TUGAS MAKALAH PERENCANAAN PENGOPERASIAN. dcox

TUGAS MAKALAH
PERENCANAAN, PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Disusun Oleh :
1. Luania Ragil S

(116141)

2. Muhammad Adnan

(116160)

3. Nanda Ainurrohmah

(116171)

4. Nurdiyanto

(116185)


5. Risa Wahyuni

(116218)

6. Siti Laila Mardiah

(116248)

7. Suci Handayani

(116254)

8. Zainal Arifin

(116283)

Kelompok 5
3B
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI

AKADEMI KIMIA ANALISIS

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan
kekuatan dan pertolongan-NYA, akhirnya kami bisa menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan ,
Pengoperasian dan Pemeliharaan IPAL. Dalam pembelajaran dan penyusunan makalah,
kami banyak mendapatkan bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Akademi Kimia Analisis
Bogor khususnya mata kuliah Perencanaan, Pengoperasian dan Pemeliharaan IPAL
yang telah berperan penting dalam penyelesaian makalah ini.
Selain itu kami memohon maaf atas kekurangan yang ada dalam makalah
ini,karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah yang akan
datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai

ilmu Perencanaan, Pengoperasian dan Pemeliharaan IPL dan mendapat ridho dari Allah
SWT yang senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya bagi kita semua.

Bogor, Desember 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

1

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 1

DAFTAR ISI

2

BAB1
1.1 Latar Belakang


4

1.2 Identifikasi Masalah

5

1.3Tujuan

7

1.4 Manfaat

7

BAB2
2.1 Definisi Limbah
2.1.1 Definisi Limbah Tekstil

8


2.2 Definisi Instalansi Pengolahan Limbah
2.2.1

Zeolit

10

2.2.2

Fitoremediasi

11

2.2.2.1 Eceng Gondok

12

2.3 Parameter Analisis
2.3.1


Total Solid Solved (TSS)

14

2.3.2

Derajat Keasaman (pH)

15

2.3.3

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

15

2.3.4

COD (Chemical Oxygen Demand)


16

2.3.5

Fenol

16

BAB 3 Karakteristik Limbah Tekstil

18

BAB 4 Desain IPAL

21

BAB 5 Sketsa Desain IPAL

26


BAB 6 Perhitungan

27

BAB 7 Kesimpulan

33

DAFTAR PUSTAKA

34

LAMPIRAN

35

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 2

BAB I

PENDAHULUAN

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 3

1.1

LATAR BELAKANG
Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan sedemikian

pesat. Hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri,
sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain yang lebih maju. Pembangunan
terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengesampingkan kebutuhan
mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan lingkungan
alam. Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair
berasal dari kegiatan industri. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air.
Kelangkaan air di masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir dan
kepunahan ekosistem perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi
tidak peduli terhadap permasalahan tersebut.
Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi apabila

jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalam jumlah yang besar akan dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap alam karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
keseimbangan lingkungan sehingga limbah tersebut dikatakan telah mencemari
lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah limbah yang dihasilkan industri
sebelum dibuang ke badan sungai. Limbah yang dibuang ke sungai harus memenuhi
baku mutu yang telah ditetapkan, karena sungai merupakan salah satu sumber air bersih
bagi masyarakat, sehingga diharapkan tidak tercemar dan bisa digunakan untuk
keperluan lainnya.
PT. Sukun Tekstil, sebagai salah satu pabrik tekstil yang terdapat di Kudus
berupaya untuk mengelola limbah yang dihasilkannya dengan melakukan pengolahan
terhadap limbah cair yang dikeluarkan ke dalam suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). Dari upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi beban pencemaran terhadap
lingkungan sehingga memenuhi baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair untuk industri tekstil. Dalam
pengelolaan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang
digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
parameter organik, karakteristik fisik,dan kontaminan spesifik.
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004
tentang baku mutu air limbah, yang dimaksud dengan limbah cair adalah sisa dari suatu


MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 4

hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan
diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sedangkan menurut Sugiharto (1987) air
limbah (waste water) adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga dan juga yang
berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya. Begitupun dengan
Metcalf & Eddy (2003) mendefinisikan limbah berdasarkan titik sumbernya sebagai
kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga (permukiman), instansi perusahaaan,
pertokoan, dan industri dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.
Pengelolaan

limbah

cair

dalam

proses

produksi

dimaksudkan

untuk

meminimalkan limbah yang terjadi, volume limbah minimal dengan konsentrasi dan
toksisitas yang juga minimal. Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses
produksi dimaksudkan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar
yang terkandung didalamnya sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk
dapat dibuang. Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan
hasil yang efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang
dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upaya minimisasi limbah (waste
minimization), pengolahan limbah (waste treatment), hingga pembuangan limbah
produksi (disposal).

1.2

IDENTIFIKASI MASALAH
Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil

karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang disamping memerlukan bahan
kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut (Dwioktavia, 2011). Industri tekstil
merupakan suatu industri yang bergerak dibidang garmen dengan mengolah kapas atau
serat sintetik menjadi kain melalui tahapan proses : Spinning (Pemintalan) dan Weaving
(Penenunan). Limbah industri tekstil tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang
merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan
pewarna tersebut telah terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil
merupakan semua zat warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat
tekstil dan mudah dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat mengadakan
ikatan dengan serat tekstil (auksokrom).

