FINANCIAL AND ECONOMIC FEASIBILITY OF TH

Agros Vol. 8 No. 3 September 2006: 301-306

ISSN 1411

KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI USAHA TANAMAN HIAS
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
FINANCIAL AND ECONOMIC FEASIBILITY OF THE ORNAMENT PLANT
IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Sulistiya*) dan Rini Anggraeni
Fakultas Pertanian Universitas Janabadra
ABSTRACT

Increasing the number of inhabitant settlement, developing the building and tour
place, and growing the community consciousness to the role of living environment, was
contributes to ornament plant demand. This condition inspired the development of ornament
plant agribusiness. This phenomenon is interesting to studied, in specially of investing
ornament plant agribusiness. The aims of the research are to know financial and economic
feasibility, do to know income, absorption, and productivity of labour. Descriptive method
was used, and location determinate by purposive sampling. Pay Back Period (PB), Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Returns (IRR), and Net Benefit Cost Ratio (Net BCR)
were used to business feasibilities analysis. Sensitivity Analysis was used to predicts change

of input or output price. Result of the research shows that the developing ornament plant
agribusiness in Daerah Istimewa Yogyakarta is feasible either financial or economic. More
varieties kind of commodities and favour, more large income that earned by ornament plant
entrepreneur.
Key-words: ornament plant; economic feasibility; financial feasibility

INTISARI
Meningkatnya jumlah pemukiman penduduk, dibangunnya gedung-gedung,
berkembangnya tempat-tempat wisata, serta bertumbuhnya kesadaran masyarakat akan peran
lingkungan hidup, mengakibatkan melonjaknya permintaan akan tanaman hias. Kenyataan ini
kemudian mendorong berkembangnya agribisnis tanaman hias. Fenomena perkembangan
bisnis tanaman hias ini sangat menarik untuk diteliti, khususnya perihal penilaian atas
investasi dalam agribisnis tanaman hias ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kelayakan usaha secara finansial dan ekonomi, serta untuk mengetahui pendapatan,
penyerapan dan produktivitas tenaga kerja pada agribisnis tanaman hias.Penelitian
menggunakan metode deskriptif, pemilihan lokasi secara purposive sampling. Analisis
kelayakan usaha menggunakan Pay back Period (PB), Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Returns (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net BCR). Untuk memperkirakan
perubahan yang terjadi pada harga input maupun output dilakukan analisis kepekaan
(Sensitivity Analysis). Disimpulkan bahwa secara finansial dan ekonomi, agribisnis tanaman

hias di DIY layak diusahakan; Semakin bervariasi jenis barang dan jasa yang ditawarkan,
semakin besar pendapatan yang diterima pengusaha tanaman hias.
Kata kunci: tanaman hias; kelayakan ekonomi; kelayakan finansial

*)

Alamat penulis untuk korespondensi: Sulistiya, Fakultas Pertanian Universitas Janabadra, Jln.
Tentara Rakyat Mataram 55-57 Yogyakarta 55231, Telp./Fax. (0274) 561039; 517251; Email:listyocgp@yahoo.co.id; HP. 085228591455.

302

PENDAHULUAN
Pembangunan Pertanian ditujukan
untuk menghasilkan produk unggulan yang
berdaya saing tinggi, menyediakan bahan
baku bagi keperluan industri secara saling
menguntungkan, memperluas lapangan kerja
serta kesempatan berusaha melalui upaya
peningkatan usaha pertanian secara terpadu,
dinamis dan berbasis agroekosistem menuju

terwujudnya agroindustri dan agribisnis yang
tangguh (Anonim 1998).
Lingkungan adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan
mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia
dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lainnya
(Sunandar 2005). Tujuan dilaksanakannya
pembangunan di Indonesia bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang
sifatnya fisik-material, namun juga mentalspiritual, termasuk pemenuhan rasa estetika.
Pengembangan agribisnis tanaman hias
merupakan salah satu upaya pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan rasa estetika
tersebut, karena tanaman hias mempunyai
peranan penting dalam aspek kesehatan
lingkungan hidup bagi manusia.
Pengembangan agribisnis tanaman
hias mempunyai prospek yang sangat baik,

mengingat potensi konsumen yang cukup
besar, baik di dalam maupun luar negeri.
Dengan adanya pertumbuhan penduduk,
perkembangan kota, dan perluasan areal
pemukiman, nilai tanaman hias dalam
masyarakat makin meningkat. Ini menuntut
adanya peningkatan kualitas, kuantitas, dan
pelestarian kultivarnya. Selain itu, adanya
penghijauan kota dan kesadaran masyarakat
akan peran lingkungan hidup, menambah
besarnya usaha pembudidayaan, pembibitan,
penjualan, dan persewaan tanaman hias.

