Perlindungan Terumbu Karang dan Dampakny

Perlindungan Terumbu Karang dan Dampaknya terhadap Human
Security
Rifqa Ayudiah Choirun N
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
120910101006
Abstract
Environmental Studies is not new issues in International Relations, especially for Human
Security Studies. Traditional Human Security corcerned on military and guns which could
threat the Human but today Environment also an important issues which could influence the
human security. For instance, climate changes and etc. But in this paper concerned on the
protection of Coral Reef which cause by Climate Changes as one of its impact beside river
pollution, using chemical material and bomb to catch the fish. And all these acts could
damaged the Coral Reef. Protections and prevention act is the obligation for all societies in
this world for example supranational institution like United Nations, Non-Governmental
Organization and individual actor.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah

Objek studi kajian Human Security dalam Hubungan Internasional tidak hanya

berfokus pada militer namun juga objek lainnya yang dapat mengancam keamanan manusia.
Saat ini, konsep Human Security juga berfokus pada segala hal yang dianggap dapat
mengancam kehidupan manusia baik secara individu, kelompok minoritas maupun mayoritas.
Salah satu hal yang dapat mengancam kehidupan manusia misalnya juga tentang lingkungan.
Dewasa ini, isu tentang lingkungan merupakan isu global yang mana melibatkan berbagai
aktor di dunia. Hal tersebut terbukti dari adanya suatu lembaga UNEP (United Nations
Environment Programme) yang concern pada isu-isu lingkungan di dunia.
Kerusakan lingkungan menjadi bagian yang andil yang dianggap dapat mengancam
kehidupan manusia. Jika manusia di suatu wilayah negara mengalami ancaman terhadap
keberlangsungan hidupnya maka kemungkinan besar manusia di wilayah lainnya juga akan

mengalami ancaman yang sama karena manusia hidup dan tinggal di dalam satu planet yang
sama. Saat ini, isu lingkungan yang sering dibahas diantaranya yaitu isu tentang perubahan
iklim. Namun dalam paper ini, penulis lebih memfokuskan untuk membahas kerusakan
terumbu karang yang mana salah satu faktor penyebab rusaknya terumbu karang tersebut juga
diakibatkan oleh perubahan iklim. Selain itu, rusaknya ekosistem terumbu karang juga
disebabkan oleh ulah manusia. Misalnya, pencemaran Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
bermuara di laut, pembuangan limbah pabrik yang mengandung senyawa kimia hingga

berdampak pada kerusakan terumbu karang, penangkapan ikan menggunakan peledak yang
juga berakibat pada matinya terumbu karang dan berbagai faktor lainnya.
Perkembangan zaman yang semakin maju, industrialisasi yang semakin pesat di
berbagai negara, semakin canggihnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan lain sebagainya
merupakan beberapa hal yang memiliki satu tujuan yang sama. Kesamaan tujuan tersebut tak
lain adalah untuk mempermudah dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan yang
paling pokok (primer) dalam kehidupan manusia seperti sandang, papan dan pangan
merupakan aspek yang harus dipenuhi agar manusia bisa tetap survive untuk melaksanakan
their sustainable life. Jika kebutuhan primer manusia sudah terpenuhi maka manusia mulai
mencari cara bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sekundernya dan semua hal tersebut
berujung pada ‘kepuasan manusia’. Manusia melakukan berbagai cara agar bisa memenuhi
apa yang dibutuhkan dan diinginkannya, hingga manusia merasa ‘puas’ dengan apa yang
telah dicapai dan dimilikinya.
Namun, karena kepuasan manusia yang tanpa batas tersebut, disertai berbagai usaha
untuk memenuhinya, pada akhirnya juga berakibat pada penghancuran pemenuhan kebutuhan
itu sendiri. Dalam artian, jika ekosistem terumbu karang rusak akibat eksploitasi yang
dilakukan, maka berakibat pula pada rusaknya habitat ikan laut dan makhluk hidup lainnya
yang bergantung pada terumbu karang. Ikan dan makhluk hidup lain semakin sulit untuk
melangsungkan hidupnya. Populasi ikan menurun yang kemudian berakibat pada mata
pencaharian nelayan. Jika beberapa hal tersebut terjadi maka akan berakibat pula terhadap