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 5

Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik tidak jenuh,
kromofor dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromofor dan pengikat antara warna
dengan serat. Limbah air yang bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada pula bahan baku yang
mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air tersebut harus dibuang.
Lingkungan yang tercemar akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup
disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan industri, air
yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan,
tetapi air limbah industry harus mengalami proses pengolahan sehingga dapat
digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran. Proses
pengolahan air limbah industri adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh industri
yang berwawasan lingkungan. Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan
ini mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim,
asam. Penghilangan kanji biasanya memberikan BOD paling banyak dibanding dengan
proses-proses lain. Pemasakan dan mercerisasi (mercerizing) kapas serta pemucatan
semua kain adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa,
COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan
limbah cair dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran
yang tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan
menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari
zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam. Di Indonesia zat warna berdasar logam
(krom) tidak banyak dipakai.

1.3

TUJUAN
Untuk dapat mengetahui proses apa saja yang diperlukan dalam pengolahan

limbah tekstil dan untuk mengendalikan kualitas effluent limbah dari hasil industri
tekstil PT. Sukun Tekstil agar tidak mencemari lingkungan.

1.4

MANFAAT

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 6

Sebagai bentuk evaluasi terhadap kualitas limbah tekstil yang dihasilkan dari PT.
Sukun Tekstilagar tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dan juga sebagai
bentuk evaluasi pengolahan limbah apa saja yang diperlukan dalam mengolah limbah
tekstil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

DEFINISI LIMBAH
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri

maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 7

jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung
pada jenis dan karakteristik limbah.

2.1.1

DEFINISI LIMBAH TEKSTIL
Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri

tekstil

karena

terjadi

proses

pemberian

warna

(dyeing)

yang

disamping

memerlukan bahan kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut (Dwioktavia,
2011). Industri tekstil merupakan suatu industri yang bergerak

dibidang

garmen

dengan mengolah kapas atau serat sintetik menjadi kain melalui tahapan proses,
Spinning (Pemintalan) dan Weaving (Penenunan). Limbah industri tekstil tergolong
limbah

cair

dari

proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia sintetis,

mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah terbukti
mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan semua zat warna yang
mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil dan mudah dihilangkan warna
(kromofor)

dan

gugus

yang dapat mengadakan

ikatan dengan serat tekstil

(auksokrom).
Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik tidak jenuh,
kromofor dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromofor dan pengikat antara
warna dengan serat. Limbah air yang bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada pula bahan baku
yang mengandung

air

sehingga

dalam proses pengolahannya air tersebut harus

dibuang.
Lingkungan yang tercemar akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk
hidup disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 8

industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung
dibuang

ke

lingkungan,

tetapi

air

limbah

industri harus mengalami

proses

pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa
menyebabkan pencemaran. Proses pengolahan air limbah industri adalah salah satu
syarat yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan.
Larutan penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung
zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan
kanji biasanya memberikan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses
lain. Pemasakan dan mercerisasi (mercerizing) kapas serta pemucatan semua kain
adalah sumber limbah cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD,
padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair
dengan volume besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang
tergantung pada proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan
menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain
dari zat warna yang dipakai, seperti fenol dan logam. Di Indonesia zat warna berdasar
logam (krom) tidak banyak dipakai (Dwioktavia, 2011).
2.2

INSTALANSI PENGOLAHAN LIMBAH
Seperti kita ketahui bersama bahwa hampir seluruh kegiatan Industri

mengandung bahan-bahan organik, bahan-bahan anorganik/bahan kimia beracun,
mikroorganisme pathogen, dan sebagainya yang dapat mencemari lingkungan. Oleh
sebab itu, pengolahan terhadap air limbah sangat penting untuk dilakukan agar
lingkungan sebagai penerima limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan Industri tidak
mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, serta tidak mengakibatkan dampak
penyakit

kepada

masyarakat

sekitarnya.

Pengolahan air limbah melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan cara
atau upaya untuk meminimalkan kadar pencemar yang terkandung dalam limbah cair
tersebut sehingga dapat memenuhi Baku Mutu dan layak untuk dibuang ke lingkungan
maupun dimanfaatkan kembali.
Mengenai seberapa pentingnya IPAL bagi sebuah Industri dapat dilihat dari
Regulasi atau peraturan yang ada, yang diantaranya adalah Undang-undang nomor 32

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 9

tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No. 82 tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Kawasan Industri.
2.2.1

ZEOLIT
Zeolit merupakan senyawa alumunio-silikat yang membentuk kerangka tiga

dimensi, mempunyai rongga (pori atau celah) dengan permukaan bagian dalam kristal
yang luas. Struktur kristal zeolit

seperti halnya mineral kuarsadan felspar, maka

mineral zeolit mempunyai struktur kristal 3 dimensi tetrahedral silikat (Si) yang biasa
disebut tectosilicate.

