Integrasi Perencanaan Tata Ruang dan Sis

Integrasi Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Transportasi dalam
Mendukung Kota Balikpapan yang Berkelanjutan
Pembangunan kota yang berkelanjutan
baik dari sudut pandang lingkungan,
sosial, dan ekonomi membutuhkan
perencanaan tata ruang dan transportasi
yang terintegrasi agar sistem transportasi
yang ada tidak merusak lingkungan dan
mampu melayani pembangunan sosial dan
ekonomi secara efektif.

Gambar 1. Interaksi Transportasi dan Tata Ruang
Sumber: Modul GIZ SUTP: Perencanaan Tata Ruang
Kota dan Transportasi Perkotaan

Kota Balikpapan dengan luas 843,48
Km2, merupakan salah satu kota besar
yang berkembang pesat di Kalimantan
Timur. Terletak di tengah jaringan
transportasi Trans Kalimantan dan Trans
Nasional yang mempunyai Pelabuhan Laut

dan Bandara Internasional terbesar di
Kalimantan Timur, menjadikan Kota
Balikpapan berada di posisi strategis dan
memegang peran sebagai Pintu Gerbang
Kaltim. Dengan demikian, semakin
berkembangnya
perekonomian
Kota
Balikpapan
yang
ditandai
dengan
bermunculannya pusat-pusat kegiatan baru

berpengaruh
langsung
terhadap
perkembangan transportasi di Kota
Minyak ini.
Salah satu ruas jalan yang terkena

pengaruh langsung perkembangan Kota
Minyak adalah ruas Jalan MT. Haryono.
Jalan MT. Haryono adalah Jalan Kolektor
Primer yang merupakan jalan alternatif
menuju pusat Kota Balikpapan selain Jalan
Soekarno Hatta. Jalan ini banyak dilewati
oleh kendaraan-kendaraan dari luar kota
Balikpapan karena lokasinya yang strategis
dan menghubungkan berbagai pusat-pusat
kegiatan, seperti Bandara Internasional
Sepinggan,
Kawasan
PerusahaanPerusahaan di Batakan dan sekitarnya,
Objek Wisata di bagian Timur Kota
Balikpapan, Kantor Pemerintahan, Pusat
Kota, hingga Pelabuhan Semayang yang
biasanya menjadi tujuan utama penduduk
yang berasal dari luar Balikpapan. Dengan
melalui Jalan MT. Haryono maka
kendaraan-kendaraan yang berasal dari

luar Kota Balikpapan tidak perlu berputar
melalui Jalan Soekarno Hatta karena
jaraknya jauh dan menghabiskan banyak
waktu.
Menurut Tamin (1997), hubungan
dasar antara sistem kegiatan, sistem
jaringan, dan sistem pergerakan adalah
pada
aksesibilitas
dan
mobilitas,
pembangkit lalu lintas, sebaran penduduk,
pemilihan
moda
transportasi,
dan
pemilihan rute. Aksesibilitas adalah suatu
ukuran kenyamanan atau kemudahan
mengenai cara lokasi tata guna lahan
berinteraksi satu sama lain yang

pencapaiannya melalui sistem jaringan
transportasi (Black, 1981). Ukuran
aksesibilitas tidak hanya berdasarkan

jarak, tetapi juga waktu tempuh. Jalan MT.
Haryono dari segi aksesibilitas dapat
dikategorikan
dalam
aksesibilitas
menengah karena jalan ini merupakan
jalan alternatif untuk menuju pusat-pusat
kegiatan di bagian Timur dan Selatan Kota
Balikpapan tanpa harus berputar melalui
pusat kota. Aksesibilitas menengah dilihat
dari segi jarak yang dekat dan efisiensi
waktu serta kondisi prasarana yang tidak
terlalu baik.
Jalan MT. Haryono menjadi ruas jalan
yang berperan sebagai pembangkit lalu
lintas karena pergerakan yang dihasilkan

