Pengaruh Suhu Simpan dan Penyerap Etilen

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI – IV
Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 November 2011
PENGARUH SUHU SIMPAN DAN PENYERAP ETILEN TERHADAP
KUALITAS BUAH TOMAT CHERRY
Darwin H Pangaribuan
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl Soemantri Brojonegoro 1 Bandar Lampung, 35145
Email: bungdarwin@unila.ac.id
ABSTRACT
Tomato is a perishable product whereas consumers need a fresh tomato. The aim
of the research was to investigate the effect of storage temperature and ethylene
absorbent on the postharvest quality of cherry tomato. The treatments were
arranged on the Factorial Randomized Design 4 x 2 with 3 replications. The first
factor was temperature storage 4, 8, 12 and 22 °C, and the second factors were
with and without ethylene absorbent. The result of experiments showed that
storage temperature significantly affected the postharvest quality while ethylene
absorbent did not affect significantly the postharvest quality of tomato.
Key words: Storage temperature, Ethylene absorbent, Tomato

PENDAHULUAN
Penanganan pascapanen yang belum tepat merupakan salah satu penyebab

sebagian tomat di Indonesia mempunyai mutu rendah dan tidak dapat diterima
konsumen. Sebagai sayuran buah, tomat biasa ditanam mulai dari dataran rendah
sampai dataran tinggi. Penanganan pascapanen tomat selama penyimpanan yang
tidak sesuai dengan standard penyimpanan yang benar akan memperpendek umur
pajang (shelf life) tanaman tomat.
Penyimpanan dingin merupakan proses pengawetan komoditi dengan cara
pendinginan pada suhu di atas suhu pembekuannya. Secara umum pendinginan
dilakukan pada suhu 2 °C sampai 13 °C, tergantung pada masing-masing produk
yang disimpan. Pendinginan menuntut adanya pengendalian terhadap kondisi
lingkungan.

Pengendalian dilakukan degan suhu yang rendah, pengaturan

komposisi udara, kelembaban dan sirkulasi udara (Kader, 2002). Selanjutnya
Wills et al. (1998) mengemukakan tujuan penyimpanan suhu rendah adalah untuk
memperpanjang masa kesegaran sayuran guna menjaga kesinambungan pasokan,
ISBN 978-979-8510-34-2
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
Hot el M arcopolo, Bandar Lampung, 29-30 Novem ber 2011
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam M embangun Karakter Bangsa“


Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam M embangun Karakter Bangsa“

BAGIAN II

menciptakan stabilitas harga dan mempertahankan mutu.

Hasil penelitian

Fraschina et al. (1998) , suhu optimum untuk penyimpanan buah tomat adalah
berkisar 10 – 15 °C.
Mengurangi etilen di sekitar produk hortikultura dapat menunda pemasakan.
Etilen dapat dioksidasi oleh kalium permanganat (KmnO4) atau merek dagang
Purafil©. Bahan komersial Purafil mampu menyerap keseluruhan etilen yang
dikeluarkan oleh komoditi yang disimpan dalam kantong kemasan. Penggunaan
Purafil mempunyai potensi besar dalam penanganan pascapanen komoditi tomat,
karena Purafil tidak menguap sehingga dapat disimpan berdekatan dengan
komoditi tanpa menimbulkan kerusakan komoditi. Tujuan penelitian ini adalah
melihat pengaruh suhu simpan dan penyerap etilen Purafil terhadap kualitas

pascapanen buah tomat cherry

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura, University of
Queensland, Australia pada tahun 2005. Bahan tomat yang dipakai adalah tomat
cherry ukuran rata-rata 30 g per buah pada fase kematangan “pink” dicirikan
dengan warna merah > 50%. Alat yang digunakan adalah ruang pendingin
(refrigerator),

