Makalah pencemaran lingkungan pencemaran udar

PENCEMARAN DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA
DAN
PENGELOLAAN SAMPAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ekologi Lanjut yang dibimbing oleh
Prof. Dr. Hj. Mimien Henie Irawati Al Mudhar dan Prof. Suhadi, M.Si

OLEH

ELIZABETH MARLYNDA SHIERLY SAI

150341806477

FEBRIANI SARWENDAH

150341806108

TITIS ABIMANYU

150341806068


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BIOLOGI
September 2015

BAB I

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan penduduk di kota-kota besar sangat pesat. Perkembangan
ini pula dapat menyebabkan masalah baru diantaranya makin banyaknya warga
berarti makin banyak rumah tangga dan makin banyak pula sampah yang dibuang
ke lingkungan. Umumnya pola berpikir masayarakat sampah merupakan bahan
yang sudah tidak dapat digunakan lagi dan bersifat sebagai bahan buangan yang
sudah sama sekali tidak berguna sehingga masayarakat cenderung membuang
samapah dan mengabaikannya begitu saja. Peningkatan volume sampah
pertahunnya (sekitar 2-4%) tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang

layak dalam pengolahannya (Subekti, 2010 :3). Sampah yang ada sekarang
sebagian besar berasal dari rumah tangga. 65-85% dari sampah yang diangkut ke
TPA setiap harinya berasal dari rumah tangga (Al-Muhdhar, 2011: 3).
Pencemaran yang terjadi karena sampah dapat berupa pencemaran air,
penurunan

kesehatan

penduduk,

mengganggu

keindahan,

menyebabkan

kecelakaan serta mengakibatkan pencemaran udara (Al-Muhdhar, 2011: 2).
Menurut Sardono dan Antonius dalam (Al-Muhdhar, 2011: 2), pencemaran udara
dapat berupa bau busuk, asap dan lainnya. Menurut Goltberg dkk dalam (AlMuhdhar, 2011: 3), adanya gas metan dan karbondioksida serta gas berbahaya
lainnya kemungkinan mengakibatkan adanya penurunan berta badan pada bayi

ibu-ibu yang tinggal dan terdedah dengan pencemar udara berbahaya ini.
Akumulasi gas-gas lain dapat menyebabkan hujan asam dan juga menimbulakn
ledakan di pemukiman penduduk.
Masayarakat hanya mengandalkan adanya tempat pembuangan sampah
akhir ataupun hanya bermodalkan sudah membayar uang kebersihan pada
petugas. Hasilnya, sampah menggunung dan tercampur satu sama lain sehingga
selain menggangu pemandangan juga berakibat tidak baik bagi kesehatan dan
lingkungan. Budaya masyarakat tidak mengelola sampah dengan baik memang

2

susah dihilangkan. Adanya kebiasaan untuk membakar sampah apapun itu
bentuknya juga merupakan salah satu cara keliru untuk menangani sampah yang
kian hari kian menumpuk. Selain itu, timbunan sampah juga akan mengakibatkan
adanya air yang dapat melarukan bahan-bahan berbahaya menjadi air lindi. Bau
dari sampah ini mengganggu manusia dan dapat menjadi tempat bagi tumbuh dan
berkembangnya vektor penyakit seperti kecoa, lalat dan tikus (Subekti, 2010: 3).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apa pengertian pencemaran?
2. Bagaimana bentuk pencemaran lingkungan di lingkungan rumah tangga
dan cara menanggulanginya?
3. Apa saja yang dapat dilakukan dalam upaya pengelolaan sampah?

