Korelasi Pendidikan dan Kebudayaan republik

Korelasi Pendidikan dan Kebudayaan
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Profesi Guru
Dosen Pengampu: Dr. Sabaruddin

Oleh:
Dewi Furusin Marfu’ah

( 13410192 )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015 / 2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah memberikan petunjuk di jalan

yang diridhai oleh Yang Maha Esa dengan berbagai Ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi
masa depan kehidupan.
Dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing serta saudarasaudara di kampus yang telah memberi motivasi dalam pembuatan makalah ini baik secara
langsung maupun tidak langsung. Saya berharap semoga semua yang telah berjasa dalam
penyusunan makalah ini mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi dan Sosiologi
Pendidikan Semester V yang diampu oleh Bapak Dr. Sabaruddin, M.A. Prodi Pendidikan Agama
Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Dengan adanya tugas pembuatan makalah ini, penulis berharap kita mendapat
tambahan ilmu pengetahuan (Ilmu Pendidikan) terutama dengan judul yaitu “ Korelasi Antara
Pendidikan dan Kebudayaan ” dan dapat memahaminya serta menambah wawasan.
Yogyakarta, 22 september 2015

Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I (PEMBUKAAN)............................................................................................
Latar Belakang..................................................................................................4
Rumusan Masalah.............................................................................................5

Tujuan Penulisan...............................................................................................5
BAB II (ISI)
Definisi hakikat pendidikan dan kebudayaan...................................................6
korelasi pendidikan dalam kebudayaan............................................................7
proses perubahan budaya..................................................................................11
BAB III (PENUTUP)
Kesimpulan.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 16

BAB I
( PEMBUKAAN )
1. Latar Belakang
Pendidikan dalam arti luas, memegang peranan sangat strategis dalam setiap masyarakat
dan kebudayaan. Suatu masyarakat mempunyai keteraturan yang diikat oleh sistem nilai yang
hidup dalam kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Kebudayaan adalah jiwa masyarakat,
karena kebudayaan itulah yang menghidupi masyarakat dengan nilai-nilai yang dimilikinya.
Pendidikan, masyarakat, kebudayaan, merupakan suatu tripartite tunggal dimana
kebudayaan merupakan dasarnya, masyarakat menyediakan sarana, dan proses pendidikan
merupakan kegiatan untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai yang mengikat
kehidupan bersama dalam masyarakat. Disini pendidikan nasional yang telah kita bentuk,

Bhineka Tunggal Ika patut kita jadikan dasar yang fundamental.
Proses pendidikan merupakan proses pembudayaan, dan proses pembudayaan adalah
proses pendidikan. Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan merupakan alienasi dari
hakikat manusia dan dengan demikian alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses
pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di
dalam kehidupan manusia. 1
Menurut Koentjaraningrat2 merumuskan kebudayaan sebagai “Keseluruhan gagasan dan
karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya itu.”
Jadi, dari banyak pendapat ahli mengenai korelasi pendidikan dan kebudayaan akan
penulis jabarkan dalam makalah ini secara lebih luas dan menddalam.

2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi hakikat pendidikan dan kebudayaan?
b. Bagaimana korelasi pendidikan dalam kebudayaan?
c. Bagaimana proses perubahan budaya terjadi?
3. Tujuan
1 Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet-3 2002, h.
32
2 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, h.9


a. Memahami definisi hakikat pendidikan dan kebudayaan.
b. Memahami korelasi pendidikan dalam kebudayaan.
c. Memahami proses perubahan budaya.

BAB II
(PEMBAHASAN)
A. Definisi Hakikat Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan merupakan factor penting dalam proses kebudayaan masyarakat. Jawaban
mengenai arti secara definitive sendiri telah banyak diulas dalam khazanah ilmu pengetahuan
yang disebut ilmu pendidikan atau pedagogik.

Dari berbagai macam definisi yang muncul, maka hakikat pendidikan dapat
dikategorisasikan dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan epistimologis dan pendekatan
ontologi atau metafisik. Dimensi epistimologis berusaha mencari makna pendidikan sebagai ilmu
dengan mempunyai objek kajian untuk dasar analisis. Dari sudut pandang ini pendidikan dilihat
sebagai proses yang inheren dalam konsep manusia. Manusia hanya dapat dimanusiakan melalui
proses pendidikan. Sedangkan pendekatan ontologi menekankan hakikat keberadaan pendidikan
yang tidak terlepas dari keberadaan manusia.3
Sedangkan hakikat kebudayaan yang didefinisikan oleh para ahli dapat disimpulkan