termometer,

timbangan,

refraktometer,

autotitrator

dan

penetrometer otomatis. Buah tomat diambil dari kebun petani kemudian dilakukan

sortasi untuk memilih buah yang sehat dengan tingkat kematangan dan ukuran
yang seragam. Kemudian buah dikemas dalam kemasan ukuran 15 x 20 x 40 cm.
Sachet Purafil©

sesuai perlakuan ditaruh di dalam kemasan tersebut. Kotak

kemudian ditaruh di dalam ruangan pendingin sesuai dengan perlakuan dan
dilakukan pengamatan peubah kulitas pascapanen buah.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan.
Faktor pertama adalah suhu penyimpanan dingin yang terdiri dari 4 taraf yaitu
suhu dingin 4, 8 dan 12 oC dan suhu ruang 22 °C. Faktor kedua adalah dengan
penyerap etilen Purafil dan tanpa penyerap etilen Purafil. Untuk melihat pengaruh
faktor perlakuan digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

248

Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
Hot el M arcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 Novem ber 2011

BAGIAN II


Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam M embangun Karakter Bangsa“

lanjut BNT pada taraf 5%. Pengamatan dilakukan terhadap parameter susut bobot
(%); total padatan terlarut ( Brix), total asam tertitrasi (%), kekerasan buah (N),
dan warna kulit buah (hue value).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase susut bobot buah tomat selama penyimpanan ditunjukkan dalam Tabel
1. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan suhu penyimpanan berbeda
nyata (p ≤ 0.05) terhadap susut bobot mulai dari awal sampai akhir penyimpanan.
Hasil anara menunjukkan bahwa susut bobot tertinggi terjadi pada perlakuan suhu
kamar yaitu 1.38% sedangkan susut bobot terendah pada perlakuan suhu dingin 4
°C yaitu sebesar 0.10%. Perlakuan absorben tidak berbeda nyata terhadap susut
bobot. Susut bobot atau kehilangan berat pada sayuran disebabkan oleh
kehilangan air atau akibat transpirasi. Hasil pengamatan terhadap susut bobot
buah selama penyimpanan (Tabel 1) menunjukkan bahwa susut bobot terjadi pada
semua perlakuan.


Semakin lama disimpan susut bobot buah tomat semakin

meningkat.
Tabel 1. Pengaruh suhu simpan dan penyerap etilen terhadap susut bobot buah
tomat (%) selama penyimpanan
Perlakuan
Hari 1
Hari 10
Hari 20
Suhu simpan (oC)
4
0.14 a
0.10 a
0.37 a
8
0.24 a
0.19 a
0.38 a
12
0.40 a

0.43 b
1.36 b
22
1.25 b
1.09 c
1.38 b
BNT 5%
0.28
0.19
0.35
Penyerap etilen
Tanpa
0.50
0.46
0.81
Dengan
0.51
0.44
0.94
BNT 5%

tn
tn
tn
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang
sama adalah berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%
Kehilangan bobot buah tomat diakibatkan adanya perbedaan kelembaban relatif
(RH) antara atmosfir internal buah dengan atmosfir di sekelilingnya. Thompson
(1998) menyatakan kehilangan air sebagai hasil gradien uap air antara kejenuhan

Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
Hot el M arcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 Novem ber 2011

249

Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam M embangun Karakter Bangsa“

BAGIAN II

atmosfir internal dengan kejenuhan yang rendah pada atmosfir di sekelilingnya.

Uap air pindah secara langsung ke konsentrasi yang rendah melalui pori-pori di
permukaan buah. Laju perpindahan uap air dipengaruhi oleh perbedaan tekanan
uap air antara produk dan sekelilingnya yang disebabkan oleh temperatur dan RH.
Menurut Wills et al. (1998) bahwa kehilangan air pada buah tergantung dari
defisit tekanan uap air antara komoditas dengan udara sekitar. Pada RH dan laju
pergerakan udara tertentu, kehilangan air dari komoditas akan meningkat sejalan
dengan meningkatnya temperatur. Lebih jauh Wills et al. (1998) menjelaskan
bahwa faktor yang mempengaruhi kehilangan air pada sayuran dan buah-buahan
antara lain adalah luas/volume permukaan buah dan sayur itu sendiri, lapisan
alami permukaan buah dan sayur dan kerusakan mekanik (pelukaan). Wills et al.
(1998)

