Makalah ritme tubuh dan kondisi mental

BAB I
Pendahuluan
1.1

Latar Belakang
Para pekerja malam, atau mereka yang melakukan perjalanan

dengan pesawat terbang dari satu benua ke benua lain yang melintasi
beberapa zona waktu yang berbeda, dapat menyebabkan keletihan,
hingga mengurangi kemampuan bekerja, bahkan dapat menyebabkan
depresi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya gangguan pada ritme
tubuh.
Terdapat banyak ritme harian dari berbagai fungsi fisiologis dan
aktivitas tubuh kita. Ritme ini berfungsi mengatur apa yang harus
dilakukan tubuh secara alami. Misalnya, mengatur kapan tubuh harus
istirahat, kapan tubuh berkonsentrasi pada sesuatu, atau kegiatan
lainnya yang dilakukan tubuh selama 24 jam.
Ritme

tubuh


yang

berubah-ubah

tersebut

mempengaruhi

kesadaran dan kondisi mental kita. Kesadaran yang bervariasi itu
menuntut kita untuk memahaminya karena erat kaitannya dengan
waktu kerja efisien, serta kemampuan dalam berfikir serta dalam
membuat keputusan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Ritme biologis
2. Ritme tidur
3. Dunia mimpi
4. Hipnosis
5. Obat-obatan pengubah kesadaran

1.3 Tujuan

Selain memenuhi tugas mata kuliah psikologi umum, pembuatan makalah
ini juga bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang ritme tubuh,
kesadaran dan pengaruhnya terhadap perilaku.
1

BAB II
Isi
2.1 Ritme Biologis
Ritme biologis adalah fluktuasi fisiologis periodik dalam tubuh.
Terkadang kita tidak menyadari naik turunnya hormon, naik turunnya
kecepatan siklus aktivitas otak dan lain-lain yang dapat mempengaruhi
perilaku kita. Ritme ini dikendalikan oleh jam biologis yaitu:


Siklus musiman dan tahunan, misalnya migrasi burung dan
fluktuasi musiman kebiasaan makan manusia



Siklus 28 hari, yaitu siklus menstruasi perempuan




Siklus 24 jam, misalnya siklus tidur dan bangun, serta perubahan
suhu dalam tubuh

RITME SIRKADIAN
Istilah circadian atau sirkadian pertama kali diperkenalkan oleh Dr.
Franz Halberg, seorang berkebangsaan Jerman pada tahun 1959 untuk
menjelaskan terjadinya perubahan fungsi-fungsi tubuh pada diri manusia.
Istilah ini berasal dari bahasa latin, “circa” yang berarti ‘sekitar’ dan
“dies” yang berarti ‘satu hari’. Jadi yang disebut circadian adalah
perubahan fungsi-fungsi tubuh pada diri manusia yang terjadi dalam satu
hari. Karena perubahan fungsi-fungsi tubuh tersebut mengikuti satu ritme
tertentu, maka konsep circadian ini lebih dikenal dengan sebutan ritme
sirkadian (circadian rhytm).
Tayyari dan Smith (1997) mendefinisikan ritme sirkadian sebagai
proses-proses yang saling berhubungan yang dialami tubuh untuk
menyesuaikan dengan perubahan waktu selama 24 jam. Fungsi-fungsi
tubuh yang dimaksud antara lain suhu badan, tingkat metabolisme,

kesiagaan, detak jantung, tekanan darah, pola tidur-bangun, kemampuan
mental, dan komposisi kimia tertentu pada tubuh. Fungsi-fungsi tubuh
2

tersebut akan meningkat atau sangat aktif pada siang hari tetapi akan
menurun atau tidak aktif pada malam hari atau sebaliknya. Masa selama
siang hari disebut sebagai fase ergotropic dimana kinerja manusia berada
pada puncaknya, sedangkan masa malam hari disebut fase trophotropic
dimana terjadi proses istirahat dan pemulihan tenaga.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ritme sirkadian
menjadi dasar fisiologis dan psikologis pada siklus tidur dan bangun
harian. Ini berarti fungsi dan tahapan fisiologis dan psikologis memiliki
suatu ritme yang tertentu selama 24 jam sehari, sehingga ritme sirkadian
seseorang akan terganggu jika terjadi perubahan jadwal kegiatan seperti
perubahan shift kerja. Dengan terganggunya ritme sirkadian pada tubuh
pekerja

akan

terjadi


dampak

pada

pekerja

seperti

gangguan

gastrointestinal, gangguan pola tidur dan gangguan kesehatan lain.
Semua bentuk ritme biologis, termasuk ritme sirkadian, dipengaruhi
oleh faktor internal (endegenous) dan eksternal (exogenous). Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Beberapa
peneliti percaya bahwa pusat internal dari ritme ini terletak di suatu area
di otak yang disebut suprachiasmatic nuclei (SCN), namun hal ini belum
dapat dibuktikan secara ilmiah dan sampai saat ini masih menjadi
perdebatan. Faktor eksternal berhubungan dengan lingkungan natural di
luar tubuh seperti siklus gelap-terang (siang-malam), suhu ruang,