ketahanan pangan terutama masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai. Kemiskinan
mulai ‘menggerogoti’ kehidupan para nelayan.
Konsep Human Security dalam dunia kontemporer tidak lagi hanya concern pada
senjata yang dianggap dapat mengancam keamanan manusia, namun juga ketahanan pangan.
Human Security bukan lagi suatu kondisi dimana tidak adanya perang, namun juga mencakup

kesejahteraan dan kemakmuran manusia. Sehingga, menurut penulis penting untuk
membahas tentang kerusakan terumbu karang ini yang mana juga berpengaruh terhadap
kesejahteraan dan kemakmuran manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja manfaat terumbu karang bagi human security?
2. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan rusaknya terumbu karang?
3. Apa saja akibat yang ditimbulkan dari kerusakan terumbu karang?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui manfaat terumbu karang bagi human security
2. Mengetahui beberapa faktor yang menyebabkan rusaknya terumbu karang.
3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari kerusakan terumbu karang
1.4 Dasar Pemikiran
Konsep Human Security
Definisi keamanan dalam Human Security tradisional fokus pada kondisi dimana

tidak adanya perang dan kekerasan fisik yang mengancam keamanan manusia secara
individu maupun kelompok. Human Security lebih menekankan pada perlindungan
individu dari ancaman kekerasan secara langsung maupun tidak langsung. Konsep Human
Security kontemporer tidak hanya fokus pada militer saja namun juga subjek lainnya yang
mengancam kehidupan manusia. Misalnya seperti kerusakan lingkungan, perubahan iklim,
refugees dan lain sebagainya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Terumbu Karang bagi Human Security
Terumbu Karang merupakan sekumpulan hewan laut dengan pergerakannya yang
pasif dan menjadi habitat bagi ikan serta makhluk hidup lainnya. Terumbu karang penting
untuk dijadikan objek yang harus dilindungi oleh masyarakat di dunia, karena dapat
berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup manusia.
Terumbu karang yang dinamis dan sangat produktif tidak hanya menjadi habitat yang
penting bagi banyak spesies, namun juga memberikan jasa lingkungan yang mutlak penting
bagi jutaan orang yang bergantung kepadanya1. Berikut akan diuraikan beberapa hal
berkaitan dengan manfaat terumbu karang bagi Human Security, diantaranya:
1


Lauretta Burke, dkk. 2012. Menengok Kembali Terumbu Karang yang terancam di
Segitiga Terumbu Karang. World Resource Institute: Hal 9



Sumber pangan dan mata pencaharian. Sebagian besar penduduk yang tinggal di

daerah pesisir pantai menggantungkan hidupnya pada terumbu karang misalnya saja para
nelayan. Berdasarkan apa yang telah penulis uraikan sebelumnya bahwa terumbu karang
merupakan habitat berbagai macam makhluk laut serta berbagai macam jenis ikan. Jika
terumbu karangnya berada dalam kondisi yang baik maka diperkirakan jumlah ikan juga akan
meningkat dan kemudian berdampak pada hasil tangkapan para nelayan. Jika hasil tangkapan
para nelayan meningkat maka pendapatan ekonominya juga akan meningkat.
 Perlindungan garis pantai. Terumbu karang meredam hempasan gelombang,
mengurangi erosi yang terus terjadi, dan mengurangi banjir serta kerusakan akibat gelombang
ketika badai. Fungsi tersebut melindungi tempat tinggal manusia, prasarana, dan ekosistem
pesisir yang berharga seperti padang lamun dan hutan mangrove. 2 Di seluruh Kawasan
Segitiga Terumbu Karang, kira-kira 45% garis pantainya dilindungi oleh terumbu karang.3
Berdasarkan penjelasan tersebut tampak bahwa terumbu karang memiliki peranan
yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Jika ekosistem terumbu karang rusak

maka akan berdampak pula terhadap ekosistem lainnya. Hal tersebut dapat terjadi karena
tidak seimbangnya ekosistem. Suatu ekosistem harus seimbang agar bisa tetap survive satu
sama lain.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rusaknya Terumbu Karang
Terdapat beberapa Faktor yang dapat mempengaruhi dan mengancam rusaknya
terumbu karang. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor ancaman lokal
atau setempat dan faktor ancaman global atau dunia. Faktor ancaman lokal atau setempat
meliputi:


