ANGKA KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH

LAPORAN
SURVEILANS KESEHATAN

ANGKA KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE DI
RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA TAHUN 2014-2015

Oleh
KELOMPOK
Eryda Wijayanti

1610912420004

Gusti Kanzania Finansi

1610912420007

Lita Ariyani

1610912420010

Husnul Khatimah


1610912420008

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT ALIH JENJANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada Allah SWT,
yang mana berkat taufik dan hidayah-Nya jualah, akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan laporan Surveilans Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Umum
Daerah Ratu Zalecha Martapura. Laporan ini dibuat sehubungan dengan
kunjungan lapangan Surveilans Kesehatan Masyarakat.
Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.


Bapak , selakuPengampu Mata Kuliah Surveilans Kesehatan Masyarakat

2.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar

3.

Kepala Rumah Sakit Umum daerah Ratu Zalecha Martapura
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini sangat jauh dari

sempurna, karenanya penyusun sangat mengharapkan bimbingan, saran-saran
maupun kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan yang
akan datang.
Akhir kata dengan disertai doa dan harapan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, Desember 2016
Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegypty dan

Aedes

Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat di hampir seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter
diatas permukaan air laut. Menurut World Health Organization(2002),
jumlah penduduk dunia yang beresiko terinfeksi lebih dari 2,5 sampai 3
milyar orang terutama penduduk yang tinggal di daerah perkotaan di
negara tropis dan subtropis.

Di Indonesia, penyakit DBD masih


merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
belum dapat ditanggulangi (Hindra, 2003). Penyakit DBD bahkan
endemis hampir di seluruh propinsi. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
jumlah kasus dan daerah terjangkit terus meningkat dan menyebar luas
serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Diperkirakan
setiap tahunnya ada 300 juta kasus di Indonesia, dan 500.000 kasus DBD
yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan minimal 12.000
diantaranya meninggal dunia, terutama anak-anak (Depkes RI, 2007).
Sejak pertama kali ditemukan di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968,
tercatat 54 kasus dengan 24 kematian (CFR 41,5%). Selanjutnya pada
tahun 1972 ditemukan DBD di luar Jawa yaitu Sumatera Barat, Lampung,
dan Riau. Sejak itu penyakit DBD tersebar di berbagai daerah, dan angka
kejadian penyakit DBD terus meningkat (Depkes, 2007). KLB penyakit
DBD terjadi di sebagian besar daerah perkotaan dan beberapa daerah
pedesaan, di mana sejak tahun 1975 penyakit ini telah terjangkit di daerah
perdesaan. Sampai dengan bulan November 2007, kasus DBD di
Indonesia telah mencapai 124,811 (IR: 57,51/100.000 penduduk) dengan
1.277 kematian (CFR: 1,02%) (Depkes, 2007).
Iklim


tropis

negara

Indonesia merupakan

tempat yang baik bagi

kehidupan hewan dan tumbuhan, namun hal ini menjadikan tempat yang

baik pula bagi perkembangan penyakit terutama penyakit yang dibawa
oleh vektor.Salah satu penyakit di Negara Indonesia yang ditularkan
oleh vektor adalah penyakit demam berdarah. Data riset kesehatan dasar
(Riskesdas) 2007 menyatakan prevalensi nasional demam berdarah di
Indonesia adalah 0,62% dan di Kalimantan Selatan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Klinis terdeteksi dengan prevalensi 0,26%.
Berdasarkan data kasus di DinasKesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
diketahui selama tahun 2008 sebanyak 18 orang meninggal 2009 terjadi
sebanyak 1.113 kasus DBD dengan 1 jumlah meninggal 20 orang. Oleh

sebab itu peran mas yarakat sangat dibutuhkan dalammengendalikan
penyakit DBD sehingga perlu diadakannya penelitian untuk mengetahui
pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap DBD Seseorang yang
termotivasi akan siap bertindak dan tindaknnya tersebut dipengaruhi
oleh
persepsi. Menjelaskan juga bahwa niat itu terkait 2 dengan sikap dan
perilaku. Hal

ini

diperkuat kembali

dengan

teori

Blum

yang


menyatakan bahwa aspek perilaku merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi

status

kesehatan,

selain 1lingkungan, pelayanan

kesehatan dan keturunan.Penyakit DBD pertama kali ditemukan tahun
1968 di Surabaya dengan 58 kasus pada anak dan diantaranya 24
anak

meninggal.

