Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 (1)

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani.
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman
jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin
muncul dapat dihindari.
Dalam

melaksanakan

suatu

pekerjaan,

masalah


keamanan

dan

keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian
utama semua pihak. Kerberhasilan kita dalam melaksanakan pekerjaan tidak
hanya diukur dari selesainya pekerjaan tersebut. Banyak hal yang dijadikan
sebagai parameter penilaian terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan
dinilai berhasil apabila keamanan dan keselamatan semua sumber daya yang
ada terjamin, dapat diselesaikan tepat waktu atau bahkan bisa lebih cepat dari
waktu

yang

ditentukan,

memberikan

keuntungan


bagi

perusahaan,

memberikan kepuasan kepada semua pihak (pimpinan, karyawan dan pemberi
kerja).
Masalah keamanan dan keselamatan kerja menjadi sangat penting, karena
dengan terwujudnya keamanan dan keselamatan kerja bearti dapat menekan
biaya operasional pekerjaan. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dalam proses pengelasan,
bahayanya, dan cara pencegahannya.

2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengelasan?
2. Apa saja sumber bahaya dalam pengelasan?
3. Bagaimana cara perlindungan dari bahaya pengelasan?
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari pengelasan
2. Untuk mengetahui sumber bahaya dalam pengelasan
3. Untuk mengetahui cara berlindung dari bahaya pengelasan

3

BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan keselamatan dan kesehatan kerja dapat terjadi dimana-dimana,
baik secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan,
psikologis, ataupun pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor
tersebut. Untuk mencapai hal ini, dapat dilakukan perlindungan terhadap suatu
kejadian yang memungkinkan terjadinya kerugian ekonomi atau kesehatan.dalam
suatu proses yang sederhana maupun dalam proses-proses yang berat. Dengan
meningkatnya proses industrialisasi dan pemakaian teknologi yang makin maju
pada dewasa ini dan dimasa yang akan datang, akan memberikan kemungkinan
yang besar timbulnya pengaruh terhadap pekerja, khususnya menyangkut
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.
Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah suatu upaya agar pekerja
selamat ditempat kerjanya sehingga terhindar dari kecelakaan. Sehingga

keselamatan adalah suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman
Sedangkan yang dimaksud dengan kesehatan kerja ialah suatu upaya untuk
menjaga kesehatan pekerja dan mencegah pencemaran kepada manusia
(masyarkat dan lingkungan) disekitar tempat kerja. Keselamatan dan kesehatan
kerja pada umumnya sangat didambakan oleh lembaga, kadang-kadang pekerja
sendiri tidak menggunakan fasilitas yang disediakan untuk menjaga keselamatan
dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu proses
produksi dan jasa merupakan syarat yang harus dipenuhi dan dipatuhi oleh suatu
lembaga dan pekerjaan dengan mendapat petunjuk dan pengawasan teknis yang
berwenang.
Sedangkan lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para
pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
diembankan (Nitisemito. 2000).
“Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya,
serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”

4

(Sedarmayati. 2001). Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di

sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik,
langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya
saat bekerja.
Sedangkan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan
b. Menjamin setiap orang yang berada ditempat kerja
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman, efisien dan
efektif
d. Mencegah dan memberantas penyakit dari kecelakaan akibat kerja
Berdasarkan pengertian dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, maka
yang menjadi sasarannya adalah :
a. Mencegah terjadinya kecelakaan
b. Mencegah timbulnya penyakit akibat kecelakaan
c. Mencegah/mengurangi cacat tetap
d. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunanbangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-pewasat, instalasi-instalasi
dan sebagainya.
e. Meningkatkan produktifitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya.
f. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber-sumber

produksi lainnya yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan dan semangat kerja
g. Memperlancar meningkatkan dan mengamankan produksi, industri, serta
pembangunan.
Sasaran keselamatan dan kesehatan kerja ini menuju pada peningkatan taraf
hidup dan kesejahtareaan manusia.
Lingkungan yang aman dan bersih merupakan kebutuhan yang sangat
penting dalam segala usaha untuk meningkatkan keselamatan dan produktifitas
kerja. Sering pada operator mengalami kecelakaan sehingga mengakibatkan

5

cedera, tidak seorang manusia pun yang menginginkan suatu kecelakaan terjadi
pada dirinya sendiri. Apabila sampai menyebabkan cedera. Cedera bisa
bermacam-macam, mulai dari luka gores dan luka bakar ringan yang memerlukan
sedikit perawatan sampai cedera-cedera berat yang memerlukan perawatan rumah
sakit dengan biaya mahal, bahkan menimbulkan kematian, sebenarnya hal ini
dapat dihindari dengan cara menentukan sikap dan tindakan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan pada waktu bekerja diruang kerja atau dibengkel maupun
dilapangan dengan menggunakan perlengkapan keselamatan kerja yang

dianjurkan.
Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja Bab III Syaratsyarat keselamatan kerja pasal 3 menyatakan: dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja bertujuan untuk:
a.

Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b.

Mencegah dan mengurangi dan memadankan kebakaran

c.

Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
Hal tersebut diperkuat Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang:

Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab
XVII tentang Pengelasan, yang dinyatakan pada pasal 32 sebagai berikut:
1.