perubahan-perubahan musim, interaksi sosial dengan individu yang lain
serta waktu/jam makan yang semuanya mempengaruhi siklus aktivitas
fungsi-fungsi tubuh.
Karena ritme biologis ini berulang dalam rentang waktu kurang lebih
24 jam dan dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama gelap-terang
(siang-malam) dsb maka ritme atau pola atau irama atau siklus ini dapat
dikaitkan dengan satuan waktu yakni jam sehingga ritme sirkadian juga
sering disebut atau diasosiasikan dengan jam biologis tubuh manusia.
JAM BIOLOGIS TUBUH MANUSIA
Pernahkah Anda bertanya, mengapa saat malam kita mengantuk?
Atau mengapa bila masyarakat pedesaan yang belum ada listrik
3

cenderung tidur lebih cepat? Jawabannya adalah karena adanya hormon
melatonin. SCN akan memerintahkan tubuh untuk sekresi hormon
melatonin ini saat hari sudah gelap. Selanjutnya, hormon melatonin akan
memerintahkan tubuh untuk beristirahat. Namun dengan kehadiran lampu
listrik yang membuat suasana malam hari menjadi terang menghambat
sekresi hormon melatonin, sehingga saat ini jam tidur manusia lebih larut
malam daripada sebelumnya.

Tubuh kita dapat beradaptasi sampai batasan tertentu. Misalnya,
untuk pekerja yang bekerja saat malam hari, SCN akan beradaptasi
sampai batas tertentu dalam sekresi hormon melatonin sehingga mereka
akan tetap terjaga walaupun hari sudah gelap. Bila malam semakin larut,
kita akan lebih merasakan kantuk, ini disebabkan hormon melatonin yang
dihasilkan semakin meningkat dan juga turunnya suhu tubuh dan tekanan
darah dalam tubuh. Naik turunnya aktivitas tubuh dalam sekresi hormone
melatonin ini merupakan salah satu contoh dari jam bilogis (biological
clock) atau ritme sirkadian tubuh manusia.
Shift kerja erat kaitannya dengan ritme circadian terutama untuk
shift kerja malam. Manusia tidak ideal untuk bekerja pada malam hari
karena mempengaruhi perubahan ritme circadian dimana mempengaruhi
fungsi fisiologis yang berhubungan dengan kapasitas performance kerja.
Fungsi fisiologis tubuh berubah dalam 24 jam, dalam waktu yang
bersamaan fungsi tubuh tersebut tidak dapat bekerja secara maksimum
ataupun minimum. Pada umumnya fungsi tubuh meningkat pada siang
hari dan melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari untuk
melakukan pemulihan dan pembaharuan (Silaban, 2000 ; Astrand &
Rodahl, 1986). Selain itu terdapat kecenderungan melalui timbulnya rasa
kantuk pada waktu-waktu tertentu, tidak perduli sudah tidur atau belumlebih banyak belum. Perasaan paling mengantuk pada saat jam-jam di

awal pagi hari (02.00-07.00) dan kurang lebih saat siang hari (14.0017.00).
Ketidakcocokan antara waktu kerja dengan ritme sirkadian ini dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, antara lain:


Kelelahan kronis, yaitu perasaan lelah yang sangat hebat yang
4

kemudian dapat menyebabkan terjadinya penyakit lain serta
penurunan motivasi. Selain itu, gangguan ini juga menyebabkan


terjadinya penurunan selera makan.
Masalah gastrointestinal (pencernaan),
pada

malam

hari


memiliki

seseorang yang bekerja

kecenderungan

unutuk

menderita

gangguan pencernaan. Hal ini disebabkan adanya ritme sirkadian
yang turun naik sehingga menciptakan kesulitan pada lambung


untuk mencerna makanan pada malam hari.
Meningkatkan risiko penyakit jantung karena tekanan-tekanan pada
jantung akibat aktivitas berat di malam hari.

2.2 Ritme Tidur
Tidur adalah proses yang amat diperlukan oleh manusia untuk

terjadinya pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh
yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh
untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme
dan biokimiawi tubuh. Hal penting yang terjadi pada saat kita tidur adalah
menurunnya frekuensi gelombang otak.
Tidur sangat dibutuhkan untuk konsolidasi, yaitu sebuah proses
dimana terjadi perubahan sinapsis yang membuat ingatan yang baru saja
disimpan menjadi lebih bertahan lama dan stabil (Sickgold, 1995).
Jadi dengan memahami proses penurunan frekuensi gelombang
otak, kita dapat melihat bahwa tidur memiliki beberapa tahapan, mulai
dari kondisi relaksasi (gelombang alpha), tidur dengan mimpi (adanya
REM – Rapid Eye Movement) atau dalam kondisi kreatif yaitu gelombang
theta, dan tidur lelap tanpa mimpi pada frekuensi gelombang Delta.
Jika kita dapat mengatur frekuensi gelombang otak kita sampai
pada taraf gelombang Delta, kita tidak memerlukan waktu tidur yang
panjang, tetapi tidur yang berkualitas yaitu lelap tanpa mimpi. Jika kita
sering berada dalam kondisi relaksasi, maka kita tidak memerlukan
banyak tidur. Ketegangan dan stress membuat kita membutuhkan banyak
tidur, namun justru dalam kondisi tersebut kita menjadi susah tidur.
TAHAPAN TIDUR

Tahap tidur

berhubungan

dengan

banyak

sekali

perubahan

elektrofisiologis yang terjadi di seluruh otak. Tahapan dalam siklus tidur,
5

masing-masing ditentukan oleh jenis aktivitas otak yang terjadi. Selama
tahap 1 sampai 3, seseorang akan merasa mengantuk, tertidur, dan jatuh
tertidur nyenyak tanpa mimpi. Tahap 4 disebut tidur dengan gerakan
mata cepat (rapid eye movement/REM) di mana mimpi terjadi. Selama
beberapa jam tidur normal, seseorang akan melalui beberapa siklus tidur
yang mencakup tahap tidur REM dan tahap tidur non-REM. B

erikut

penjelasan rinci tahapan tidur:


Tahap 1: ditandai dengan gelombang theta, yang menunjukan
rileks dan bersifat perlahan.