C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan informasi mengenai pengertian pencemaran
2. Memberikan informasi mengenai bentuk pencemaran lingkungan di
lingkungan rumah tangga dan cara menanggulanginya
3. Memberikan informasi mengenai upaya upaya pengelolaan sampah

BAB II
PEMBAHASAN

3

A. Pengertian Pencemaran
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.lingkungan tebagi menjadi 2, yaitu lingkungan abiotik
(meliputi suhu, udara, cahaya, atmosfer, air, tanah, dan api) dan lingkungan biotik
(meliputi makhluk hidup di luar lingkungan biotik).
Pencemaran adalah masuknya suatu komponen atau bahan kedalam suatu
lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan organisme di dalamnya atau
asuknya suatu komponen ketempat yang tidak semestinya, atau masuknya makluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan

turun

sampai

ke

tingkat

lingkungan menjadi


kurang

atau

tertentu

tidak dapat

yang

berfungsi

menyebabkan
lagi

sesuai

dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun
1982).

Menurut tempat terjadinya, terdapat beberapa jenis pencemaran yaitu :
1. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya suatu makhluk hidup,
zat, energi atau komponen lain ke dalam air atau berubahnya tatanan air
oleh kegiatan manusia atau proses alam tertentu, sehingga kualitas air
mengalami penurunan. Contoh : pencemaran air karena limbah rumah
tangga, pencemaran air karena limbah pabrik, dll.
2. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah

masuk atau dimasukkannya suatu makhluk

hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam tanah atau berubahnya
struktur tanah oleh kegiatan manusia atau proses alam tertentu, sehingga
kualitas tanah mengalami penurunan. Contoh : pembakaran sampah,
penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan, dll..

4

3. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya suatu makhluk
hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam udara atau berubahnya
tatanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam tertentu, sehingga
kualitas udara mengalami penurunan. Contoh : asap kendaraan bermotor,
asap pembakaran, asap limbah pabrik, dll.

Gambar 1. Berbagai Kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan
Berbagai pencemaran yang terjadi selain dapat mengubah tatanan lingkungan,
juga dapat menyebabkan terjadinya hal-hal sebagai berikut.
1. Terbentuknya endapan atau pendangkalan pada daerah perairan

2. Perubahan kualitas tatanan lingkungan, seperti perubahan pH, warna dan
bau
3. Terjadinya perusakan lapisan ozon dan hujan asam
4. Terjadinya perubahan populasi makhluk hidup
(Faizah, 2008: 52)

B. Pencemaran


di

Lingkungan

Rumah

Tangga

dan

Cara

Menanggulanginya

5

Dalam hidup sehari-hari terdapat beberapa kegiatan rumah tangga yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan. Limbah rumah tangga merupakan limbah yang dihasilkan oleh satu
rumah atau beberapa rumah. Sumber limbah rumah tangga adalah sebagai berikut:

1. Limbah Organik, berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik

merupakan segala limbah yang mengandung unsur Karbon (C), sehingga
meliputi limbah dari mahluk hidup (misalnya kotoran hewan dan manusia
seperti tinja (feaces) bepungsi mengandung mikroba potogen, air seni
(urine) umumnya mengandung Nitrogen dan Posfor) sisa makanan (sisa-sisa
sayuran, wortel, kol, bayam, salada dan lain-lain) kertas, kardus, karton, air
cucian, minyak goreng bekas dan lain-lain. Limbah tersebut ada yang
mempunyai daya racun yang tinggi, misalnya: sisa obat, baterai bekas, dan
air aki. Limbah tersebut tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan beracun,
sedangkan limbah air cucian, limbah kamar mandi, dapat mengandung bibitbibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus, dan
sebagainya. Namun secara teknis sebagian orang mendefinisakan limbah
organik sebagai limbah yang hanya berasal dari mahluk hidup (alami) dan
sifatnya mudah busuk. Artinya bahan-bahan organik alami namun sulit
membusuk/atau terurai, seperti kertas, dan bahan organik sintetik (buatan)
yang sulit membusuk atau terurai (Widiyanto, 2015)
2. Limbah Anorganik, berdasarkan pengertian secara kimawi, limbah yang
tidak mengandung unsur karbon, seperti logam (misalnya besi dari mobil
bekas atau perkakas dan almunium dari kaleng bekas atau peralatan rumah
tangga), kaca dan pupuk anorganik (misalnya yang mengandung unsure