Pekerjaan pengelasan hanya boleh dilakukan oleh ahli las yang ditunjuk oleh
kepala teknik dan disahkan oleh kepala inspeksi. Ahli las termaksud harus
dicatat oleh kepala teknik dalam buku pemurnian dan pengolahan.

2.

Sebelum dilakukan pekerjaan pengelasan harus diambil tindakan pengamanan
yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan keadaan setempat untuk mencengah
terjadinya kecelakaan, kebakaran atau ledakan.

3.

Untuk pekerjaan pengelasan tertentu dan tempat-tempat tertentu yang
dianggap berbahaya wajib digunakan peralatan dan atau cara pengelasan yang
khusus serta harus dengan izin tertulis kepala teknik dan harus diawasi oleh
tenaga ahli dalam bidang tersebut.

A. Pengelasan
Pengelasan adalah proses penyambungan material-material menggunakan
panas atau tekanan atau keduanya, dengan atau tanpa logam pengisi yang


6

mempunyai temperatur leleh hampir sama. Adapun filosofi dari pengelasan
tersebut adalah proses memperpendek jarak atom sehingga terbentuk ikatan,
Dengan kata lain pengelasan merupakan proses memposisikan atom-atom ke
posisi semula sehingga kembali terikat satu sama lain.
Secara proses, pengelasan dapat di bedakan atas beberapa macam antara
lain:
1.

Las Fusi ( Fusion Welding )
Las Fusi adalah Proses pengelasan dengan mencairkan sebagian
logam induk. Berikut jenis-jenis pengelasan yang termasuk kedalam jenis
las fusi:
a. SMAW
SMAW adalah suatu proses pengelasan dimana elektroda yang di
pakai bersifat consumeable (habis pakai) yang mana flux melindungi
filler dari oksigen agar tidak terjadi oksidasi.
b. GMAW (MIG)

GMAW adalah Proses pengelasan dengan elektroda

terumpan

menggunakan Busur listrik sebagai sumber panas dan menggunakan
gas pelindung inert / gas mulia, campuran, atao CO2.
c. FCAW
Pada dasarnya pengelasan dengan FCAW merupakan proses
pengelasan yang mirip dengan GMAW/MIG dan menggunakan
kawat Las Berinti Flux.
d. GTAW (TIG)
GTAW adalah Proses pengelasan dengan elektroda tak terumpan
menggunakan Busur listrik sebagai sumber panas dan menggunakan
gas pelindung inert / gas mulia.
e. PAW
PAW adalah proses pengelasan dengan pelindung gas dimana panas
timbul akibat busur elektroda dengan BK. Busur dipersempit oleh
oriffice tembaga paduan yang terletak antara elektroda dan BK.
Plasma dibentuk oleh ionisasi bagian gas yang melewati oriffice.


7

Pada PAW, sebuah elektroda tungsten digunakan sama seperti pada
GTAW. Dua aliran gas yang terpisah melewati torch. Satu aliran
mengelilingi elektroda didalam badan orifis dan melalui orifis, terjadi
penyempitan busur untuk membentuk plasma panas. Gas yang
digunakan adalah gas mulia dan biasanya adalah argon. Aliran gas
lainnya yaitu gas pelindung lewat diantara badan orifis dan di bagian
luar pelindung. Gas ini melindungi logam cair dan busur dari
kontaminasi oleh lingkungan sekitarnya. Gas mulia, seperti argon,
juga bisa digunakan untuk pelindung, tapi campuran gas yang tak
teroksidasi, seperti argon dengan 5 % hydrogen, bisa juga
dimanfaatkan.
f. SAW
Secara bahasa SAW adalah pengelasan busur rendam. SAW adalah
proses Pengelasan busur mirip dengan GMAW tetapi secara
bersamaan diumpankan flux untuk melindungi proses mengantikan
gas pelindung.
g. ESW
ESW adalah suatu proses las otomatis dengan laju deposit tinggi yang
digunakan untuk mengelas logam dengan tebal 2 inci atau lebih
secara vertikal.
2.

Solid State Welding
Solid state welding adalah proses pengelasan dengan tekanan dan,
atau tanpa panas. Berikut jenis-jenis pengelasan yang termasuk kedalam
jenis solid state welding:
a.

Explosion Welding

b.

Forge Welding

c.

Friction Welding

d.

Radial Friction Welding

e.

Ultrasonic Welding

8

3.

f.

Roll Welding

g.

Cold Welding

Proses Brazing
Proses brazing adalah proses penyatuan logam-logam dengan logam
pengisi yang mencair di atas temperatur 840 oF ( di bawah temperatur
cair logam induk ). Berikut jenis-jenis pengelasan yang termasuk
kedalam jenis proses brazing:

4.

a.

Torch Brazing

b.

Furnace Brazing

c.

Induction Brazing

d.

Dip Brazing

e.

Resistance Brazing

f.

Diffusion Brazing

g.

Exothermic Brazing

h.

Brazing with clad Brazing materials

Proses Soldering
Proses soldering adalah proses pengelasan dengan logam pengisi
yang mencair dibawah temperature 840oF Umumnya logam pengisi
menggunakan Timah. Berikut jenis-jenis pengelasan yang termasuk
kedalam jenis proses soldering:
a.

Iron Soldering

b.

Torch Soldering

c.

Furnace and Infrared Soldering

9

d.

Dip Soldering

e.

Hot Gas Soldering

f.

Induction Soldering

g.