bahwa inti dari setiap kebudayaan ialah manusia. Dengan kata lain kebudayaan adalah khas
insani. Hanya manusia yang berbudaya dan membudaya.
Lalu, yang menjadi pertanyaan dibenak kita sekarang ialah definisi hakikat kebudayaan
yang seperti apa yang dapat kita gunakan sebagai titik tolak untuk mencari afinitas antara
kebudayaan dan pendidikan?
Edwar B. Tylor dalam bukunya Primitive Culture tahun 1871. Definisi Tylor mengenai
budaya sebagai berikut:4
“Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan
lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.”
Dari definisi tersebut memberikan beberapa hal mengenai hubungan pendidikan dan
pembudayaan antara lain:
1. Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks. Hal ini berarti bahwa kebudayaan
merupakan suatu kesatuan dan bukan jumlah dari bagian-bagian. Keseluruhannya
mempunyai pola atau desain tertentu yang unik. Setiap kebudayaan mempunyai mozaik yang
spesifik.
2. Kebudayaan diperoleh dari lingkungan
3. Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang soliter atau terasing tetapi yang
hidup di dalam suatu masyarakat tertentu.
Disini juga ditekankan mengenai pentingnya peranan nilai-nilai didalam kebudayaan.

Apa yang terjadi di dunia pendidikan saat ini dinilai sebagai sesuatu yang taken for granted.
Dapat kita saksikan beberapa orde yang lalu, tepatnya selama Orde Baru kita lihat nilai-nilai
luhur Pancasila yang hidup dan berkembang di dalam kebudayaan Indonesia telah direduksi
menjadi pengetahuan mengenai nilai-nilai yang terlepas satu sama lain. Akibatnya Pancasila
lebih merupakan pengetahuan daripada penghayatan serta perwujudan nilai-nilainya dalam
3 Feibleman dalam Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, …, h. 17
4 Tilaar, Pendidikan, …, h. 39-40

kehidupan bermasyarakat. Sungguh pun pendidikan dilepaskan dari kaitannya yang hakiki
dengan kebudayaan.
Dari pengertian kebudayaan diatas ada tiga point penting yang bisa dicatat bahwa:
1. Adanya keteraturan dalam hidup bermasyarakat.
2. Adanya proses pemanusiaan
3. Di dalam proses pemanusiaan itu terdapat suatu visi tentang kehidupan.
Jadi, pendidikan dan kebudayaan tidak dapat dinilai sebagai entitas yang saling berpisah,
namun saling terintegrasi satu sama lain untuk mengahasilkan makna bagi individu atau manusia
secara komprehensif dan utuh.
Sebagai penutup persepsi kita mengenai kebudayaan, yaitu sebuah rumusan dari
Koentjaraningrat5 bahwa “keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.” Rumusan mengenai

hakikat kebudayaan tersebut telah mewakili hakikat pendidikan dalam kebudayaan.
B. Korelasi Antara Pendidikan dalam Kebudayaan
Berangkat dari beberapa definisi hakikat kebudayaan diatas tampak jelas betapa besar
peranan pendidikan dalam perkembangan bahkan matinya suatu kebudayaan. Dalam rumusanrumusan hakikat kebudayaan, para pakar dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan tidak
dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Bahkan tanpa proses pendidikan tidak mungkin
kebudayaan itu berlangsung dan berkembang bahkan memperoleh dinamikanya.
Ilmu Antropologi Pendidikan muncul sebagai akibat besarnya peranan pendidikan dalam
kebudayaan atau dapat dikatakan bahwa pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Ada
beberapa factor kebudayaan yang turut berproses dalam pendidikan, yaitu sebagai berikut:6
-

Kepribadian dalam proses kebudayaan
Peranan pendidikan di dalam kebudayaan dapat kita lihat dengan nyata di dalam

perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian tidak aka nada sebuah kebudayaan
karena kepribadian merupakan aspek fundamental pembentuk budaya. Walaupun memang
kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian-kepribadian. Individu bukan saja hanya
seperti pion yang diarahkan, namun individu merupakan creator sekaligus manipulator dari
kebudayaannya. 7
Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan kebudayaan akan dapat

berkembang melalui kepribadian-kepribadian tersebut. Inilah yang disebut hubungan kausilitas
sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan
5 Koenjaraningrat, Kebudayaan,…, h.9
6 Tilaar, Pendidikan, …, h.507 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, 1990, h.101

bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian
yang kreatif. Pranata sosial yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan
kepribadian yang kreatif tersebut. Namun terkadang lembaga pendidikan yang disebut sekolah
kita ialah sekolah telah menjadi sejenis penjara yang memasung kreativitas peserta didik.
Para pakar yang menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kebudayaan awalnya
muncul dari para kaum behaviorist dan psychoanalyst. Para ahli psikologi behaviorisme melihat
kelakuan manusia sebagai suatu reaksi dari rangsangan dari sekitarnya. Di sinilah peranan
pendidikan di dalam pembentukan kelakuan manusia. Begitu pula para psikolog aliran
psikoanalis menganggap kelakuan manusia ditentukan oleh dorongan-dorongan baik sadar
maupun tidak sadar.
Para pakar aliran behaviorisme melihat bahwa ada suatu rangsangan kebudayaan
terhadap pengembangan kepribadian manusia. Pengaruh ini dapat dilukiskan sebagai berikut.
1. Kepribadiaan adalah suatu proses. Hal ini berarti terjadi dinamika antara pribadi dan kebudayaan
yang muncul dari actor dan manipulator dari interaksi yang terjadi pada manusia.
2. Kepribadian mempunyai keterarahan dalam perkembangannya untuk mencapai suatu misi

tertentu.
3. Dalam perkembangan kepribadian salah satu factor penting adalah imajinasi. Imajinasi akan
didapatkannya dari lingkungan kebudayaannya. Manusia apabila dalam keterasingan akan sulit
mengembangkan kepribadiannya.
4. Kepribadian mengadopsi secara harmonis tujuan hidup dalam masyarakat agar ia dapat hidup
dan berkembang. Ketika manusia berjalan tidak sesuai tujuan masyarakat berarti ia telah
melawan arus dalam perkembangan hidupnya. Yang paling penting adalah mencari
keharmonisan antara tujuan hidup dan masyarakat.
5. Di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang berkembang itu dapat dibedakan antara
tujuan dalam waktu yang dekat dn tujuan dalam waktu yang panjang. Dalam dinamika waktu
tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
6. Berkaitan dengan keberadaan tujuan di dalam pengembangan kepribadian manusia, dapatlah
disimpulkan bahwa proses belajar adalah proses yang ditujukan untuk mencpai tujuan. Learning
is a goal teaching behavior.8
-

Transmisi kebudayaan
Salah satu proses yang luas dikenal mengenai kebudayaan adalah transmisi kebudayaan.
Artinya kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Karena


8 Tilaar,.., h.52

manusia bukan hanya sebagai penerus kebudayaan yang pasif, maka pribadinya sebagai actor
sekaligus manipulator kebudayaan terus menerus berubah.
Tiga unsur utama transmisi kebudayaanm sebagai proses pendidikan yang dikemukakan
oleh Fortes9: 1) unsur-unsur yang ditransmisi, 2) proses transmisi, dan 3) cara transmisi.
Unsur kebudayaan yang pertama-tama ditransmisi adalah nilai-nilai budaya, adat istiadat
masyarakat, pandangan mengenai hidup serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam
masyarakat.
Kedua, proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi, dan sosialisasi.
Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Selanjutnya peran manusia sebagai actor dan
manipulator dalam kebudayaan mulai melakukan identifikasi terhadap unsur-unsur kebudayaan
tersebut. Proses identifikasi berjalan sepanjang hayat sesuai tingkat kemampuan dan
perkembangan manusia itu sendiri. Lalu, unsur-unsur budaya tersebut harus disosialisasi artinya
harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata di dalam kehidupan nyata dan masyarakat yang
makin meluas.
Ketiga, adalah cara transmisi yang terkait dua bentuk yaitu peran-serta dan bimbingan.
Bentuk peran serta dapat berwujud ikut serta dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan bentuk
bimbingan dapat berupa instruksi, persuasi, rangsangan dan hukuman.
Pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya pendidikan di dalam kebudayaan

terlihat pada sistem among yang berisi mengajar dan mendidik. Mengajar dan mendidik bukan
hanya melulu tentang kepandaian dan kecerdasan dalam ilmu pengetahuan, namun juga menjadi
pribadi yang beradab dan bersusila.
-

Pendidikan dalam Proses Pembudayaan
Melalui transmisi kebudayaan diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan tidak hanya

diturunkan secara lempeng saja dari generasi diatasnya, namun terjadi proses interaksi antara
pribadi dan kebudayaan sebagai agen yang aktif dan kreatif. Di dalam proses pembudayaan
terdapat pengertian-pengertian seperti inovsi dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi,
asimilasi, inovasi, focus, krisis, dan prediksi masa depan.10
Berikut beberapa prosesnya antara lain11:
a. Penemuan dan invensi (discovery and invention)
Dua konsep tersebut merupakan proses terpenting dalam pertumbuhan dan kebudayaan.
Hal ini karena tanpa penemuan dan invensi suatu budaya akan mati. Suatu penemuan berarti
menemukan sesuatu yang sebelumnya belum dikenal tetapi telah tersedia di alam sekitar.
9 Koenjaraningrat, Pengantar, …, h.1
10 Koentjaraningrat, Pengantar, …, h.225
11 Tilaar, Pendidikan, …, h.57-63

