Tawakal dan Cinta Fakultas Sains dan Tek

Tawakal dan Cinta

DISUSUN:
Sahdinal adi
NIM : 0705162001

Dosen Pengampu :
Dr. Jafar, MA

Fakultas Sains dan Teknologi
UIN SUMATERA UTARA
FISIKA-1
T.A 2017/2018

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi seorang sufi terdapat tangga-tangga ataupun tingkatan yang harus dilalui. Setelah
melalui maqam tobat, wara’, faqr dan sabar. Maka maqam selanjutnya adalah tawakal.
Dimana pada pembahasan ini akan diterangkan sifat tawakal yang dimaksud untuk menjadi

seorang sufi. Tidak hanya itu, pada pembahasan kali ini akan membahas dua maqam
sekaligus. Setalah maqam tawakal maka akan dibahas maqam cinta yang harus dilalui oleh
para sufi selnajutnya untuk mendekatkan diri dengan Allah swt.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tawakal ?
2. Apa yang dimaksud dengan cinta(al-mahabbah)?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahamai yang dimaksud dengan tawakal
2. Untuk memahami yang dimaksud dengan cinta(al-mahabbah)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tawakal (al-tawakkul)
Tawakal (at-tawakkul) diartikan sebagai kepasrahan secara penuh kepada Allah
setelah melakukan suatu usaha. Bagi sufi, segala rencana dan usaha untuk itu tidak dapat
dipastikan, namun harus diserahkan sepenuhnya kepada Allah untuk berhasil atau tidak.
Dalam kaitan ini, al-Ghazali pernah mengungkapkan bahwa manusia hanyalah merencanakan
dan mengusahakan, tetapi Tuhanlah yang menetukan hasilnya.1[1]
Tawakal berasal dari bahasa Arab, wakila, yakilu, wakilan yang berarti

“mempercayakan, memberi, membuang urusan, bersandar, dan bergantung,” istilah tawakal
disebut didalam al-qur’an dalam berbagai bentuk sesebanyak 70 kali.
1[1] M. Iqbal Irham. Membangun moral bangsa melalui akhlak tasawuf. Ciputat : Pustaka al-Ihsan.
2013. Hal . 140

Dalam bahasa indonesia, tawakal adalah “pasrah diri kepada kehendak Allah; percaya
dengan sepenuh hati kepada Allah, 9dalam penderitaan dan sebagainya), atau sesudah
berikhtiar baru berserah kepada Allah.
Secara harfiah, tawakal berarti menyerahkan diri. Secara umum pengertian tawakal
adalah pasrah secara bulat kepada Allah setelah melaksanakan suatu rencana dan usaha.
Tidak boleh memastikan terhadap suatu rencana yang telah disusun, tetapi harus bersikap
menyerahkannya kepada Allah. Manusia hanya bisa merencanakan dan mengusahakan, tetapi
Tuhan yang menetukan hasilnya. “kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya.”(Q.S. Ali Imran,3:121)
Akan tetapi bagi kaum sufi pengertian tawakal itu tidak cukup kalau hanya sekedar
menyerahkan diri seperti itu. Mereka mempunyai citra tersendiri.ini berarti bahwa dalam
segala hal, baik sikap maupun perbuatan harus diterima dengan tulus. Apapun yang terjadi
adalah diluar pintu usaha, tetapi semuanya itu datang dari Allah. Menyerahkan bulat kepada
kuasa Allah. Tidak meminta, tidak menolak dan tidak menuduga-duga. Nasib apapun yang

diterima itu adalah karunia Allah.
Sikap seperti inilah yang diupayakan oleh seorang sufi, agar jiwanya tenang, berani
dan ikhlas dalam hidupnya walau apapun yang dialami.
Dalam karya-karya tasawuf , para sufi telah memberikan penjelasan mengenai makna






tawakal.
Hamdun al-qashashar berkata, “ tawakal adalah berpegang teguh kepada Allah Swt.
Sahl bin ‘Abd Allah al-Tustari berkata, “ tawakal adalah melepaskan segala apa yang
dikehendaki dengan menyandarkan diri kepada Allah Swt”.
Abu Yaqub Ishaq al- Nahr al-Jauzi berkata; “ tawakalh adalah menyerahkan diri kepada
Allah Swt dengan sebenarnya.
Abu ali al-Daqaq berkata, “tawakal kepada Allah memiliki tiga tingkat, yakni
tawakal,taslim,dan tafwidh. orang tawakal adalah orang yang merasa tenang dengan janji

