Kehidupan Keluarga Petani dan Analisa Us

LAPORAN MANAJEMEN USAHATANI

‘’Mempelajari Kehidupan Keluarga Petani dan Analisa Usahatani Tanaman
Buncis di Desa Bojong Sari Kec. Ciawi’’

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen usahatani
Dosen Pengampu
Dr. Ir. Wini Nahraeni, M.Si

Oleh,
Yusuf Bachtiar
A.1410872

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2017
1

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan laporan mata kuliah manajemen
usahatani yang berjudul ‘’Mempelajari Kehidupan Keluarga Petani dan Analisa
Usahatani Tanaman Buncis di Desa Bojong Sari Kec. Ciawi’’. Laporan ini dibuat
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah manajemen usahatani.
Tulisan ini melaporkan hasil wawancara langsung dengan rasponden
petani tentang keluarga dan kegiatan usahataninya selama satu tahun terakhir.
Tempat wawancara berada di Ds. Bojong Murni Kec. Ciawi Kab. Bogor. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Wini Nahraeni, M.Si dan Siti Masitoh,
S.Pt., M.Si yang telah mengajarkan dan membimbing selama pembelajaran
berlangsung serta pihak-pihak terkait lainnya yang membantu menyelesaikan
laporan ini.
Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam laporan ini maka
penulis berharap mendapatkan kritik dan saran yang positif dari pembaca. Semoga
dengan laporan ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan
kepada setiap pembaca umumnya.

Bogor, 11 Januari 2017

Penulis


2

Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
I. 1. Latar Belakang..............................................................................................1
I. 1. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
BAB III. METODELOGI........................................................................................5
III. 1. Waktu dan Tempat......................................................................................5
III. 2. Alat dan Bahan...........................................................................................5
III. 3. Metode........................................................................................................5
III. 4. Analisis Data..............................................................................................5
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................7
IV. 1. Hasil............................................................................................................7
IV. 2. Pembahasan..............................................................................................11
BAB V. KESIMPULAN........................................................................................19

V. 1. Kesimpulan................................................................................................19
V. 2. Saran..........................................................................................................19
Daftar Pustaka........................................................................................................20

3

BAB I. PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk dan urbanisasai akan meningkatkan kebutuhan
bahan pangan, air dan energi sehingga tekanan dalam mewujudkan ketahanan
pangan, air dan energi semakin berat. Industri dan perdagangan sarana dan hasil
pertanian global semakin dikuasai oleh sedikit perusahaan multinasional sehingga
mengancam eksistensi usaha pertanian skala kecil yang masih dominan di
Indonesia.
Menurut Kementrian Pertanian (2014) Tantangan utama pembangunan
pertanian di masa datang mencakup Perubahan iklim global akan mengurangi
secara kapasitas (daya hasil dan stabilitas) produksi pertanian pada tingkat
nasional dan global sehingga menjadi ancaman terhadap ketahanan pangan,
ketahanan energi dan ketahanan air.
Penduduk Indonesia sebagian besar bermata pencaharian di sektor

pertanian dan banyak menggantungkan hidupnya di sektor pertanian serta wilayah
indonesia sebagian besar diperuntukan untuk lahan pertanian. (Husodo, 2004).
Penduduk pelaku usahatani bukan hanya masyarakat petani biasa melainkan di
lapangan para penyuluh pertanian yang berfungsi menjembatani petani dengan
lingkungan luar pertanian ikut serta menjadi pelaku usahatani.
Gambaran usahatani di Indonesia dikategorikan sebagai usahatani kecil
karena mempunyai ciri-ciri berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk
lokal yang meningkat, mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan
tingkat hidup yang rendah, bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi
yang subsisten dan kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan
pelayanan lainnya (Shinta, 2011).
Usahatani indonesia masih jauh dari harapan dan cenderung jauh dari
ambang layak suatu usaha karena berbagai faktor salah satunya yaitu manajemen
usahatani yang tidak dilakukan langsung oleh para petani.

1

Penyuluh pertanian merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah yang
memiliki kompetensi terkait dunia pertanian. Kompetensi yang dimaksud
mencakup teknik budidaya, manajemen usahatani dan pemasaran yang modern.