Boreskov (1979) mengatakan bahwa struktur pori pada zeolit mampu
diaplikasikan sebagai adsorben, katalis, sifat ion excange yang dimiliki memperkuat
sifat katalis tersebut. Boreskov (1979) juga mengatakan dengan mesh yang lebih halus,
maka pori yang dimiliki juga semakin banyak dan luas pemukaan penyerapan juga
semakin besar sehingga berpengaruh terhadap aktivitas adsorbsinya. Zeolit memiliki
sifat yang dimungkinkan untuk dimodifikasi sebagai katalis, adsorben, penukar ion,
maupun sebagai pengemban logam aktif (Othmer 1995).
Zeolit sebagai adsorben (penjerap) adalah pengikatan senyawa dan molekul
tertentu yang hanya terjadi di permukaan. Proses itu tejadi akibat adanya interaksi
secara fisik oleh gaya van der walls dan interaksi kimia dengan adanya sifat
elektrostatik (Bosasek 1970). Zeolit juga mampu bertindak sebagai katalis dalam
mereduksi kandungan gas buang berbahaya dari asap kendaraan bermotor. Weller
(1970) menyatakan bahwa zeolit telah digunakan pada pemurnian dan penyerapan pada
temperatur tinggi Zeolit juga. telah digunakan sebagai agen penyaring HC dan CO pada
gas karena zeolit sendiri yang mampu melakukan pertukaran kation (Andronikashvili et
al. 1970). Forster et al. (1970) juga menyatakan bahwa zeolit telah digunakan sebagai

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 10

agent adsorben CO. Zeolit juga menjadi bahan campuran filter pada rokok, penyerapan
gas dan penghilangan warna dari cairan gula pada pabrik gula (Tamzil2006).
2.2.1.1 Karateristik Zeolit Alam
Pencampuran antara zeolit dan chitosan pada dasarnya adalah Pencampuran
elemen solid dan gel. Pencampuran ini juga merupakan campuran antara komponen
anorganik dan organik. Yuan et al. (2007) menyatakan bahwa pada proses pencampuran
zeolit dan chitosan terjadi deformasi, yaitu pembentukan mabiks polimer dari reaksi
solid dan gel. Ikatan yang terbentuk antara komponen organik (larutan chitosan) dan
anorganik (zeolit) adalah ikatan kovalen yang terjadi pada permukaan zeolit. Wu et al.
(2007) menyatakan bahwa chitosan telah digunakan dan dikombinasikan dengan
partikel-partikel seperti zeolit, silica, zirconia.
2.2.3

FITOREMEDIASI
Istilah fitoremediasi, berasal dari bahasa Inggris yakni phytoremediation; kata

ini tersusun atas kata phyton (bahasa Yunani= tumbuhan) dan remediation (bahasa Latin
= remedium) yang berarti menyembuhkan. Istilah ini relatif baru, sekitar tahun 1991.
Saat ini, istilah fitoremediasi digunakan secara luas pada berbagai bidang ( US EPA’S,
2000).
Fitoremidiasi merupakan metode remidiasi yang mengandalikan peran
tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, mentransformasi bahan pencemar baik
senyawa organic maupun anorganik.Pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia pemulihan
lingkungan tercemar harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Laju akumulasi harus tinggi
2. Kemampuan mengakumulasi bahan pencemar harus tinggi
3. Mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat
4. Tingkat pertumbuhannya tinggi
5. Produksi biomassa tinggi
6. Tahan hama dan penyakit.
Menurut Glick R. Bernard, 2003, menyatakan bahwa keuntungan-keuntungan yang
diperoleh dari kegiatan fitoremediasi dibandingkan metode lainnya adalah :
 Mengembalikan struktur dan tekstur tanah ke keadaansemula

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 11

 Sumber energi utama yang dipergunakan dalamkegiatan ini berasal dari sinar
matahari
 Pertambahan biomassa yang tinggi di dalam tanah dapat segera dicapai
 Biayanya relatif rendah
 Potensi proses remediasi relatif cepat

2.2.2.1 ECENG GONDOK
Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah
satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di
beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah
Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak,
di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.
Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan
bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman
pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai AmazonBrasil. Eceng
gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap
sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah
menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah.
Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 12

berbentuk

oval.

Ujung

dan

pangkalnya

meruncing,

pangkal

tangkai

daun

menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk
bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat
dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya
merupakan akar serabut.
Pada penelitian Wolverton and Mc. Known (1973) bahwa eceng gondok mampu
memindahkan sampai 36,4 mg fenol per gram berat kering. Dari India dilaporkan eceng
gondok dapat memindahkan sampai 87,4% fenol dari air limbah selama 3-7 hari. Hal
tersebut mengingatkan bahwa mungkin sel-sel khusus penyerap fenol terdapat didalam
jaringan daun dan beberapa asam fenol ditemukan didalam daun (Gopal, 1987).
Selain itu eceng gondok dapat menurunkan derajat keasaman (Haider dkk,
1984), tumbuhan dengan beratbasah 200 gram dalam waktu 10 hari dapat menaikkan
nilai pH atau menurunkan derajat keasaman. COD dan BOD dapat direduksi masingmasing sampai mencapai 44% dan 53%. Pada penelitian yang terpisah asam formiat,
asam oksalat, fenol dan formaldehid juga dapat diturunkan.