Wave Soldering
Brazing dan Soldering adalah proses penyambungan dengan

menggunakan efek kapilaritas. Dimana Efek Kapilaritas adalah gaya tarik
logam yang disambung terhadap logam pengisi cair sehingga permukaan
sambungan dikontak oleh logam pengisi dengan syarat jarak antara dua
logam harus dekat.
5.

Las Titik (Spot Welding)
Las titik merupakan car alas resistansi listrik dimana dua atau lebih
lembaran logam dijepit antara elektroda dan logam.
Waktu yang singkat disebut waktu tekan, kemudian dialirkan
arus bertegangan rendah di antara elektroda logam yang saling
bersinggungan menjadi panas dan temperatur naik sampai mencapai
temperature pengelasan (temperatur fusi logam). Segera setelah
temperatur pengelasan dicapai tekanan antara elektroda memaksa logam
menjadi satu dan terbentuklah sambungan las.

B. Bahaya Pengelasan
Pekerjaan pengelasan dapat dilakukan di bengkel khusus maupun di
daerah yang terbuka, seperti pada pengerjaan konstruksi. Dimanapun
pengerjaan ini dilakukan, resiko timbulnya bahaya yang dapat mencederai
pekerja (operator). Operator las harus mengetahui dengan tepat sumbersumber yang dapat menimbulkan bahaya tersebut, sehingga ia dapat bersikap
hati-hati dalam menghadapi pekerjaannya.
Pengetahuan tentang sumber-sumber bahaya ini juga harus disertai
dengan pengetahuan tentang cara pencegahan, atau cara menghindari bahaya
tersebut. Hal ini akan menjadi lebih penting lagi, jika mengingat bahwa
pekerjaan pengelasan dapat dilakukan dalam kondisi yang berbeda-beda,
suatu saat seorang operator las bekerja ditempat yang tinggi puluhan meter

10

diatas permukaan tanah, pada saat lain mungkin ia bekerja di dalam
terowongan dibawah tanah, tangki, dan tempat lainya.
Pekerjaan las merupakan suatu pekerjaan yang mempunyai resiko yang
relatif besar jika dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Bahaya-bahaya
yang ditimbulkan oleh proses maupun kondisi pekerjaan ini, hampir
semuanya dapat menimbulkan bahaya, akibatnya fatal bagi operator maupun
bagi orang lain.
Bahaya pengelasan dapat terjadi dalam berbagai situasi yang mungkin
berbeda. Menurut CAN/ CSA W 117.2-M87 Safety in Welding, Cutting, and
Allied Processes bahaya secara umum dapat dibedakan berdasarkan proses
pengelasannya. Namun secara umum bahaya dapat dibedakan menjadi bahaya
karena sifat pekerjaannya seperti operasi mesin, shok karena listrik, api/
panas (terbakar), radiasi busur las, bising juga karena kendaraan/ alat angkat
serta gerakan material. Berikut ini sumber-sumber bahaya pada pengerjaan
las:
1.

Bahaya Radiasi Sinar
Radiasi pada pengelasan dapat dikategorikan radiasi non ionizing.
Radiasi yang ditimbulkan oleh busur las ini mem[unyai sifat dapat
dilihat, ultra violet dan infra merah.
Bahaya

radiasi non

ionizing pada

proses

pengelasan

dapat

menimbulkan luka terbakar, kerusakan kulit dan mata. Kerusakan mata
karena radiasi sinar ultra violet ini disebut arc-eye,welder’s eye atau arc
flash. Efek tidak dapat hilang dalam beberapa jam setelah terekspose,
oleh sebab itu mata harus dilindungi dengan kaca gelap yang sesuai.
Pengelasan juga merupakan sumber bahaya bagi pekerja lain yang
berada di dekat pekerjaan las sebagaimana juru las itu sendiri. Pekerja
tersebut dapat juga terpapar sinar yang dipantulkan dari dinding atau
permukaan lain.
Pantulan atau radiasi sinar ultra violet yang besar ini biasanya dari
pengelasan dengan prosesgas tungsten atau gas metal arc welding yang
dipergunakan untuk pengelasan aluminium atau baja stainless. Agar tidak

11

membahayakan lingkungan setiap aktivitas pengelasan yang berada di
dekat lokasi kerja yang lain agar mempergunakan partisi yang dibuat dari
bahan tahan api dan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi pantulan atau refleksi ataupun melindungi spatter keluar dari
ruangan.
Proses pengelasan dapat dikatakan sebagai suatu proses pengerjaan
dengan memanfaatkan suhu yang sangat tinggi. Suhu yang tinggi ini
dapat

diperoleh

dengan

cara

membakar

gas

tertentu

ataupun

menggunakan busur listrik. Pada proses penyambungan atau pemotongan
logam dengan cara dilas atau dengan gas, timbul sinar, antara lain sinar
ultraviolet, sinar infra merah, dan sinar tampak.
Sinar-sinar tersebut terjadi karena loncatan ion-ion logam cair pada
suhu yang sangat tinggi (±43000C) dan akan berpengaruh terhadap tubuh
dan pancaindra manusia seperti:
a. Sinar Ultra violet
Sinar Ultra violet adalah sinar yang mudah terserap oleh mata
manusia. Sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi
kimia yang terjadi dalam tubuh. Bila sinar ultra violet tersebut terserap
oleh lensa dan kornea mata, maka mata akan terasa ada yang
mengganjal dan terasa sakit serta sering mengeluarkan air mata. Mata
akan menjadi sakit selama 6 jam sampai dengan 24 jam. Tetapi pada
umumnya rasa sakit ini akan hilang selama 48 jam.
b. Sinar Infra Merah
Sinar infra merah sifatnya tidak terlihat oleh mata telanjang. Sinar
ini berbahaya, sebab bila terkena sinar atau melihat sinar ini, maka
mata akan bengkak pada kelopak mata. Dan dapat menimbulkan
penyakit kornea, presbiopia, dan akhirnya timbul kerabunan mata.
c. Sinar Tampak.
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh
lensa dan koenea ke retina mata. Jika sinar ini terlalu kuat maka mata

