HAP V&6 Recent site activity teeffendi
Proses dalam Hukum
Acara Pidana
Penyelidikan dan
Penyidikan
Sumber tindakan dalam hukum
acara pidana
102 KUHAP:
1. Laporan;
2. Pengaduan;
3. Tertangkap tangan;
4. Diketahui oleh petugas
Laporan dan Pengaduan
• Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan
oleh seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan
undang-undang kepada pejabat yang berwenang
tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya
peristiwa pidana (Pasal 1 butir 24 KUHAP)
• Pengaduan adalah pemberitahuan disertai
permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada
pejabat yang berwenang untuk menindak menurut
hukum seseorang yang telah melakukan tindak pidana
aduan yang merugikannya (Pasal 1 butir 25 KUHAP)
Perbedaan Laporan dan
Pengaduan
No
Variabel
Pembeda
Laporan
Pengaduan
1.
Isinya
1. Pemberitahuan
1. Pemberitahuan disertai
2. Tentang telah, sedang atau
permintaan
akan terjadinya peristiwa
2. Tentang telah terjadinya
pidana
tindak pidana aduan
2.
Jenis Tindak
Pidana
Semua Tindak Pidana
Hanya Tindak Pidana Aduan
3.
Pihak yang
mengajukan
Setiap orang (Pasal 1 butir 24
jo Pasal 108 KUHAP)
Pihak yang berkepentingan
(Pasal 1 butir 25 KUHAP)
4.
Waktu
mengajukan
Setiap saat
Ditentukan waktunya (Pasal
74 KUHPidana)
5.
Prosesnya
Tidak dapat dicabut kembali
Dapat dicabut kembali (Pasal
75 KUHPidana)
Tertangkap Tangan
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seseorang
pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau
dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu
dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan khalayak
ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila
sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga
keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak
pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah
pelakunya atau turut melakukan atau membantu
melakukan tindak pidana itu (Pasal 1 butir 19 KUHAP)
Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini
(Pasal 1 butir 5 KUHAP)
Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya
(Pasal 1 butir 2 KUHAP)
Proses Tindakan dalam
Penyidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penangkapan;
Penahanan;
Penggeledahan;
Penyitaan;
Penghentian Penyidikan;
Pelimpahan Perkara (Prapenuntutan)
Penangkapan
Penangkapan adalah suatu tindakan
penyidik berupa pengekangan sementara
waktu kebebasan tersangka atau terdakwa
apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan
dan atau peradilan dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini
(Pasal 1 butir 20 KUHAP)
Penangkapan (lanjutan)
Syarat Penangkapan:
1. Dilakukan terhadap seseorang yang diduga
keras melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti permulaan yang cukup (Pasal 17
KUHAP);
2. Dilakukan paling lama 1 hari (Pasal 19 jo
Pasal 1 butir 31 KUHAP)
3. Dilakukan oleh Penyidik POLRI/ Penyelidik
atas perintah Penyidik
Penangkapan (lanjutan)
Bukti permulaan yang cukup adalah:
Menurut Surat Keputusan Kapolri nomor SK
Kapolri No. Pol. SKEP/ 04/ I/ 1982 menentukan,
bahwa bukti permulaan yang cukup merupakan
keterangan dan data yang terkandung dalam dua
diantara Laporan Polisi; Berita Acara Pemeriksaan
Polisi; Laporan Hasil Penyelidikan; Keterangan
Saksi/ Ahli; dan Barang Bukti.
