdapat pada kolesterol test strip sehingga darah akan terserap dan menyebabkan area
target berubah menjadi merah. l). Reaksi pengujian dimulai ketika terdengar bunyi beep.
Alat meter akan mulai menghitung mundur selama 150 detik.,m). Setelah 150 detik
layar akan menunjukkan hasil pengukuran kadar kolesterol.

Hasil Penelitian
Kadar Kolesterol Respoden

3


Gambar 1. Histogram Kadar Kolesterol Responden
Diperoleh bahwa rata-rata kadar kolesterol adalah 190.11 mg/dl dengan standar
deviasi 32,28 mg/dl dan nilai minimum 107 mg/dl serta nilai maksimum 250 mg/dl.
Konsumsi Buah

Gambar 2. Histogram Konsumsi Buah Responden
Rata-rata konsumsi buah adalah 298.89 gram/ hari dengan standar Deviasi (SD)
206.791, dengan nilai minimum 42 gram/hari dan nilai maksimum 808 gram/ hari

4

Konsumsi Sayur

Gambar 3. Histogram Konsumsi Sayur Responden
Dari tabel 9 dan grafik 4 dibawah ini dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi
sayur dari 44 responden adalah 310.80 gram/ hari dengan nilai minimum 94 gram/hari,
nilai maksimum 693 gram/ hari dan Standar Deviasi (SD) 32.277.
Karaketrtistik Responden
Berdasarkan tabel 3 dibawah ini dari 44 responden, ternyata


30 (68.2%)

responden berusia > 50tahun. Dan sebanyak 14 (31.8%) responden berusia ≤ 50 tahun.

Tabel 3.
Distribusi Karakteristik Responden

5

Karakteritik Responden

n = 44

%

14

31.8

30


68.2

- ≤ 50 tahun

14

31.8

- > 50 tahun

30

68.2

- SD

11

25.0


- SMP

7

15.9

- SMA

15

34.1

11

25.0

Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
Umur

Pendidikan

-

AKADEMI / PT

Pekerjaan
-

Tidak bekerja

19

43.2

-

Karyawan

11

25.0

-

Pensiunan

11

25.0

-

Wiraswasta

3

6.8

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah
perempuan yaitu sebesar 68.2% dan 31.8% adalah responden laki-laki, 34.1%
responden mempunyai pendidikan SMA dan sebanyak 15.9% responden mempunyai
pendidikan SMP. Sebanyak

43.2% responden tidak bekerja dan sebanyak 6.8%

responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta.
Perbedaan rata-rata kadar Kolesterol berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Dari grafik 3 dibawah ini dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kadar kolesterol
laki-laki adalah 186.00 mg/dl dan rata-rata kadar kolesterol pada perempuan sebesar
191.31 mg/ dl. Rata-rata kadar kolesterol pada perempuan lebih tinggi sebasar 5,31
mg/dl dibanding laki-laki. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

6

Gambar 3.
Rata-Rata Kadar Kadar Kolesterol Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Hubungan konsumsi Sayur dan Kadar Kolesterol Total
Tidak ada hubungan bermakna (p=0,549) konsumsi sayur

dengan kadar

kolesterol dengan nilai r = 0.093 (keeratan hubungannya lemah) dan dapat dilihat
dalam diagram tebar dibawah ini.

Gambar 4. Diagram tebar konsumsi sayur dan kadar kolesterol total

Hubungan konsumsi buah dan kadar Kolsterol Total

7

Tidak ada hubungan bermakna (p=0,259) konsumsi buah

dengan kadar

kolesterol dengan nilai r = 0.174 (keeratan hubungannya lemah) dan dapat dilihat
dalam diagram tebar dibawah ini.