Permasalahan di tingkat penyuluh pertanian di petani adalah ilmu dan
pengetahuan yang di berikan oleh penyuluh apabila tidak ada bukti maka petani
tidak akan percaya dan tidak akan mengikuti saran dan arahan dari penyuluh
tersebut meskipun sudah teruji oleh Dinas terkait. Untuk membuktikan teori yang
di dapatkan tidak jarang para penyuluh mepraktekan langsung untuk meyakinkan
para petani binaannya.
I. 1. Tujuan
Memahami keluarga penyuluh pertanian yang menjadi petani di sektor
pertanian dan menganalisis usahataninya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Efektif apabila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka
miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya
tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.
Klasifikasi Usahatani
Menurut Shinta (2011) Klasifikasi usaha tani mencakup pola usahatani,
tipe uisahatani, pola tanam, dan corak usahatani. Terdapat dua macam pola

usahatani, yaitu lahan basah atau sawah lahan kering. Ada beberapa sawah yang
irigasinya dipengaruhi oleh sifat pengairannya, yaitu:






Sawah dengan pengairan tehnis
Sawah dengan pengairan setengah tehnis
Sawah dengan pengairan sederhana
Sawah dengan pengairan tadah hujan
Sawah pasang surut, umumnya di muara sungai
Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan pada

macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan.
Macam tipe usahatani :




Usahatani padi
Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung)

Pola tanam:


Usahatani Monokultur:
Usaha monokultur merupakan satu jenis tanaman sayuran yang ditanam

pada suatu lahan. Pola ini tidak memperkenankan adanya jenis tanaman lain pada
lahan yang sama. Jadi bila menanam cabai, hanya cabai saja yang ditanam di

lahan tersebut. Pola tanam monokultur banyak dilakukan petani sayuran yang
memiliki lahan khusus.


Usahatani Campuran/tumpangsari
Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran dari dua atau

lebih jenis sayuran dalam suatu luasan lahan. Jenis sayuran yang digabung bisa

banyak variasinya. Pola tanam ini sebagai upaya memanfaatkan lahan semaksimal
mungkin.Tumpangsari juga dapat dilakukan di ladang-ladang padi atau jagung,
maupun pematang sawah.
Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan usahataniyang
ditentukan oleh berbagai ukuran/kriteria, antara lain:












Nilai umum, sikap dan motivasi
Tujuan produksi
Pengambilan keputusan

Tingkat teknologi
Derajat komersialisasi dari produksi usahatani
Derajat komersialisasi dari input usahatani
Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan
Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat
Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani
Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan
tingkat ekonomi
Unsur pokok usahatani terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan

manajemen. Tanah merupakan tempat dimana proses usahatani berlangsung. Jenis
sumber pemilikan tanah diperoleh dari hasil jual beli, sewa, sekap, pemberian
negara, warisan, wakaf atau membuka lahan sendiri. Tanah memeiliki status
tersendiri dalam pemakaiannya yaitu seperti tanah hak miliki, tanah sewa, tanah
sakap, tanah gadai atau tanah pinjaman.

BAB III. METODELOGI
III. 1. Waktu dan Tempat
Wawancara dilaksanakan pada hari, tanggal : minggu, 15 Januari 2017
bertempat di Desa/Kelurahan Bojong Murni Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor

Provinsi Jawa Barat.
III. 2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam wawancara adalah alat tulis, kuesioner dan
perekam suara.
III. 3. Metode
Metode yang digunakan adalah mengambil data primer dari responden
dengan wawancara langsung terhadap petani.
III. 4. Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis sederhana yaitu dengan tabulasi data.
Data di kumpulkan kemudian diolah. Data di bandingkan dengan tori yang
menyangkut masalah ilmu usahatani. Menghitung analisa kelayakan usahataninya.
Analisis usahatani bertujuan untuk mengetahui keuntungan atau
pendapatan bersih yang diperoleh petani (perusahaan agribisnis) berdasarkan
biaya tetap/Total Fixed Cost (TFC), biaya variabel/Total Variable Cost (TVC), dan
penerimaan.
Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual, rumusnya yaitu :
TR=Py x Y

Keterangan:

TR
= total penerimaan (Rp)
Y
= produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (unit)
Py
= harga Y ( Rp)
Analisis R/C adalah analisis perbandingan antara total pnerimaan dan total
pengeluaran usaha. Bila R/C bernilai > 1 maka usaha tersebut dianggap layak

untuk dijalankan, R/C < 1 dianggap tidak layak dan R/C = 1 (trade off) maka
usaha tersebut dapat dilaksanakan atau tidak.
R/C