Allah Swt. Orang yang taslim adalah orang yang merasa cukup dengan ilmunya. Orang yang

Tafwidh adalah orang yang rela dengan hukumnya. Jadi tawakal adalah permulaan , taslim



adalah pertengahan, dan tafwidh adalah akhir.
Nashr al-dinal-Thusi ;” tawakal adalah mempercayakan semua urusan kepada Allah , dan
keyakinan Allah, dan keyakinan Allah memiliki kearifan dan kekuasaan untuk menjalankan
segala urusan sesuai pengaturannya.



Ibn Qudamah ; ada tiga derajat tawakal : menyerahkan diri hanya kepada Allah Swt, selalu
mengharapkan pertolongannya, pasrah dan tidak bersandar kecuali hanya kepada Allah
seperti seorang anak yang hanya bersandar kepada ibunya, dan tidak berpisah dengan Allah
Swt.

I.

Cinta (al-mahabbah)
Menurut Al-Gazali al-mahabbah adalah al-maqam sebelum rida. Kaum sufi

mendasari ajaran mereka tentang cinta dengan al-qur’an ,hadis dan atsar. Kata cinta disebut
Al-qur’an secara berulang kali , meskipun tidak hanya dalam makna cinta kepada Allah Swt.
Sebagaimana yang dimaksudkan oleh kaum sufi. Kata hub disebut Al-quran sebanyak 99 kali
dalam berbagai bentuk kata, antara lain hubb dan yuhibbu, sedangkan dalam kata almahabbah tidak digunakan alquran.2[2]





Sedangkan makna al-mahabbah dalam tasawuf dapat dilihat dari ucapan kaum sufi.
junid al-baghdadi , misalnya berkata “cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih pada sifat
yang mencintainya.
Muhammad bin Ali al-kattani berkata “ cinta mengutamakan yang dicintai.
Husain al-manshur al-Hallaj berkata bahwa “ hakikat cinta itu jika kamu berdiri bersama
kekasihmu dengan menggunakan sifat-sifatmu.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara harfiah, tawakal berarti menyerahkan diri. Secara umum pengertian tawakal

adalah pasrah secara bulat kepada Allah setelah melaksanakan suatu rencana dan usaha.
Tidak boleh memastikan terhadap suatu rencana yang telah disusun, tetapi harus bersikap
menyerahkannya kepada Allah. Manusia hanya bisa merencanakan dan mengusahakan, tetapi
Tuhan yang menetukan hasilnya. “kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka
bertwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya.”(Q.S. Ali Imran,3:121).
Menurut Al-Gazali al-mahabbah adalah al-maqam sebelum rida. Kaum sufi
mendasari ajaran mereka tentang cinta dengan al-qur’an ,hadis dan atsar. Kata cinta disebut
2[2] JA’FAR. Gerbang Tasawuf:dimensi teoritis dan praktis ajaran kaum sufi. Medan: Perdana
Publishing. 2016. Hal. 78

Al-qur’an secara berulang kali , meskipun tidak hanya dalam makna cinta kepada Allah Swt.
Sebagaimana yang dimaksudkan oleh kaum sufi. Kata hub disebut Al-quran sebanyak 99 kali
dalam berbagai bentuk kata, antara lain hubb dan yuhibbu, sedangkan dalam kata almahabbah tidak digunakan alquran.

DAFTAR PUSTAKA
JA’FAR. Gerbang Tasawuf. 2016 .Medan: Perdana Publishing.
Irham, Iqbal .Membangun moral bangsa melalui akhlak tasawuf. 2013.Ciputat : Pustaka alIhsan

[1]M. Iqbal Irham. Membangun moral bangsa melalui akhlak tasawuf. Ciputat : Pustaka alIhsan. 2013. Hal . 140

[2] JA’FAR. Gerbang Tasawuf:dimensi teoritis dan praktis ajaran kaum sufi. Medan:
Perdana Publishing. 2016. Hal. 78