Tahap 2: Gelombang theta berlanjut tetapi mulai berbaur dengan
sleep spindle atau kumparan tidur.

Tahap 1 dan 2 merupakan tahap tidur ringan, dan bila sesorang
dibangunkan pada saat ini, mereka belum merasa tidur


Tahap 3: biasanya ditandai dengan gelombang delta 50%



Tahap 4: ditandai dengan gelombang delta lebih bdari 50%

Tahap 3 dan 4 sering disebut sebagai tidur delta. Tidur delta
merupakan

tidur

yang

paling

lelap,

otot-otot

melemas

dan

bila

dibangunkan pada tahap ini, biasanya akan terjadi kebingungan atau
kehilangan orientasi
TIDUR DELTA
Tidur delta adalah tahap tidur di mana gelombang delta EEG lazim
atau dominan (tidur tahap 3 dan 4). Disebut tidur “gelombang lambat”
karena aktivitas otak melambat secara dramatis dari ritme tahap
2 ”theta” ke ritme yang lebih lambat 1 sampai 2 siklus per detik yang
disebut “delta” dan amplitudo gelombang meningkat secara dramatis.
Gelombang otak delta adalah gelombang otak yang paling lambat
diantara gelombang otak lainnya dan menjadi salah satu pola gelombang
otak yang paling sulit dimengerti. Pada orang normal, gelombang otak
delta bisa menjadi dominan ketika memasuki tahap terdalam dalam
kondisi tidur. Ketika kita memasuki tahap yang terdalam, aktivitas otak
melambat, yang berarti bahwa amplitudo dari gelombang otak kita
meningkat.

6

Pernahkah Anda pada saat kondsi tidur tapi berjalan sendiri atau
berbicara sendiri pada tengah malam? Selama berjalan atau berbicara
pada saat kondisi tidur, otak tetap dalam frekuensi gelombang delta dan
orang tersebut sama sekali tidak menyadari apa yang sedang mereka
lakukan. Inilah sebabnya mengapa pada saat seperti ini biasanya subjek
berbicara yang tidak masuk akal.
Meskipun kebanyakan orang bisa mengalami frekuensi gelombang
delta pada saat tidur di malam hari, tetapi ada orang lain dapat
mengalaminya sepanjang hari. Jika seseorang mengalami gelombang
delta lebih dari rata-rata pada umumnya seperti pada waktu siang hari,
maka otak mungkin sangat tidak fokus. Orang dengan aktivitas delta lebih
dari rata-rata pada umumnya seperti pada waktu siang hari mungkin
mengalami hal-hal seperti hiperaktif, kelelahan, lesu, dan khawatir demi
orang lain.
Tingginya kadar delta dapat menyebabkan orang merasa tidak fokus
dan lesu. Mereka juga mungkin dapat merasakan emosi orang lain lebih
daripada dirinya sendiri. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa gelombang
delta adalah tanda empati terhadap orang lain, atau kemampuan untuk
berempati dengan keadaan emosi orang lain.
Untuk menghindari fase delta yang terlalu banyak pada siang hari,
yang akhirnya menghambat aktivitas kerja kita, maka kita harus tidur
nyenyak malam hari. Tidak tidur pada malam hari menyebabkan kesulitan
dalam berkonsentrasi pada saat siang hari.
Gelombang otak bermanfaat untuk mengontrol frekuensi otak.
Ingatlah bahwa manfaat utama dari gelombang delta yaitu untuk
membantu mendapatkan tidur malam yang baik, nyenyak dan yang
paling penting adalah berperan dalam pengembalian energi ke otak dan
tubuh pada saat tidur.
KEKURANGAN TIDUR
Ketika kita tidak mendapatkan tidur yang cukup, badan kita bekerja
dengan

tidak

normal.

