LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BUDIDAYA JAMUR

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BUDIDAYA JAMUR
KULTUR JARINGAN

ELVIRA MICHELIA ALBA
2031211005

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2014

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik perbanyakan
vegetatif nonkonvensional. Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik
perbanyakan vegetatif konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi
yang berbeda. Penerapan teknik kultur jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di
dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen). Bermuara
dalam kondisi yang aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang
berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi aseptik (Dewi 2009).
Hal tersebut juga berlaku sama fungsinya dengan media buatan dalam

kondisi in vitro/steril, dimana di dalam media buatan fungsi tanah digantikan oleh
agar-agar yang berfungsi memadatkan media. Selain itu media buatan tersebut
juga diperkaya dengan nutrisi berupa unsure-unsur makro, mikro, vitamin, gula
danzat pengatur tumbuh yang disesuaikan dengan tujuan pertumbuhan yang
diinginkan. Sterilisasi media tanam buatan mutlak dilakukan untuk membebaskan
pengaruh merugikan dari kontaminan seperti bakteri, jamur dan virus, bahkan
serangga mikro sepertimites (tungau) dan thrips (Sinag 2000).
Pada praktikum ini dilakukan kultur jaringan terhadap tubuh buah jamur
tiram yang kemudian ditanam kedalam media PDA. Hal ini dilakukan agar
praktikan mengetahui cara melakukan kultur jaringan jamur dan dapat mengetahui
pula bagaian mana dari jamur yang bersifat totipotensi.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jaringan jamur yang bersifat
totipotensi serta mengetahui tata cara kultur jaringan.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Praktikum

ini


dilaksanakan

pada

tanggal

11

november

2014

dilaboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi,
Universitas Bangka Belitung.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bunsen, cawan petri,
pinset dan scalpel. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
alcohol 70%, aquadest steril, byclene, media PDA dan tissue.
Cara Kerja

jamur dicuci dengan air mengalir, lalu dipotong bagian tudung dan batang.
Sepotong jamur dipindahkan kedalam cawan yang berisi byclene dengan
menggunakan pinset steril kemudian direndam dengan byclene selama 1-2 menit
bilas dengan air lalu bilas lagi dengan air, bilas dengan aquadest steril kemudian
rendam dengan alcohol 1-2 menit cuci lagi dengan aquadest dan diletakkan pada
cawan petri yang telah dilapisi tissue. Potongan jamur diinokulasi pada media
PDA lalu diinkubasi pada ruang tanpa cahaya selama 3-4 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada kultur jaringan jamur tiram yang ditumbuhkan pada media PDA dan
kemudian diinkubasi selama beberapa hari terlihat pertumbuhan miselia jamur
berwarna putih. Hal ini menunjukkan bahwa kultur jaringan tersebur berhasil.
Keberhasilan budidaya jamur ditentukan oleh kualitas media tanam, proses
budidaya, dan kualitas bibit yang digunakan. Bibit yang berkualitas dapat dibuat
dengan perlakuan-perlakuan yang teliti dan sarana yang memadai, seperti ruangan
pembuatan bibit, peralatan, dan kemampuan pelaksana. Secara umum pembuatan
bibit jamur tiram putih melalui beberapa tahap, yaitu pembuatan kultur murni,
pembuatan bibit induk, dan pembuatan bibit semai (Cahyana et al., 1999).
Pembuatan kultur murni dilakukan melalui tiga tahap yaitu pembuatan
media agar, pemilihan induk tanaman, dan isolasi (Cahyana et al., 1999). Untuk

pembuatan media kultur atau media PDA (potatoes dextrose agar) jamur tiram
putih dibutuhkan bahan dan alat yang sangat penting disediakan sebelum memulai
pembuatan media. Media yang digunakan untuk pembuatan kultur murni adalah
potatoes dextrose agar (PDA). Penggunaan PDA karena kualitasnya sudah
mengalami standarisasi (Cahyana et al., 1999). Pembuatan media PDA ini sangat
penting, karena jika tidak dilakukan dengan hati-hati dapat mengakibatkan
terjadinya kontaminasi (Suriawiria 2006).
Bibit jamur tiram putih dikembangkan melalui kultur jaringan. Ada dua
teknik yang digunakan, yaitu dengan menggunakan spora jamur tiram putih dan
potongan tipis tangkai jamur tiram. jamur yang dijadikan eksplan pada tempat
Praktikum adalah jamur tiram yang sudah tua atau yang sudah mekar penuh.
Eksplan jamur yang dikulturkan diambil dari bagian buah jamur tiram antara
helaian jamur dengan tangkai jamur. Media yang digunakan dalam pengulturan
adalah media PDA (Suhartini 2011).
Kultur jaringan menggunakan dasar teori sel seperti dikemukakan oleh
Schleiden dan Schwan bahwa sel mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi
merupakan kemampuan setiap sel, dari bagian sel yang diambil dan diletakkan
dalam lingkungan yang sesuai akan tumbuh menjadi tanaman yang sempurna.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam teknik kultur jaringan antara lain