dari tata guna lahan yang ada di sepanjang
ruas jalan serta pergerakan dari dan
menuju pusat-pusat kegiatan di luar ruas
jalan yang mengharuskan melewati jalan
tersebut.
Jika melihat kondisi Jalan MT.
Haryono tersebut sebagai salah satu ruas
jalan yang ada di Kota Balikpapan, maka
dapat disimpulkan bahwa tata guna lahan
di Kota Balikpapan sebagian besar belum
terintegrasi secara baik dengan sistem
transportasi perkotaannya. Hal ini tentu
berpengaruh pada prinsip pembangunan
berkelanjutan di Kota Balikpapan.
Sehingga, beberapa prinsip-prinsip
dasar yang harus diperhatikan Kota
Balikpapan dalam rangka merealisasikan
sistem transportasi dan pembangunan kota
berkelanjutan, meliputi:
1) Pembangunan berskala besar harus

berada pada lokasi yang terlayani oleh
angkutan umum secara memadai, atau
penyediaan angkutan umum adalah
bagian dari rencana pembangunan
2) Sebagai
bagian
dari
rencana
pembangunan, kebijakan manajemen

3)

4)

5)

6)

7)


lalu-lintas harus diimplementasi,
termasuk kebijakan parkir dan
pembatasan lalu-lintas pada kawasankawasan yang rawan kemacetan
Badan atau instansi yang berwenang
atas perencanaan dan pengembang
harus memastikan kondisi yang aman
bagi pejalan kaki dan pesepeda, dan
menekankan pentingnya rute yang
aman untuk anak-anak dan pelajar
yang berjalan kaki atau bersepeda ke
sekolah
Strategi angkutan umum harus
direncanakan dan diimplementasi,
sehingga membuat halte angkutan
umum mudah diakses
Agar angkutan umum dapat melayani
kawasan pembangunan skala besar
secara baik, instansi pemerintah kota
yang
bertanggung

jawab
atas
perencanaan
transportasi
dan
manajemen lalu-lintas perlu membuat
koridor khusus untuk angkutan umum,
terutama jalur khusus bus
Pembangunan baru akan diletakkan
dekat dengan rute angkutan umum
berkapasitas tinggi, terminal akhir,
dan halte transfer
Pembangunan
baru
yang
membangkitkan tarikan angkutan
barang yang signifikan sebaiknya
diletakkan di dekat jaringan jalan raya
yang sudah ada. Perencana jaringan
dan manajemen lalu-lintas yang baik

akan memastikan bahwa lalu-lintas
menerus
tidak
mengganggu
perumahan, dan tidak mengganggu
pengguna kendaraan tidak bermotor.

Gambar 2. Konsep Manajemen Lalu-lintas
Berkelanjutan pada Zona Perumahan
Sumber: Modul GIZ SUTP: Perencanaan Tata Ruang
Kota dan Transportasi Perkotaan

Pesatnya perkembangan suatu kota
berpengaruh
pada
permasalahan
transportasi
perkotaan.
Karena
perkembangan transportasi lebih lambat

dibandingkan perkembangan kota, maka
dalam perencanaan transportasi harus
memperhatikan berbagai aspek serta
memprediksikan keadaan di tahun-tahun
kedepan dan harus terintegrasi dengan
perencanaan tata ruang. Dalam hubungan
transportasi dan perencanaan tata ruang
(tata guna lahan) misalnya, yang harus
diperhatikan adalah sistem kegiatan,
sistem jaringan, dan sistem pergerakan.
Sistem kegiatan meliputi pengaturan/
perencanaan tata guna lahan, sistem
jaringan meliputi kapasitas dan lokasi dari
sarana dan prasarana transportasi. Jika
keduanya digabungkan maka akan
diketahui sistem pergerakan yang berperan
pada proses perencanaan selanjutnya.

(Sumber: Modul GIZ SUTP: Perencanaan
Tata Ruang Kota dan Transportasi

Perkotaan)