12

akan cepat lelah dan kalau lama waktunya mungkin menjadi sakit,
rasa lelah dan sakait ini sifatnya hanya sementara.
Seperti telah diterangkan di atas, akibat–akibat sinar pengerjaan las
terutama pada mata operator las atau orang lain. Dengan mengetahui
akibat-akibat tersebut di atas operator las atau pembantu operator las
atau orang yang melihat harus mengenakan alat-alat pengaman,
seperti kaca mata (topeng las) dan lain sebagainya. Sehingga operator
las atau pembantu las dapat bekerja dengan aman. Dan untuk
mencengah

kontaminasi cahaya

terhadap orang lain, daerah

pengelasan sebaiknya diberi sekap pembatas yang tahan percikan api
pengelasan.
2.

Bahaya Gas
Beberapa jenis gas yang berbahaya bagi kesehatan terdapat pada
proses pengelasan. Baik berupa gas yang digunakan dalam proses
pengelasan tersebut, maupun gas-gas yang timbul karena proses
pengelasan itu sendiri. Timbulnya gas yang berbahaya pada pengelasan
tergantung dari jenis logam yang dilas maupun jenis elektroda (bahan
pengisi) yang digunakan. Pengetahuan tentang jenis-jenis bahan yang
dikerjakan dan elektroda yang digunakan ini akan menyelamatkan
operator dari resiko bahaya keracunan gas. Asap yang timbul pada proses
pengelasan juga merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan
dengan sungguh-sungguh, karena asap ini biasanya mengandung
partikel-partekil logam yang sangat halus yang berbahaya bagi kesehatan
manusia.
Partikel kecil lain yang cukup berbahaya adalah partikel-partikel
yang

ditimbulkan

pada

proses

penggerindaan,

karena

proses

penggerindaan ini merupakan awal sebelum benda kerja dilas, maupun
sebagai pengerjaan akhir dari hasil pengelasan.
Pekerjaan pengelasan itu tidak hanya sebatas kita bisa / biasa
mengelas, tapi kita juga harus tahu apa bahaya yang akan ditimbulkan
dari pekerjaan itu . Banyak orang yang masih mengelas tanpa

13

menggunakan APD yang semestinya, padahal sudah jelas kalau asap dari
proses pengelasan itu sangat berbahaya. Disamping kita sakit mata
apabila mata kita terkena asapnya secara langsung maupun tidak
langsung dan masih banyak bahaya yang akan ditimbulkan dari pekerjaan
tersebut. Terdapat 2 (dua) tipe gas yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
1. Gas yang dipergunakan untuk keperluan pengelasan, pemotongan,
antara lain oksigen, karbon monoksida, acetylene, gas alam, hydrogen,
propan, butan dan gas untuk pelindung seperti argon, helium, carbon
dioksida dan nitrogen.
2. Gas yang ditimbulkan selama proses pengelasan, antara lain ozon,
nitrogen dioksida, carbon monoksida, karbon dioksida, hydrogen
chloride dan phosgene.
Pengaruh gas-gas tersebut diatas terhadap tubuh manusia adalah
sebagai berikut :
a. Gas Carbon Monoksida ( CO )
Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap hemoglobin ( Hb )
yang akan menurunkan daya penyerapannya terhadap oksigen .
b. Gas Carbon Dioksida (CO2)
Gas ini sendiri sebenarnya tidak berbahaya terhadap tubuh tetapi bila
konsentrasi CO2 terlalu tinggi dapat membahayakan operator terutama
bila ruangan tempat pengelasan tertutup.
c. Gas Nitrogen Monoksida (NO)
Gas NO yang masuk ke dalam pernafasan tidak merangsang, tetapi
akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) seperti halnya gas CO. Tetapi
ikatan antara NO dan Hb jauh lebih kuat daripada CO dan Hb maka
gas NO tidak mudah lepas dari hemoglobin, bahkan mengikat oksigen
yang dibawa oleh hemoglobin. Hal ini menyebabkab kekurangan
oksigen yang dapat membahayakan sistem syaraf.
d. Gas Nitrogen Dioksida ( NO2)
Gas ini akan memberikan rangsangan yang kuat terhadap mata dan
lapisan pernafasan, bereaksi dengan haemoglobine ( Hb ) yang dapat