adalah pemilihan eksplan yaitu bagian dari tanaman yang digunakan dalam
kulturasi, penggunaan media yang sesuai dan keadaan lingkungan yang aseptis
(Suhartini 2011).
Ketersediaan nutrisi bagi jamur sangat berpengaruh dalam menentukan
kualitas jamur sehingga dapat berproduksi tinggi. Kemampuan jamur untuk dapat
memanfaatkan nutrisi yang telah tersedia pada substrat tanam dapat diketahui
dengan menghitung nilai efisiensi biologis. Biokonversi adalah proses enzimatik
yang dapat merubah suatu senyawa menjadi produk lain yang strukturnya hampir
sama, dengan demikian melalui teknologi biokonversi diharapkan dapat
memperbaiki nilai gizi suatu bahan pangan, terutama yang kandungan dinding
selnya tinggi, menjadi suatu produk badan buah jamur yang bermutu tinggi,
karena melalui teknologi tersebut dapat meningkatkan nilai gizi, protein,
persentase lignin menurun, tidak menyebabkan polusi, dan tidak menghasilkan
racun Sinaga (2000).
Proses yang pertama dari kultur jaringan adalah pengambilan spora
langsung dari indukan jamur/jamur dewasa. Suatu Jamur Tiram Putih dewasa
mempunyai bilah-bilah atau sekat-sekat yang jumlahnya banyak. Di dalam bilahbilah tersebut terdapat bagian yang disebut Basidia. Di ujung Basidia terdapat
kantung yang berisi banyak spora atau disebut juga Basidiospore. Fungsi Spora
adalah untuk berkembang biak (Dewi 2009).
Adapin proses pembuatannya menurut Sinaga (2000) adalah Pilih jamur

yang

baik

dengan

ciri-ciri

sehat

(bersih,

tidak

busuk

terkontaminasihamaatau jamur pengganggu), memiliki batang yang kuat,

ataupun
tidak


terlalu tua artinya masih dalam masa pertumbuhan, bisa dilihat dari tudungnya
yang belum terlalu besar, jamur yang dipilih merupakan jamur yang tumbuhnya
tunggal (satu tangkai) tidak berkoloni (memiliki banyak tangkai)
1. Bersihkan ruangan isolasi dan semua peralatan dengan menggunakan
alkohol kemudian masukkan semua peralatan yang telah dibersihkan ke
dalam ruang isolasi

2. Nyalakan lampu UV di dalam ruang isolasi/laminar flow selama 10-15
menit, setelah itu matikan. Lampu UV berfungsi untuk mematikan bakteribakteri kontaminan
3. Setelah peralatan siap, bersihkan kedua tangan dan botol-botol PDA
dengan alkohol
4. Masukkan kedua tangan ke dalam ruang isolasi kemudian pegang pisau
skalpel/jarum jara seperti memegang sendok.
5. bakar ujung jarum jara tersebut beberapa saat dengan menggunakan
lampu spirtus untuk membunuh kuman-kuman yang masih menempel.
Pastikan jarum jara tidak menyentuh permukaan setelah pembakaran
6. Setelah jarum dingin, siapkan bagian kecil jamur yang akan dikultur
dengan cara menyobeknya menggunakan tangan
7. Potong jaringan dari dalam jamur dengan menggunakan jarum jara/pisau

scalpel dengan ukuran 2 mm x 2 mm. Jaringan yang dipotong kira kira
terletak pada bagian tengah antara tudung buah dan batang.
8. Siapkan botol PDA. Dekatkan dengan api untuk menjaga dari kontaminasi
(± 20 cm). Buka kapas penutup botol
9. secara perlahan lahan masukkan/inokulasi jaringan jamur yang telah
dipotong dengan menggunakan jarum jara/pinset ke bagian tengah
permukaan PDA.
10. Setelah selesai tutup botol PDA segera dengan menggunakan kapas
11. Beri label pada botol PDA dengan menuliskan keterangan-keterangan
yang diperlukan seperti tanggal inokulasi,jenis jamur dll.
12. simpan/inkubasi di tempat yang bersih
13. lakukan pengamatan secara berkala. Bila terdapat kontaminasi segera
pisahkan dan bersihkan.

Menurut Suriawiria (2006) Untuk meyakinkan apakah media PDA ini
terkontaminasi atau tidak biarkan selama beberapa hari kemudian perhatikan
apabila terdapat titik titik hitam maka besar kemungkinan media telah
terkontaminasi. Sebaliknya, apabila media terlihat bersih maka media PDA siap
untuk digunakan dan diinokulasi dengan bibit jamur tiram.


KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa bagian tubuh buat
jamur yang memiliki sifat totipotensi adalah tudung dan batang. Adapun dalam
melakukan kultur jaringan membutuhkan ketelitian dan kecermatan bekerja dalam
kondisi aseptis.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyana,Y. A., Muchrodji, dan M. Bakrun. 1999. Pembibitan, Pembudidayaan
dan Analisis Jamur Tiram. Bogor. Penebar Swadaya.
Dewi, I. K. 2009. Efektivitas Pemberian Blotong Kering Terhadap Pertumbuhan
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada Media Serbuk Kayu.
Skripsi. Universitas Muhamadiah. Surakarta. 70 hlm.
Sinaga, M. S. 2000. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta. Penebar
swadaya. 65 hlm.
Suhartini, T. Aminatun, dan V. Henuhili. 2011. Pelatihan Budidaya Jamur Tiram
Dengan Sistem Susun Pada Masyarakat Desa Kasihan, Bantul Sebagai
Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Modul Pelatihan Jamur
Tiram. Desa Kasihan, Bantul. 17 hlm.
Suriawiria. 2006. Budidaya Jamur Tiram.Yogyakarta. Kanisius.