Penahanan
Penahanan adalah penempatan tersangka
atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik, atau penuntut umum atau hakim
dengan penetapannya, dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undangundang ini
(Pasal 1 butir 21 KUHAP)
Penahanan (lanjutan)
Syarat Penahanan:
1. Tersangka/ terdakwa diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup;
2. Syarat subjektif;
3. Syarat objektif;
4. Dapat dilakukan oleh Penyidik, Penuntut
Umum atau Hakim
(Lihat Pasal 21 KUHAP)
Penahanan (lanjutan)
Syarat Subjektif penahanan:
Adanya kekhawatiran tersangka/ terdakwa:
1. Akan melarikan diri;
2. Akan merusak atau menghilangkan
barang bukti;
3. Akan mengulangi tindak pidana.
(Lihat Pasal 21 ayat (1) KUHAP)
Penahanan (lanjutan)
Syarat Objektif penahanan:
Penahanan dilakukan jika tersangka/ terdakwa didakwa
melakukan tindak pidana:
1. Diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;
2. Tindak pidana yang walaupun tidak diancam pidana
penjara lima tahun atau lebih, akan tetapi tindak
pidana tersebut dianggap sangat mempengaruhi
kepentingan ketertiban masyarakat pada umumnya
serta ancaman terhadap keselamatan badan orang
pada khususnya;
(Lihat Pasal 21 ayat (4) KUHAP)
Penahanan (lanjutan)
Tindak pidana yang walaupun tidak diancam pidana penjara lima
tahun atau lebih yang dapat dikenakan penahanan, antara lain:
Pasal 282 ayat (3), Pasal 296 tentang kesusilaan atau pornografi;
Pasal 335 ayat (1) tentang tindak pidana paksaan dengan
perbuatan tidak menyenangkan; Pasal 353 ayat (1) tentang
penganiayaan; Pasal 372 tentang penggelapan; Pasal 378, Pasal
379a tentang penipuan; Pasal 453, Pasal 454, Pasal 459 tentang
tindak pidana berkaitan dengan pelayaran; Pasal 480 tentang
penadahan; dan Pasal 506 tentang pelanggaran terhadap
perbuatan cabul sebagai mata pencaharian.
(Lihat Pasal 21 ayat (4) KUHAP)
Batas Waktu Penahanan
Perpanjangan
No
Pejabat
Lama
PU
Ketua
Jumlah
PN
PT
MA
1.
Penyidik
20
40
-
-
-
60
2.
PU
20
-
30
-
-
50
3.
Hakim
PN
30
-
60
-
-
90
4.
Hakim
PT
30
-
-
60
-
90
5.
Hakim
Agung
50
-
-
-
60
110
Jumlah
400
Batas Waktu Penahanan khusus
Perpanjangan
No
Pejabat
Lama
Ketua
PU
Jumlah
PN
PT
MA
1.
Penyidik
20
40
2 x 30
-
-
120
2.
PU
20
-
30 + 2 x 30
-
-
110
3.
Hakim
PN
30
-
60
2 x 30
-
150
4.
Hakim
PT
30
-
-
60
2 x 30
150
5.
Hakim
Agung
50
-
-
-
60 + 2 x 30
170
Jumlah
700
Alasan perpanjangan
penahanan khusus
Pada umumnya, batas waktu penahanan adalah
maksimal 400 hari, namun dalam keadaan tertentu,
batas waktu penahanan bisa sampai 700 hari.
Alasan perpanjangan penahanan khusus antara lain:
1. Tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik
atau mental yang berat yang dibuktikan dengan
keterangan dokter;
2. perkara yang diperiksa diancam dengan pidana
penjara sembilan tahun atau lebih.
(Lihat Pasal 29 ayat (1) KUHAP)
Penggeledahan
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik
dapat melakukan penggeledahan rumah
atau penggeledahan pakaian atau
penggeledahan badan menurut tata cara
yang ditentukan dalam undang-undang ini
(Pasal 32 KUHAP)
Penggeledahan (lanjutan)
Jenis-jenis Penggeledahan:
1. Dari segi objeknya, terdiri dari
penggeledahan rumah dan
penggeledahan badan;
2. Dari segi sifatnya, terdiri dari
penggeledahan biasa dan
penggeledahan mendesak
Penggeledahan Rumah
Penggeledahan rumah adalah tindakan
penyidik untuk memasuki rumah tempat
tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk
melakukan tindakan pemeriksaan dan atau
penyitaan dan atau penangkapan dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam
KUHAP.
