Peta Topografi dan Bentang Alam
PETA TOPOGRAFI DAN BENTANG ALAM
A.
Peta Topografi
1.
Definisi Peta Topografi
Berbagai macam definisi atau pengertian peta topografi dari berbagai
sumber, diantaranya yaitu:
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief atau sifat
permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur.
Peta topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat
mengenai keadaan alam di suatu daratan.
Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan
detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern.
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi
beserta bangunan alami maupun buatan manusia yang ada di atasnya.
Peta topografi adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi
yang ditarik ke skala. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk
mewakili fitur yang ditemukan pada permukaan bumi.
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk penyebaran dan
ukuran dari roman muka bumi yang kurang lebih sesuai dengan daerah
yang sebenarnya.
Peta topografi berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat
dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempattempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut
menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian.
Peta topografi menunjukkan adanya ciri-ciri permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi atau dicari tahu apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan
pada posisi tertentu. Dengan demikian ada dua unsur utama topografi yaitu
ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran
permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data yang diperlukan
tentang daerah aliran sungai, elevasi, vegetasi secara umum, sudut kemiringan
dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciriciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.
Sumber: apdri.wordpress.com
Gambar 1
Peta Topografi
2.
Fungsi Peta Topografi
Peta topografi dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan,
lokasi, dan jarak, seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta
topografi juga menampilkan variasi daerah, ketinggian kontur, dan tingkat tutupan
vegetasi. Dengan kekuatan militer yang tersebar di seluruh dunia, maka militer
bergantung pada peta untuk memberikan informasi terhadap unsur-unsur tempur
dan untuk menyelesaikan operasi logistik. Mobilitas tentara dan material yang
harus diangkut, disimpan, dan ditempatkan ke dalam operasi pada waktu dan
tempat yang tepat. Banyak dari perencanaan ini harus dilakukan dengan
menggunakan peta. Oleh karena itu, setiap operasi memerlukan pasokan peta,
namun meskipun kita memiliki peta terbaik, peta tidak akan berharga kecuali
pengguna peta tahu bagaimana cara membacanya.
3.
Garis Kontur Peta Topografi
Garis
kontur
adalah
garis
yang
menghubungkan
titik-titik
yang
mempunyai ketinggian yang sama dari suatu datum atau bidang acuan tertentu.
Garis-garis kontur adalah garis-garis yang kontinu dan tidak bercabang, dan
tidak akan berpotongan dengan garis kontur yang lain.
Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang
berdekatan. Jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang
berdekatan. Pada suatu peta topografi interval kontur dibuat sama, berbanding
terbalik dengan skala peta.
Cara penarikan kontur adalah dengan cara perkiraan antara besarnya
nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik,
artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat
juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin
besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut,
maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang
berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan
angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit
dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar.
Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan
(relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah
tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.
Dalam pembuatan peta topografi, harus dibedakan antara kontur mayor dan
kontur minornya.
Sumber: sambodo45.wordpress.com
Gambar 2
Garis Kontur
B.
Bentang Alam
Bentang
alam
adalah
satuan
unit
geomorfologis
yang
dimana
berdasarkan elevasi, orientasi, kelandaian, paparan batuan, jenis tanah dan
stratifikasi. Bentang alam fluvial merupakan satuan geomorfologi yang erat
hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah kejadian-kejadian
yang terjadi di muka bumi, baik secara fisik ataupun kimiawi yang menghasilkan
adanya suatu perubahan bentuk relief bumi yang diakibatkan oleh air di
permukaan. Kejadian yang di dominan adalah air yang mengalir secara terpadu
atau terkonsentrasi (sungai) dan air yang tidak terkonsentrasi (sheet water).
Proses fluviatil akan memberikan hasil suatu bentang alam yang memiliki
ciri khas tersendiri sebagai sifat air yang mengalir di permukaan. Bentang alam
yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses
sedimentasi yang terjadi akibat media-media air di permukaan.