Penangkapan ikan yang berlebih dan menggunakan bahan yang tidak ramah lingkungan
misalnya menggunakan bahan kimia dan peledak. Penggunaan bahan kimia tersebut
bertujuan membuat ikan menjadi mabuk, ikan mabuk yang bersembunyi dibalik karang
dibongkar oleh nelayan yang bersangkutan. Hal tersebut dilakukan agar bisa memperoleh
ikan yang masih hidup untuk dikonsumsi maupun diperdagangkan sebagai ikan hias. Jika
tindakan tersebut dilakukan maka juga dapat merusak terumbu karang. Karena
penggunaan racun atau bahan kimia tersebut biasanya menggunakan sianida untuk

2


Ibid.
Kawasan segitiga terumbu karang diantaranya yaitu kawasan dari Asia Tenggara dan
Pasifik Barat yang mencakup Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan
Solomon dan Timur Leste. Kawasan ini juga disebut sebagai Jantung terumbu karang
dunia. Kawasan ini memiliki biodiversity (keanekaragaman) yang lebih beragam
dibandingkan dengan kawasan lainnya.
3

memabukkan ikan dan zat kimia tersebut juga menyebabkan pemutihan pada karang.
Sedangkan penggunaan bahan peledak juga jelas mengakibatkan kerusakan pada


terumbu karang.
Pencemaran Daerah Aliran Sungai yang bermuara ke laut. Sungai yang tercemar dengan
pestisida, kotoran ternak yang dibuang di sungai dan sebagainya juga dapat merusak



terumbu karang.
Pembangunan di daerah pesisir. Misalnya pembangunan pabrik industri, budidaya

perikanan dan sebagainya di daerah pesisir. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik tersebut
juga dapat mencemari ekosistem laut dan mengancam keberlangsungan hidup terumbu
karang.
Selain ancaman setempat terhadap terumbu karang, ada pula faktor lain yang

menyebabkan rusaknya terumbu karang. Ancaman tersebut adalah ancaman global atau
ancaman dunia. Ancaman dunia meliputi perubahan iklim yang disebabkan oleh peningkatan
gas rumah kaca yang berasal dari pembakaran yang menghasilkan emisi karbon.
Meningkatnya kuantitas
terumbu karang.

di atmosfer juga menyebabkan bleaching atau pemutihan pada

diserap oleh permukaan air laut dan suhu air laut menjadi naik.

Pemutihan karang yang parah dan lama dapat seketika mematikan karang sedangkan
kejadian yang kurang ekstrem dapat melemahkan karang karena menurunkan laju
pertumbuhan karang dan kemampuan reproduksinya, dan menjadikan karang lebih rentan
terhadap penyakit.4 Meskipun terumbu karang yang mengalami pemutihan dapat pulih
kembali, jika pencemaran dari ancaman lokal atau setempat terus terjadi maka akan

menghambat pemulihan terumbu karang dari bleaching.
2.3 Akibat Rusaknya Terumbu Karang
Terumbu Karang yang rusak tidak hanya berakibat pada ketidakseimbangan dan
kerusakan ekosistem namun juga berpengaruh bagi masyarakat dalam suatu negara yang
bergantung pada terumbu karang tersebut, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan segitiga terumbu karang. Kawasan tersebut tidak hanya bergantung dalam hal mata
pencaharian dan sumber pangan, namun juga dari aspek ekonomi. Masyarakat sekitar
kawasan tersebut juga merupakan masyarakat yang bergantung pada penangkapan ikan untuk
4

Lauretta Burke, dkk. 2012. Menengok Kembali Terumbu Karang yang terancam di
Segitiga Terumbu Karang. World Resource Institute: Hal 20

diperdagangkan khususnya Indonesia, Filipina dan Papua Nugini. Jika terumbu karang yang
merupakan habitat ikan dan makhluk hidup lainnya mengalami kerusakan maka juga akan
berpengaruh pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakatnya. Kondisi sosial ekonomi yang
terancam akan berdampak pada kemiskinan dan kelaparan. Human Security masyarakat
tersebut juga terancam. Selain itu juga dapat mengancam ketersediaan cadangan ikan di dunia
yang terletak di kawasan segitiga terumbu karang ini.
Kawasan segitiga terumbu karang merupakan kawasan yang terletak di sekitar garis

khatulistiwa dan Indonesia merupakan kawasan yang wilayahnya terbesar dibandingkan
dengan negara lainnya dalam region the coral triangle. Selain merupakan negara yang
terbesar, penduduk Indonesia juga merupakan penduduk yang paling banyak bergantung pada
hasil laut__ mengingat populasi penduduk Indonesia juga merupakan yang terbesar
dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan. (lihat peta 1.1)
Peta 1.1