(Lihat Pasal 1 butir 17 KUHAP)
Penggeledahan Badan
Penggeledahan badan adalah tindakan
penyidik untuk mengadakan pemeriksaan
badan dan atau pakaian tersangka untuk
mencari benda yang diduga keras ada
padanya atau dibawa serta, untuk disita.
(Lihat Pasal 1 butir 18 KUHAP)
Tata cara penggeledahan
1. Dilakukan oleh Penyidik (Pasal 32 KUHAP);
2. Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri (Pasal 33 ayat
(1) KUHAP);
3. Memperlihatkan surat tugas penggeledahan (Pasal
33 ayat (2) KUHAP);
4. Pendamping atau saksi dalam melakukan
penggeledahan (Pasal 33 ayat (3) jo ayat (4) KUHAP);
5. Membuat berita acara penggeledahan (Pasal 33 ayat
(5) KUHAP);
Penggeledahan dalam keadaan
mendesak
1. Tanpa didahului dengan surat izin dari Ketua Pengadilan
Negeri;
2. Tanpa disertai dengan surat tugas penggeledahan;
3. Objek penggeledahan lebih luas, tidak hanya pada
tempat sebagaimana disebutkan dalam surat izin dan
surat tugas penggeledahan dalam penggeledahan biasa;
4. Tanpa hadirnya saksi atau pendamping selama proses
penggeledahan;
(Lihat Pasal 34 KUHAP)
Pengecualian Penggeledahan
Kecuali dalam hal tertangkap tangan, penggeledahan
dilarang dilakukan :
• Ruang dimana sedang berlangsung sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD);
• Tempat dimana sedang berlangsung ibadah dan atau
upacara keagamaan;
• Ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan
(Lihat Pasal 35 KUHAP)
Penyitaan
Penyitaan adalah serangkaian tindakan
penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya benda
bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau
tidak berwujud, untuk kepentingan
pembuktian dalam penyidikan, penuntutan
dan peradilan.
(Pasal 1 butir 16 KUHAP)
Benda yang dapat disita
1.
Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil
dari tindak pidana;
2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan
tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;
3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan
tindak pidana;
4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak
pidana;
5. Benda lain yang mempunyai hubungan lansung dengan tindak
pidana yang dilakukan.
(Pasal 39 KUHAP)
Tata Cara Penyitaan
1. Dilakukan oleh Penyidik (Pasal 38 ayat (1) KUHAP);
2. Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri (Pasal 38 ayat
(1) KUHAP);
3. Memperlihatkan tanda pengenal (Pasal 128 KUHAP);
4. Memperlihatkan barang yang akan disita kepada
saksi (Pasal 129 ayat (1) KUHAP);
5. Membungkus benda sitaan (Pasal 130 KUHAP);
6. Menyimpan benda sitaan di RUPBASAN (Pasal 44
ayat (1) KUHAP)
Dimulainya Penyidikan
Pada saat dimulainya penyidikan, penyidik
memberitahukan kepada penuntut umum perihal
dimulainya penyidikan tindak pidana. Hal ini
berkaitan dengan fungsi pengawasan fungsional
dalam sistem peradilan pidana oleh penuntut
umum.
Pemberitahuan ini disebut dengan Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).
(Lihat Pasal 109 ayat (1) KUHAP)
Penghentian Penyidikan
Pasal 109 ayat (2) KUHAP memberikan
kewenangan kepada penyidik untuk
menghentikan penyidikan dengan alasan:
1. Bukan merupakan tindak pidana;
2. Perkara tidak cukup bukti;
3. Dihentikan demi hukum (berkaitan dengan
nebis in idem, tersangka meninggal dunia, dan
daluwarsanya perkara).