nitrogen dan fospor). Limbah-limbah ini tidak memiliki unsur karbon
sehingga tiak dapat di urai oleh mikro organism. Seperti halnya limbah
organik, pengertian limbah organik yang sering diterapkan dilapangan
umumnya limbah anorganik dalam bentuk padat (sampah) agak sedikit
berbeda dengan pengertian diatas secara teknis limbah anorganik di
6

definisikan sebagai limbah yang tidak dapat atau sulit terurai atau busuk
secara alami oleh miro organism pengurai. Dalam hal ini bahan organic
seperti plastic, karet, kertas, juga dikelompokan sebagai limbah anorganik.
Bahan-bahan tersebut sulit terurai oleh mikroorganisme sebab unsur
karbonnya memebentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang.
Klasifikasi limbah padat (sampah) sendiri menurut istilah teknis ada 6 kelompok,
yaitu:
1. Sampah Organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah
berupa bahan-bahan organic yang mudah busuk.
2. Sampah Anorganikdan organic tak membusuk (rubbish) yaitu limbah padat
anorganik atau organic cukup kering yang sulit terurai oleh mikro
organisme, sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, plastik kaca dan
logam.
3. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran.
4. Sampah bangkai binatang (bead animal), yaitu semua limbah yang berupa
bangkai binatang.
5. Sampai sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan
yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan.
6. Sampah industry (industry waste), yaitu sebuah limbah padat buangan
industri.

C. Upaya Pengelolaan Sampah
Berdasarkan proses pengelolaan sampah seperti sekarang beberapa
masalah yang sering muncul diantaranya bercampurnya sampah basah dan kering,
organik dan nonorganik yang mengakibatkan sulitnya pemenfaatan sebagai
kompos. Jumlah petugas kebersihan dan sampah yang ditangani tidak berimbang.
Kapasitas TPA yang kurang memadai sehingga sampah menjadi tidak terawat.

7

Susahnya lahan untuk pembukaan TPA baru karena adanya otonomi sehingga
susah untuk mencari lahan yang berada di luar otonomi pemerintah (Subekti, 2010
:3).

Gambar 2. Sampah yang Menggunung di Tempat Pembuangan Sampah
Akhir (Wikipedia, 2014) https://id.wikipedia.org/wiki/Bantar_Gebang,_Bekasi
Masalah lain yang mungkin muncul dengan kurang luasnya lokasi TPA
yaitu masayarakat membuang sampah ke air yang ada di sekitarnya. Tumpukan
sampah ini selain dapat menyebabkan penyakit menimbulkan masalah turunan
baru (Al Kadrie dalam Faizah, 2008: 37). Berhubung dengan banyaknya masalah
yang terjadi karena sampah yang tidak dikelola dengan baik maka dibtutuhkanlah
suatu cara pengelolaan sampah untuk mengurangi dampak negatif sampah bagi
lingkungan.
Sistem pengelolaan sampah merupakan suatu proses pengelolaan sampah
yang terdiri dari 5 komponen yang saling mendukung agar satu dengan yang
lainnya berinteraksi dan mencapai sebuah tujuan (Dept. Pekerjaan Umum dalam
Subekti, 2010: 17).

8

Gambar 3. Skema Manajemen Pengelolaan Sampah.
(Faizah, 2008)
Kelima aspek tersebut meliputi: aspek teknis operasional, aspek organisasi
dan manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek bembiayaan, aspek peran serta
masyarakat (Bapelkes Cikarang, 2011: 12). Pengelelolaan sampah bersifat
berkesinambungan dimulai dari penampungan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pembuangan/pengolahan.
Tahapan paling awal dari pengelolaan sampah adalah penampungan.
Penampungan sampah adalah salah satu cara untuk menimbun atau mewadahi
sampah sebelum dikumpulkan dan dibuang ke TPA. Efisiensinya tergantung dari
kapastitas peralatan, pola penampungan jenis dan sifat bahan serta lokasi
penempatan.