2.2.2.1.1 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan eceng gondok
Menurut Dhahiyat (1982) faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan eceng gondok adalah :

1. Cara berkembang biak dan penyerapan
Gulma air mempunyai sifat pertumbuhan dan regenerasi yang cepat.
Tumbuhan ini berkembang biak secara vegetatif, yaitu potongan-potongan
vegetatif yang terbawa air akan dapat berkembang. Eceng gondok dan
kayambang masing-masing mempunyai kecepatan pertumbuhan 2% dan
20% per hari.
2. Ketenangan air (fluktuasi air)
Eceng gondok tumbuh di bendung curug dengan fuktuasi air kurang lebih
hanya 40 cm.

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 13

Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:


Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun
tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang
cepat.



Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga
menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved
Oxygens).



Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga
mempercepat terjadinya proses pendangkalan.



Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang
kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan
dan beberapa daerah lainnya.



Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.



Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia
berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar
kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo
(1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam
kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77
mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd
1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada
dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan
logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam
penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen. Selain
dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu
pestisida.

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 14

2.3

PARAMETER ANALISIS

2.3.1

TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari

padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau
lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat,
logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan
flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity)
dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.
Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah
kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan
diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni
sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan
ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L
dari fine talcum powderakan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari
sampel yang mengandung 1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan
memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg /
L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.
Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut total
(TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur sebagai berat
kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan yang
disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau kehilangan bahan akibat penguapan
atau oksidasi.
2.3.2

DERAJAT KEASAMAN (pH)
pH merupakan derajat keasaman suatu air limbah , dimana nilai nya menunjukan

karakteristik suatu limbah tersebut. Prinsip pengukurannya adalah dengan mencelupkan
elektroda gelas pada pH meter, dimana elektrod gelas tersebut akan mengukur jumlah
ion H+ dalam sampel.

2.3.3

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 15

Biologycal

Oxygen

Demand

adalah

oksigen

yang

diperlukan

oleh

mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa-senyawa kimia. Sedang angka BOD
adalah

jumlah

oksigen

yang

dibutuhkan

oleh

bakteri

untuk

menguraikan

(mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organis
yang tersuspensi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri dan untuk mendesain sistemsistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut (Alaerts, 1984). Jasad renik
yang ada di dalam air limbah akan menggunakan oksigen untuk mengoksidasi benda
organik menjadi energi, bahan buangan lainnya serta gas. Jika bahan organik yang
belum diolah dan dibuang ke badan air, maka bakteri akan menggunakan oksigen untuk
proses pembusukannya (Siregar, 2005).
Untuk oksidasi/penguraian zat organis yang khas, terutama di beberapa jenis air
buangan industri yang misalnya fenol, detergen, minyak dan sebagainya bakteri harus
diberikan adaptasi beberapa hari melalui kontak dengan air buangan tersebut, sebelum
dapat digunakan sebagai benih pada analisa BOD air tersebut. Sebaliknya, beberapa zat
organis maupun inorganis dapat bersifat racun terhadap bakteri dan haru sdikurangi
sampai batas yang diinginkan (Alaerts, 1984). Semakin besar angka BOD,
menunjukkan bahwa derajat pengotoran air limbah adalah semakin besar. Menurut
Alaerts, untuk tes BOD dipergunakan waktu selama 5 hari dikenal sebagai BOD5.
2.3.4

COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND)
COD adalah kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi secara kimia dapat

dioksidasi secara kimia menggunakan dikromat dalam larutan asam. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara ilmiah dapat
dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarutdalam air (Alaerts, 1984). Nilai COD biasanya akan selalu lebih besar daripada
BOD. Pengukuran COD membutuhkan waktu yang jauh lebih cepat yakni dapat
dilakukan selama 3 jam. Sedangkan pengukuran BOD paling tidak memerlukan waktu
lima hari dan gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes
BOD, tidak menjadi soal pada tes COD. Jika korelasi antara BOD dan COD sudah
diketahui, kondisi air limbah dapat diketahui (Siregar, 2005).

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 16

2.3.5

FENOL
Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang berasal dari buangan industri

yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Dalam konsentrasi tertentu senyawa ini
dapat memberikan efek yang buruk terhadap manusia, antara lain berupa kerusakan hati
dan ginjal, penurunan tekanan darah, pelemahan detak jantung, hingga kematian.
Senyawa ini dapat dikatakan aman bagi lingkungan jika konsentrasinya berkisar antara
0,5 – 1,0 mg/l sesuai dengan KEP No.51/MENLH/ 10/1995 dan ambang batas fenol
dalam airb aku air minum adalah 0,002 mg/l seperti dinyatakan oleh BAPEDAL.
Tanah yang terkontaminasi fenol akan menyebabkan kualitas air tanah tersebut
akan menurun. Fenol terdegradasi di udara sekitar 1–2 hari, sedangkan di dalam air
fenol bersifat persisten (ATSDR 2008). Sementara itu, fenol yang terdapat di tanah
dapat didegradasi oleh bakteri atau mikroorganisme lainnya yang dapat menggunakan
fenol sebagai sumber karbonnya.
BAB III
KARAKTERISTIK LIMBAH TEKSTIL
Industri tekstil dimulai dari industri pembuatan benang (pemintalan), industri
pembuatan kain (pertenunan dan perajutan), industri penyempurnaan (finishing)
hingga industri pakaian jadi (garmen).Bahan baku industri tekstil dapat menggunakan
serat alam baik dari serat tumbuhan seperti kapas, serat hewan seperti wol, sutra,
maupun dari bahan sintetik lainnya seperti nilon, polyester, akrilik dan lain-lain.
PT Sukun Tekstil sendiri hanya melakukan kegiatan produksi pemintalan,
pertenunan, penyempurnaan, tidak sampai pada tahap pakaian jadi atau (garmen).
Dalam proses produksinya, industri tekstil pada Sukun Tekstil dapat menghasilkan
limbah padat, cair, gas, maupun kebisingan. Limbah padat industri tekstil adalah
berupa sisa serat, benang, kain, dan bahan bungkus seperti plastik, kertas, dan
limbah padat yang berasal dari IPAL. Limbah padat dari IPAL berupa lumpur dari
kolam pengendapan dan sisa dari proses pengolahan biologi.
Industri pemintalan yang mengolah serat menjadi benang termasuk proses
kering dalam industri tekstil. Limbah yang dihasilkan dari tahapan proses pemintalan
adalah debu dari serat pendek dan kebisingan yang dihasilkan oleh mesin. Industri