Negara yang bergantung pada terumbu karang, berbeda-beda dalam aspek adaptasinya
terhadap kerusakan dan kematian terumbu karang. Adaptasi dalam hal ini berarti kesiapan
untuk mengalami resiko kerusakan terumbu karang yang berakibat pada kondisi sosial
ekonominya. Tiap negara dalam kawasan memiliki perbedaan dalam kesiapannya. Hal
tersebut dikarenakan tingkat ketergantungannya pada terumbu karang juga berbeda. (lihat
peta 1.2)

Peta 1.2 Kemampuan Beradaptasi Negara/Wilayah terhadap Kerusakan dan Kematian
Terumbu Karang
Catatan: Kemampuan beradaptasi didasarkan pada sumberdaya perekonomian,
pendidikan, kesehatan, tata kelola, kemudahan pemasaran, dan sumberdaya pertanian.

Lauretta Burke, dkk. Menengok Kembali

Terumbu Karang yang terancam di Segitiga Terumbu
Karang. World Resource Institute: Hal 50
Source:

2.4 Perawatan dan Pelestarian Terumbu Karang.
Isu tentang rusaknya terumbu karang tidak hanya negara sekitar the coral triangle saja
yang bertanggung jawab untuk mengatasinya, namun juga seluruh masyarakat di dunia.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa ancaman dan kerusakan yang
dirasakan dalam suatu wilayah belum tentu wilayah lain tidak akan merasakannya, hanya
waktunya saja yang berbeda. Selain itu, salah satu faktor penyebab kerusakan terumbu karang
juga disebabkan oleh perubahan iklim yang berasal dari meningkatnya emisi karbon di
atmosfer. Meningkatnya emisi karbon tersebut disebabkan oleh hasil pembakaran fosil dan
pembakaran lainnya yang menghasilkan karbon monoksida dan karbon dioksia. Pembakaran
dan produksi emisi karbon tersebut juga bisa berasal dari pabrik/perusahaan industri.
Dewasa ini, perusahaan industri terdapat di banyak negara di dunia baik di negara
berkembang maupun negara maju. Hal tersebut dikarenakan industrialisasi dianggap sebagai
langkah yang dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. Berdasarkan fenomena
tersebut, maka bukanlah hal yang salah jika setiap negara di dunia juga bertanggung jawab
terhadap perubahan iklim yang mana perubahan iklim tersebut juga merupakan salah satu
faktor rusaknya terumbu karang.

Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh masyarakat internasional misalnya seperti
apa yang dilakukan oleh lembaga supranasional PBB yang menaungi UNEP (United Nations
Environment Programme) dalam CRU (Coral Reef Unit). Proyek yang masih dijalankan oleh
CRU antara lain:


Sustainable Dive Tourism through Green Fins
Green Fins merupakan inisiatif untuk konservasi yang inovatif dalam pusat
penyelaman komersil oleh UNEP, COBSEA dan Reef World yang mana menyediakan
kerangka praktis untuk mengimplementasikan praktik ramah lingkungan. Dive
Centres juga menyediakan informasi untuk berkolaborasi dengan lembaga penelitian
dan agen pemerintah serta untuk memimpin kampanye lingkungan demi kesadaran
publik. Green Fins aktif di Filipina, Thailand, Malaysia dan Indonesia serta proyek
yang sedang berjalan saat ini adalah mengenalkan dirinya kepada Maldives dan
Vietnam.