Gambar 5. Diagram tebar konsumsi buah dan kadar kolesterol total

Pembahasan
Hubungan konsumsi Sayur dan Kadar Kolesterol Total
Penelitian yang dilakukan oleh Luc Djoussé, et al, tahun 2004 dalam American
Journal Clinical of Nutrition tentang hubungan antara konsumsi buah dan sayur
terhadap kadar kolesterol LDL disimpulkan bahwa responden yang konsumsi buah dan
sayur lebih tinggi memiliki kadar kolesterol 6-7% lebih rendah dibanding responden
yang mengkonsumsi buah dan sayur lebih rendah. Dalam penelitian ini diproleh ratarata konsumsi sayur sebesar 310.80 gram/ hari.

Dengan demikian terlihat bahwa

konsumsi sayur responden tidak seperti yang dianjurkan WHO ( ≥ 400gram/ hari) .
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa kadar kolesterol seseorang tidak hanya
dipengaruhi oleh konsumsi sayur tetapi juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
usia, pola makan, aktifitas, keturunan, genetik, jenis kelamin, dll . Demikian pula halnya
dengan konsumsi sayur, bahwa p=0.549) yang menjelaskan bawha tidak ada hubungan
bermakna antara konsumsi sayur dengan kadar kolesterol para peserta senam jantung
sehat Yayasan Wijaya Kusuma.

8

Hubungan konsumsi Buah dan Kadar Kolesterol Total
Hasil uji statistik dapat dilihat hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa
besarnya korelasi nilai r = 0.174 ini berarti keeratan hubungannya lemah tidak ada
hubungan antara kedua tidak bermakna (p = 0.259). Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Luc Djousse. Rata-rata konsumsi buah sebesar
298.89 gram/ hari. Dengan demikian terlihat bahwa konsumsi buah responden tidak
seperti yang dianjurkan WHO (≥400gram/ hari) . Hasil penelitian ini menggambarkan
bahwa kadar kolesterol seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi sayur tetapi
juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, pola makan, aktifitas, keturunan,
genetik, jenis kelamin, dll .
Kesimpulan
Kadar kolesterol pada perempuan sedikit lebih tinggi dibanding dengan kadar kolsterol
laki-laki . Tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi sayur dan buah dengan kadar
kolesterol dengan kemaknaan masing-masing p=0,549 dan p=0,587.
Daftar Pustaka
Afriansyah, Nurfi. 2008. Rahasia Jantung Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anies, 2006. Waspada Ancaman Penyakit Menular Solusi Pencegahan dari Perilaku
dan Lingkungan. Jakarta : Alexa Media Komputindo.
Djoussé,Luc, dkk. 2004. Fruit and vegetable consumption and LDL cholesterol:
the National Heart, Lung, and Blood Institute Family Heart Study1–3. American
Journal of Nutrition.
Hartono, Andry. 2006. Asuhan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Jus’at,Idrus. 2009. Pengolahan Gizi dan Kesehatan Analisis Regresi. Jakarta: Gizi.
Khomsan, Ali. 2006. Solusi Makan Sehat. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
LIPI. 2008. Jurnal Kependudukan Indonesia. Jakarta.
Meister, Kathleen. 1996. Dietary Fiber. American Counsil on Science and Health.
Planck, Nina. 2007. Dalam Hidup Bebas Penyakit dengan Makanan Alami. Bandung:
Mizan Media Utama.
Rusilanti, dkk. 2006. Sehat dengan Makanan Berserat. Jakarta: Agromedia.
Rustika. 2001. Geriatrics;Coronary Diseases; Consumer Participation.
www.gdllib@litbang.depkes.go.id
Santoso, Singgih.2011. Statistik Nonparametrik. Jakarta : Alex Media Komputama
Satoto, dkk. 1993. Kegemukan, Obesitas dan Penyakit Degeneratif Epidemiologi
dan Strategi Penanggulangan. Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi.
Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak

9

dan Kolesterol. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tapan, Alex. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: Alex Media Komputindo.
Wardlam, Gordon. 2002. Perspectives in Nutrition. 5th edition North America:
Mc Hill Companies.
World Health Organization. 2003. Fruit and vegetable promotion initiative. Geneva:
WHO.
WHO & FAO. 2003. Diet Nutrition and The Prevention of Chronic Disease. Geneva:
WHO.
World Health Organization. 2004. Global strategy on diet, physical activity and health.
France : WHO

10