Contoh:

menurunnya

kadar

hormon

yang

dibutuhkan untuk perkembangan otot normal dan fungsi sitem kekebalan
tubuh (Leproult, Van Reeth, dkk., 1997). Pada sebuah kasus, laki-laki 51
tahun mengalami kekurangan tidur. Setelah semakin merasakan lelah
7

yang amat sangat, dia terserang infeksi jantung dan meninggal. Hasil
otopsi menunjukkan bahwa dia telah kehilangan hampir semua saraf
besar di dua (2) area dari talamus yang berkaitan dengan tidur dan ritme
sirkadian hormonal (Lugaresi dkk, 1986)
Leproult dkk (1997) mengatakan bahwa kekurangan tidur yang
kronis dapat meningkatkan hormon stres kortisol, yang dapat merusak
atau menggangu selsel otak yang dibutuhkan untuk pembelajaran dan
ingatan. Selain itu, sel-sel otak yang baru dapat gagal berkembang atau
dapat juga tumbuh secara abnormal (Guzman-Marin dkk., 2005). Mungkin
sebagai dampak dari kerusakan itu adalah terganggunya fleksibilitas
mental, atensi, dan kreativitas. Setelah beberapa hari berada dalam
keadaan

terjaga

terus

menerus,

biasanya

seseorang

akan

mulai

mengalami halusinasi dan delusi (Dement, 1978).
GANGGUAN TIDUR
Gangguan tidur adalah gangguan pola tidur normal. Ada sejumlah
gangguan tidur yang berkisar dari sulit tidur hingga sleep apnea.


Insomnia
Menurut National Sleep Foundation sekitar 10% dari orang
dewasa diganggu oleh insomnia kronis, yaitu kesulitan untuk
merasa

mengantuk

atau

tetap

tertidur.

Gangguan

tidur

jenis Insomnia ini adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
tidur, baik itu secara kualitas maupun dalam hal kuantitas. Insomnia
dapat

terjadi

karena

kecemasan

dan

kekhawatiran,

masalah

psikologis, artritis, dan bekerja atau belajar secara tidak teratur dan
dalam kondisi yang terlalu menuntut.
Penyebab lain dari rasa kantuk di siang hari adalah sleep
apnea, yaitu suatu gangguan di mana proses bernapas berhenti
sejenak saat tidur, menyebabkan orang tersebut tersedak dan sesak
napas, lalu terbangun sesaat.


Sleep apnea
Gangguan tidur jenis ini adalah suatu kondisi terhentinya
nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi
pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam
8

hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala
disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis
seperti hipertensi.
Sleep

apnea memiliki

beberapa

penyebab,

diantaranya

terhalangnya jalan udara hingga kegagalan otak untuk mengatur
pernafasan dengan tepat, hal ini dapat menyebabkan seseorang
mengalami tekanan darah yang tinggi dan detak jantung yang tidak
teratur.


Narkolepsi
Narkolepsi adalah suatu gangguan tidur berupa serangan rasa
kantuk tiba-tiba dan tidak terduga pada siang hari yang membuat
seseorang langsung masuk ke dalam tahap tidur REM. Gangguan ini
disebut juga sebagai "serangan tidur" atau sleep attack. Narkolepsi
kemungkinan disebabkan oleh menurunnya fungsi dari sejumlah
saraf dalam hipotalamus, yang bisa disebabkan oleh malfungsi
kekebalan tubuh atau abnormalitas genetis (Lin, Hungs, & Mingot,
2001; Mieda dkk., 2004).

2.3 Dunia Mimpi
Mimpi adalah

pengalaman

melibatkan penglihatan, pendengaran,

bawah

sadar

pikiran,

yang

perasaan,

atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan
mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).
Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata
dan

di

luar

kuasa

pemimpi.

Pengecualiannya

adalah

dalam lucid

dreaming. Dalam lucid dreaming, pemimpi menyadari bahwa dia sedang
bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan kadang-kadang
mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan
beberapa aspek dalam mimpi tersebut. Pemimpi juga dapat merasakan
emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam mimpi buruk.
ONEIROLOGI
Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi. Oneirologi berasal
dari bahasa Yunani ὄνειρος / oneiros yang berarti "mimpi" adalah cabang
ilmu

pengetahuan

yang

meneliti

tentang

mimpi.

Cabang

ilmu
9

pengetahuan ini juga mencoba mencari korelasi antara mimpi dengan
fungsi otak, serta pemahaman tentang bagaimana cara kerja otak selama
seseorang sedang bermimpi dan kaitannya dengan pembentukan memori
dan gangguan mental. Studi tentang oneirologi berbeda dengan studi
tentang analisis mimpi. Tujuan dari studi oneirologi adalah untuk
mempelajari proses terjadinya sebuah mimpi dan cara kerja sebuah mimpi
bukannya menganalisis makna sebuah mimpi.
Penggunaan kata oneorologi tercatat pertama kali pada 1653. Pada
abad ke-19 dua pendukung ilmu ini adalah seorang sinologists Perancis
Marquis d'Hervey de Saint Denys dan Alfred Maury. Ilmu ini semakin
terkenal pada tahun 1952, ketika Nathaniel Kleitman dan murid Eugene
Aserinsky menemukan adanya sebuah siklus teratur.
Sebuah penelitian lebih lanjut oleh Kleitman dan William C. Dement,
dan beberapa mahasiswa kedokteran, menemukan bahwa ada sebuah
periode yang istimewa dalam waktu tidur manusia selama adanya
aktivitas listrik yang kuat dalam otak. Aktivitas tersebut diamati dengan
menggunakan electroencephalograph (EEG) ketika seseorang dalam
kondisi mendekati bangun tidur. Tidur semacam ini dikenal sebagai rapid
eye movement (REM) yang ditandai dengan pergerakan mata, hilangnya
kekuatan otot dan adanya mimpi yang tampak nyata. Dari percobaan
Kleitman dan Dement ini ditemukanlah korelasi antara tidur REM dan
bermimpi.
Meskipun ada perdebatan terus tentang tujuan dan asal-usul mimpi,
tetapi masih ada keuntungan besar dari mempelajari mimpi sebagai
fungsi dari aktivitas otak.
TEORI MIMPI
Teori yang terkenal yang mencoba menjelaskan mimpi adalah teori
kognitif dan teori aktivasi sintesis.
Teori kognitif mengajukan bahwa mimpi dapat dipahami dengan
menerapkan konsep yang sama yang digunakan untuk meneliti pikiran
ketika terjaga. Bermimpi melibatkan pengolahan informasi, ingatan, dan
pemecahan masalah. Dalam teori kognitif mimpi, terdapat sedikit dan
tidak ada pencarian untuk kandungan tersembunyi dan simbolik dari
mimpi seperti yang dicari oleh Freud (Foulkes, 1993, 1999).
10