Agros Vol. 8 No. 3 September 2006: 301-306

Semaraknya perkantoran, pertokoan, hotel,
tempat-tempat
pertemuan,
telah
mendorong berkembangnya tanaman hias

(Soertini 1983), bahkan peranan agribisnis
tanaman hias dalam pembangunan
umumnya
menunjukkan
adanya
kesempatan atau lapangan kerja baru,
menambah pendapatan petani, serta dapat
memberi andil bagi devisa negara.
Didukung dengan keanekaragaman
jenis serta teknologi yang tepat, Indonesia
akan menyaingi negara lain di bidang
tanaman hias (Wianta 1983). Kebutuhan
akan tanaman hias makin meluas, tidak
hanya terbatas pada kalangan atas,
melainkan juga masyarakat umum. Hal ini
karena: (1) Sebagian besar masyarakat,
termasuk generasi muda yang tingkat
pendidikannya tinggi, mulai sadar akan
pentingnya lingkungan yang asri dan bebas
polusi; (2) Tanaman tidak hanya berfungsi

sebagai peneduh dan penyejuk, tetapi juga
sebagai tanaman hias yang mengandung
nilai estetika dan dapat memacu gairah
kerja; (3) Sebagian besar masyarakat
menganggap tanaman hias sebagai salah
satu elemen interior yang dapat
menciptakan suasana indah, asri, dan sejuk;
(4) Masyarakat lebih menyadari bahwa
ruangan terasa kurang indah, tanpa
kehadiran tanaman hias di dalam ruangan.
Tanaman hias dapat berupa pohon,
perdu, semak, tumbuhan menjalar,
merambat,
menempel,
menggantung,
ataupun sebagai penutup tanah. Tanaman
hias dapat diusahakan menjadi suatu bisnis
yang menjanjikan keuntungan besar karena
tanaman hias mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi. Tanaman hias potensial untuk

dijadikan komoditas perdagangan antar
negara di dunia. Menanam atau mengoleksi
tanaman hias mempunyai peran dan fungsi
yang amat besar dalam kehidupan manusia

Kelayakan Finansial Ekonomi Tanaman Hias (Sulistiya; Rini Anggraeni)

dan
pembangunan
yang berwawasan
lingkungan.
Sampai saat ini belum diketahui
kelayakan finansial dan ekonomi usaha
tanaman hias, sensitivitas usaha tanaman
hias, pendapatan usaha tanaman hias,
penyerapan dan produktivitas tenaga kerja,
dan kendala yang dihadapi pengusaha
tanaman
hias
di

Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mengetahui kelayakan usaha tanaman hias
secara
finansial
dan
ekonomi,
(2)
menganalisis kepekaan usaha tanaman hias,
(3) mengetahui pendapatan usaha tanaman
hias, (4) mengetahui penyerapan dan
produktivitas tenaga kerja usaha tanaman
hias, dan (5) mengetahui kendala yang
dihadapi dalam usaha tanaman hias.
METODE PENELITIAN
Metode dasar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif.
Lokasi Pemilihan lokasi dilakukan secara

purposive sampling dengan pertimbangan
DIY merupakan pusat pariwisata dan budaya
sehingga potensial bagi pengembangan
tanaman hias. Penentuan sampel pengusaha
tanaman hias dilakukan dengan metode acak
sederhana sebanyak 30 sampel, terdiri atas 10
sampel pengusaha yang menjual tanaman
hias saja, 10 sampel pengusaha yang menjual
tanaman hias dan menyewakan tanaman serta
menerima jasa dekorasi ruang; 10 sampel
pengusaha yang selain menjual dan
menyewakan juga membuka jasa pembuatan
taman dan kolam hias. Pendapatan bersih
usaha tanaman hias dihitung dengan
menggunakan rumus:
NR = TR TC
NR = TR – (TVC + TFC)
NR = Py. Y – (Px. X + TFC)
Keterangan:


303

NR = Net Revenue (pendapatan bersih)
TR = Total Revenue (penerimaan total)
TC = Total Cost (biaya total)
TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total)
TVC = Total Variable Cost (biaya variabel
total)
Py = harga output
Y = jumlah output
Px = harga input
X = jumlah input
Produktivitas
tenaga
kerja
dinyatakan dalam satuan rupiah per HKO
(Rp/HKO)
mengguakan
rumus:
Produktivitas Tenaga Kerja (Rp/HKO) =