Penghentian Penyidikan
Pasal 109 ayat (2) KUHAP memberikan
kewenangan kepada penyidik untuk
menghentikan penyidikan dengan alasan:
1. Bukan merupakan tindak pidana (bandingkan
dengan Pasal 102 ayat (1), Pasal 106, Pasal
109 ayat (1) KUHAP);
2. Perkara tidak cukup bukti (bandingkan dengan
Pasal 21 ayat (1) KUHAP;
3. Dihentikan demi hukum.
Pelimpahan Perkara
(Prapenuntutan)
Penyerahan berkas perkara dari penyidik kepada
penuntut umum dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas
perkaranya saja kepada penuntut umum (lihat Pasal
8 ayat (3) huruf a KUHAP);
2. Tahap kedua, penyerahan tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum
(lihat Pasal 8 ayat (3) butir b KUHAP).
Pelimpahan Tahap Pertama
1. Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan,
penyidik melimpahkan berkas perkara ke penuntut
umum (Pasal 110 ayat (1) KUHAP);
2. Dalam waktu 7 hari penuntut umum harus
memberitahukan dan mengembalikan berkas perkara
apabila berkas dinyatakan belum lengkap sehingga perlu
dilakukan penyidikan tambahan (Pasal 138 ayat (1)
KUHAP);
3. Dalam waktu 14 hari penyidik harus mengembalikan
hasil penyidikan tambahan (Pasal 138 ayat (2) KUHAP)
Pelimpahan Tahap Kedua
1. Penyidikan dinyatakan selesai apabila dalam
waktu 14 hari Penuntut Umum tidak
mengembalikan berkas perkara atau dalam
waktu kurang dari itu dinyatakan berkas telah
lengkap (Pasal 110 ayat (4) KUHAP)
2. Setelah berkas dinyatakan lengkap,
pelimpahan tahap kedua adalah penyerahan
tersangka dan barang bukti (Pasal 8 ayat (3)
huruf b KUHAP)
Daftar Bacaan
1. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, 2008
2. _______, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding,
Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009
3. KUHAP
Omnium rerum Principia Parva Sunt
Joyo-joyo wijayanti, manggiho nugroho dateng kito sami
_/|\_
File bisa diunduh di http://te-effendi.blogspot.com
Acara Pidana
Penyelidikan dan
Penyidikan
Sumber tindakan dalam hukum
acara pidana
102 KUHAP:
1. Laporan;
2. Pengaduan;
3. Tertangkap tangan;
4. Diketahui oleh petugas
Laporan dan Pengaduan
• Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan
oleh seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan
undang-undang kepada pejabat yang berwenang
tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya
peristiwa pidana (Pasal 1 butir 24 KUHAP)
• Pengaduan adalah pemberitahuan disertai
permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada
pejabat yang berwenang untuk menindak menurut
hukum seseorang yang telah melakukan tindak pidana
aduan yang merugikannya (Pasal 1 butir 25 KUHAP)
Perbedaan Laporan dan
Pengaduan
No
Variabel
Pembeda
Laporan
Pengaduan
1.
Isinya
1. Pemberitahuan
1. Pemberitahuan disertai
2. Tentang telah, sedang atau
permintaan
akan terjadinya peristiwa
2. Tentang telah terjadinya
pidana
tindak pidana aduan
2.
Jenis Tindak
Pidana
Semua Tindak Pidana
Hanya Tindak Pidana Aduan
3.
Pihak yang
mengajukan
Setiap orang (Pasal 1 butir 24
jo Pasal 108 KUHAP)
Pihak yang berkepentingan
(Pasal 1 butir 25 KUHAP)
4.
Waktu
mengajukan
Setiap saat
Ditentukan waktunya (Pasal
74 KUHPidana)
5.