Sungai merupakan aliran air yang dibatasi suatu alur yang mengalir dari
hulu menuju hilir atau lembah ataupun tempat yang lebih rendah karena
pengaruh gravitasi. Sungai termasuk sungai besar, sungai kecil maupun anak
sungai.
Proses fluviatil dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
1.
Proses Erosi
Proses erosi adalah suatu proses atau kejadian pengikisan permukaan
tanah yang disebabkan oleh pergerakan air atau angin. Berdasarkan medianya,
media penyebab erosi dibagi menjadi empat macam, yaitu erosi oleh air, erosi
oleh angin, erosi oleh gletser dan erosi oleh salju. Dalam bentang alam ini, agen
penyebab erosi yang paling dominan adalah air. Sungai dapat mengerosi batuan
sedimen yang dilaluinya, memotong lembah, memperdalam dan memperlebar
sungai dengan cara-cara :
Quarrying, yaitu pendongkelan batu yang dilaluinya.
Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai,
misalnya pada daerah cut off slope.
Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.
Hydraulic action, kemampuan air mengangkat dan memindahkan batuan
atau material-material sediment dengan gerakan memutar sehingga
batuan pecah dan kehilangan fragmen.
Solution, solution dalam proses erosi berjalan lambat, tetapi efektif dalam
pelapukan dan erosi.
Diantara banyaknya erosi, berikut ini adalah sifat-sifat erosi yang sering
terjadi disekitar. Sifat erosi ini ditinjau dari sering terjadinya erosi atau kebiasaan
erosi terjadi, yaitu:
Intensitasnya sebanding dengan aliran sungai.
Makin banyak bercampur dengan material lain maka erosi makin efektif.
Selalu menuju ke base level.
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi:
Erosi ke arah hulu (head ward erotion) adalah erosi yang terjadi pada
ujung bagian hulu sungai.
Erosi lateral yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada
daerah tengah sungai yang menyebabkan bertambah lebar dan panjang
sungai. Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai
batas dimana air sungai sudah tidak lagi mampu mengerosi lagi (erotion
base level).
Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada
daerah
bagian
hulu
pada
sungai
dan
menyebabkan
terjadinya
pendalaman lembah sungai.
Sumber: geologcall.blogspot.com
Foto 1
Erosi
2.
Proses Sedimentasi
Proses pengendapan material karena aliran sungai tidak mampu lagi
mengangkut material yang di bawanya. Apabila kemampuan mengangkut
semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan
terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan
ringan.
Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah
bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada belokan sungai, karena biasanya
pada bagian belokan ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran
material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut,
sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkan
pun semakin halus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses erosi dan sedimentasi:
Kecepatan aliran sungai maksimal pada tengah alur sungai, bila sungai
membelok maka kecepatan maksimal ada pada daerah cut off slope
(terjadi erosi) karena gaya sentrifugal. Pengendapan terjadi bila
kecepatan sungai menurun atau bahkan hilang.
Gradien atau kemiringan lereng sungai, bila air mengalir dari sungai yang
kemiringan lerengnya curam ke dataran yang lebih rendah maka
kecepatan air berkurang dan tiba-tiba hilang sehingga menyebabkan
pengendapan pada dasar sungai. Bila kemudian ada lereng yang terjal
lagi,
kecepatan
akan
meningkat
sehingga
terjadi
erosi
yang
menyebabkan pendalaman lembah.
Bentuk alur sungai, aliran air akan menggerus bagian tepi dan dasar
sungai. Semakin besar gesekan yang terjadi maka air akan mengalir lebih
lambat. Sungai yang dalam, sempit dan permukaan dasarnya tidak kasar,
aliran airnya deras. Sungai yang lebar, dangkal dan permukaan dasarnya
tidak kasar, atau sempit, dalam tetapi permukaan dasarnya kasar, aliran
airnya lambat.