Penyakit

DBD menunjukkan kecenderungan

peningkatan jumlah kasus dan luas daerah terjangkit. Wilayah di

seluruh Indonesia mempunyai resiko untukterjangkit

penyakit

DBD,

kecuali daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 1.000 meter DPL.
Jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2008 mencapai 137.469 kasus
dan jumlah kematian sebanyak 1.187 orang. Tahun 2009 kasus DBD
meningkat mencapai 158.912 kasus, jumlahkematian 1.420 orang. Selama
tahun 2010, kasus DBD menurun menjadi 156.806 kasus dan jumlah
3kematian
optimalisasi

1.358
upaya

orang. Data
promotif


dari

Jawa

dan preventif,

Pos Karena
proses

melalui

kuratif

dan

rehabilitatif yang membutuhkan waktu lebih lama, biaya yang relatif lebih
mahal dan ketergantungan masyarakat terhadap upaya pemerintah dapat
diefisiensikan.Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka telah
dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan perilaku masyarakat


terhadap DBD. Pada tahun 2013 jumlah penderita Demam Berdarah
Dengue di wilayah kabupaten banjar adalah sebanyak 91 kasus dengan
incidence Rate 17 sedangkan jumnlah penderita demam berdarah dengue
tahun 2014 menurun menjadi 56 kasus dengan incidence rate 10,3 per
100.000 penduduk.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Deman Berdarah Dengue ?
2. Apa Nyamuk Penular DBD ?
3. Apa Lingkungan Hidup penular DBD?
4. Apa Variasi Musiman ?
5. Dimana Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypti ?
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk pengertian Deman Berdarah Dengue
2. Untuk mengetahui Nyamuk Penular DBD
3. Untuk mengetahui Lingkungan Hidup penular DBD
4. Untuk mengetahui Variasi Musiman
5. Untuk mengetahui Dimana Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypti

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk

Aedes

aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa
penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati,
perdarahan dikulit

disertai tanda

berupa petechie, purpura, ecchymosis, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegaly, trombositopeni, dan
kesadaran menurun atau renjatan (Depkes RI, 2003).
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue.Virus ini termasuk dalam
grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family
flaviviridae,yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3,
DEN 4. Masing-masing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat
menyebabkan sakit pada manusia.Keempat tipe virus ini telah ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering
ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN
4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan
dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang
berat dan penderita banyak yang meninggal (Siangler, Teck, dkk, 2011).
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vector
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan
(daerah urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural) kedua spesies
nyamuk tersebut berperan dalam penularan (WHO,2011).
Mekanisme Penularan

Demam berdarah dengue tidak menular

melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab
demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk.Oleh karena itu,
penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases.Virus
dengue berukuran 35-45 nm.Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang
dalam tubuh manusia dan nyamuk (Handayani, K. 2007).

Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi
dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara.Virus dengue masuk ke
dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami
viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius (Handayani, K.
2007).
Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif)
merupakan sumber penular DBD.Virus dengue berada dalam darah selama 47 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila
penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut
terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan
berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga
dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah
penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan
kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah
menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk),
sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat
tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air
liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Hanya
nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue (Wills,
BA, dkk. 2005).
Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari
pada darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam
08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai
kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu
ke individu lain (multiplebiter).Hal ini disebabkan karena pada siang hari
manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif
bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang
sampai kenyang pada satu individu.Keadaan inilah yang menyebabkan
penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.
Penularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk

penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah
:
a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis)
b. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang
yang
datang