Coral Reef MPA in Ninh Hai, Viet Nam
Lembaga ini bergerak dalam bidang pengelolaan terumbu karang dan rumput laut di
Laut China Selatan. Sebagaimana tercantum dalam wesite UNEP “...to demonstrate
integrated management of regionally significant coral reef and seagrass habitats
connected to the South China Sea, for the prevention of future ecosystem degradation



and sustainable utilization of coastal resources at the site”.
GCRMN Regional Coral Reef reporting
Bekerjasama dengan the Global Coral Reef Monitoring Network (GCRMN) of ICRI,
IUCN dan sebagainya. UNEP mendukung pendekatan baru dalam level regional state
oleh lembaga ini yang melaporkan tentang kondisi lingkungan terumbu karang.
Selain lembaga dibawah PBB, kawasan The Coral Triangle juga melakukan langkah-

langkah untuk merawat dan melestarikan terumbu karang. Pada bulan Mei 2009, pemerintah
Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste
menandatangani Deklarasi Upaya Segitiga Terumbu Karang untuk Terumbu Karang,
Perikanan, dan Ketahanan Pangan (Coral Triangle Initiative Declaration on Coral Reefs,
Fisheries, and Food Security/CTI-CFF). CTI-CFF merupakan kemitraan multilateral yang
bertujuan untuk mengamankan sumberdaya laut dan pesisir di Kawasan Segitiga Terumbu
Karang. Dalam CTI-CFF, enam negara di Segitiga Terumbu Karang secara bersama-sama
menyusun Rencana Aksi Regional, yang segera dilanjutkan dengan penyusunan Rencana
Aksi Nasional CTI-CFF oleh setiap negara yang selaras dengan sasaran rencana regional

tersebut. Rencana Aksi Regional memiliki lima sasaran, yang masing-masing didukung oleh
kelompok kerja teknis yang diketuai oleh salah satu dari enam negara:
1. Bentang laut prioritas ditetapkan dan dikelola dengan efektif (ketua: Indonesia)
2. Pendekatan ekosistem pada pengelolaan perikanan dan sumberdaya laut lain diterapkan
secara lengkap (ketua: Malaysia)
3. Kawasan konservasi perairan ditetapkan dan dikelola dengan efektif (ketua: Filipina)
4. Tindakan adaptasi terhadap perubahan iklim tercapai (ketua: Indonesia dan Kepulauan
Solomon)
5. Status spesies ikan yang terancam punah membaik (ketua: Filipina)5

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perlindungan dan Pelestarian Terumbu Karang diperlukan demi kelangsungan hidup
umat manusia. Hal tersebut dikarenakan populasi manusia di bumi terus bertambah dan juga
seiring dengan permintaan dan kebutuhan akan pangan demi kelangsungan hidupnya.
Manusia melakukan segala hal demi memenuhi kebutuhan hidupnya agar bisa survive namun
tidak cukup jika hanya hal itu saja yang dilakukan. Terlalu fokus untuk memenuhi kebutuhan
hidup tanpa memikirkan lingkungan sekitar juga berakibat bagi terancamnya kehidupan
manusia itu sendiri. Perlindungan dan Pelestarian Terumbu Karang merupakan kewajiban
masyarakat internasional tidak hanya negara yang termasuk dalam kawasan The Coral
Triangle atau segitiga terumbu karang, namun juga aktor lainnya. Karena salah satu faktor
yang menyebabkan rusaknya terumbu karang juga disebabkan oleh Climate Changes yang
berasal dari masyarakat internasional itu sendiri.
Meskipun yang lebih dulu merasakan dampak dari kerusakan terumbu karang tersebut
adalah wilayah yang terdekat, tetapi hal tersebut sudah bisa menjadi isu dalam Human
Security karena mengancam keamanan hidup manusia atau bisa dikatakan bahwa Human
Security is based on human unsecure baik mengancam kelompok minoritas maupun
mayoritas. Sehingga dibutuhkan suatu international norm untuk melindungi manusia dari
ancaman yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Misalnya dalam kasus terumbu
5

Lauretta Burke, dkk. 2012. Menengok Kembali Terumbu Karang yang terancam di
Segitiga Terumbu Karang. World Resource Institute: Hal 62

karang ini dibentuk suatu program oleh CRU (Coral Reef Unit) yang membuat suatu regulasi
dan kampanye untuk melindungi dan melestarikannya.

DAFTAR PUSTAKA
Burke, Lauretta dkk. Menengok Kembali Terumbu Karang yang terancam di Segitiga
Terumbu Karang. World Resource Institute: 2012
Peta The Coral Triangle. www.kaskus.com dalam
http://cdn.kaskus.com/images/2014/03/17/3546095_20140317015737.gif
Website resmi:
UNEP (United Nations Environment Programme), Coral Reef Unit dalam
http://coral.unep.ch/Projects.html