Discharge, volume air yang keluar dari suatu sungai. Proses erosi dan
transportasi terjadi karena besarnya kecepatan aliran sungai dan
discharge.
Sumber: gelhow.blogspot.com
Gambar 3
Sedimentasi
KESIMPULAN
Peta topografi merupakan suatu peta yang menggambarkan morfologi
bumi yang umumnya tampak dari atas permukaan bumi dan umumnya memiliki
banyak kontur yang berfungsi untuk menandai tinggi rendahnya permukaan bumi
ataupun jalur-jalur bentang alam yang terbentuk di permukaan bumi. Dengan
adanya kontur maka pembentukan gambaran relief permukaan bumi akan lebih
mudah karena dapat menandakan suatu keberadaan bentang-bentang alam.
Dengan adanya kontur pada peta topografi yang berfungsi sebagai
menentukan titik ketinggian yang sama, maka dapat digambarkan bentang alam
karena adanya relief muka bumi. Bentang alam dan topografi sebenarnya
berkaitan karena menimbang adanya titik elevasi atau ketinggian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2012. ”Bentang Alam Indonesia”,
https://asmaulazizah.wordpress.com/2012/03/08/bentang-alamindonesia/. Diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 21.00 WIB.
Anonymous, 2014. ”Bentang Alam”,
http://www.conservation.org/global/indonesia/aktivitas_lapangan/ben
tang_alam/Pages/betang_alam.aspx. Diakses tanggal 21 Maret
2015 pukul 20.00 WIB.
Kurniasari, Shinta, 2012. ”Peta Topografi”,
http://skurniasari.blogspot.com/2012/10/peta-topografi.html. Diakses
tanggal 21 Maret 2015 pukul 21.00 WIB.
Wijayanto, Tizar, 2013. “Peta Topografi”,
http://tizarwijayanto.blogspot.com/p/blog-page.html. Diakses tanggal
22 Maret 2015 pukul 19.00 WIB.
A.
Peta Topografi
1.
Definisi Peta Topografi
Berbagai macam definisi atau pengertian peta topografi dari berbagai
sumber, diantaranya yaitu:
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief atau sifat
permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur.
Peta topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat
mengenai keadaan alam di suatu daratan.
Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan
detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern.
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi
beserta bangunan alami maupun buatan manusia yang ada di atasnya.
Peta topografi adalah representasi grafis dari bagian permukaan bumi
yang ditarik ke skala. Menggunakan warna, simbol, dan label untuk
mewakili fitur yang ditemukan pada permukaan bumi.
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk penyebaran dan
ukuran dari roman muka bumi yang kurang lebih sesuai dengan daerah
yang sebenarnya.
Peta topografi berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat
dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempattempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut
menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian.
Peta topografi menunjukkan adanya ciri-ciri permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi atau dicari tahu apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan
pada posisi tertentu. Dengan demikian ada dua unsur utama topografi yaitu
ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran
permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data yang diperlukan
tentang daerah aliran sungai, elevasi, vegetasi secara umum, sudut kemiringan
dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciriciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.
Sumber: apdri.wordpress.com
Gambar 1
Peta Topografi
2.
Fungsi Peta Topografi
Peta topografi dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan,
lokasi, dan jarak, seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta
topografi juga menampilkan variasi daerah, ketinggian kontur, dan tingkat tutupan
vegetasi. Dengan kekuatan militer yang tersebar di seluruh dunia, maka militer
bergantung pada peta untuk memberikan informasi terhadap unsur-unsur tempur
dan untuk menyelesaikan operasi logistik. Mobilitas tentara dan material yang
harus diangkut, disimpan, dan ditempatkan ke dalam operasi pada waktu dan
tempat yang tepat. Banyak dari perencanaan ini harus dilakukan dengan
menggunakan peta. Oleh karena itu, setiap operasi memerlukan pasokan peta,
namun meskipun kita memiliki peta terbaik, peta tidak akan berharga kecuali
pengguna peta tahu bagaimana cara membacanya.