= Penerimaan/Biaya

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, dengan
rumus:
π =TR−TC

π =( Py x Y )−( TVC +TFC )
Keterangan :
π
= pendapatan usahatani (Rp)
TR
= total penerimaan (Rp)
TC
= total biaya (Rp)
Penyusutan merupakan alokasi sistematis jumlah yang dapat dissutkan dari
satu aset selama umur manfaatnya, memiliki rumus :
Nilai penyusutan=
Keterangan :
N baru
N sisa
digunakan (Rp.)
Umur ekonomis
dapat digunakan

N baru−N sisa
Umur ekonomis

= harga beli/harga baru (Rp.)
= harga sisa saat barang sudah tidak dapat
= perkiraan umur yang dimiliki barang hingga rusak/tidak

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil
Petani dan Keluarga
Identitas Petani Pengelola
Nama
Alamat tempat tinggal
Jenis kelamin
Umur
Nomor telepon
Pendidikan formal
Pengalaman bertani
Pengalaman mengikuti kursus, latihan
kerja, penyuluhan kelompok dll
Status sebagai petani
Alasan menjadi petani
Anggapan petani terhadap pekerjaan
usahataninya
Pekerjaan diluar usahatani
Yang berperan dalam mengambil
keputusan usahatani
Data Keluarga
Status
hubungan
Umur
dalam
(tahun)
keluarga
Isteri
32 tahun
Anak - 1 4,5 tahun

Lahan Usahatani
Lahan Milik Sendiri

: Zulkifli Hamzah
: Kp. Ledeng Ds. Sukaresmi Kec.
Megamendung Kab. Bogor
: Laki-laki
: 37 tahun
: 081315975662
: 15 tahun (Diploma 3 IPB)
: 9 tahun
: 17 kali pelatihan dengan satu kali
pertemuan membutuhkan 1 sampai
10 hari
: Pemilik Penggarap
: Keinginan memajukan petani, hobi
dan menambah keimanan
: Mata pencaharian sampingan
: Penyuluh pertanian 8 jam per hari
senin sampai jumat.
: petani sendiri

Pendidikan formal
(tahun)

Ikut membantu
kegiatan usaha
tani

Ikut mencari
nafkah di luar
usaha tani

16 tahun (Starta 1)
-

Tidak
Tidak

Ya
Tidak

Lahan milik sendiri adalah lahan yang dimiliki oleh responden yang
bersumber dari warisan orang tua. Lahan ini mencakup jenis lahan, luas, jumlah
persil dan taksiran nilai serta penggarapannya.

Jenis
lahan

Laha
n
sawa
h

Tabel 1. Lahan milik sendiri
Digarapkan kepada orang lain

Digarap sendiri
Lua
s
(ha)
0,1

Jumla
h
persil
1

Taksiran nilai
(Rp)
120.000.000/h
a

Lua
s
(ha)
0,06
ha

Jumla
h
persil
1

Status
hubungan

Taksiran nilai
(Rp)

digarapka
n

120.000.000/h
a

Layout Lahan Responden
Peta yang menggambarkan keadaan lahan responden yang sebenarnya.

Sumber : googlemaps
Keterangan
Bulat
: Rumah Pak Atma
: SMK
: Musholah
Garis
: Lahan responden

Pemilikan Alat Pertanian

Pemilikan alat pertanian menggambarkan alat yang dimiliki oleh
responden dalam mendukung usahataninya.
Tabel 2. Pemilikan Alat Pertanian
Jenis alat

Jumlah

Harga beli
(Rp/satuan
)

Tahun beli

Lama
pakai
(tahun)