14

menyebabkan sakit mata dan batuk–batuk pada operator . Keracunan
gas ini apabila dipakai untuk jangka waktu yang lama akan berakibat
operator menderita penyakit TBC atau paru–paru.
e. Gas Ozon
Gas ozon ini terjadi karena reaksi foto kimia dari sinar ultra violet.
Bila seseorang bernafas dalam udara yang mengandung 0,5 ppm ozon
selama 3 jam akan merasa sesak nafas. Pada konsentrasi 1 – 2 ppm
dalam waktu 2 jam orang akan merasakan pusing, sakit dada dan
kekeringan pada saluran nafas.
Udara mengandung kurang lebih 21 % oksigen dan campuran kurang
lebih 79% nitrogen dengan sejumlah kecil gas-gas lain. Untuk dapat
bernafas dengan baik diperlukan minimum 18 % oksigen. Sedangkan
kalau kurang dari persentase tersebut akan dapat mengakibatkan pusingpusing, pingsan atau bahkan kematian. Namun kandungan oksigen besar
dari 21 % juga sangat berbahaya karena akan dapat meningkatkan bahaya
kebakaran atau peledakan. Beberapa peraturan di Negara maju
mempersyaratkan kandungan oksigen dalam udara yang baik adalah 19,5
%.
Gas pelindung seperti halnya karbon dioksida, helium atau argon
akan bercampur dengan udara bebas setelah dipergunakan dalam proses
pengelasan. Apabila gas-gas ini berada dalam jumlah yang sangat besar
akan sangat berpengaruh pada udara yaitu dengan berkurangnya kadar
oksigen dalam udara. Untuk mengantisipasi hal tersebut di dalam
pekerjaan pengelasan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Gas argon lebih berat dari pada udara sehingga cenderung akan berada
di bagian bawah lantai kerja atau akan terakumulasi di dalam suatu
cekungan.
2. Gas helium lebih ringan dari pada udara sehingga mempunyai
tendensi akan terkumpul di bagian atas ruang kerja.
3. Silinder gas pelindung jangan ditempatkan di ruangan terbatas

15

4. Sebelum memulai suatu pekerjaan yakinkanlah bahwa di tempat
tersebut cukup mempunyai ventilasi.
Ozon dapat timbul sebagai interaksi sinar ultraviolet yang
dipancarkan dari busur las dengan oksigen di udara. Ozon ini mempunyai
bau yang sangat menyengat dan dapat menimbulkan iritasi saluran
pernafasan. Ozon akan menjadi probem utama dalam pengelasan.
GMAW alluminium, terutama alluminium silicon filler alloy 4043.
namun pada pengelasan otomatik, busur las sebaiknya ditutup dengan
kaca atau plastic yang dapat mengabsobsi radiasi sinar ultra violet.
Gas berbahaya lain yang ditimbulkan dalam proses pengelasan
antara lain adalah gas dari pelapis logam dan pelarut
Pada beberapa kasus pengelasan tanpa menghilangkan pelapis logam
tidak diijinkan karena disamping menghasilkan hasil yang kurang baik
juga pelapis logam dapat menimbulkan gas-gas beracun.
Uap

dari

solven

yang

menimbulkan

dipergunakan

untuk

membersihkan cat, atau campuran cat sendiri dapat menghasilkan
phosgene dan hydrogen chloride yang sangat berbahaya bila terkena sinar
ultraviolet. Untuk menghindari hal ini sebelum melakukan pengelasan
jangan membersihkan logam dengan solven, jangan mengelas di dekat
pekerjaan pengecatan yang menggunakan solven dan jauhkanlah kalengkalen penyimpanan solven dari daerah pengelasan.
3.

Bahaya Arus Listrik
Listrik yang mengalir dalam suatu sirkuit disebut arus listrik (I) dan
diukur

dengan

satuanampere (A).

Sedangkan

tegangan

yang

menyebabkan adanya aliran dalam suatu sirkuit diukur dengan volt (V).
tubuh manusia dapat dikatakan sebagai bahan yang konduktif. Sehingga
apabila tegangan listrik terkena bagian badan, arus dapat mengalir dan
dapat menimbulkan kejut, terbakar, kelumpuhan atau kematian. Tegangan
listrik yang tidak terlalu tinggi pun dapat menyebabkan kasus tersebut di
atas, namun akibat dari padanya tergantung pada banyak faktor seperti
halnya ; dibagian mana arus listrik mengenai bagian tubuh ataupun

16

seberapa efektif kontak dengan tegangan listrik tersebut. Tegangan listrik
(voltage) induk yang masuk ke peralatan listrik pada bengkel biasanya
sebesar 480 volt untuk 3 phase dan 240 atau 120 volt untuk single phase.
Tegangan ini sering disebut sebagai tegangan primair. Pada beberapa
peralatan tegangan listrik ini diturunkan dengan mempergunakan
transformer untuk memperoleh tegangan sekundair yang lebih rendah.
Teganan yang dibutuhkan pada terminal output alat las biasanya sekitar
80 volt bila tidak ada arus (OCV, open circuit voltage), dan tegangan
akan menjadi 20 – 30 volt bila arus mengalir dan nyala busur las di
bentuk.
Perbedaan teganan listrik bagian primair dan sekundair ini sangat
penting untuk diketahui.
Tegangan tinggi pada sisi primair dari mesin las sangat berbahaya,
namun tegangan pada sisi sekundair pun tidak boleh diabaikan karena
dapat pula menyebabkan kejut (shock) yang seruis.
Beberapa type mesin las seperti halnya plasma welding mempunyai
tegangan sekundair cukup tinggi. Bahaya ikutan yang dapat terjadi akibat
shok yang sebenarnya hanya mengejutkan dapat menjadi fatal karena
posisi kerja juru las, misalnya juru las berada ditempat yang tinggi dapat
terjatuh dan lain sebagainya.
Serangan arus listrik umumnya berasal dari kabel yang isolasinya
rusak / sobek, sambungan yang tidak terisolasi dengan baik, atau akibat
pembumian / arde peralatan yang tidak berfungsi dengan baik. Sarung
tangan dan pakaian kerja yang basah atau lembab, lantai yang basah, dan
udara lembab juga menjadi penyebab sengatan arus listrik.
Untuk mengurangi risiko sengatan listrik saat mengelas pada lantai
kerja dari pelat baja, gunakan karpet atau alas kaki yang bersifat isolator.
Pakailah sarung tangan karet sebelum memakai sarung tangan kulit
jika bekerja pada kondisi basah dan lembab, juga jika saat tangan anda
berkeringat karena panas. Jika ada yang tekena sengatan listrik, segera
matikan sumber listrik.