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 17

pertenunan/ perajutan sebetulnya juga merupakan industri yang melakukan

proses

kering sama seperti pemintalan. Limbah yang dihasilkan adalah debu, potongan
kain dan kebisingan. Akan tetapi pada proses pengkanjian benang lusi digunakan
larutan kanji dalam air, sehingga akan dikeluarkan limbah cair berupa sisa larutan
kanji.
Industri penyempurnaan akan menghasilkan kain putih, kain celup atau kain
cap. Tahapan proses penyempurnaan dapat berbeda, bergantung pada jenis kain (serat),
kualitas produk yang ingin dihasilkan, alat mesin yang digunakan, kondisi proses serta
jenis bahan kimia pembantu yang digunakan. Proses penyempurnaan tekstil adalah
proses

basah

tekstil

yang paling

banyak menimbulkan pencemaran, karena

mengerjakan tekstil dengan larutan zat kimia dalam medium air, dan merupakan
penghasil limbah cair terbesar dari semua proses pada industri tekstil. Dari proses
ini juga dihasilkan limbah udara dan uap senyawa kimia volatile, uap air dan
debu serat. Selain itu juga dihasilkan limbah padat dan IPAL. Pada dasarnya
kegiatan produksi industri tekstil pada PT Sukun Tekstil yang menghasilkan air limbah
adalah

kegiatan

produksi

penenunan

dan kegiatan produksi penyempurnaan

(finishing).
Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas
yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu parameter organik, karakteristik fisik dan kontaminan spesifik. Parameter organik
merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini
terdiri

dari

total organic

carbon (TOC),

chemical

oxygen

demand (COD),

biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum
hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari
parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial
reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa
organik ataupun senyawa anorganik ( Hidayat, 2008).
Berdasarkan hasil pemeriksaan analisis parameter air limbah PT Sukun Tekstil
Kudus diperoleh data sebagai berikut:
No
1.
2.
3.

Parameter
TSS
pH
BOD

Satuan
mg/L
mg/L

Nilai
204
4,86
30

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 18

4.
5.
6.

COD
Krom Total
Fenol

mg/L
mg/L
mg/L

3150
0,00
241,53

Selain itu, setelah dilakukan monitoring di lapangan diperoleh hasil penggukuran
volume limbah dan debit (per bulan) sebagai berikut:
1. Volume air limbah untuk bulan mei = 231,5m3
2. Debit rata-rata untuk bulan mei = 7,47m3/ hari
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, kualitas air limbah PT Sukun Tekstil
Kudus yang akan dibuang ke lingkungan masih belum memenuhi atau

melebihi

ambang batas yang dipersyaratkan. Pada hasil pemeriksaan tersebut TSS, pH, BOD,
COD dan Fenol masih belum memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan dalam baku
mutu air limbah sesuai baku mutu yang dikeluarkan oleh KLH 1995 dan Perda Propinsi
Jawa Tengah No 10 Tahun 2004.

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 19

BAB IV
DESAIN IPAL

Dalam rancang bangun instalasi pengolahan limbah cair PT Sukun Tekstil Kudus
inidilakukan teknik pengolahan dengan mengkombinasikan antara metode fisika, kimia
dan biologi. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terdiri dari beberapa unit, yaitu:
1.

Screening/Penyaringan
Screening/ penyaringan merupakan unit operasi yang dijumpai pertama dalam

pengolahan air limbah. Air limbah yang dihasilkan oleh unit-unit penghasil limbah
pertama kali mengalir ke saluran pipa penyaringan.Dari inlet ini, saluran pipa
penyaringan mulai berfungsi menyaring bahan-bahan kasar seperti plastik, kertas,
kayu untuk tidak masuk ke unit pengolahan selanjutnya. Saluran pipa penyaring ini
memiliki fungsi diantaranya adalah:
 Menghindari kerusakan peralatan dalam unit pengolahan lainnya.
 Mengurangi

beban

proses

pengolahan

keseluruhan

dan

untuk

meningkatkan keefektifan pengolahan pada masing-masing unit.
 Mengurangi kontaminasi pada jalur pengolahan.Bahan-bahan kasar yang
tersangkut/tersaring diangkut secara manual dan dibuang sebagai sampah.
2.