Sprayer

1

450.000

2008

10

Cangkul

1

45.000

2008

8

Pendapatan
sewa alat
(Rp/musim
)
Tidak
disewakan
Tidak
disewakan

Pendapatan Keluarga diluar Usahatani
Tabel 3. Pendapatan bersih yang diperoleh anggota keluarga di luar usahatani
(Nopember 2015 – Nopember 2016)
Anggota keluarga
Per bulan
Jenis pekerjaan
Per tahun (Rp)
yang menyumbang
(Rp)
Tenaga Penyuluh
Petani/Responden
2.700.000
32.400.000
Pertanian
Tenaga Adiminstrasi
Istri
3.500.000
42.000.000
Pertanian
Total
6.200.000
74.400.000
Pengeluaran Keluarga
Tabel 4. Pengeluaran rumah tangga usahatani (Nop 2015 – Nop 2016)
No Jenis Pengeluaran
Per bulan (Rp) Per tahun (Rp)
1
Pembelian lauk pauk
510.000
6.120.000
2
Pembelian bahan penunjang
190.000
2.280.000
3
Pembelian barang penyegar
60.000
720.000
4
Pembelian bahan penerangan
3.400
40.000
5
Pembelian bahan kesehatan
30.000
360.000
6
Pembelian sandang
100.000
1.200.000
7
Pengeluaran untuk rekreasi
200.000
2.400.000
8
Pengeluaran untuk selamatan/pesta
41.700
500.000
9
Pengeluaran untuk pajak
7.500
90.000
10 Membeli pulsa
220.000
2.640.000
11 Membayar kredit Motor
1.400.000
16.800.000
12 Bensin
600.000
7.200.000
Total
3.362.600
40.350.000
Analisis Usahatani
Analisis usaha tanaman pada lahan sawah dan darat berlaku untuk satu persil
(Nopember 2015 – Nopember 2016)

Jenis lahan
Nomor persil
Luas
Pola pergiliran tanaman

Nov. Des.
Istira Tum
hat pang
sari

Jan.
Tum
pang
sari

: Sawah
:1
: 0,1 ha
: Tumpang sari dan monokultur

Tabel 5. Riwayat Penanaman
Feb. Mar. Apr. Mei Jun.
Tum Istir Eda Eda Eda
pang ahat mam mam mam
sari
e
e
e

Jul.
Istir
ahat

Agt
Bun
cis

Sep
Bun
cis

Okt.
Bun
cis

Tabel 6. Produksi dan Penggunaannya
Jenis
produk
Buncis

Dikonsumsi
Dipakai lagi
keluarga
dalam usahatani
Jumlah Nilai Jumlah
Nilai
satuan (Rp) satuan
(Rp)
0
0
0
0

Dijual
Jumlah
satuan
331 Kg

Nilai
(Rp)
7.000

Total
Jumlah
satuan
331 Kg

Nilai (Rp)
2.317.000

Tabel 7. Penggunaan Saprodi
No

Jenis Sarana

Jumlah Fisik

Harga Satuan
(Rp)

1
2

Benih Buncis
Pupuk

4 Kg

38.000

152.000

Urea
TSP
Za
Pupuk Organik
Pupuk kandang
Alat Bahan Penunjang
Produksi
Mulsa Plastik
Total

40 kg
10 kg
50 Kg

2.500
2.500
2000

100.000
25.000
100.000

60 karung

10.000

600.000

1 Rol

570.000

3
4

IV. 2. Pembahasan
Gambaran Umum Lokasi Desa Bojong Murni

Jumlah Biaya
(Rp)