Prosesnya
Tidak dapat dicabut kembali
Dapat dicabut kembali (Pasal
75 KUHPidana)
Tertangkap Tangan
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seseorang
pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau
dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu
dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan khalayak
ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila
sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga
keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak
pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah
pelakunya atau turut melakukan atau membantu
melakukan tindak pidana itu (Pasal 1 butir 19 KUHAP)
Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini
(Pasal 1 butir 5 KUHAP)
Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya
(Pasal 1 butir 2 KUHAP)
Proses Tindakan dalam
Penyidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penangkapan;
Penahanan;
Penggeledahan;
Penyitaan;
Penghentian Penyidikan;
Pelimpahan Perkara (Prapenuntutan)
Penangkapan
Penangkapan adalah suatu tindakan
penyidik berupa pengekangan sementara
waktu kebebasan tersangka atau terdakwa
apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan
dan atau peradilan dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini
(Pasal 1 butir 20 KUHAP)
Penangkapan (lanjutan)
Syarat Penangkapan:
1. Dilakukan terhadap seseorang yang diduga
keras melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti permulaan yang cukup (Pasal 17
KUHAP);
2. Dilakukan paling lama 1 hari (Pasal 19 jo
Pasal 1 butir 31 KUHAP)
3. Dilakukan oleh Penyidik POLRI/ Penyelidik
atas perintah Penyidik
Penangkapan (lanjutan)
Bukti permulaan yang cukup adalah:
Menurut Surat Keputusan Kapolri nomor SK
Kapolri No. Pol. SKEP/ 04/ I/ 1982 menentukan,
bahwa bukti permulaan yang cukup merupakan
keterangan dan data yang terkandung dalam dua
diantara Laporan Polisi; Berita Acara Pemeriksaan
Polisi; Laporan Hasil Penyelidikan; Keterangan
Saksi/ Ahli; dan Barang Bukti.
Penahanan
Penahanan adalah penempatan tersangka
atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik, atau penuntut umum atau hakim
dengan penetapannya, dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undangundang ini
(Pasal 1 butir 21 KUHAP)
Penahanan (lanjutan)
Syarat Penahanan:
1. Tersangka/ terdakwa diduga keras melakukan
tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup;
2. Syarat subjektif;
3. Syarat objektif;
4. Dapat dilakukan oleh Penyidik, Penuntut
Umum atau Hakim
(Lihat Pasal 21 KUHAP)
Penahanan (lanjutan)
Syarat Subjektif penahanan:
Adanya kekhawatiran tersangka/ terdakwa:
1. Akan melarikan diri;
2. Akan merusak atau menghilangkan
barang bukti;
3. Akan mengulangi tindak pidana.
(Lihat Pasal 21 ayat (1) KUHAP)
Penahanan (lanjutan)
Syarat Objektif penahanan:
Penahanan dilakukan jika tersangka/ terdakwa didakwa
melakukan tindak pidana:
1. Diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;
2. Tindak pidana yang walaupun tidak diancam pidana
penjara lima tahun atau lebih, akan tetapi tindak
pidana tersebut dianggap sangat mempengaruhi
kepentingan ketertiban masyarakat pada umumnya
serta ancaman terhadap keselamatan badan orang
pada khususnya;
(Lihat Pasal 21 ayat (4) KUHAP)
Penahanan (lanjutan)
Tindak pidana yang walaupun tidak diancam pidana penjara lima
tahun atau lebih yang dapat dikenakan penahanan, antara lain:
Pasal 282 ayat (3), Pasal 296 tentang kesusilaan atau pornografi;
Pasal 335 ayat (1) tentang tindak pidana paksaan dengan
perbuatan tidak menyenangkan; Pasal 353 ayat (1) tentang
penganiayaan; Pasal 372 tentang penggelapan; Pasal 378, Pasal
379a tentang penipuan; Pasal 453, Pasal 454, Pasal 459 tentang
tindak pidana berkaitan dengan pelayaran; Pasal 480 tentang
penadahan; dan Pasal 506 tentang pelanggaran terhadap
perbuatan cabul sebagai mata pencaharian.
(Lihat Pasal 21 ayat (4) KUHAP)
Batas Waktu Penahanan
Perpanjangan
No
Pejabat
Lama
PU
Ketua
Jumlah
PN
PT
MA
1.
Penyidik
20
40
-
-
-
60
2.
PU
20
-
30
-
-
50
3.
Hakim
PN
30
-
60
-
-
90
4.
Hakim
PT
30
-
-
60
-
90
5.