Menurut teori ini, mimpi mungkin merupakan suatu alam tempat
kita dapat memecahkan masalah dan berpikir kreatif.
Teori aktivasi sintesis menyatakan bahwa mimpi terjadi ketika
korteks serebrum mensintesiskan sinyal-sinyal saraf yang dihasilkan oleh
aktivitas di bagian otak yang lebih rendah. Menurut teori ini, mimpi
merefleksikan usaha otak untuk memahami aktivitas saraf yang terjadi
saat tidur (Hobson, 1999).
Teori mimpi yang lain adalah teori menurut Carl Jung (1875-1961). Ia
melihat mimpi memiliki struktur cerita atau bermain serta banyak
persamaan antara mimpi dan mitos dan mengatakan mereka kadangkadang menggunakan simbol yang sama untuk mengekspresikan tema
mereka. Berbagai jenis mimpi berasal dari tingkat yang berbeda dari
"jiwa," yang merupakan istilah Jung untuk seluruh kepribadian.
Sedangkan menurut Calvin S. Hall mimpi mengungkapkan konsepsi
yang lebih kompleks daripada kedengarannya karena kita bisa memiliki
lebih dari satu konsepsi diri kita sendiri dan orang lain, dan konsep diri
kita atau orang lain bisa bertentangan. Selanjutnya, pemahaman kita
adalah bagian dari sistem konseptual besar dimana merupakan dasar bagi
sebagian besar tindakan kita di dunia.
Hall menemukan bahwa frekuensi karakter, interaksi sosial, objek,
atau

jenis

pengaturan

individu. Dengan

demikian,

mengungkapkan
kita

dapat

intensitas

mengatakan

perhatian

bahwa

mimpi

mengungkapkan konsepsi dan kekhawatiran.
Hall menemukan sebuah serangan terhadap teori Freud tentang
simbol bahwa beberapa mimpi tampak langsung pada masalah seperti
seksualitas, sementara yang lain mungkin metafora. Hall memiliki
beberapa kriteria untuk mengidentifikasi unsur-unsur metafora yaitu:
 Setiap elemen terdistorsi dari keadaan biasa ke penempatan
yang sangat tidak biasa, penggunaan atau perubahannya dalam


elemen apapun.
Unsur jarang diulang dalam serangkaian mimpi.

2.4 Hipnosis
Sejarah awal hipnosis modern dimulai pada akhir tahun 1700-an
dimana Franz Anton Mesmer, seorang dokter di Wina, memperlihatkan
11

teknik Animal Magnetism. Metode terapi yang dikenal dengan Mesmerism
ini dilakukan dengan mengisi penuh sebuah bak dengan air lalu diberi besi
magnet. Pasien yang ingin diobati diminta memegang besi dalam bak air
itu untuk memberi efek kejutan.
Menurut Mesmer di dalam tubuh manusia terdapat cairan yang
berfungsi menjaga keseimbangan tubuh. Cairan yang tidak mengalir
dengan lancar atau tersumbat bisa menyebabkan manusia tidak sehat
secara fisik maupun mental, sehingga ia menggunakan magnet untuk
melepas

sumbatan

aliran

cairan

tersebut.

Kemudian

Mesmer

mensugestikan para pasien bahwa mereka telah disembuhkan. Metode
Mesmer kemudian dikenal sebagai awal mula hipnosis modern dikaji
karena penekanannya dialihkan untuk menimbulkan suatu keadaan
kesadaran yang berubah melalui sugesti verbal.
Kata “hipnosis” sendiri adalah terminologi yang baru digunakan
pada awal 1900-an. Hipnosis berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “hypnos”
yang berarti ‘tidur’. James Braid, seorang ahli bedah dan penulis yang
dihormati

di

Inggris,

adalah

orang

pertama

yang

menjelaskan

mesmerisme dari sudut pandang ilmu psikologi.
Dalam penelitiannya, Braid menemukan bahwa kunci mesmerisme
adalah fokus pandangan mata. Hal tersebut mengakibatkan kondisi
kelelahan, yaitu kelopak mata menjadi sangat lelah sehingga subjek tidak
bisa membuka matanya dan kemudian subjek dibawa masuk ke kondisi
trance1.
Braid-lah memperkenalkan nama “hypnosis” atau “hypnotism”
untuk menggantikan mesmerisme. Ia mendefinisikan hipnosis sebagai
sebuah cara khusus yang diterapkan pada keadaan subjek, bukan pada
teknik yang diterapkan oleh sang terapis. Dengan kata lain hipnosis
berfokus pada pengelolalan kondisi subjek oleh terapis, bukan suatu
kemampuan khusus yang dimiliki oleh terapis.
HIPNOSIS, HIPNOTIS, HIPNOTERAPI, HIPNOTERAPIS
1 Kondisi trance adalah suatu kondisi dimana gelombang otak kita turun dari gelombang
beta ke alpha maupun theta. Dalam kondisi ini pikiran cenderung lebih rileks, lebih fokus
pada suatu hal, serta lebih mudah menerima sugesti yang diberikan.