dan Thompson (1998)

menjelaskan bahwa susut bobot buah akibat

respirasi dan transpirasi dapat ditekan dengan cara menaikkan kelembaban nisbi
udara (RH), menunrunkan suhu, mengurangi gerakan udara dan penggunaan
kemasan. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa penyimpanan pada suhu
dingin 4, 8 dan 12 °C sangat membantu dalam mengurangi peningkatan susut

bobot yang diakibatkan oleh proses respirasi dan transpirasi. Pemberian Purafil
tidak memberikan pengaruh terhadap susut bobot buah selama penyimpanan.
Tabel 2.

Pengaruh suhu simpan dan penyerap etilen terhadap total padatan
terlarut buah tomat ( °Brix) selama penyimpanan

Perlakuan
Suhu simpan (oC)
4
8
12
22
BNT
Penyerap etilen
Tanpa
Dengan
BNT

Hari 1


Hari 10

Hari 20

6.20 b
6.08 a
5.97 a
5.97 a
0.29

6.22 b
6.07 b
6.05 b
5.73 a
0.26

6.11 c
5.93 abc
5.82 ab
5.70 a
0.24

5.97
6.14
tn

5.9525
6.085
tn

5.87
5.91
tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang
sama adalah berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%
Hasil analisis ragam Tabel 2 menunjukkan bahwa total padatan terlarut pada
perlakuan suhu simpan berbeda nyata antar perlakuan.

250

Semakin tinggi suhu

Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
Hot el M arcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 Novem ber 2011

Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam M embangun Karakter Bangsa“

BAGIAN II

simpan padatan terlarut buah tomat akan cenderung semakin berkurang. Padatan
terlarut tertinggi pada perlakuan suhu dingin 4 °C pada hari simpan 1 dan hari
simpan 10 yang berbeda nyata dengan perlakuan suhu ruang 22 °C. Perlakuan
penyerap etilen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap total padatan terlarut,
walaupun

ada kecenderungan dengan diberikan penyerap etilen maka total

padatan terlarut cenderung lebih tinggi. Pemberian penyerap etilen Purafil tidak
membeirkan pengaruh terhadap total padatan terlarut tomat cherry diduga karena
tingkat kematangan bahan penelitian buah tomat cherry yang dipakai dalam
penelitian ini adalah buah tomat cherry pada fase kematangan lanjut. Sehingga
tomat tidak responsif lagi terhadap pemberian penyerap etilen.

Hooda et al.

(1994) menyatakan bahwa tomat pada fase awal kematangan lebih sensitif
terhadap etilen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa padatan terlarut tertinggi didapati pada suhu
dingin 4 °C yaitu 6.20 Brix, sedangkan padatan terlarut terendah didapati pada
suhu ruang 22 °C

yaitu 5.70 Brix. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Moneruzzaman et al. (2009). Hal ini disebabkan perlakuan penyimpanan dingin
menghambat proses respirasi sehingga dapat mempertahankan transformasi
gulanya dan sebaliknya perlakuan penyimpanan suhu ruang proses trasnformasi
gulanya lebih cepat berjalan karena respirasi pada suhu ruang atau suhu yang
lebih tinggi akan berjalan lebih cepat. Menurut Pujimulyani (2009) pada saat
respirasi terjadi pemecahan oksidatif dari bahan-bahan yang kompleks seperti
karbohidrat, protein dan lemak yang menyebabkan kandungan pati turun dan gula
sederhana terbentuk. Lebih jauh Wills et al. (1998) menjelaskan bahwa perubahan
total padatan terlarut disebabkan pada proses pematangan terjadi pemecahan pati
menjadi gula sederhana dan adanya penumpukan gula sebagai substrat respirasi.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa untuk mempertahankan kandungan
total padatan terlarut buah tomat dapat dilakukan dengan penyimpanan dingin.
Hasil analisis ragam Tabel 3 menunjukkan bahwa total asam pada perlakuan suhu
simpan berbeda nyata antarperlakuan. Semakin tinggi suhu simpan total asam
buah tomat akan cenderung semakin menurun. Kandungan asam tertinggi pada
perlakuan suhu dingin 4 °C pada hari simpan 1 dan hari simpan 10 yang berbeda

Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
Hot el M arcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 Novem ber 2011

251

Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam M embangun Karakter Bangsa“

nyata dengan perlakuan suhu ruang 22 °C.

BAGIAN II

Perlakuan penyerap etilen tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap total asam, walaupun ada kecenderungan
dengan diberikan penyerap etilen maka total asam cenderung lebih tinggi. Sama
seperti penjelasan sebelumnya

bahwa perlakuan penyerap etilen tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap total asam diduga karena tingkat
kematangan bahan penelitian buah tomat cherry yang dipakai dalam penelitian ini
adalah buah tomat cherry pada fase kematangan lanjut. Pada fase ini tomat tidak
responsif lagi terhadap pemberian penyerap etilen.
Tabel 3. Pengaruh suhu simpan dan penyerap etilen terhadap total asam (%)
selama penyimpanan
Perlakuan
Suhu simpan (oC)
4
8
12
22
BNT
Penyerap etilen
Tanpa
Dengan
BNT

Hari 1

Hari 10

Hari 20

56.48 d
55.60 c
52.71 b
48.20 a
2.70

56.96 c
52.50 b
51.86 b
43.92 a
3.075

49.34 c
48.36 b
45.96 b
35.65 a
2.68

52.84
53.66
tn

49.99
52.63
tn

45.06
44.59
tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang
sama adalah berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%
Perubahan kandungan total asam pada buah dan sayuran menandai terjadinya
perubahan kimia pada buah dan dan sayuran tersebut. Menurut Wills et al. (1998)
perubahan total asam merupakan salah satu perubahan kimia yang terjadi selama
proses pematangan buah. Asam organik yang terdapat pada buah tomat adalah
asam malat dan asam sitrat (Pujimulyani, 2009). Pada awal penyimpanan hari 1
rata-rata total asam nampak lebih tinggi daripada rata-rata total asam pada hari 20.
Ini berarti adanya penurunan total asam selama penyimpanan. Menurunnya nilai
total asam selama penyimpanan diduga karena asam digunakan sebagai sumber
energi dalam aktivitas metabolisme buah.

Kays (1991)

mengemukakan

menurunnya asam organik selama penyimpanan karena asam organik dapat
digunakan oleh sel-sel buah sebagai substrat pada proses respirasi.

252

Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
Hot el M arcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 Novem ber 2011

BAGIAN II

Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam M embangun Karakter Bangsa“

Hasil analisis ragam Tabel 4 menunjukkan bahwa kekerasan buah pada perlakuan
suhu simpan berbeda nyata antar perlakuan.

Semakin tinggi suhu simpan

kekerasan buah tomat akan cenderung semakin lunak. Nilai kekerasan besar
menunjukkan buah tomat keras dan nilai kekerasan kecil menunjukkan buah
tomat lunak. Kekerasan buah tertinggi pada perlakuan suhu dingin 4 °C pada hari
simpan 1 yaitu 2.48 N yang berbeda nyata dengan perlakuan suhu ruang 22 °C.
Perlakuan penyerap etilen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kekerasan
buah. Semakin lama penyimpanan nilai kekerasan buah semakin menurun artinya
buah semakin lunak.