570.000
1.422.000

Tempat lahan responden secara administratif berada di Desa/Kelurahan
Bojong Murni Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Desa
Bojong Murni dibentuk pada tahun 1985 dengan luas Desa/Kelurahan mencapai
160,000,000 ha. Koordinat Desa Bojong Murni berada pada 106.916153 BT / 6.750231 LS.
Komoditas unggulan berdasarkan luas panen yaitu Bawang Putih. Desa
Bojong Murni bertipologi perladangan dengan klasifikasi swadaya dan kategori
madya. Batas wilayah sebelah Utara Desa Jambuluwuk, sebelah Selatan Gunung
Pangrango, sebelah Timur Desa Sukamanah, sebelah Barat Desa Cibedug.
Komposisi Luas Lahan Desa Bojong Murni yaitu : Tataguna Lahan Sawah
887,500 ha; Tegal/Ladang 124,120 ha; Pemukiman 350,200 ha; Pekarangan
0,0000 ha; Perkebunan 124,120 ha; Tanah Kas Desa 0,0400 ha; Fasilitas Umum
233,200 ha; Hutan 1.467,9000 ha.
Jumlah penduduk total Desa Bojong Murni mencapai 5.055 orang dengan
jumlah Laki-Laki 2.704 orang dan jumlah Perempuan 2.347 serta jumlah Kepala
Keluarga (KK) 1.248. Dari total jumlah penduduk diatas, yang bermata
pencaharian sebagai petani 55 orang, buruh tani 60 orang dan peternak 330 orang
(http://kecamatanciawi.bogorkab.go.id/).
Perjalanan Desa Bojong Murni dari Universitas Djuanda membutuhkan
waktu sekitar 40 menit dengan jarak yang ditempuh mencapai 31 Km dengan
kendaraan bermotor. Desa Bojong Murni terletak di kaki Gunung Pangrango yang
memiliki udara sejuk dan tanah yang lumayan subur terlihat dari banyaknya lahan
pertanian.
Karakteristik responden
Petani yang menjadi responden pada wawancara tanggal 15 Januari 2017
bertempat di Des. Bojong Murni Kec. Ciawi Kab. Bogor Prov. Jawa Barat
bernama Zulkifli Hamzah A.Md bertempat tinggal di Kp. Ledeng Ds. Sukaresmi
Kec. Megamendung Kab. Bogor Prov. Jawa Barat. Jenis kelamin laki-laki usia 37

tahun dengan pendidikan formal selama 15 tahun, pendidikan terakhir Diploma III
IPB Bogor.
Responden terjun di dunia pertanian selama 9 tahun dengan pekerjaan
utama yaitu penyuluh pertanian. Responden pernah mengikuti pengalaman
pelatihan 17 kali pelatihan yang diadakan oleh dinas pertanian. Pengalaman
pelatihan seperti pelatihan di bidang tanaman pangan 10 kali, tanaman
hortikultura 5 kali dan tanaman kehutanan 2 kali. Jenis pelatihan tanaman pangan
yang dominan adalah padi dan sisanya jagung. Materi pelatihan meliputi teknik
budidaya, manajemen dan pemasaran komoditas padi. Sesuai program pemerintah
yaitu PTT Padi atau Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi.
Pelatihan tanaman hortikultura hanya sebagian jenis tanmaan yaitu cabai
dan sayuran daun caisim. Sesuai fokus pembangunan pertananian pemerintah
kepada komoditas tanaman cabai. Pelatihan tanaman kehutanan mengenai kebun
milik rakyat semacam program budidaya tanaman kayu-kayuan dan pengolahan
gergaji kayu untuk budidaya jamur tiram. Durasi pelatihan beragam berkisar dari
1 sampai 15 hari tergantung jenis pelatihan. Salah satu programnya adalah
program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). PUAP merupakan
bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik,
petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan
oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) (nad.litbang.pertanian.go.id)
Responden adalah petani penggarap hasil warisan dari orangtua atau
bapak dari responden dengan menggarap selama 2 tahun. Pengambilan keputusan
dalam usahataninya adalah responden sendiri.
Responden memiliki alasan terjun ke dunia pertanian memiliki keinginan
memajukan sektor pertanian, hobi dan aspek religius yaitu dapat menambah
keimanan merasa lebih dekat dengan pencipta. Responden menganggap pekerjaan
usahataniya merupakan mata pencaharian tambahan karena pekerjaan diluar
usahataninya adalah penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian di Dinas Tanaman
Pangan Hortikultura dan Perkebunan yang beralamat di Sindang Barang jalan
Ibrahim Aji. Responden berkantor sehari-hari di UPT (Unit Pelaksana Tugas)