12

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipnosis adalah “keadaan
seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada
dibawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf
berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali”. Sedangkan makna hipnotis
adalah “membuat atau menyebebkan sesorang berada dalam keadaan
hipnosis;berkenaan dengan hipnosis”.
Sebenarnya kondisi hipnosis bukannya membuat sesorang tidak
sadar sama sekali seperti makna yang disebutkan di KBBI. Kondisi
hipnosis hanya berpindah dari keaktifan kesadarannya, dari pikiran sadar
(concious mind) ke pikiran bawah sadar (subconcious mind).
Menurut Kirsch & Lynn (1995), hipnosis adalah sebuah prosedur di
mana seorang praktisi mengsugestikan perubahan sensasi, persepsi,
pikiran, perasaan, atau perilaku dari subjek.
Hipnosis juga dapat diartikan sebagai kondisi rileks, fokus atau
konsentrasi terhadap sesuatu. Saat berada dalam kondisi hipnosis,
sebagian orang mungkin hanya merasakan relaksasi biasa. Sebenarnya
ketika kita mengalami hipnosis, ada sebuah perubahan aktivitas otak.
Kondisi tersebut hampir sama pada saat menjelang tidur, yaitu adanya
pergeseran kondisi ke alpha atau theta2. Dalam kondisi ini, pikiran sangat
terbuka sehingga mudah melakukan visualisasi dan memiliki pengalaman
inderawi yang luar biasa.
Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan oleh hipnoterapis pada
klien yang berada dalam kondisi hipnosis. Dengan sugesti penyembuhan
(hypno-therapeutic), hipnoterapi bisa memodifikasi perilaku klien, dari
emosional, sikap, hingga berbagai macam kondisi. Termasuk kebiasaan
buruk,

kecemasan,

stress,

manajemen

rasa

sakit

dan

nyeri

dan

pengembangan pribadi manusia.
KEADAAN TERHIPNOSIS
Anggapan umum yang salah adalah bahwa keadaan terhipnosis
mirip dengan tidur. Individu dibawah pengaruh hipnosis awas terhadap
2 Alpha: Dominan pada saat tubuh dan pikiran rileks dan tetap waspada. Gelombang
alpha berfungsi sebagai penghubung pikiran sadar dan bawah sadar. Alfa juga
menandakan bahwa seseorang dalam kondisi light trance atau kondisi hypnosis yang
ringan.
Theta : Dominan saat kita dalam kondisi hypnosis, meditasi dalam, hampir tidur, atau
tidur disertai mimpi. Frekuensi ini menandakan aktivitas pikiran bawah sadar.

13

apa yang terjadi dan mengingat pengalaman tersebut nantinya, kecuali
mereka diinstruksikan untuk melupakannya. Saat tidur, kita tidak sadar
akan keadaan sekeliling kita, sementara dalam keadaan hipnosis, subjek
sangat sadar akan keberadaannya dan tahu apa yang terjadi di
sekitarnya. Seperti yang telah dijelaskan, subjek hanya berpindah dari
pikiran sadar ke pikiran bawah sadar.
Berbagai penelitian menggunakan EEG (elektroensephalogram)
mendokumentasikan bahwa orang yang dibawah pengaruh hipnosis
menunjukan

pola

aktivitas

otak

tertentu.

Mereka

yang

dihipnosis

menampilkan gelombang alfa dan theta yang lebih banyak, yang
menunjukan karakter seseorang dalam keadaan tidak tidur. EEG orang
yang dihipnosis terlihat mirip pola orang dalam keadaan bangun yang
rileks.
Kondisi hipnosis sebenarnya merupakan kondisi pikiran alamiah,
yang tanpa kita sadari, kita pun sering berada dalam kondisi itu seharihari. Misalnya saat menonton film hingga tidak menyadari keadaan
sekitar, atau menenggelamkan diri kedalam aktivitas yang imajinatif
seperti mendengarkan musik favorit atau membaca novel hingga terbawa
suasana senang, sedih, kecewa dan lain-lain seperti cerita novel.
Sedangkan pada saat sesi hipnosis, subjek dipandu oleh seorang
ahli hipnosis. Subjek yang terhipnosis menyerahkan tanggung jawab
kepada penghipnosis dan mengikuti sugesti yang diberikan tetapi semua
kendali tetap ada di tangan dirinya, bukan di tangan penghipnosis.
Dengan demikian subjek dapat menenetukan apa saja yang ingin dan
tidak

ingin

mereka

lakukan

sehingga

kecil

kemungkinan

mereka

melakukan sesuatu yang bertentangan, melanggar moral atau berbahaya.
TEORI YANG MENJELASKAN HIPNOSIS
1. Hipnosis-suatu kesadaran yang terbagi (Teori Disosiasi)
Hipnosis melibatkan suatu keadaan kesadaran terbagi yang
istimewa,
komponen.