3.
Garis Kontur Peta Topografi
Garis
kontur
adalah
garis
yang
menghubungkan
titik-titik
yang
mempunyai ketinggian yang sama dari suatu datum atau bidang acuan tertentu.
Garis-garis kontur adalah garis-garis yang kontinu dan tidak bercabang, dan
tidak akan berpotongan dengan garis kontur yang lain.
Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang
berdekatan. Jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang
berdekatan. Pada suatu peta topografi interval kontur dibuat sama, berbanding
terbalik dengan skala peta.
Cara penarikan kontur adalah dengan cara perkiraan antara besarnya
nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik,
artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat
juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin
besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut,
maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang
berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan
angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit
dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar.
Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan
(relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah
tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.
Dalam pembuatan peta topografi, harus dibedakan antara kontur mayor dan
kontur minornya.
Sumber: sambodo45.wordpress.com
Gambar 2
Garis Kontur
B.
Bentang Alam
Bentang
alam
adalah
satuan
unit
geomorfologis
yang
dimana
berdasarkan elevasi, orientasi, kelandaian, paparan batuan, jenis tanah dan
stratifikasi. Bentang alam fluvial merupakan satuan geomorfologi yang erat
hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah kejadian-kejadian
yang terjadi di muka bumi, baik secara fisik ataupun kimiawi yang menghasilkan
adanya suatu perubahan bentuk relief bumi yang diakibatkan oleh air di
permukaan. Kejadian yang di dominan adalah air yang mengalir secara terpadu
atau terkonsentrasi (sungai) dan air yang tidak terkonsentrasi (sheet water).
Proses fluviatil akan memberikan hasil suatu bentang alam yang memiliki
ciri khas tersendiri sebagai sifat air yang mengalir di permukaan. Bentang alam
yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses
sedimentasi yang terjadi akibat media-media air di permukaan.
Sungai merupakan aliran air yang dibatasi suatu alur yang mengalir dari
hulu menuju hilir atau lembah ataupun tempat yang lebih rendah karena
pengaruh gravitasi. Sungai termasuk sungai besar, sungai kecil maupun anak
sungai.
Proses fluviatil dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
1.
Proses Erosi
Proses erosi adalah suatu proses atau kejadian pengikisan permukaan
tanah yang disebabkan oleh pergerakan air atau angin. Berdasarkan medianya,
media penyebab erosi dibagi menjadi empat macam, yaitu erosi oleh air, erosi
oleh angin, erosi oleh gletser dan erosi oleh salju. Dalam bentang alam ini, agen
penyebab erosi yang paling dominan adalah air. Sungai dapat mengerosi batuan
sedimen yang dilaluinya, memotong lembah, memperdalam dan memperlebar
sungai dengan cara-cara :
Quarrying, yaitu pendongkelan batu yang dilaluinya.
Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai,
misalnya pada daerah cut off slope.
Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.
Hydraulic action, kemampuan air mengangkat dan memindahkan batuan
atau material-material sediment dengan gerakan memutar sehingga
batuan pecah dan kehilangan fragmen.
Solution, solution dalam proses erosi berjalan lambat, tetapi efektif dalam
pelapukan dan erosi.
Diantara banyaknya erosi, berikut ini adalah sifat-sifat erosi yang sering
terjadi disekitar. Sifat erosi ini ditinjau dari sering terjadinya erosi atau kebiasaan
erosi terjadi, yaitu:
Intensitasnya sebanding dengan aliran sungai.
Makin banyak bercampur dengan material lain maka erosi makin efektif.
Selalu menuju ke base level.
Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi:
Erosi ke arah hulu (head ward erotion) adalah erosi yang terjadi pada
ujung bagian hulu sungai.