dari berbagai wilayah

sehingga kemungkinan terjadinya

pertukaran
beberapa tipe virus dengue cukup besar.
c. Tempat-tempat umum itu antara lain :
1) Sekolah
Anak murid sekolah berasal dari berbagai wilayah, merupakan
kelompokumur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.
2) Rumah Sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya :
Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan
diantaranya adalah penderita DBD, demam dengue atau carier virus
dengue.
3) Tempat umum lainnya seperti :
Hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat-tempat ibadah dan lainlain.
Pemukiman baru di pinggiran kota. Karena di lokasi ini, penduduk
umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan
diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus
dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi awal.
d. Pemukiman baru di pinggiran kota
Karena di lokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah,
makakemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang
membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi
awal (Depkes RI. 2007).
B. Nyamuk Penular DBD
1. Morfologi
Nyamuk Aedes aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut :
a. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan
rata-ratanyamuk yang lain.Mempunyai warna dasar hitam dengan
bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
b. Pupa (Kepompong)
Pupa atau kepompong berbentuk seperti “Koma”. Bentuknya lebih
besar namun lebih ramping dibandingkan larva (jentik)nya. Pupa
nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan
rata-rata pupa nyamuk lain.
c. Larva (jentik)
Ada 4 tingkat (instar) larva sesuai dengan pertumbuhan larva
1) Larva instar I berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm.
2) Larva instar II berukuran 2,5-3,8 mm.
3) Larva instar III berukuran lebih besar sedikit dari larva instar II.
4) Larva instar IV berukuran paling besar 5mm.
Larva dan pupa hidup pada air yang jernih pada wadah atau tempat
air buatan seperti pada potongan bambu, dilubang-lubang pohon,
pelepah daun, kaleng kosong, pot bunga, botol pecah, tangki air, talang
atap, tempolong atau bokor, kolam air mancur, tempat minum kuda,
ban bekas, serta barang-barang lainnya yang berisi air yang tidak
berhubungan langsung dengan tanah.( Chahaya, I. 2003) Larva sering
berada di dasar container, posisi istirahat pada permukaan air
membentuk sudut 45 derajat, sedangkan posisi kepala berada di bawah.
(Oemijati. 2006).
d. Telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran lebih 0,80 mm. Telur
berbentuk oval yang mengapung satu persatu pda permukaan air yang
jernih, atau menempel pada dinding penampungan air, Aedes aegypti
betina bertelur diatas permukaan air pada dinding vertikal bagian dalam
pada tempat-tempat yang berair sedikit, jernih, terlindung dari sinar
matahari langsung, dan biasanya berada di dalam dan dekat rumah.
Telur tersebut diletakkan satu persatu atau berderet pada dinding tempat
air, di atas permukaan air, pada waktu istirahat membentuk sudut
dengan permukaan air.(Soegeng, 2004).

2. Lingkungan Hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti nyamuk lainnya mengalami
metamorphosis sempurna yaitu telur – jentik – kepompong –
nyamuk.Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada
umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2
hari setelah telur terendam air. Telur dapat bertahan hingga kurang lebih
selama 2-3 bulan apabila tidak terendam air, dan apabila musim penghujan
tiba dan kontainer menampung air, maka telur akan terendam kembali dan
akan menetas menjadi jentik. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8
hari,

dan

stadium

pupa

(kepompong)

berlangsung

antara

2-4

hari.Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa 9-10 hari.Umur nyamuk
betina dapat mencapai 2-3 bulan. ((Soegeng, 2004)) Pergerakan nyamuk
dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke tempat istirahat
ditentukan oleh kemampuan terbang.Jarak terbang nyamuk betina biasanya
40-100 meter. Namun secara pasif misalnya angin atau terbawa kendaraan
maka nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh.( Chahaya, I. 2003).

3. Variasi Musiman
Pada musim hujan tempat perkembang biakan Aedes aegypti yang
pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang
tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu pada musim hujan
semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan
dapat digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes
aegypti.Oleh karena itu pada musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti
terus meningkat. Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue..
( Chahaya, I. 2003).
4. Tempat Perkembangbiakan Aedes aegypti
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti ialah pada
tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di
suatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat

umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini
biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung
berhubungan dengan tanah.( Suharyo, 1998)
Jenis

tempat

perkembangbiakan

nyamuk

Aedes

aegypti

dapat

dikelompokkan sebagai berikut :
a. Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk
menampung air guna keperluan sehari-hari, seperti: tempayan, bak
mandi, ember, dan lain-lain.
b. Bukan tempat penampungan air (non TPA), yaitu tempat-tempat yang
biasa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti
: tempat minum hewan peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain),
barang bekas (kaleng,botol, ban,pecahan gelas, dan lain-lain), vas
bunga,perangkap semut, penampung air dispenser, dan lain-lain.
c. Tempat penampungan air alami, seperti : Lubang pohon, lubang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang,
potongan bambu, dan lain-lain. (Djunaedi, 2006).