17

Periksa denyut nadi, dan jika tidak terasa, berikan pernapasan buatan
dan segera bawa ke dokter atau rumah sakit terdekat. Jika korban sadar,
bawa ke tempat yang sejuk. Beri ia air minum dan segera bawa ke dokter.
4.

Bahaya Panas
Semua benda kerja hasil pengerjaan las berada dalam kondisi panas.
Bila benda tersebut tersentuh atau jatuh ke benda yang suhu leburnya
rendah, maka akan terjadi bahaya kebakaran. Sebagai contoh : benda
hasil pengerjaan las menimpa selang gas asetelin. Kemudian terjadi
ledakan, karena gas asetelin/LPG mempunyai sifat explosif dan mudah
terbakar,

dan

akhirnya

terjadi

kebakaran.

Kecelakaan

tersebut,

diakibatkan oleh lingkungan yang kurang baik. Jadi semua pihak atau
pekerjanya sendiri harus menjaga lingkungannya aman, tertib, dan
nyaman, sehingga dapat menimbulkan gairah dan semangat bekerja.
5.

Bahaya Kebakaran
Kebakaran adalah suatu hal yang tidak diinginkan. Kebakaran selalu
membawa kerugian kekayaan seperti: rumah-rumah, pabrik-pabrik,
kantor-kantor serta peralatan yang ada didalamnya. Bagi tenaga kerja,
kebakaran perusahaan dapat merupakan penderitaan dan malapetaka,
karena akan terjadi pemutusan hubungan kerja. Khusus yang tertimpa
kecelakaan dapat berakibat meninggal,cacat tetap atau sementar,
sehingga kehilangan penghasilan/pekerjaan. Kebakaran bisa menjadikan
musnahnya hasil usaha, yang dibangun dengan susah payah berbulanbulan, bertahun-tahun hilang dalam waktu sekejap. Ditinjau dari sudut
kecelakaan, kebakaran-kebakaran yang terjadi pada saat bekerja adalah
sangat berbahaya. Kebakaran bisa terjadi, bila tempat bekerja tidak dijaga
bersama-sama terutama dari unsur-unsur benda yang mudah terbakar.
Unsur-unsur tersebut adalah berupa gas asetelin, LPG, kertas, minyak
dan lain-lain, akibat panas, percikan api dan reaksi kimia akan akan
mengakibatkan kebakaran. Dengan mengetahui hal tersebut diatas,
kebakaran dapat dicegah atau ditekan seminim mungkin dengan berbagai
upaya yang ditujukan kepada pengaman bangunan dan proses produksi

18

perusahaan. Namun peranan tenaga kerja dalam pencegahan dan
penanggulangannya sangat penting. Pencegahan dapat dilakukan dengan
cara menjauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar, atau gas dari sinar
api atau panas api yang ditimbulkan pada saat pengelasan.
Tata tertib yang baik di ruang kerja sangat membantu dalam
mencegah terjadinya api dan ledakan. Tempat kerja arus selalu bersih,
rapi, dan bebas dari bahan-bahan yan mudah terbakar dan meledak. Jika
mengelas ditempat yang tinggi, pasanglah sekat api yang terbuat dari
seng atau tirai yang tahan api untuk mencegah menyebarnya bara api
yang jatuh. Lantai yang retak, berlubang, atau bercelah harus segera
ditutup untuk mencegah masuknya percikan bunga api dan metal
menyala.
Banyak luka bakar kecil terjadi akibat tidak dipakainya alat
pelindung diri ataupun memakai pelindung diri tetapi tidak benar / tepat
untuk mencegah luka bakar pada lengan, palailah sarung tangan las yang
sesuai dan lengan baju kerja jangan digulung. Berilah tanda ‘ Panas ’
atau beri tutup maupun pelindung benda kerja yang baru dilas, agar tidak
dipegang atau tersentuh oleh pekerja lain.
f.

Bahaya Kebisingan
Tingkat bising yang tinggi dalam pekerjaan pengelasan dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang. Guna mengurangi pengaruh bahaya
terhadap juru las atau orang yang bekerja di dekat pekerjaan pengelasan
disarankan penggunaan pelindung telinga.
Tingkat kebisingan yang dihasilkan dalam pekerjaan pengalasan adalah
sebagai berikut :
a.