Bak Pendingin dan Bak Ekualisasi
Karakteristik limbah produksi tekstil umumnya mempunyai suhu antara 35-

40oC, sehingga memerlukan pendinginan untuk menurunkan suhu. Karena suhu
yang diinginkan adalah berkisar 29-30oC. Fungsi dari bak pendinginan adalah:

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 20

 Menurunkan suhu air limbah itu sendiri.


Menurunkan debit air limbah yang akan menuju pada unit instalasi
selanjutnya.

Setelah melewati bangunan saluran penyaringan, air limbah dialirkan masuk
ke bak equalisasi. Berbagai fungsi dari bak equalisasi adalah:


Untuk meratakan debit air limbah yang masuk ke unit pengolahan
selanjutnya.



Sebagai kolam penampungan pertama dan pencampuran air limbah dari
berbagai kegiatan produksi.



Untuk menghomogenkan air limbah yang akan disalurkan pada unit instalasi
selanjutnya.

3.

Bak Zeolit
Proses penyaringan air limbah terutama setelah mengalami proses biologi atau

proses fisika kimia. Zeolit bias digunakan sebagai media penyaring air limbah. Zeolit
ini dapat menurunkan kadar zat organic, minyak dan lemak yang terkandung didalam
air limbah. Namun tidak semua pengolahan air limbah menggunakan proses karbon
aktif.
4.

Bak Netralisasi
Sebagian besar limbah cair dari industri mengandung bahan bahan yang

bersifat asam (Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang perlu dinetralkan sebelum
dibuang kebadan air maupun sebelum limbah masuk pada proses pengolahan, baik
pengolahan secara biologic maupun secara kimiawi. Untuk

mengoptimalkan

pertumbuhan mikro- organisme pada pengolahan secara biologi, pH perlu dijaga
pada kondisi antara pH 6,5 – 8,5, karena sebagian besar mikrob aktif atau hidup
pada kondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan flokulasi juga akan lebih efisien dan
efektif jika dilakukan pada kondisi pH netral. Netralisasi adalah penambahan Basa
(alkali) pada limbah yang bersifat asam (pH 7)
5.

Bak Enceng Gondok
Limbah mengandung banyak senyawa fenol yang berasal dari zat warna dari

tekstil tersebut. Enceng gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsure haranya
didalam air negative mencukupi, tetapi responnya terhadap unsure hara yang tinggi juga
besar. Eceng gondok dapat menyerap senyawaan fenol dengan efisiensi yang cukup

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 21

tinggi. Ini merupakan metode fitoremediasi, yang dapat menanggulangi masalah
pencemaran akibat aktifitas khususnya cemaran senyawa fenol.
6.

Bak outlet
Hasil limbah yang keluar dari bak eceng gondok yang terakhir nilai BOD, COD

serta kandungan fenolnya berkurang sesuai dengan baku mutu lingkungan. Penurunan
BOD, COD dan fenol tiap bak berkisar 80 %. Pada bak eceng gondok yang terakhir
dilakukan uji biologis dengan menggunakan ikan nila yang mampu bertahan hidup
dalam bak tersebut. Maka pada bak outlet telah memenuhi baku mutu. Namun sebelum
dibuang langsung ke lingkungan dilakukan pengujian kembali.
Untuk menganalisis berbagai parameter dalam limbah tekstil metode yang di
gunakan adalah :
Parameter
BOD
COD
TSS
pH
Fenol

Metode analisis
Titrimetri
Refluks tertutup secara titrimetri
Gravimetri
pH meter
Spektrofotometri

Acuan
SNI 6989.72:2009
SNI 6989.73:2009
SNI 06-6989.3.2004
SNI 06-6989.11-2004
SNI 06-6989.21-2004

1. BOD ( biological oxygen demand )
Kebutuhan oksigen Biokimia atau BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organiknya yang mudah terurai. Bahan
organik yang tidak mudah terurai umumnya berasal dari limbah pertanian,
pertambangan dan industri. Parameter BOD ini merupakan salah satu parameter yang di
lakukan dalam pemantauan parameter air, khusunya pencemaran bahan organik yang
tidak mudah terurai. BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikosumsi oleh respirasi
mikro aerob yang terdapat dalam botol. BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20 0C
selama. lima hari, dalam keadaantanpa cahaya (Boyd,1998)
2. COD ( chemical oxygen demand )
Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD menggambarkan jumlah total oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis menjadi CO2
MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 22

dan H2O (Boyd 1998). Prinsipnya adalah sampel di oksidasi dengan kalium dikomat
dengan katalis AgSO4, lalu di refluks tertutup. Sisa kromat dititar dengan FAS
menggunakan indikator ferroin.
3. TSS ( total suspended solid )
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan
kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Padatan tersuspensi terdiri dan
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti
bahan-bahan Organik tertentu, tanah liat dan lainnya. Prinsipnya adalah dengan
menghitung selisih bobot cawan kosong dengan cawan yang berisi sampel secara
gravimetri.
4. pH
pH merupakan derajat keasaman suatu air limbah , dimana nilai nya menunjukan
karakteristik suatu limbah tersebut . Prinsip pengukurannya adalah dengan mencelupkan
elektroda gelas pada pH meter, dimana elektrod gelas tersebut akan mengukur jumlah
ion H+ dalam sampel.