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan kunjungan lapangan ini dilakukan di RSUD
Ratu Zalecha Martapura pada tanggal 8 desember 2016 sampai dengan
selesai. Adapun rincian kegiatan pelaksanaan praktik seperti pada tabel
berikut :
No

Waktu
Pelaksanaan

Tempat
Peraktik

1

Dinas
28 november
kesehatan
2016
kab banjar

Pengurusan administratif surat izin

2

02 desember
2016

Dinas
kesehatan
kab banjar

Pengurusan administratif surat izin

3

08 desember
2016

RSUD Ratu
Zalecha
Martapura

Observasi dan wawancara

Uraian Kegiatan

B. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Handphone (untuk rekorder)
C. Pelaksanaan
Setiap mahasiswa melakukan observasi dan wawancara pada pengelola
program surveilans di RSUD Ratu Zalecha Martapura

D. Data yang didapatkan
Data KLB DBD dan klasifikasi umur pasien di RSUD Ratu Zalecha
adalah sebagai berikut :

1. Desember 2014 :
Kasus : 20 Kasus
a. Kab. Banjar : 17 kasus
b. Banjarbaru : 2 Kasus
c. Luar wilayah : 1 kasus
Klasifikasi umur pasien :
a. Balita : orang
b. Anak & remaja : orang
c. Dewasa : orang
d. Meninggal ; 0 pasien
2. Januari 2015
Kasus : 88 kasus
a. Kab. Banjar : 58 kasus
b. Banjarbaru : 23 kasus
c. Luar wilayah : 6 kasus
Klasifikasi umur pasien :
a. Balita : 17 kasus
b. Anak $ remaja : 44 kasus
c. Dewasa : 27 kasus
d. Meninggal : 0 kasus
3. Februari 2015
Kasus : 66 kasus
a. Kab. Banjar : 42 orang
b. Banjarbaru : 20 orang
c. Luar wilayah : 4 orang
Klasifikasi umur pasien :
a. Balita : 16 kasus\
b. Anak & remaja : 28 kasus
c. Dewasa : 22 kasus
d. Meninggal : 0 kasus
Pada bulan Desember 2014, kasus kematian yang tada tidak terjadi di
RSUD Ratu Zalecha namun di daerah Aranio Kab. Banjar. Pada bulan-bulan
berikutnya terjadi penurunan jumlah kasus DBD yang ditangani di RSUD Ratu
Zalecha Martapura sehingga status KLB DBD dicopot. Pada akhir tahun 2015

kembali terjadi peningkatan kasus DBD, namun pihak Dinas Kesehatan tidak
menetapkan status KLB pada kejadian ini.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Ratu Zalecha Martapura
b. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Ruang Administrasi RSUD Ratu Zalecha
Martapura
2. Hasil Penelitian dan Analisis Data
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan memberikan
pertanyaan terkait dengan KLB dan DBD kepada penanggung jawab KLB
di RSUD Ratu Zalecha Martapura
3. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Ratu Zalecha
Martapura tentang KLB DBD di RSUD Ratu Zalecha adalah sebagai
berikut : Analisa data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa KLB
DBD yang terjadi di RSUD Ratu Zalecha Martapura mencapai puncaknya
pada bulan desember 2014 dan terjadi satu kasus meninggal, diikuti oleh
bulan januari dan februari 2015.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi KLB adalah
banyaknya pasien yang merupakan pasien rujukan dari beberapa RSUD
luar wilayah Kabupaten Banjar. Kasus kematian pun tidak terjadi di
RSUD Ratu Zalecha Martapura, namun terjadi di luar wilayah saat
dilakukan rujukan.
Pada akhir tahun 2015 terjadi peningkatan kasus DBD, namun
tidak digolongkan sebagai KLB dikarenakan penentuan KLB ditentukan
oleh Dinas Kesehatan yang terkait dengan wilayahnya masing-masing.