Misalnya penemuan dunia baru sehingga pemukiman manusia menjadi lebih luas dan berarti
pula semakin luasya penyebaran kebudayaan.
Lalu, dengan invensi maka umat manusia dapat menemukan hal-hal yang dapat
mengubah kebudayaan. Dengan penemuan melalui ilmu pengetahuan maka lahirlah kebudayaan
industry yang telah menyebabkan suatu revolusi kebudayaan terutama di Negara-negara barat.
Soerjono Soekanto membedakan invention dengan discovery. Discovery adalah
penemuan dari suatu unsur yang baru, yang di ciptakan oleh seorang individu dalam masyarakat
yang bersangkutan. Discovery baru dapat di sebut invention jika masyarakat suadah menagakui,
menerima serta menerapkan penemuan baru itu. Jadi penemuan baru dalam arti discovery adalah
ciptaan baru dari individu yang belum di fublikasikan dan di terapkan atau belum tentu mendapat
pengakuan dari masyarakat. Sedangkan penemuan baru dalam arti invention adalah suatu
kelajutan dari discovery, yaitu penemuan baru yang sudah di akui dan dapat di terapkan oleh
masyarakat. Invention merupakan hasil ciptaan baru manusia atas nama individu atau kelompok
masyarakat (dalam Abdul Syani 1995:90).
b. Difusi
Difusi berarti pembauran atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat
yang lebih maju terhadap masyarakat yang lebih tradisional. Misalnya saja yang terjadi di
Negara kita, bagaimana pengaruh Kebangkitan Nasional terhadap kehidupan suku-suku.
c. Akulturasi
Akulturasi merupakan bentuk difusi kebudayaan. Dalam proses ini terjadi pembauran
budaya antar kelompok. Misalnya adanya becak dengan betuk dan model yang demikian, lalu
ada juga motor dengan mesin dan model seperti itu. Lalu ditemukan Bentor.
d. Asimilasi
Proses asimilasi kebudayaan terjadi terutama antar etnis dengan sub budaya masingmasing-masing. Biasanya hal ini terjadi melalui proses perkawinan antar etnis.
C. Proses Perubahan Budaya
Perubahan yang menyangkut kehidupan manusia di sebut perubahan sosial dapat
mengenai nilai-nilai sosial, nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial
dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang di mana mungkin terjadi perubahan-perubahan
tersebut.

Kehidupan manusia, ada pandangan segolongan atau sekelompok yang mempunyai rasa
membangun di mana selalu menginginkan adanya kemajuan-kemajuan dan perombakanperombakan sesuai tuntutan zaman. Di samping itu pula, di dukung oleh pandangan segolongan
masyarakat yang bersifat optimis yang di artikan sebagai sekelompok masyarakat yang berfaham
mempunyai bahwa besok di kemudian hari akan ada hari lebih cerah, sehingga di dorong oleh
rasa kejiwaan paham optimis tersebut mereka akan selalu berhati-hati dalam membawa arus
massyarakat cenederung untuk maju dan berubah.
Di bawah ini adalah beberapa pendapat para ahli tentang perubahan sosial yaitu sebagai
berikut:
Menurut Wibert moore (dalam Jacobus Ranjabar 2008:15) berpendapat bahwa
“perubahan sosial bukanlah suatu gejala masyarakat modern tetapi sebuah hal yang universal
dalam pengalaman hidup manusia.”
Menurut Burhan Bungin (1994:123) perubahan sosial adalah proses sosial yang di alami
oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana
semua tingkat kehidupan masyarakat secara suka rela atau di pengaruhi oleh unsurmenyesuaikan
diri dan menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.
Lanjut menurut Burhan Bungin hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut
aspek-aspek sebagai berikut, yaitu; perubahan pola pikir masyarakat perubahan perilaku
masyarakat,perubahan budaya materi. Pertama, perubahan pola pikir dan sikap masyarakat yang
menyangkut persoalan sikap masyarakt terhadap berbagai persoalan sosial dan budaya di
sekitarnya yang berakibat terhadap pemerataan pola-pola pikir baru yang di anut oleh masyarakat
sebagai sebuah sikap yang modern. Contohnya sikap terhadap pekerjaan. kedua, perubahan
perilaku masyarakat menyangkut persoalan perubahan sistem-sistem sosial dimana masyarakat
meningglkan sosial lama dan menjalankan sistim sosial baru, seperti perubahan perilaku
pengukuran kinerja suatu lembaga.
Sehingga di simpulkan cepat atau lambatnya perubahan sosial akan menentukan besar
kecilnya penduduk. Penduduk yang padat lebih cepat terjadi perubahan-perubahan yang
menyangkut struktur dan kultur masyarakat dibandingkan dengan kurang padat. Contohnya
perubahan akibat transmigrasi atau daerah tertentu mengalami pertambahan penduduk, dengan
adanya pendatang baru yang terampil dan