5. Fenol
Fenol merupakan senyawa organik yang bersifat toksik. Senyawa ini merupakan
polutan yang bersifat persisten di dalam air. Kontaminasi fenol di lingkungan dapat
berasal dari udara dan air buangan proses produksi, penggunaan, dan pembuangan
produk-produk yang mengandung fenol. Limbah industri yang banyak mengandung
fenol diantaranya, industri kimia, petrokimia, farmasi, tekstil, dan baja (Rocha et al.
2007). Menurut Shetty et al. (2007), konsentrasi fenol yang terdapat dalam limbah
tersebut sangat bervariasi dengan kisaran 10-3000 mg/L.
Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang berasal dari buangan industri
yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Dalam konsentrasi tertentu senyawa ini
dapat memberikan efek yang buruk terhadap manusia, antara lain berupa kerusakan hati
dan ginjal, penurunan tekanan darah, pelemahan deta kjantung, hingga kematian.
Senyawa ini dapat dikatakan aman bagi lingkungan jika konsentrasinya berkisar antara

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 23

0,5 – 1,0 mg/l sesuai dengan KEP No.51/MENLH/ 10/1995 dan ambang batas fenol
dalam air baku air minum adalah 0,002 mg/l seperti dinyatakan oleh BAPEDAL.
Tanah yang terkontaminasi fenol akan menyebabkan kualitas air tanah tersebut akan
menurun. Fenol terdegradasi di udara sekitar 1–2 hari, sedangkan di dalam air fenol
bersifat persisten (ATSDR 2008). Sementara itu, fenol yang terdapat di tanah dapat
didegradasi oleh bakteri atau mikroorganisme lainnya yang dapat menggunakan fenol
sebagai sumber karbonnya.

Struktur kimia fenol

BAB V

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 24

SKETSA DESAIN IPAL

Skema bagan proses
pengolahan

Layout Industri
MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 25

BAB VI

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 26

PERHITUNGAN
1.

Bak penampung
Diketahui :
Q = 7,43 m3/hari, t = 2 hari ( Tinggi = 1,5 m, Freeboard = 0,3 m)

V

=Qxt

r

=

3

7,43 m
x 2 hari
h ari



14,86 m 3
3,14 x 1,5 m

V

=

V

= 14,86 m3`

V

= π r 2t

= 2 x 1,78 m

14,86 m3

= 3,14 x r2 x 1,5 m

= 3,56 m

2.

= 1,78 m
d

=2xr

Bak Ekualisasi
Diketahui :
Q = 7,43 m3/hari, t = 1 hari ( Tinggi = 1 m, Freeboard = 0,3 m)

V

=Qxt
=

r

7,43 m 3
x 1 hari
h ari

=



= 1,54 m

= 7,43 m3

d

=2xr

V

= π r 2t

= 2 x 1,54 m

7,43 m3

= 3,14 x r2 x 1 m

= 3,08 m

3.

3

7,43 m
3,14 x 1m

Tabung ZEOLIT

Diketahui : Berupa tabung, jadi tidak menggunakan perhitungan volume limbah.
(Tinggi 1 m)
V TABUNG = 0,28 m 3 = 280 L

Ukuran tabung zeolit
Tinggi

:1m

Diameter

: 0,6 m

Kebutuhan zeolit

= kerapatan x volume

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 27

= 2,17

g
ml

x 280 L x 1000 ml /L x 0,9 (faktor koreksi)

= 546840 gram
= 546,84 kg



4.

Efisiensi pengolahan
1. COD (80%)
Inlet : 3150 mg/L
Maka, COD outlet = 3150 mg/L x 80% = 2520 mg/L
= 3150 mg/L – 2520 mg/L = 630 mg/L
2. TSS (71%)
Inlet : 204 mg/L
Maka, TSS outlet = 204 mg/L x 71% = 144,8 mg/L
= 204 mg/L – 144,8 mg/L = 95,2 mg/L
3. Fenol (82%)
Inlet : 241 mg/L
Maka, Fenol outlet = 241 mg/L x 82% = 197,6 mg/L
= 241 mg/L – 197,6 mg/L = 73,4 mg/L
Bak Penetralan
Diketahui :
Q = 7,43 m3/hari, t = 1 hari ( Tinggi = 1 m, Freeboard = 0,3 m)
V

=Qxt
=

7,43 m 3
x 1 h ari
h ari

= 7,43 m3
V

= panjang x lebar x tinggi

7,43 m3

=pmx2mx1m

Panjang

=

7,43 m3
2m

= 3,72 m


Perhitungan volume NaOH yang dibutuhkan
pH inlet : 6

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 28

pH outlet yang diinginkan berdasarkan baku mutu : 7
untuk mengubah pH tersebut digunakan NaOH 1 N.
pH 6
[H+]
= 10-6
pH 7
[OH-]
= 10-7
-6
-7
-7
10 - 10 = 9.10
1 - 10-7 =0,9999999
Perbandingan = 9.10-7 : 0,9999999
1 ml NaOH 1N : 1111111 ml
1 ml NaOH 1 N : 1,111111 m3
Debit limbah = 7,43 m3
1
Maka ,kebutuhan NaOH = 7,43 m3 x
= 6,687 ml NaOH 1 N/ m3
1,111111 m3
air limbah.
Kebutuhan NaOH untuk 1 hari