Pengelasan dengan GTAW

50 – 60 dB

b.

Pengelasan dengan SMAW

62 – 82 dB

c.

Pengelasan dengan FCAW

50 – 86 dB

d.

Pengelasan dengan GMAW

70 – 82 dB

e.

Pengelasan dengan Oxyfuel

< 70 dB

f.

Air carbon arc

96 – 116 dB

19

Pelindung telinga harus dipergunakan pada waktu mengerjakan arc
gauging atau pekerjaan lain yang menimbulkan tingkat kebisingan (dB)
yang cukup tinggi.
C. Perlindungan dari Bahaya Pengelasan
Untuk dapat membantu terjaminnya keselamatan kerja las, tenaga kerja
perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Peninjauan Lokasi Pengelasan
Dari hasil survei akan dapat ditentukan Iangkah-langkah penanganan
oleh pihak pengawas. seperti penyediaan baju tahan panas bagi pengelasan
di tempat yang sangat panas, peiindung pendengaran bagi pengelasan di
tempat yang bising, sabuk pengaman di tempat yang tinggi, dan pelindung
kedap air di tempat yang basah. Selain itu, perlu juga dipersiapkan
pengujian pendahuluan di tempat yang mengandung gas-gas yang
berbahaya, rambu-rambu peringatan, blower penyuplai udara segar di tern
pat yang pengap, serta alat perlindungan pernapasan di tempat yang
banyak polusi debu.
b. Peralatan yang Dilas
Peralatan yang akan dilas harus dibersihkan dengan cara dibilas. Hal ini
bertujuan agar terhindar dari kandungan gas yang berbahaya. Selain itu
harus mendapat izin dari pihak pengawas operasi instalasi yang akan
mengukukur kelayakan pengelasan.
c. Peralatan Pengelasan
Berikut hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
 Mesin las harus dalam keadaan baik, tidak rusak.
 Welding set tidak boleh cacat.
 Stang los dan ground harus dalam keadaan baik. Tidak boleh
menghubungkan ujung kabel telanjang pada bidang las. Sisa tembaga
yang menempel pada permukaan baja dapat menyebabkan keretakan
yang sangat cepat.
 Rambu-rambu peringatan dan lembar selubung pelindung busur nyala
listrik dipersiapkan sesuai kebutuhan dan keadaan lingkungan.

20

d. Peralatan Bantu
Selain peralatan utama, dalam pengelasan diperlukan alat-alat bantu, di
antaranya sebagai berikut.
 Botol-botol acetylene, propan, serta zat asam yang harus dalam keadaan
bails dan telah diuji tekan.
 Regulator masih berfungsi dengan baik
 Selang gas tidak dalam keadaan cacat.
 Gerinda las masih berfungsi dengan baik
e. Peralatan Keselamatan Perorangan
Berikut yang termasuk jenis peralatan perorangan yang dibutuhkan
dalam pengelasan.
 Baju lengan panjang dan celana panjang yang terbuat dari katun. Pada
saat pengelasan leher baju harus dikancingkan untuk menghindari
percikan api las masuk ke dalam baju.
 Topi katun untuk pemasangan topeng las.
 Topeng las untuk melindungi mata dan muka. Pada saat pengelasan
mata akan terlindungi dari radiasi panas, sinar ultraviolet dan infra
merah.
 Sarung tangan dari kulit.
 Selongsong kaki dari kulit dan sepatu keselamatan.
 Pelindung dada dari kulit (apron).
f. Peralatan Las Perseorangan
Seseorang yang melakukan pengelasan harus mengetahui peralatan
yang harus dipakai, balk yang bersifat perseorangan maupun kelompok.
Berikut peralatan pengelasan yang bersifat perseorangan.
Peralatan biasa seperti: martil pembersih dari besi untuk pengelasan
besi/ baja, dari stainless steel untuk pengelasan stainless steel, dari paduan

21

tembaga untuk pengelasan paduan tembaga. Pemakaian yang tertukar
dapat mengakibatkan karat. Sikat kawat yang terbuat dari tiga logam
tersebut, pahat runcing yang terbuat dari baja, dan stainless steel.
Peralatan khusus seperti: tang pengukur anus/ tegangan, kapur
pengukur suhu permukaan bahan (tempil stick)
Peralatan keselamatan kerja harus dipakai dan dimanfaatkan. Semua
petunjuk dan nasehat pihak pengawas pelaksanaan pekerjaan harus ditaati
demi keselamatan dan menyangkut kelangsungan produksi serta
kelestarian lingkungan. Pelanggaran terhadapWPS (Welding Procedure
Specification) yang telah disetujui dapat berakibat fatal. Pengelasan tidak
boleh dimulai sebelum ada “lampu hijau” dari pengawas operasi.
Banyak pekerjaan pengelasan menggunakan bahan bakar gas dan ada
bahaya api serta ledakan yang mengintai. Maka diperlukan penanganan dan
penyimpanan botol-botol gas. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Pastikan dan perhatikan label pada pada gas sebelum dipakai. Jangan
terlalu yakin bahwa botol gas yang akan dipakai berisi oksigen (O2),
karena ada risiko isinya berbeda.
2. Jika memindahkan botol, harus tetap berdiri tegak dan tutup pengaman
kepala botol selalu terpasang. Sebaiknya memakai kereta botol gas.
3. Gunakan gas dan botol yang asli dari pabrik pemasok. Jika botol sudah
kosong, tutuplah keran, lepaskan regulator dan pasang kembali tutup
pengaman botol, dan beri tanda bahwa botol sudah kosong.
4. Sebelum memindahkan atau menyimpan botol gas setelah selesai bekerja,
kosongkan sisa gas pada selang penyalur dan petunjuk tekanan harus
menunjukkan angka nol. Seleai bekerja tutuplah kran sampai rapat dan
jangan lupa tutup pengaman kepala botol harus dipasang.
5. Botol yang masih terisi dan yang kosong harus disimpan terpisah. Jangan
menyimpan botol gas oksigen (O2) dekat dengan botol gas Acetylene dan
LPG.