Tahapan

kedua

dari

sistem

pengelolaan

sampah

adalah

pengumpulan. Pengumpulan sampah adalah proses pengambilan sampah dari
penampungan ke pembuangan sementara. Polanya dibagi atas dua yaitu individual
dan komunal. Pola individual bila dilakukan oleh sumber sampah dan dibuang ke
TPS atau TPA sedangkan pola komunal bila pengumpulan sampah dilakukan oleh
sumber sampah ke tempat yang telah disediakan atau ke truk sampah yang
menangani titik pengumpulan dan dibawa ke TPA (Bapelkes Cikarang, 2011: 13).
Mekanisme selanjutnya dari sistem pengolahan sampah adalah pemindahan.
Pemindahan ini dapat melibatkan kontainer atau mobil boks. Tujuannya adalah
9

untuk memindahkan sampah dari tempat penampungan ke lokasi TPA (Bapelkes
Cikarang, 2011: 13).
Pengangkutan sampah adalah proses selanjutnya dari sistem pengelolaan
sampah. Tujuannya adalah untuk menjauhkan sampah dari perkotaan. Idealnya,
pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truk kontainer yang dilengkapi
dengan akat pengepress sehingga sampah dapat dipadatkan sampai 2-4 kali lipat.
Setelah diangkut, kemudian sampah sampai kepada tahapan akhir yaitu
pembuangan di TPA. Ada beberapa metode untuk mengolah sampah yang sampai
di TPA. Situasi dan kondisi yang menentukan mana yang akan digunakan
(Bapelkes Cikarang, 2011: 14). Organisasi dan pengurusnya memiliki peranan inti
untuk mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan sistem pengolahan sampah
dalam lingkup institusi maupun perseorangan. Institusi dalam sistem pengelolaan
sampah memegang peranan yang sangat penting meliputi: struktur organisasi,
fungsi, tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi secara hirearkis maupun
horizontal dari badan pengelola (Widyatmiko dan Santorini dalam Faizah, 2008:
31).
Aspek lain yang berpengaruh terhadap sistem pengelolaan sampah adalah
sistem pembiayaan. (Faizah, 2008: 32) mengemukakan bahwa aspek pembiayaan
ini merupakan suatu yang berfungsi dalam pembiayaan mekanisme pengolahan
sampah mulai dari penyapuan hingga pembungan akhir. Alternatif lain
pengelolaan sampah adalah pengelolaan secara terpadu. Pengelolaan secara
terpadu sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu pengelolaan secara tepadu fisik dan
nonfisik. (Al-Muhdhar, 2011: 4) pengelolaan sampah terpadu secara fisik adalah
adanya suatu keterpaduan antara sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan misalnya lahan untuk pembungan sampah
sementara dan akhir, ketersediaan transportasi, kecepatan waktu tempuh, estetika
dan biaya operasional kendaraan yang nantinya akan digunakan. Dalam lahan
pembuangan akhir ini sampah tidak hanya dibuang begitu saja dalam bentuk
timbunan namun juga dikelola dengan baik. Misalnya dapat dibangun unit
10