= 6,687 ml NaOH 1 N/ m3 air limbah x

7,43 m3/ hari


= 49,68 mL/hari
Perhitungan pompa dosis
= 6,687 ml NaOH 1 N/ m3 air limbah.
m3
ml
60 menit
= 6,687
x 7,43
8 jam x
m3
1 jam
= 0,1 ml / menit ( jadi tidak membutuhkan pompa, cukup
ditambahkan secara manual )

5.

Bak Eceng Gondok
Diketahui :
Eceng gondok , waktu kontak 3 hari, 3 bak
Q = 7,43 m3/hari, t = 3 hari ( Tinggi = 0,8 m, Freeboard = 0,3 m )

V

=Qxt
=

7,43 m 3
x 3 hari
h ari

= 7,43 m3


V

= panjang x lebar x tinggi

22,29 m3= panjang x 3 m x 0,8 m
Panjang

=

22,29 m3
2,4 m 2

= 9,29m

Efisiensi pengolahan
Bak 1
1. COD (58%)
Inlet : 630 mg/L
Maka, COD outlet = 630 mg/L x 58% = 365,4 mg/L
= 630 mg/L – 365,4 mg/L = 264,6 mg/L
2. Fenol (87%)
Inlet : 73,4 mg/L
MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 29

Maka, Fenol outlet = 73,4 mg/L x 87% = 63,9 mg/L
= 73,4 mg/L – 63,9 mg/L = 9,5 mg/L
Bak 2
1. COD (58%)
Inlet : 264,6 mg/L
Maka, COD outlet = 264,6 mg/L x 58% = 153,5 mg/L
= 264,6 mg/L – 153,5 mg/L = 111,1 mg/L
2. Fenol (87%)
Inlet : 9,5 mg/L
Maka, Fenol outlet = 9,5 mg/L x 87% = 8,3 mg/L
= 9,5 mg/L – 8,3 mg/L = 1,2 mg/L
Bak 3
1. COD (58%)
Inlet : 111,1 mg/L
Maka, COD outlet = 111,1 mg/L x 58% = 64,4 mg/L
= 111,1 mg/L – 64,4 mg/L = 46,7 mg/L
2. Fenol (87%)
Inlet : 1,2 mg/L
Maka, Fenol outlet = 1,2 mg/L x 87% = 1,04 mg/L
= 1,2 mg/L – 1,04 mg/L = 0,16 mg/L
6.

Outlet
Diketahui :
Q = 7,43 m3/hari, t = 1 hari ( Tinggi = 1,5 m, Freeboard = 0,3 m)
V

=Qxt
=

7,43 m 3
x 1 hari
h ari

= 7,43 m3
V

= panjang x lebar x tinggi

7,43 m3

= panjang x 2 m x 1,5 m

Panjang

=

7,43 m3
3 m2

= 2,48m

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 30

7.

Data parameter setiap proses pengolahan

Penam
pung

Ekuali
sasi

zeolit

COD

3150

-

630

-

264,6

111,1

46,7

Standar
baku
mutu
(KLH
1995)
250

BOD

30

-

-

-

-

-

-

85

50

TSS

204

-

95,2

-

-

-

-

60

100

pH

4,86

-

6

7

-

-

-

6-9

6-9

Outlet proses pengolahan pada bak (mg/l)
Parameter

Netral Bak Eceng Gondok
isasi
1
2

3

Standar
baku mutu
(Perda 2004)

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 31

100

Cr
total
Fenol

0

-

-

-

-

-

-

2

0,5

241

-

73,4

-

9,5

1,2

0,16

1

0,5

Keterangan :
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-51/MENLH/10/1995.
Perda Propinsi Jawa TengahNo 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah
Tekstil.
INI D PISAH DI HALAMAN SEBELAH

MAKALAH DESAIN IPAL KELOMPOK 5 | 32

BAB VII
KESIMPULAN


Dalam pengolahan limbah cair tekstil digunakan serangkaian proses pengolahan yaitu
proses ekualisasi, absorbsi, netralisasi, dan fitoremediasi (Eceng Gondok)



Dari hasil pengolahan yang telah dilakukan, limbah cair tekstil yang dihasilkan telah
memenuhi baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP51/MENLH/10/1995 dan Perda Propinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2004 tentang
Baku Mutu Limbah Tekstil sehingga dapat dibuang ke badan air penerima (sungai).

DAFTAR PUSTAKA
Habibi, Islam. 2012. TINJAUAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI
TEKSTILPT. SUKUN TEKSTIL KUDUSPROYEK AKHIR. Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta.
Cahyono, Rachman. 2007. DAMPAK LIMBAH CAIR PT KERTAS BASUKI RACHMAT,
BANYUWANGI TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT. Program Magister
Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Standar Nasional Indonesia. SNI 06-6989.21-2004. Air dan air limbah – Bagian 21: Cara uji
kadar fenol secara Spektrofotometri