22

6. Simpan botol dengan aman dari benturan, terpisah dan terlindung dari
sinar

matahari langsung, hujan, sumber-sumber panas juga dari

kemungkinan kebocoran arus listrik dari kabel listrik.
Alat keselamatan kerja las adalah sangat fital untuk digunakan.
Penggunaan alat keselamatan kerja las ini akan memberikan jamiman
keselamatan kepada juru las maupun lingkungan. Berikut ini adalah alat
perlindungan diri yang sangat penting untuk digunakan dalam proses
pengelasan:
1. Pakaian Kerja
Dengan menggunakan pakaian kerja, juru las akan merasa nyaman
dalam bekerja karena tidak berfikir tentang lingkungan yang dapat
mengotori pakaiannya. di samping itu pula dengan menggunakan pakaian
kerja juru las memiliki keleluasaan untuk bergerak mengahadapi
pekerjaannya. Pakaian kerja dapat terbuat dari bahan katoon, kulit atau
levis. Pakaian kerja juru las dibuat lengan panjang dan bercelana panjang.
2. Helm Las
Helm las/topeng las digunakan untuk melindungi muka dari sinar las
(sinar ultraviolet, infra red), radiasi panas las serta percikan bunga api las.
Apabila muka juru las tidak dilindungi maka kulit muka akan terbakar dan
sel-sel kulit maupun daging akan rusak. Pada helm las tertentu didesain
dilengkapi dengan masker hidung, yang fungsinya adalah melindungi diri
dari asap las dan debu pengelasan. asap las dan debu ini akan mengganggu
pernapasan dan dapat mengakipatkan penyakit paru-paru (pernapasan)
serta ginjal.
3. Kacamata Las (google)
Selama proses pengelasan operator las harus menggunakan pelindung
mata atau gogel. Syarat pelindung mata atau gogel, yaitu mampu
menurunkan kekuatan cahaya tampak dan harus dapat menyerap atau
melindungi mata dari sinar ultra violet atau infra merah. Untuk keperluan
tersebut diatas harus mempunyai warna transmisi tertentu. Misalnya abu-

23

abu, coklat atau hijau. Hal-hal penting yang harus diperlukan oleh seorang
operator las dalam memilih gogel, anatara lain :
a. Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak
b. Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya
c. Memiliki sifat-sifat yang tidak melelahkan mata
d. Harus tahan lama dan mempunyai sifat yang tidak mudah berubah
e. Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai
4. Apron (Pelindung Dada)
Apron berfungsi untuk melindungi dada dari sinar ultra violet, infra
red, percikan bunga api las dan panas pengelasan. Pelindung dada ini
terbuat dari kulit yang lentur.
5. Sarung Tangan
Percikan las dan terak las yang ditimbulkan pada saat pengelasan
dapat menimbulkan luka bakar. Hal ini bisa terjadi terutama pada saat
melakukan pengelasan tegak dan diatas kepala . Operator las harus
menggunakan sarung tangan kulit yang memenuhi syarat untuk
menghindari keringat pada saat menggunakannya, sebaiknya pada bagian
dalam diberi kain katun. Selain sarung tangan dari bahan kulit, ada juga
sarung tangan dari bahan asbes. Sarung tangan ini sesuai bila di pakai
untuk memegang benda-benda panas.
6. Sepatu Boot
Untuk melindungi bagian kaki operator dan jatuhnya benda panas,
operator harus menggunakan sepatu las yang memenuhi syarat, seperti
sepatu bot dengan bahan asbeston. Selain itu operator las harus
menggunakan celana panjang dari bahan asbes, untuk melindungi
percikan-percikan api pada saat pengelasan.
7. Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga digunakan untuk melindungi telinga dari
kebisingan saat menggerinda, meluruskan benda kerja, persiapan
pengelasan dan sebagainya untuk mengurangi resiko terjadinya paparan
bising pada tenaga kerja.

24

25

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengelasan adalah proses penyambungan material-material menggunakan
panas atau tekanan atau keduanya, dengan atau tanpa logam pengisi yang
mempunyai temperatur leleh hampir sama
2. Sumber bahaya dalam pengelasan yaitu radiasi sinar, gas, arus listrik,
panas, kebakaran, dan kebisingan.
3. Alat perlindungan diri dalam pengelasan yaitu pakaian kerja, helm las,
kacamata las, apron, sarung tangan, sepatu boot, dan pelindung telinga.
B. SARAN
1. Sebaiknya tenaga kerja memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja
dalam pengelasan.
2. Sebaiknya tenaga kerja memakai alat perlindungan diri dalam proses
pengelasan agar terhindar dari kecelakaan kerja.