Siap bekerja di tempat yang baru maka besar kemungkinan justru tidak hanya
menguntungkan bagi pihak transmigran melainkan dapat terpengaruh terhadap penduduk asli
sehingga kehidupan masyarakat pun akan berubah.
Seojono Soekanto (2007:267) perubahan sosial dapat di ketahui dengan adanya ciri-ciri
tertentu:
1. Tidak adanya masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat
mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan di tiru dengan perubahan
pada lembaga-lembaga sosial lainnya karena lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interpenden
maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja. Proses
awal dan proses-proses selanjutnya merupakan suatu mata rantai.
3. Perubahan-perubahan yang cepat biasanya mengakibatkan di organisasi yang bersifat
sementara karena berada di dalam proses.
Faktor-Faktor Pendorong Perubahan Masyarakat
Perubahan masyarakat pada umumnya dapat terjadi dengan sendirinya secara wajar dan
teratur, terutama apabila perubahan itu sesuai dengan pertumbuhan kepentingan masyarakat. Jika
tidak, biasanya masyarakat tertutup dengan perubahan lantaran khawatir atau takut kalau
stabilitas kehidupan masyarakatnya akan terganggu akibat dari perubahan itu, akan tetapi kondisi
tertentu perubahan masyarakat tidak bisa di hindari, terutama jika keadaan sekarang di anggap
tidak berkemajuan atau tidak memuaskan lagi.
Peluang menuju kearah perubahan akan semakin besar di kala masyarakat lingkungan
sekitar menawarkan berbagai metode dan teknologi dan sarana baru (faktor eksteren) yang
dianggap sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang. Faktor-faktor ekstern di
terima sebagai pengganti tradisi yang di rasakan tidak cukup memuaskan itu.
Menurut Abdul Syani (1995:90) “Secara umum, perubahan masyarakat dapat di sebabkan
oleh beberapa faktor, baik faktor yang datang dari dalam tubuh masyarakat itu sendiri (bersifat
intern), maupun yang akan datang dari luar lingkungan masyarakat (bersifat eksteren).
Faktor-faktor penyebab perubahan masyarakat itu antara lain: Penemuan baru, Pertumbuhan
penduduk, Kebudayaan.

Perubahan kebudayaan pada masyarakat biasanya ada yang di sebabkan oleh masyarakat
itu sendiri, atau pun berasal dari masyarakat pendatang. Biasanya penyebab perubahan yang di
lakukan oleh masyarakat itu sendiri terjadi akibat adanya kelahiran, juga hala-hal baru serta
media yang mereka lihat biasanya akan menimbulkan pengaruh positif juga negatif bagi
masyarakat itu sendiri. Begitu juga sebaliknya dengan penyebab perubahan budaya yang di
akbatkan dengan adanya kedatangan masyarakat dari luar yang biasanya terjadi karena adanya
bencana alam, transmigrasi maupun lainnya. Mereka biasanya hanya mampu meninggalkan
tempat di mana mereka tinggal dulu, tetapi sulit bagi mereka meninggalkan budaya yang sudah
ada dan menggantikannya dengan yang baru. 12

PENUTUP

12 Nur Djazifah, “Proses Perubahan Sosial di Masyarakat”

KESIMPULAN
Dari uraian makalah diatas dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan
baik lingkungan fisik maupun non fisik yang melahirkan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam untuk mengelola
keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
2. Pendidikan berperan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya dalam proses
pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki. Dan
kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat pendidikan.
3. Pendidikan dalam proses pembudayaan terdapat unsure-unsur, seperti inovasi dan
penemuan, akulturasi, dan asimilasi.
4. Perubahan budaya ditentukan oleh factor eksternal dan internal.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat.2000. “Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan”
Nur Djazifah, 2012.“Proses Perubahan Sosial di Masyarakat”

Tilaar. 2000. “ Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia”, Jakarta:
PT. Rosda Karya