BAB V
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue terjadi pada musim
penghujan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Ratu Zalecha
Martapura tentang KLB DBD di RSUD Ratu Zalecha adalah sebagai berikut :
Analisa data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa KLB DBD yang
terjadi di RSUD Ratu Zalecha Martapura mencapai puncaknya pada bulan
desember 2014 dan terjadi satu kasus meninggal, diikuti oleh bulan januari
dan februari 2015.
Pada akhir tahun 2015 terjadi peningkatan kasus DBD, namun tidak
digolongkan sebagai KLB dikarenakan penentuan KLB ditentukan oleh Dinas
Kesehatan yang terkait dengan wilayahnya masing-masing.
B. Saran
Sebagai penyusun, saya merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar
saya dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Chahaya, I. 2003. PemberantasanVektorDemamBerdarah di Indonesia, Digitized
by USU Gigital Library. Medan
Depkes RI, 2003. PencegahandanPenanggulanganPenyakit DBD, Jakarta
Depkes RI. 2007. ProfilKesehatan Indonesia 2006. Jakarta.
Djunaedi, 2006.DemamBerdarah Dengue, Cet.1., Malang, Universitas
Muhammadiyah
Handayani, K. 2007. Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat Tentang Penyakit
Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Tangerang. Jurnal Ekologi
Kesehatan, Volume 6 No 1
Oemijati. 2006. Parasitologi. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
Siang ler, Teck, dkk, 2011.Epidemiological characteristics of the 2005 and 2007
dengue

epidemics

in

Singapore



similarities

and

distinctionshttp://www.wpro.who.int/nr/rdonlyres/d857f04f-143a-42a1804f

c99e963f339d/0/201011011_or_dengue2007tecksiang.pdf.Di

akses 12 Desember 2016.
Soegijanto, Soegeng, 2004. DemamBerdarah Denguecetakanpertama, Air Langga
University Press, Surabaya.

WHO, 2011. Statistical anne.xhttp://www.wpro.who.int/nr/rdonlyres/a60f077a23d9-4787-bd03-a2cb1d6552a9/0/38statisticaltables2011.pdf.Di

akses

12

Desember
Wills, BA, dkk. 2005. Comparison of three Fluid Solution For Resuscitation in
Dengue Shock Syndrome. The New England of Jurnal Medicine.
http://conten.nejm.org/cgi/reprint/353/9/887.pdf. Di akses 12 Desember
Wuryadi, Suharyo, 1998. Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue Pada
Pelita
VI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Dep.Kes RI,
Jakarta.

Dokumen yang terkait

ANALISIS HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN KEJADIAN GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN PADA PEKERJA TAMBANG BELERANG DI KAWAH IJEN, BANYUWANGI

9 160 23

HUBUNGAN TINGKAT INTERAKSI SOSIAL DAN FREKUENSI KEHADIRAN DALAM KEGIATAN POSYANDU DENGAN KEJADIAN DEMENSIA BERBEDA JENIS KELAMIN DI DESA NGADIREJO KABUPATEN MALANG

1 39 32

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI GURU DENGAN ORANG TUA WALI MURID DI TK LUAR BIASA PUTRA JAYA MALANG

1 74 26

DETEKSI MIGRASI POLYMORPHONUCLEAR NEUTROPHIL (PMN) AKIBAT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA CAIRAN SULKUS GINGIVA DAN WHOLE SALIVA

0 13 18

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI (PTKLN) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NO.2 TAHUN 2004 BAB II PASAL 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO (Studi Kasus pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupa

3 68 17

FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA BALUNG LOR KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER

11 93 15

FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP MINAT TENAGA KERJA INDONESIA UNTUK KEMBALI BEKERJA KE LUAR NEGERI DI DESA KEDUNG JAJANG KECAMATAN KEDUNG JAJANG KABUPATEN LUMAJANG

1 42 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME PADA KARYAWAN PT. TELKOM INDONESIA, Tbk KANDATEL JEMBER

3 102 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) PADA BALITA NON KELUARGA MISKIN (NON GAKIN) DI KECAMATAN SUKORAMBI KABUPATEN JEMBER

4 92 1

HUBUNGAN STATUS GIZI, MENARCHE DINI, DAN PERILAKU MENGONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA SISWI SMAN 13 BANDAR LAMPUNG

40 171 70