Kantor Rangga Mekar Pamoyanan yang membawahi 3 kecamatan Caringin,
Cigombong, Cijeruk. Responden sebagai tenaga teknis lapangan yang sehari-hari
bekerja di lapangan. Waktu kerja yang dihabiskan menjadi penyuluh pertanian 9
jam per hari dari hari senin sampai jumat. Selain itu responden bekerja di luar jam
kerja biasa dengan melayani petani yang ingin mendapatkan bimbingan.
Keluarga
Responden sudah menikah dengan memiliki istri dan satu anak. Umur istri
responden 32 tahun dengan pendidikan formal yang telah ditempuh selama 16
tahun atau pendidikan terakhir Starta I Teknologi Industri Pertanian di Univrsitas
Djuanda. Istri responden tidak membantu kegiatan usahatani tetapi bekerja di
UPT (Unit Pelaksana Tugas) di Kantor Rangga Mekar Pamoyanan sebagai tenaga
teknis administrasi pertanian. Umur anak responden 4,5 tahun belum masuk
pendidikan formal.
Penerimaan Keluarga diluar Usahatani
Responden merupakan penyuluh lapangan pertanian di Dinas pertanian
yang bekerja sehari-hari di lapangan membimbing para petani dari hari senin
sampai jumat. Penerimaan responden dalam satu bulan mencapai Rp. 2.700.000
diluar kegiatan usahataninya. Selain responden penerimaan keuangan keluarga
berasal dari istri responden dengan bekerja di Dinas Pertanian sebagai tenaga
administrasi penyuluh pertanian yang mendapatkan upah Rp. 3.500.000 per bulan.
Total penerimaan keluarga mencapai Rp. 6.200.000 atau dalam setahun mencapai
Rp. 74.400.000 sesuai Tabel 3. Pendapatan bersih yang diperoleh anggota
keluarga di luar usahatani (Nopember 2015 – Nopember 2016).
Pengeluaran Keluarga
Responden memiliki satu istri dan satu orang anak sesuai data di atas.
Menurut data Tabel 4. Pengeluaran keluarga/rumah tangga usahatani (Nopember
2015 – Nopember 2016) dalam satu bulan dapat mengeluarkan sebanyak Rp.
3.362.600 atau Rp 40.350.000 dalam setahun. Pengeluaran tersebut yang umum
dikeluarkan diluar pembelian bahan pangan karena responden memiliki lahan

yang digarapkan kepada orang lain. Lahan tersebut ditanami padi yang hasilnya
dikonsumsi oleh keluarga responden.
Menghitung penerimaan dan pengeluaraan keluarga responden dapat
diketahui tingkat hidup keluarga tersebut. Menghitungnya dengan cara
mengurangi penerimaan oleh pengeluaran keluarga selama satu tahun.
Keuntungan = Penerimaan – Pengeluaran
Rp. 74.400.000 – Rp 40.350.000 = Rp. 34.050.000
Keluarga responden mengalami surplus yaitu sebesar Rp. 34.050.000
dalam setahun. Pendapatan tersebut dikatakan layak karena dapat menutupi
kebutuhannya dan memiliki kelebihan yang cukup banyak dan keluarga
responden dikatakan tingkat hidupnya layak. Responden memiliki alasan terjun ke
dunia pertanian memiliki keinginan memajukan sektor pertanian, hobi dan aspek
religius yaitu dapat menambah keimanan merasa lebih dekat dengan pencipta.
Analisis Usahatani
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Menurut Shinta (2011) Unsur pokok usahatani terdiri dari tanah, tenaga
kerja, modal dan manajemen. Tanah diartikan sebagai lahan tempat usahatani
berlangsung.
Lahan Usahatani
Responden memiliki lahan miliki sendiri hasil dari warisan orang tua yang
digarap oleh responden dan lahan yang digarapkan kepada orang lain sesuai
Tabel. 1. Lahan milik sendiri. Jenis lahan yang digarap oleh responden adalah
lahan sawah dengan luasan 0,1 ha dengan taksiran nilai tanah mencapai Rp.
120.000 per meter. Lahan yang digarapkan kepada orang lain seluas 0,06 ha jenis
lahan sawah dengan taksiran nilai tanah Rp. 120.000 per meter.

Lahan yang digarapkan kepada orang lain dipercayakan kepada Bapak
Ahya dengan ditanami padi. Sistem pembagiannya yaitu dengan bagi hasil.
Keuntungan dari prduksi tanaman padi dikurangi modal terlebih dahulu kemudian
sisanya dibagi rata antara penggarap dengan pemilik lahan.
Lahan digarap sendiri
Lahan yang digarap sendiri lahan sawah tetapi ditanami tanaman jenis
hortikultura. Riwayat penanaman dapat dilihat dari Tabel 5 Riwayat penanaman
dimana awal Desember sampai Maret menggunakan pola tumpang sari yang di
dalamnya terdapat tanaman cabai, wortel, bawang daun. Setelah istirahat satu
bulan lahan ditanam dengan tanaman edamame tetapi tidak berjalan baik karena
hasilnya gagal. Hasil panen gagal karena keterbatasan waktu petani yang hanya
bisa mengurus usahataninya di hari libur yaitu sabtu minggu dan hari libur
nasional. Kemudian lahan di istrahatkan selama satu bulan dan menanam tanaman
buncis.
Persiapan