Penerimaan/Total Tenaga Kerja. Kelayakan
usaha tanaman hias secara finansial dan
ekonomi dianalisis dengan Pay back
Period (PB), Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Returns (IRR), dan Net
Benefit Cost Ratio (Net BCR (Munandar
2001). Untuk memperkirakan perubahan
yang terjadi pada harga input maupun
output dilakukan analisis kepekaan.
Dengan mengubah variabel yang penting,
masing-masing terpisah, atau beberapa
dalam kombinasi, dengan persentase
tertentu dan menentukan berapa pekanya
hasil perhitungan terhadap perubahan
tersebut. Dalam penelitian ini, analisis
kepekaan dilakukan dengan menaikkan
variabel biaya sampai 5 persen dan
menurunkan variabel penerimaan sampai 5
persen
serta
secara
bersama-sama
menaikkan variabel biaya dan menurunkan
variabel penerimaan sampai 5 persen
dengan asumsi faktor lain relatif tidak
berubah. Kendala dalam agribisnis
tanaman hias. Untuk menganalisis kendala
yang dihadapi dalam usaha tanaman hias
serta upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasinya maka dilakukan wawancara
bebas (open questions).

304

Agros Vol. 8 No. 3 September 2006: 301-306

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dilihat dari status pengusahaan lahan
usaha, sebagian responden lahannya berstatus
milik sendiri dan diusahakan sendiri (rata-rata
luasnya 0,103 ha) meliputi 66 persen dan
selebihnya adalah responden dengan status
pengusahaan lahan menyewa/menyakap
dengan rata-rata luas lahan 0,087 ha sebanyak

34 persen. Besarnya sewa lahan rata-rata
Rp 20.206.250 per tahun untuk rata-rata
luas 0,087 ha. Atau untuk per hektarnya
adalah Rp 242.475.000 untuk jangka waktu
satu tahun. Untuk mengetahui secara rinci
alokasi input faktor produksi dan output
pengusahaan tanaman hias disajikan Tabel
1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Alokasi faktor produksi selain tenaga kerja menurut kelompok responden dan luas
lahan usaha per ha
Jenis input

Nilai input (Rp/ha/tahun)
Kelompok A

Bibit
Pupuk
Pestisida
Pot
Sarana dekor
Sarana kolam
Pembangunan kios
Pembelian alat
Sewa tanah

478.038.461
31.211.538
2.596.154
50.660.999
37.271.076

Kelompok B
318.415.841
46.841.584
594.059
80.198.019
108.712.871
125.940.594
20.910.891

Kelompok C
755.643.564
51.564.356
4.752.475
52.514.851
257.227.722
203.847.208
200.495.049
29.702.970
23.132.673

Rata-rata
517.365.955
43.205.826
2.647.562
61.124.623
121.980.131
67.949.069
108.811.881
9.900.990
27.104.880

Total
594.778.228
701.613.859
1.533.336.229
943.242.772
Keterangan: Kelompok A: Pengusaha yang menjual saja; B: menjual, menyewakan;C: menjual,
menyewakan, dan membuat kolam.

Tabel 2. Produksi tanaman hias menurut kelompok responden dan luas lahan usaha 1 ha
Jenis output

Nilai input (Rp/ha/tahun)
Kelompok A

Kelompok B

Kelompok C

Rata-rata kelompok
A,B, dan C
Bibit
649.846.154
855.445.544
908.910.891
804.734.196
Pupuk
47.884.615
95.643.564
95.643.564
79.723.914
Pestisida
1.188.118
35.643.564
12.277.227
166.526.733
198.415.841
121.647.525
Persewaan Tan
673.188.118
224.396.039
Buat kolam
606.297.029
202.099.010
Buat taman
83.168.317
148.514.851
77.227.723
Lain-lain
total
697.730.769
1.201.972.276
2.666.613.858 1.522.105.634
Keterangan: Kelompok A: Pengusaha yang menjual saja; B: menjual, menyewakan;C: menjual,
menyewakan, dan membuat kolam.