pemilahan sampah, pengomposan, daur ulang, warung bunga dan kompos serta
unit penggemuk ternak. Jika terwujud, pengelolaan terpadu ini bisa menjadi
tempat rekreasi keluarga.
Pengolahan secara terpadu nonfisik. Terpadu nonfisik berarti adanya
keterpaduan pengelolaan sampah yang terkait dengan pengelolaan nonfisik dari
sampah yang dimaksud. Hal-hal nonfisik yang terkait antara lain peraturan
perundang-undangan mengenai pengelolaan sampah, juga adanya keterakitan atau
kerjasama antara pemerintah dengan penghasil sampah yaitu masyarakat. Selain
kerjasama tersebut, penegakan hukum juga diperlukan untuk menangani masalah
sampah. Hukum yang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
suatu sistem yang mendukung terlaksananya hukum tersebut. Misalnya saja tidak
mungkin bisa ditegakkan hukuman bagi masayarakat yang tidak memisahkan
sampah basah dan kering sedangkan sistem tata kelolanya saja belum baik.
Beberapa kebijakan yang dapat dilaksanakan adalah keterpaduan antara industry
daur ulang dengan pengusaha supermarket/minimarket, keterpaduan antara
pengembang perumahan dengan masayarakat dan pemerintah, membangun
lembaga yang mengawasi masyarakat dalam hal membuang sampah dan kering,
kurikulum sekolah yang diperbaharui, setiap unit usaha dan rumah tangga ang
menghasilkan sampah dengan jumlah tertentu harus menerapkan 6M. Kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah haruslah juga sesuai dan memihak kepada rakyat
banyak. Selain apa yang sudah disebutkan, penguatan juga penting dalam
keterpaduan nonfisik ini. Aspek penguatan ini misalanya dengan mengadakan
lomba kebersihan dan ada hadiah yang diperebutkan (Al-Muhdhar, 2011: 5-8).
Unsur penting lain yang perlu diperhatikan dalam upaya pelaksanaan
pengelolaan sampah adalah masyarakat. Pengolahan sampah berbasis masyarakat
merupakan proses pengolahan sampah dimana seluruh lapisan masyarakat dapat
mengambil bagian (Cecep dalam Marwati, 2013). Sedangkan (Subekti, 2010: 26),
menyatakan bahwa pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat adalah
pendekatan pengelolaan sampah yang dasarnya adalah kebutuhan dan permintaan
11

masyarakat, direncanakan dan dikontrol oleh masyarakat sendiri. Motivator dan
fasilitator dapat dilakukan pemerintah atau lembaga lainnya (Marwati, 2013: 3).
(Iswanto, 2011: 7) menyatakan bahwa pengelolaan sampah berbasis masayarakat
merupakan penanganan sampah yang melibatkan peran aktif masyarakat dalam
pengolahan sampah secara terorganisir meliputi penimbunan, pengumpulan,
pengolahan dan pemrosesan akhir terhadap sampah yang dihasilkan. Salah satu
cara pengolahan sampah terpadu nonfisik adalah dengan langkah 6 M.
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik
(sampah yang mengandung bahan beracun). (Bapelkes Cikarang, 2011: 15).
Sampah yang ada sekarang sebagian besar berasal dari rumah tangga. 65-85% dari
sampah yang diangkut ke TPA setiap harinya berasal dari rumah tangga (AlMuhdhar, 2011: 3). Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik dari
masing-masing rumah tangga agar sampah yang dihasilakan tidak mencemari
lingkungan. (Iswanto, 2011: 4) menyatakan pemerintah dalam UU no. 12 Tahun
2008 telah mengatur bahwa masing-masing pribadi wajib mengurangi dan
menangani sampah dengan cara berwawasan lingkungan. Bentuk peran serta
masyarakat dapat bermacam-macam diantaranya pemilahan sampah di sumber,
pengolahan sampah, membayar retribusi, menaati peraturan yang ada, menjaga
kebersiahan serta aktif dalam kampanye pengelolaan sampah.
Salah satu pengelolaan sampah yang dapat dengan mudah dilakukan
masayarakat dikenal dengan nama 6M. Langkah-langkah 6 M adalah mengurangi,
menggunakan