penanaman

tanaman

buncis

pada

bulan

agustus

dan

menghasilkan produksi 331 Kg dalam 0,1 ha lahan. Harga jual 1 Kg buncisnya
yaitu Rp. 7.000 (Tabel 6. Produksi dan Penggunaannya) harga buncis biasa hanya
dihargai 3000 per gg tetapi untuk buncis yang ditanaman dengan perlakuan semi
organik mencapai 7000 per kg. semua prduk buncis dijual tidak dikonsumsi atau
disimpan.
Pengalaman petani sebagai penyuluh pertanian dijadikan dasar sebagai
teknik budidaya yang semi organik. Perlakuan semi organik memanfaatkan input
bahan kimia aktif sedikit mungkin. Menghindari pestisida kima anorganik dan
memanfaatkan sumber hara dari organik. Kebutuhan sumber hara tanaman dibuat
dari bahan alami seperti pupuk kandang dan bahan lainnya. Pemanfaatan bekicot,
sabut kelapa, kulit telur untuk pemenuhan sumber hara kemudian pembuatan
pestisida nabati untuk mengusir hama tanaman buncis. Penggunaan pupuk kima
dapat dilihat di Tabel 7. Penggunaan Saprodi.

Perhitungan Analisi Usahatani

Biaya Tetap
Jenis
Mulsa Plastik
Sewa Kultivator
Sewa lahan sendiri
(diperhitungkan)
Penyusutan alat
(diperhitungkan)
Sprayer
Cangkul

Banyaknya
1 Rol
0.1 Ha x
3.000.000/tahun
450.000 – 100.000
10 tahun
45.000 – 10.000
8 tahun

Harga (Rp)
570.000
200.000
300.000/2,5
bulan

Jumlah (Rp)
570.000
200.000
120.000

440.000
2,5 bulan
43,750
2,5 bulan

176.800

Total
Biaya Variabel
Jenis
Benih Buncis
Urea
TSP
Za
Pupuk kandang
Total

17.500
1.084.300

Banyaknya
4 Kg
40 kg
10 kg
50 Kg
60 karung

Harga (Rp)
38.000
2.500
2.500
2000
10.000

Jumlah (Rp)
152.000
100.000
25.000
100.000
600.000
977.000

Koponen analisis pendapatan usahatani
No Komponen
Keterangan
A Penerimaan tunai
Harga x Hasil panen yang dijual
B
Penerimaan yang
Harga x Hasil Panen yang
diperhitungkan
dikonsumsi/disimpan
C
Total penerimaan
A+B
D Biaya Tunai
a. Biaya Sarana Produksi
b. Biaya tenaga kerja luar keluarga
E
Biaya yang diperhitungkan
a. Nilai input yang diperhitungkan
b. Biaya tenaga kerja dalam keluarga
c. Penyusutan peralatan
d nilai sewa lahan
F
Total biaya
D+E
G Pendapatan atas biaya tunai
A–D
H Pendapatan atas biaya total
C–F
I
R/C Ratio tunai
A/ D
J
R/C Ratio total
A/ F
Penerimaan Tunai
Rp. 7.000 x 311 Kg = Rp. 2.317.000
Penerimaan yang diperhitungkan
Rp. 7.000 x 0 Kg = Rp. 0
Total Penerimaan