Erosi lateral yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada
daerah tengah sungai yang menyebabkan bertambah lebar dan panjang
sungai. Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai
batas dimana air sungai sudah tidak lagi mampu mengerosi lagi (erotion
base level).
Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada
daerah
bagian
hulu
pada
sungai
dan
menyebabkan
terjadinya
pendalaman lembah sungai.
Sumber: geologcall.blogspot.com
Foto 1
Erosi
2.
Proses Sedimentasi
Proses pengendapan material karena aliran sungai tidak mampu lagi
mengangkut material yang di bawanya. Apabila kemampuan mengangkut
semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan
terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan
ringan.
Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah
bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada belokan sungai, karena biasanya
pada bagian belokan ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran
material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut,
sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkan
pun semakin halus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses erosi dan sedimentasi:
Kecepatan aliran sungai maksimal pada tengah alur sungai, bila sungai
membelok maka kecepatan maksimal ada pada daerah cut off slope
(terjadi erosi) karena gaya sentrifugal. Pengendapan terjadi bila
kecepatan sungai menurun atau bahkan hilang.
Gradien atau kemiringan lereng sungai, bila air mengalir dari sungai yang
kemiringan lerengnya curam ke dataran yang lebih rendah maka
kecepatan air berkurang dan tiba-tiba hilang sehingga menyebabkan
pengendapan pada dasar sungai. Bila kemudian ada lereng yang terjal
lagi,
kecepatan
akan
meningkat
sehingga
terjadi
erosi
yang
menyebabkan pendalaman lembah.
Bentuk alur sungai, aliran air akan menggerus bagian tepi dan dasar
sungai. Semakin besar gesekan yang terjadi maka air akan mengalir lebih
lambat. Sungai yang dalam, sempit dan permukaan dasarnya tidak kasar,
aliran airnya deras. Sungai yang lebar, dangkal dan permukaan dasarnya
tidak kasar, atau sempit, dalam tetapi permukaan dasarnya kasar, aliran
airnya lambat.
Discharge, volume air yang keluar dari suatu sungai. Proses erosi dan
transportasi terjadi karena besarnya kecepatan aliran sungai dan
discharge.
Sumber: gelhow.blogspot.com
Gambar 3
Sedimentasi
KESIMPULAN
Peta topografi merupakan suatu peta yang menggambarkan morfologi
bumi yang umumnya tampak dari atas permukaan bumi dan umumnya memiliki
banyak kontur yang berfungsi untuk menandai tinggi rendahnya permukaan bumi
ataupun jalur-jalur bentang alam yang terbentuk di permukaan bumi. Dengan
adanya kontur maka pembentukan gambaran relief permukaan bumi akan lebih
mudah karena dapat menandakan suatu keberadaan bentang-bentang alam.
Dengan adanya kontur pada peta topografi yang berfungsi sebagai
menentukan titik ketinggian yang sama, maka dapat digambarkan bentang alam
karena adanya relief muka bumi. Bentang alam dan topografi sebenarnya
berkaitan karena menimbang adanya titik elevasi atau ketinggian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2012. ”Bentang Alam Indonesia”,
https://asmaulazizah.wordpress.com/2012/03/08/bentang-alamindonesia/. Diakses tanggal 20 Maret 2015 pukul 21.00 WIB.
Anonymous, 2014. ”Bentang Alam”,
http://www.conservation.org/global/indonesia/aktivitas_lapangan/ben
tang_alam/Pages/betang_alam.aspx. Diakses tanggal 21 Maret
2015 pukul 20.00 WIB.
Kurniasari, Shinta, 2012. ”Peta Topografi”,
http://skurniasari.blogspot.com/2012/10/peta-topografi.html. Diakses
tanggal 21 Maret 2015 pukul 21.00 WIB.
Wijayanto, Tizar, 2013. “Peta Topografi”,
http://tizarwijayanto.blogspot.com/p/blog-page.html. Diakses tanggal
22 Maret 2015 pukul 19.00 WIB.