kembali,

mengganti,

memisahkan,

mendaur

ulang

serta

mengomposkan. Mengurangi berarti suatu upaya mengurangi jumlah sampah
yang kita timbulkan. Menggunakan kembali berarti memanfaatkan kembali
sampah rumah tangga yang masih dapat dipergunakan. Mengganti berarti
menggunakan bahan lain untuk suatu kepentingan rumah tangga. Mimisahkan
berarti memilah sampah basah dan kering yang sejenis. Mendaurulang berarti
12

menggunakan kembali suatu bahan sampah tetapi telah mengalami proses
pengolahan kembali. Mengomposkan berarti membuat kompos dari bahan sampah
rumah tangga yang telah dipilah (Al-Muhdhar, 2011: 10-11). Berikut adalah halhal yang dapat dilakukan dalam penerapan 6 M di masayarakat:
1.

Mengurangi
a. Hati-hati dalam berbelanja
b. Membuat kartu ucapan dari bahan sisa
c. Memperbaiki pakaian dan peralatan yang bisa digunakan, sebisa mungkin
menunda pembelian barang baru
d. Menyewa saja barang yang dapat digunakan jika memungkinkan
e. Jika sedang berbelanja bawalah tas sendiri, buatlah daftar belanja, hindari
pembungkus yang berlebihan, pilih produk yang bisa digunakan berulang
(diisi ulang), pilihlah produk yang bungkusnya dapat didaur ulang

Gambar 4. Pemakaian Popok 1 Kali Pakai Sangat Tidak Dianjurkan
(Iswanto, 2011)
f. Pilih produk yang mudah didaur ulang
g. Hindari pembelian produk yang dibuang sekali pakai
h. Gunakan kantung plastik seperlunya, jika ada berbagai ukuran kantung
plastik pastikan pilih yang paling besar

13

i. Untuk daerah perkantoran dan sekolah dapat menggunakan jaringan
internet untuk pertukaran informasi sehingga tidak ada sampah yang
dibuang
j. Untuk wilayah pasar dan perdagangan bisa memberikan biaya tambahan
untuk pembelian produk yang menghasilkan banyak sampah ataupun
pembelian kantung plastik sehingga masyarakat enggan membelinya

Gambar.5 Penggunaan Kotak Makan Sekali Pakai Sangat Tidak
Dianjurkan (Iswanto, 2011)
2. Menggunakan Kembali
a. Gunakan kembali botol plastik atau kaca yang masih dapat digunakan
b. Gunakan sisi yang lain pada kertas yang belum penuh digunkan
c. Usahakan membuka amplop dengan hati-hati agar dapat digunakan
kembali
d. Jika mendapatkan tas plastik simpan baik-baik agar dapat digunakan
kembali
e. Untuk daerah pasar bisa menggunakan limbah sayuran sebagai pakan
ternak

14

3.

Gambar 6. Penggunaan Bekas Plastik Minyak Goreng Sebagai
Polybag (Iswanto, 2011)
Mengganti
a. Mengganti pembungkus makanan dengan pembungkus yang dapat didaur
ulang atau mudah dikomposkan

4.

Memisahkan
a. Pisahkan sampah rumah tangga yang basah dan gampang membusuk
dengan sampah rumah tangga yang kering dan susah membusuk
b. Cara memisahkannya sediakan dua bak sampah, 1 untuk yang basah dan
satu untuk yang kering

Gambar 7. Memisahkan Sampah Berdasarkan Jenisnya (Iswanto, 2011)

15

5.

Mendaur Ulang
a. Kardus, kertas, kaleng, gelas kaca dapat dijadikan bahan daur ulang yang
hasilnya nanti dapat dijual dan bernilai ekonomi. Kaleng dapat dijual
kembali setelah diolah menjadi pot-pot bunga, kertas dapat dibuat menjadi
topeng, patung serta kertas daur ulang. Botol plastik dapat dibuat menjadi
bahan-bahan kerajinan tangan. Botol kaca dapat didaur ulang kembali
menjadi bahan untuk pembuatan botol baru. Sampah kain dapat
dimanfaatkan menjadi bahan baku kerajinan tangan yang bernilai jual
tinggi seperti taplak meja, lap, celemek, penutup tv, tas, selimut, penutup
magic com, penutup kulkas dan barang-barang kerajinan lainnya
(Bapelkes Cikarang, 2011: 21-23). Pemanfaatan lain bisa juga kertas bekas
dijadikan bahan untuk amplop, bekas kalender dijadikan bahan untuk kartu
nama. Bekas plastik minyak makan dapat dijadikan polybag (Iswanto,
2011: 35).