Hal ini disebabkan selama penyimpanan buah tomat

mengalami perubahan kematangan sehingga tingkat kekerasan buah berubah.
Menurut Chiesa et al. (1998) penurunan kekerasan pada buah tomat terjadi akibat
terjadinya depolimerisasi karbohidrat dan zat pektin penyusun dinding sel
sehingga akan melemahkan dinding sel dan ikatan kohesi antar sel sehingga
viskositas menurun dan tekstur tomat menjadi lunak. Selanjutnya Salunkhe,
Bolin dan Reddy (1991) menyatakan bahwa proses hidrolisis protopektin dan
pektin yang berperan dalam menjaga tingkat kekerasan buah berlangsung lebih
cepat pada suhu yang lebih tinggi. Grierson dan Kader (1986)

menyatakan

bahwa kerja enzim pektinesterase yang mengubah protopektin menjadi pektin
yang larut dalam air dan atau enzim α-amilase dan β-amilase bekerja lebih giat
pada suhu tinggi.
Tabel 4. Pengaruh suhu simpan dan penyerap etilen terhadap kekerasan buah
tomat (N) selama penyimpanan
Perlakuan
Hari 1
Hari 10
Hari 20
Suhu simpan (oC)
4
2.48 b
1.97 b
1.60 b
8
2.20 a
1.96 b
1.50 b
12
2.18 a
1.95 b
1.47 b
22
2.15 a
1.75 a
1.15a
BNT
0.23
0.13
0.24
Penyerap etilen
Tanpa
2.24
1.94
1.42
Dengan
2.26
1.88
1.44
BNT
tn
tn
tn
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang
sama adalah berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%

Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
Hot el M arcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 Novem ber 2011

253

Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam M embangun Karakter Bangsa“

BAGIAN II

Hasil analisis ragam Tabel 5 menunjukkan bahwa warna buah tomat antara
perlakuan suhu simpan berbeda nyata antar perlakuan.
simpan warna buah tomat akan cenderung semakin merah.

Semakin tinggi suhu
Perlakuan penyerap

etilen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap warna buah tomat.
Tabel 5. Pengaruh suhu simpan dan penyerap etilen terhadap warna buah tomat
(hue value) selama penyimpanan
Perlakuan
Suhu simpan (oC)
4
8
12
22
BNT
Penyerap etilen
Tanpa
Dengan
BNT

Hari 1

Hari 10

Hari 20

51.25b
51.19b
51.46b
45.245a
2.93

50.24d
45.080c
40.550b
36.920a
2.08

47.09c
41.83b
37.715a
37.115a
1.774

50.24
49.32
tn

43.47
42.91
tn

40.52
41.35
tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang
sama adalah berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%
Selama penyimpanan warna buah tomat berubah dari warna pink menjadi kuning
sampai merah. Menurut Grierson dan Kader (1986) selama pematangan buah
masak hijau akan terjadi degradasi klorofil sehingga kandungan klorofil menjadi
rendah dan muncul warna lain sehingga buah berubah warna menjadi kuning,
orange atau merah. Warna tomat pada perlakuan suhu ruang 22 °C hari simpan
20 adalah lebih merah (ditandai dengan nilai hue 37.11 artinya warna merah
penuh) yang berbeda nyata dengan perlakuan suhu dingin 4 °C (ditandai dengan
nilai hue value 47.09 artinya warna pink). Tingginya nilai hue (warna merah
semakin sedikit) pada perlakuan suhu penyimpanan dingin 4 °C disebabkan oleh
suhu yang terlalu rendah membuat degradasi klorofil terhambat. Pada
penyimpanan suhu ruang 22 °C nilai hue warnanya terendah (warna merah
semakin banyak) karena sintesa likopen berlangsung optimaL sehingga warna
merah tercapai.
Dari Tabel 5 terlihat bahwa hue value untuk semua perlakuan menurun sejalan
dengan lamanya penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa warna buah tomat
bertambah merah sejalan dengan lamanya penyimpanan. Grierson dan Kader

254

Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
Hot el M arcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 Novem ber 2011

BAGIAN II

Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam M embangun Karakter Bangsa“

(1986) menyatakan bahwa perubahan warna pada buah merupakan hasil
pembongkaran klorofil akibat adanya pengaruh perubahan kimiawi dan fisiologis.
Hobson dan Grierson (1993)

menyatakan bahwa pigmen untuk buah tomat

didominasi oleh karoten dan likopen, akumulasi likopen selama pemasakan akan
menghambat biosistesis karoten. Dengan demikian maka buah akan terlihat
berwarna merah.

KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pascapanen buah tomat cherry dapat
dipertahankan selama penyimpanan pada suhu dingin yang dicirikan dengan
rendahnya susut bobot buah, masih tingginya total padatan terlarut, total asam,
dan nilai kekerasan buah. Disamping itu penyerap etilen Purafil © tidak nyata
mempertahanan mutu buah selama penyimpanan. Untuk penelitian selanjutnya.
disarankan untuk memakai buah tomat cherry dengan berbagai fase kematangan
buah.

DAFTAR PUSTAKA
Chiesa, A., Diaz, L., Cascone, O., Panak, K., Camperi, S., Freeza, D. dan Fraguas,
A. 1998. Texture changes on normal and long shelf-life tomato
(Lycopersicon Esculentum Mill) fruit reipening. Acta Horticulturae 464,
488.
Fraschina, A., Vartorelli, F., Moccia, S., Monaco, E. dan Chies, A. 1998. Effect of
maturity stage and temperature during tomato (Lycopersicon Esculentum
Mill.) storage. Acta Horticulturae 464, 486.
Grierson, D., dan Kader, A. A. 1986. Fruit ripening and quality. In The Tomato
Crop. A Scientific Basis for Improvement, eds. J. G. Atherton and J.
Rudich, pp 241-280. London: Chapman & Hall.
Hobson, G. dan Grierson, D. 1993. Tomato. In Biochemistry of Fruit Ripening,
eds. G. B. Seymour, J. E. Taylor and G.A.Tucker, 405-434. London:
Chapman & Hall.
Hooda, R. S., Jitendra, S., Hooda, V. S. dan Khurana, S. C. 1994. Effect of
maturity stages, storage conditions and chemical treatments on storage
quality of tomatoes (cv. Sel-18). International Journal of Tropical
Agriculture 12,1/2, pp 46-51.

Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
Hot el M arcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 Novem ber 2011

255

Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam M embangun Karakter Bangsa“

BAGIAN II

Kader, A. A. 2002. Postharvest Biology and Technology: An overview. In
Postharvest Technology of Horticultural Crops, ed. A. A. Kader, 39-48.
Oakland, California: University of California, Agricultural and Natural
Resources Publication 3311.
Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. New
York: Van Nostrand Reinhold.
Moneruzzaman, K. M., Hossain, A. B. M. S., Sani, W., Saifuddin, M. dan
Alenazi, M. 2009. Effect of harvesting and storage condiitons on the post
harvest quality of tomato (Lycopersicon esculentum Mill) cv. Roma VF.
Australian Journal of Crop Science, 3, 2, pp 113-121.
Pujimulyani, D. 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-sayuran dan Buah-buahan.
Yogyakarta. Graha Ilmu.
Salunkhe, D. K., Bolin, H. R. dan Reddy, N. R. 1991. Storage, Processing, and
Nutritional Quality of Fruits and Vegetables Volume I. Fresh Fruits and
Vegetables. 2nd ed. Boca Raton, Florida: CRC Press.
Thompson, A. K. 1998. Controlled Atmosphere Storage of Fruits and Vegetables.
Wallingford, UK: CAB International.
Wills, R. B. H., McGlasson, B., Graham, D. dan Joyce, D. 1998. Postharvest.
Introduction to the Physiology and Handling of Fruit, Vegetables and
Ornamentals. 4th ed. Sydney: University of New South Wales

256

Seminar Nasional Sains & Teknologi – IV
Hot el M arcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 Novem ber 2011