Hakim
Agung
50
-
-
-
60
110
Jumlah
400
Batas Waktu Penahanan khusus
Perpanjangan
No
Pejabat
Lama
Ketua
PU
Jumlah
PN
PT
MA
1.
Penyidik
20
40
2 x 30
-
-
120
2.
PU
20
-
30 + 2 x 30
-
-
110
3.
Hakim
PN
30
-
60
2 x 30
-
150
4.
Hakim
PT
30
-
-
60
2 x 30
150
5.
Hakim
Agung
50
-
-
-
60 + 2 x 30
170
Jumlah
700
Alasan perpanjangan
penahanan khusus
Pada umumnya, batas waktu penahanan adalah
maksimal 400 hari, namun dalam keadaan tertentu,
batas waktu penahanan bisa sampai 700 hari.
Alasan perpanjangan penahanan khusus antara lain:
1. Tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik
atau mental yang berat yang dibuktikan dengan
keterangan dokter;
2. perkara yang diperiksa diancam dengan pidana
penjara sembilan tahun atau lebih.
(Lihat Pasal 29 ayat (1) KUHAP)
Penggeledahan
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik
dapat melakukan penggeledahan rumah
atau penggeledahan pakaian atau
penggeledahan badan menurut tata cara
yang ditentukan dalam undang-undang ini
(Pasal 32 KUHAP)
Penggeledahan (lanjutan)
Jenis-jenis Penggeledahan:
1. Dari segi objeknya, terdiri dari
penggeledahan rumah dan
penggeledahan badan;
2. Dari segi sifatnya, terdiri dari
penggeledahan biasa dan
penggeledahan mendesak
Penggeledahan Rumah
Penggeledahan rumah adalah tindakan
penyidik untuk memasuki rumah tempat
tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk
melakukan tindakan pemeriksaan dan atau
penyitaan dan atau penangkapan dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam
KUHAP.
(Lihat Pasal 1 butir 17 KUHAP)
Penggeledahan Badan
Penggeledahan badan adalah tindakan
penyidik untuk mengadakan pemeriksaan
badan dan atau pakaian tersangka untuk
mencari benda yang diduga keras ada
padanya atau dibawa serta, untuk disita.
(Lihat Pasal 1 butir 18 KUHAP)
Tata cara penggeledahan
1. Dilakukan oleh Penyidik (Pasal 32 KUHAP);
2. Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri (Pasal 33 ayat
(1) KUHAP);
3. Memperlihatkan surat tugas penggeledahan (Pasal
33 ayat (2) KUHAP);
4. Pendamping atau saksi dalam melakukan
penggeledahan (Pasal 33 ayat (3) jo ayat (4) KUHAP);
5. Membuat berita acara penggeledahan (Pasal 33 ayat
(5) KUHAP);
Penggeledahan dalam keadaan
mendesak
1. Tanpa didahului dengan surat izin dari Ketua Pengadilan
Negeri;
2. Tanpa disertai dengan surat tugas penggeledahan;
3. Objek penggeledahan lebih luas, tidak hanya pada
tempat sebagaimana disebutkan dalam surat izin dan
surat tugas penggeledahan dalam penggeledahan biasa;
4. Tanpa hadirnya saksi atau pendamping selama proses
penggeledahan;
(Lihat Pasal 34 KUHAP)
Pengecualian Penggeledahan
Kecuali dalam hal tertangkap tangan, penggeledahan
dilarang dilakukan :
• Ruang dimana sedang berlangsung sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD);
• Tempat dimana sedang berlangsung ibadah dan atau
upacara keagamaan;
• Ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan
(Lihat Pasal 35 KUHAP)
Penyitaan
Penyitaan adalah serangkaian tindakan
penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya benda
bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau
tidak berwujud, untuk kepentingan
pembuktian dalam penyidikan, penuntutan
dan peradilan.
(Pasal 1 butir 16 KUHAP)
Benda yang dapat disita
1.
Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil
dari tindak pidana;
2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan
tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;
3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan
tindak pidana;
4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak
pidana;
5. Benda lain yang mempunyai hubungan lansung dengan tindak
pidana yang dilakukan.
(Pasal 39 KUHAP)
Tata Cara Penyitaan
1. Dilakukan oleh Penyidik (Pasal 38 ayat (1) KUHAP);
2. Surat Ijin dari Ketua Pengadilan Negeri (Pasal 38 ayat
(1) KUHAP);
3. Memperlihatkan tanda pengenal (Pasal 128 KUHAP);
4. Memperlihatkan barang yang akan disita kepada
saksi (Pasal 129 ayat (1) KUHAP);
5. Membungkus benda sitaan (Pasal 130 KUHAP);
6. Menyimpan benda sitaan di RUPBASAN (Pasal 44
ayat (1) KUHAP)
Dimulainya Penyidikan
Pada saat dimulainya penyidikan, penyidik
memberitahukan kepada penuntut umum perihal
dimulainya penyidikan tindak pidana. Hal ini
berkaitan dengan fungsi pengawasan fungsional
dalam sistem peradilan pidana oleh penuntut
umum.
Pemberitahuan ini disebut dengan Surat
Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).
(Lihat Pasal 109 ayat (1) KUHAP)
Penghentian Penyidikan
Pasal 109 ayat (2) KUHAP memberikan
kewenangan kepada penyidik untuk
menghentikan penyidikan dengan alasan:
1. Bukan merupakan tindak pidana;
2. Perkara tidak cukup bukti;
3. Dihentikan demi hukum (berkaitan dengan
nebis in idem, tersangka meninggal dunia, dan
daluwarsanya perkara).
Penghentian Penyidikan
Pasal 109 ayat (2) KUHAP memberikan
kewenangan kepada penyidik untuk
menghentikan penyidikan dengan alasan:
1. Bukan merupakan tindak pidana (bandingkan
dengan Pasal 102 ayat (1), Pasal 106, Pasal
109 ayat (1) KUHAP);
2. Perkara tidak cukup bukti (bandingkan dengan
Pasal 21 ayat (1) KUHAP;
3. Dihentikan demi hukum.
Pelimpahan Perkara
(Prapenuntutan)
Penyerahan berkas perkara dari penyidik kepada
penuntut umum dilakukan dengan dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas
perkaranya saja kepada penuntut umum (lihat Pasal
8 ayat (3) huruf a KUHAP);
2. Tahap kedua, penyerahan tanggung jawab atas
tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum
(lihat Pasal 8 ayat (3) butir b KUHAP).
Pelimpahan Tahap Pertama
1. Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan,
penyidik melimpahkan berkas perkara ke penuntut
umum (Pasal 110 ayat (1) KUHAP);
2. Dalam waktu 7 hari penuntut umum harus
memberitahukan dan mengembalikan berkas perkara
apabila berkas dinyatakan belum lengkap sehingga perlu
dilakukan penyidikan tambahan (Pasal 138 ayat (1)
KUHAP);
3. Dalam waktu 14 hari penyidik harus mengembalikan
hasil penyidikan tambahan (Pasal 138 ayat (2) KUHAP)
Pelimpahan Tahap Kedua
1. Penyidikan dinyatakan selesai apabila dalam
waktu 14 hari Penuntut Umum tidak
mengembalikan berkas perkara atau dalam
waktu kurang dari itu dinyatakan berkas telah
lengkap (Pasal 110 ayat (4) KUHAP)
2. Setelah berkas dinyatakan lengkap,
pelimpahan tahap kedua adalah penyerahan
tersangka dan barang bukti (Pasal 8 ayat (3)
huruf b KUHAP)
Daftar Bacaan
1. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, 2008
2. _______, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding,
Kasasi dan Peninjauan Kembali, 2009
3. KUHAP
Omnium rerum Principia Parva Sunt
Joyo-joyo wijayanti, manggiho nugroho dateng kito sami
_/|\_
File bisa diunduh di http://te-effendi.blogspot.com