Kelayakan Finansial Ekonomi Tanaman Hias (Sulistiya; Rini Anggraeni)

Hasil analisis pendapatan bersih
usaha tanaman hias sebagai berikut. NR Klp.
A = Penerimaan Total A – Biaya Total A =
Rp 697.730.769 – Rp 594.778.228 = Rp
102.952.541
Jadi pendapatanan bersih usaha
tanaman hias untuk kelompok A adalah
sebesar Rp 102.952.541 per hektar per tahun.
NR Klp. B = Penerimaan Total B – Biaya
Total B
= Rp 1.201.972.276 – Rp
701.613.859 = Rp 500.358.417. Jadi
pendapatan bersih usaha tanaman hias untuk
kelompok B adalah sebesar Rp 500.358.417
per hektar per tahun. NR Klp. C =
Penerimaan Total C – Biaya Total C = Rp
2.666.613.858 – Rp 1.533.336.229 = Rp
1.133.277.629. Jadi pendapatan bersih usaha
tanaman hias untuk kelompok C adalah
sebesar Rp 1.133.277.629 per hektar per
tahun.
Dari ketiga perhitungan NR untuk
kelompok A, B, dan C terlihat bahwa
Pendapatan Bersih usaha tanaman hias yang
terbesar adalah Kelompok C, disusul
Kelompok B, dan paling kecil adalah
Kelompok A.
Selanjutnya
hasil
analisis
produktivitas
tenaga
kerja
adalah:
Produktivitas Tenaga Kerja Kelompok A =
Rp 211.433.560/HKO. Produktivitas Tenaga
Kerja Kelompok B = Rp 296.783.280/HKO.
Produktivitas Tenaga Kerja Kelompok C =
Rp 2.666.613.858 /13,35 HKO. Dari ketiga
kelompok responden tersebut, produktivitas
tenaga kerja yang terbesar adalah Kelompok
B, disusul Kelompok A, dan terkecil adalah
Kelompok C. Kelompok C adalah yang
terkecil karena jumlah tenaga kerja yang
digunakan dalam usaha tanaman hias paling
banyak dan tenaga kerja yang digunakan
sebagian besar tenaga kerja luar keluarga. Hal
ini berbeda dengan kelompok B maupun A.

305

Jadi meskipun dilihat dari sisi
pendapatan
bersih
yang
diterima
Kelompok C lebih besar dibanding
kelompok A maupun B, namun
produktivitas tenaga kerjanya adalah justru
yang paling rendah. Hal ini karena aktivitas
pembuatan taman dan kolam hias memang
membutuhkan
tenaga
kerja
yang
jumlahnya lebih banyak. Hasil perhitungan
NPV = 19; PI = 1,61. Net B/C Klp A = -1;
Net B/C Klp B =6,571; Net B/C Klp C
=14,97.
Dilihat dari cara penjualannya,
usaha tanaan hias ini umumnya memiliki
berbagai cara penjualan. Namun pada
umumnya cara penjualannya adalah secara
langsung ke konsumen, dengan membuka
kios usaha tanaman hias. Selain secara
langsung, ada sejumlah pengusaha yang
menjual dengan cara dititipkan kepada
pedagang lain.
Adapun dilihat dari tempat
menjualnya, tanaman hias bisa dijual
melalui kios, pameran, pasar, atau di
rumah. Komoditas yang dijual pada
umumnya bibit/tanaman hias, walaupun
ada sebagian pengusaha tanaman hias yang
juga menjual pupuk, pot, pestisida, dan
alat-alat pertanian. Membuka kios adalah
cara menjual tanaman yang paling banyak
digunakan para pengusaha tanaman hias
ini.
Adapun alasan yang dikemukakan
oleh para pengusaha tanaman hias
mengapa ia menjual tanaman hias,
sebagian besar mengemukakan bahwa
karena alasan memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga, walaupun sebagain
kecil lainnya mengemukakan alasan karena
sekadar hobi.

306

KESIMPULAN
Secara finansial dan ekonomi,
agribisnis tanaman hias di DIY layak untuk
diusahakan; Pendapatan pengusaha yang
menjual, menyewakan, dan menerima jasa
pembuatan kolam lebih tinggi dibanding
kelompok pengusaha yang lain; Penyerapan
dan produktivitas tenaga kerja pada agribisnis
tanaman hias pengusaha tersebut juga lebih
tinggi dibanding agribisnis tanaman hias
pengusaha yang lain.

Agros Vol. 8 No. 3 September 2006: 301-306

Munandar 2001. Buku Materi Pokok
Managemen Proyek. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka. Dalam: Hidayat N,
dkk. J. Agros 7 (1): 29-36.
Soertini, S. 1983. Prospek Pengembangan
Tanaman Hias di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian Indonesia II (1).
Sunandar, N. 2005. Biaya Ekonomi
Lingkungan Usaha Ternak Sapi Potong di
Kabupaten Gunung Kidul. J Agros 7 (2):
14-24.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1998. GBHN 1998-2003. Sinar
Grafika Jakarta. Dalam: Hidayat N, dkk. J.
Agros 7 (1): 29-36.

Wianta, KI. 1983. Tanaman Hias Ruangan.
Kanisius. Yogyakarta.