Rp. 2.317.000+ 0 = Rp. 2.317.000
Biaya Tunai
Rp. 770.000 + Rp. 977.000 = Rp. 1.747.000
Biaya Tunai yang diperhitungkan
Rp. 313.500
Total Biaya
Rp. 1.747.000 + Rp. 313.500 = Rp. 2.060.500
Pendapatan Atas Biaya Tunai
Rp. 2.317.000 – Rp. 1.747.000
Pendapatan Atas Biaya Total
Rp. 2.317.000 - 2.060.500 = Rp. 256.500
R/C Ratio Tunai
Rp. 2.317.000 = 1,3
Rp. 1.747.000
R/C Ratio Total
Rp. 2.317.000 = 1,1
Rp. 2.060.500
Perhitungan diatas menunjukan analisis usahatani buncis responden
selama satu musim tanam buncis. Penerimaan tunai adalah penerimaan yang
berbentuk materi hasil dari produksi. Penerimaan tunai biasanya berbentuk uang
langsung. Nilai penerimaan dari usahatani tersebut adalah Rp. 2.317.000
sedangkan penerimaan yang diperhitungkan apabila ada hasil produksi yang
dikonsumsi atau dijadikan modal kembali.
Biaya tunai adalah biaya yang jelas dikeluarkan oleh responden untuk
kegiatan usaha taninya. Pengeluaran biasanya berbentuk uang tunai langsung.
Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.747.000. Biaya yang diperhitungkan adalah
biaya yang tidak dikeluarkan langsung oleh petani seperti sewa lahan meskipun
memiliki lahan sendiri, penyusutan sarana produksi. Perhitungan ini kurang
lengkap karena tidak ada data tenaga kerja. Tenaga kerja dalam keluarga itu
termasuk kedalam biaya yang diperhitungkan tetapi tenaga luar keluarga termasuk
biaya tunai. Besar biaya yang diperhitungkan adalah Rp. 313.500

Pendapatan petani Rp. 2.317.000 dapat menutupi biaya tunai dan biaya
yang diperhitungkan. Ini menunjukan bahwa usahatani buncis responden layak.
Usahatani responden layak dibuktikan dengan nilai R/C ratio baik tunai atau pun
total lebih besar dari 1. Arti nilai R/C Ratio Tunai 1,3 adalah setiap penambahan
biaya 1 maka akan menghasilkan penerimaan sebanyak 1,3. Contoh penambahan
biaya sebesar Rp. 1.000.000 maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.
1.300.000 dengan keuntungan sebesar Rp. 300.000.
Data ini akan berubah apabila dilengkapi dengan data-data yang lain
seperti biaya pembuatan pestisida alami, kompos organik, tenaga kerja
petani dan saraproduksi lainnya kemudian akan menghasilkan perhitungan
yang berbeda.

BAB V. KESIMPULAN
V. 1. Kesimpulan
Pelaku usahatani bukan hanya petani tetapi ada dari penyuluh pertanian
yang memiliki jiwa petani yang kuat. Usahatani bukan mata pencaharian utama
dari responden karena kebutuhan pokoknya terpenuhi oleh upah responden dan
keluarga sebagai tenaga di Dinas Pertanian.

Penyuluh pertanian dituntut untuk memberikan contoh nyata pada
usahataninya agar para petani dapat mengikutinya. Ini salah satu alasan responden
terjun ke dalam usahatani tanaman buncis yang memakai sistem semi organik.
Tingkat hidup seseorang menentukan pandangan terhadap bertani.
Menurut data yagn dihimpun dan telah dianalisis, usahatani buncis
responden layak untuk dikerjakan karena total penerimaan dapat menutupi biaya
total dan biaya yang diperhitungkan kemudian nilai R/C ratio tunai dan total lebih
besar dari 1 dan masuk kriteria layak dalam usahatani.
V. 2. Saran
Untuk selanjutnya pengisian kuesioner harap diperhatikan dengan jelas
perlu ada latihan terlebih dahulu sebelum observasi ke responden langsung.
Perencanaan tempat diperhatikan agar tidak terjadi salah komunikasi. Melengkapi
data-data agar menunjang dalam menganalisis keseluruhan. Responden agar
mencatan setiap kegiatan usahataninya.

Daftar Pustaka
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/program-strategis/puap
pada tanggal 28 Januari 2017.

diakses

https://www.google.co.id/maps/@-6.6955006,106.8893245,50m/data=!3m1!1e3
diakses pada tanggal 28 Januari 2017.
http://kecamatanciawi.bogorkab.go.id/index.php/multisite/detail_desa/102 diakses
pada tanggal 28 Januari 2017.

Husodo, S. Y. 2004. Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kementrian Pertanian. 2014. Konsep Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2015
– 2045. Pertanian Bioindustri Berkelanjutan. Solusi Pembangunan
Pertanian Indonesia Masa Depan. Kementrian Pertanian.
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press. Malang.
Soekartawi. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. UI-Pers. Jakarta.