seperti
Satu

membelah
komponen

kesadaran

mengikuti

menjadi

komando

beberaapa

penghipnotis,

sementara komponen yang lain bertindak sebagai “pengamat
tersembunyi” (Ernest Hillgard 1977, 1992)
14

Teori Hillgard menyatakan bahwa hipnosis, seperti mimpi yang
jelas dan melibatkan disosiasi (dissociation), yaitu satu bagian
kesadaran pikiran bekerja sendiri dan terlepas dari kesadaran
lainnya.
2. Teori Sosiokognitif
Teori ini menyatakan bahwa efek hipnosis merupakan hasil
interaksi antara pengaruh sosial yang dimiliki penghipnosis (bagian
“sosio”) dan kemampuan, kepercayaan, serta harapan subjek
(Kirsch, 1997)
Para ahli meragukan bahwa hipnosis merupakan keadaan
kesadaran yang berubah. Menurut pandangan hipnosis perilaku
kognitif sosial (social cognitive behavior view of hypnosis), hipnosis
adalah keadaan normal dimana individu berperilaku dengan cara
yang

ia

yakini

tentang

bagaimana

seseorang

yang

sedang

dihipnosis seharusnya berperilaku.
PENGGUNAAN
Sebelum munculnya obat bius, hipnosis digunakan para dokter
untuk menghilangkan rasa sakit saat operasi.

Pada tahun 1958 di

Amerika Serikat, hipnosis disetujui penggunaannya untuk tujuan medis
seperti perawatan alkoholisme, kecenderungan bunuh diri, gangguan
stress pasca trauma, migrain, makan berlebihan dan merokok. Pada
penderita obesitas dan perokok berat, penghipnosis dapat membantu
orang-orang mengubah kebiasaan yang tidak diinginkan itu menggunakan
sugesti-sugesti bahwa perbuatan tersebut adalah tidak baik.
Hipnosis mengarahkan individu untuk mengurangi

kebiasaan

tersebut namun jarang ada yang menunjukan perubahan drastis kecuali
individu tersebut sudah memiliki motivasi untuk berubah. Anderson
(1985) mengemukakan bahwa menggunakan hipnosis untuk menontrol
obesitas akan berhasil apabila digunakan bersama dengan teknik-teknik
modifikasi tingkah laku lainnya. Kalau tidak demikian, maka ada
kecenderungan beberapa individu untuk kembali lagi pada kebiasaan-

15

kebiasaan yang tidak diinginkan. Dengan kata lain motivasi dalam diri
berpengaruh terhadap hasil suatu hipnoterapi.
Selain itu ada juga manfaat lain, seperti menyembuhkan masalah
memori,

insomnia,

kesedihan,

gangguan

obsesi

kompulsif,

gagap,

kepercayaan diri, rasa malu, berbicara di depan umum, kecemasan,
gangguan kebiasaan, dan lainnya. Hipnosis seperti ini termasuk dalam
hipnoterapi.
2.5 Obat-obatan Pengubah Kesadaran
Pengguna bahan-bahan kimia seperti obat-obatan dapat mengubah
reaksi biokimia sel dan dapat mempengaruhi

sistem saraf pusat,

kesadaran serta tingkah laku penggunanya. Obat tersebut dinamakan
obat psikoaktif.

Berdasarkan efek fisiologis yang ditimbulkan, obat

tersebut dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu:
 Stimulan
 Depresan
 Halusinogen
 Painkiller
OBAT STIMULAN
Dapat menstimulir sistem saraf simpatik sehingga organ yang
dipengaruhi meningkat kerjanya. Efek dari obat ini adalah peningkatan
kewaspadaan, tidak mengantuk, serta mengurangi rasa lelah dan bosan
Contoh: kafein, nikotin, amfetamin, kokain.
Obat stimulan bekerja pada system saraf dengan meningkatkan
transmisi yang menuju atau meninggalkan otak. Stimulan tersebut dapat
menyebabkan orang merasa tidak dapat tidur, selalu siaga dan penuh
percaya diri. Stimulan dapat meningkatkan denyut jantung, suhu tubuh
dan tekanan darah. Pengaruh fisik lainnya adalah menurunkan nafsu
makan, pupil dilatasi, banyak bicara dan gangguan tidur. Bila pemberian
stimulan berlebihan dapat menyebabkan kegelisahan, panic, sakit kepala,
kejang perut, agresif dan paranoid. Bila pemberian berlanjut dan dalam
waktu lama dapat terjadi gejala tersebut diatas dalam waktu lama pula.