Gambar 8. Mendaur Ulang Sampah Plastik dan Kain Sisa Menjadi
Kerajinan Siap Jual (Iswanto, 2011)
6.

Mengomposkan
Pengomposan dilakukan dengan memanfaatkan sampah basah yang mudah

membusuk. Sampah yang sudah membusuk ini kemudian akan diolah dengan

16

berbagai starter dan metode sehingga menjadi pupuk yang berguna bagi
kesuburan tanaman ataupun dapat dijual sebagai bisnis usaha keluarga.
Produk lain yang dapat dihasilkan dari sampah organik adalah briket.
Briket dibua dengan cara membakar sampah hingga menjadi arang dan kemudian
ditumbuh serta diberi perekat alami (Bapelkes Cikarang, 2011: 21).

Gambar 10. Kompos dari Limbah Organik (Subekti, 2010)

17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pencemaran adalah Pencemaran adalah masuknya suatu komponen atau

bahan

kedalam suatu lingkungan yang dapat mengganggu kehidupan

organisme di dalamnya atau asuknya suatu komponen ketempat yang tidak
semestinya, atau masuknya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen
lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).
2. Lingkungan rumah tangga menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan

pencemaran, seperti pembuangan sisa bahan rumah tangga, pembakaran
sampah, dll.
3. Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan berbagai hal, mulai dari yang

sederhana seperti daur ulang hingga proses yang berkesinambungan
seperti 6M

DAFTAR RUJUKAN

18

Al-Muhdhar, M.H.I. 2011. Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar Pengelolaan
Sampah Terpadu Melalui Pendidikan Masyarakat Berbasis Pembudayaan
6M. http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar/2011/pengelolaan
%20sampah%20terpadu%20melalui%20pendidikan%20masyarakat
%20berbasis%20pembudayaan%206m%20oleh%20mimien%20henie
%20irawati%20al%20muhdhar.pdf
Al-Muhdhar, M.H.I. 2012. Penerapan DVD 6M Pendidikan Kepada Masyarakat
Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Menggunakan Media Televisi.
Seminar
Nasional
IX
Pendidikan
Biologi
UNS.
http://eprints.uns.ac.id/13010/1/1114-2531-1-SM.pdf
Bapelkes Cikarang. 2011. Modul Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sampah.
http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/images/stories/KurmodTTG/
pengelolaansampah/mi-1c%20modul%20prinsip%20pengelolaan
%20sampah.pdf,
Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat. Thesis
Tidak
Diterbitkan.
Semarang:
Universitas
Diponegoro.
http://core.ac.uk/download/pdf/11717043.pdf
Iswanto.
2011.
Pengelolaan
Sampah
Berbasis
Masyarakat.
http://hpm.fk.ugm.ac.id/hpmlama/images/Kesehatan_Lingkungan_2011/sesi
_9_isw_partisipasi%20masyarakat.pdf
Marwati.S. 2013. Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/siti-marwati-msi/c9.pdf
Mitha. Y dan Hamim Thohari 2013. Pengolahan Sampah Melalui 6 M.
http://www.slideshare.net/hamimvls/pengelolaan-sampah-melalui-6-m-novideo
Subekti. S. 2010. Pengolahan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Universitas Wahid
Hasyim.
Semarang.http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=133961&val=5634, 3r
Widiyanto, Agnes Fitria. Et al. 2015. Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan
Limbah Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat 10 (2).246-254

19