Tembakau (nikotin)
Kandungan psikoaktif utama tembakau dan sekitar 4.000
bahan kimia lainnya yg secara kolektif disebut tar, diserap masuk ke
16

dalam paru-paru. Konsekuensi pemakaian tembakau dalam jangka
panjang patut diwaspadai, smoker’s syndrome ditandai dengan
nyeri dada, sesak nafas, suara yg mendesah, batuk-batuk dan
kerentanan yang tinggi terhadap infeksi saluran pernafasan. Para
perokok kronis sangat rentan terhadap gangguan paru-paru yang
mematikan termasuk pneumonia, bronkitis, emfisema (hilangnya
elastisitas paru-paru akibat iritasi kronis, dan kanker paru-paru.
Merokok

juga

meningkatkan

kanker

tenggorokan,

mulut,

kerongkongan, ginjal, pankreas, kandung kemih dan lambung.
Perokok lebih besar resikonya untuk mengembangkan berbagai
macam penyakit kardiovasikuler yg menjadi serangan jantung dan
stroke.
Banyak perokok mengatakan bahwa jika dirinya merokok akan
terlepas

dari

ketegangan.

efek

Akan

adversifnya
tetapi,

perokok

karena

rokok

sebenarnya

mengurangi
lebih

tegang

dibanding non perokok. Tingkat ketegangan akan normal ketika ia
sedang merokok, tetapi meningkat tajam diselang waktu-waktu
merokok. Dan perokok itu lebih rentan mendapat serangan panik.


Kokain
Kokain diperoleh dari dedaunan kering tanaman koka. Kokain
yg biasanya digunakan dengan cara menyedot dari hidungnya atau
melalui suntikan, dapat meningkatkan energi dan kepercayaan diri
serta mengurangi kepenatan dan nafsu makan. Dimana keduanya
menyebabkan penyakit paranoid yang akut.

OBAT DEPRESAN
Obat yang termasuk golongan ini adalah obat yang berefek
menghambat aktifitas sistem saraf pusat secara spesifik maupun umum.
Depresan dapat mengurangi daya kinerja saraf dan banyak digunakan
sebagai bahan untuk menghilangkan rasa tidak enak, sakit, gelisah, takut,
dan sebagainya. Contoh: alkohol, valium, diazepam, obat tidur, narkotika,
heroin, zat anastetik (bius).


Alkohol
17

Alkohol

diklasifikasikan

sebagai

depresan

karena

dalam

jumlah sedikit, dengan konsentrasi 0,03 – 0.05 %, alkohol dapat
meningkatkan energi dan membuat orang lebih merasa bergairah
dan ramah. Menimbulkan kepeningan, relaksasi dan pelepasan
berbagai hambatan. Tetapi pada konsentrasi 0,1% fungsi sensorik
dan motorik mulai terganggu. Pada konsentrasi 2% ucapan dan
kontrol gerakan sudah tidak mampu dikendalikan.
Dosis tinggi menyebabkan hilangnya kesadaran dan bila
dalam darah mencapai 0,5% ada resiko kematian akibat depresi
respiratorik. Alkohol jg bersifat deuretik yakni meningkatkan urine
pada ginjal.
Alkohol menyerang hamper setiap jaringan dalam tubuh.
Komsumsi alcohol kronis menghasilkan kerusakan ini dihasilkan
secara

langsung

dan

tidak

langsung.

Secara

langsung,

menyebabkan sindrom Korsakoff yaitu gangguan neuropsikologis yg
ditandai oleh kehilangan ingatan disfungsi dan motorik, dan pada
tahap-tahap lanjut, demensia berat juga dapat meningkatkan otak
untuk tentan terkena stroke.

OBAT HALUSINOGEN
Obat

halusinogenik

berpengaruh

terhadap

persepsi

bagi

penggunanya. Orang yang mengkonsumsi obat tersebut akan menjadi
orang yang sering berhalusinasi, misalnya mereka mendengar atau
merasakan sesuatu yang ternyata tidak ada. Pengaruh obat halusinogenik
ini sangat bervariasi, sehingga sulit diramalkan bagaimana atau kapan
mereka mulai berhalusinasi.
Pengaruh lain dari obat halusinogenik ini ialah pupil dilatasi, aktifitas
meningkat, banyak bicara atau tertawa, emosional, euphoria, berkeringat,
panik, paranoid, kehilangan kesadaran terhadap realitas, irasional, kejang
lambung dan rasa mual.
Pada dosis sedang dapat mengurangi persepsi penglihatan dan
persepsi pandangan, pada dosis tinggi menyebabkan halusinasi yang
menyenangkan. Contoh: meskalin, LSD, dan marijuana.
18



Mariyuana
Mariyuana adalah nama lazim dari daun Cannabis sativa,
semacam pohon rami. Cara umum mengonsumsinya yaitu dihisap
daunnya dalam bentuk joint (lintingan) atau dengan menggunakan
pipa. Mariyuana mengandung lebih dari 80 cannabinoids.
Pada dosis rendah (5-10 miligram) dapat mempengaruhi
perasaan segar bugar dan kegembiraan di awal kemudian diikuti
oleh keadaan relaks dan tanpa beban pikiran seperti mimpi.
Pada dosis tinggi (30-70 miligram), ingatan jangka pendek dan
kemampuan untuk melaksanakan tugas yang melibatakan banyak
langkah untuk mencapai tujuan tertentu menurun. Selain itu bicara
menjadi terbata-bata sehingga percakapan yang bermakna menjadi
sulit

dilakukan,

munculnya

perasaan

yang

tidak

nyata

atau

melayang (out of body)dan lain-lain.


LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
Pemakai

jenis

obat

ini

sering

berhalusinasi.

Perubahan

kesadaran yang disebabkan LSD membuat si pemakai sangat tidak
rasional
pemakai

dan berperilaku
menjadi

panik

membingungkan
dan

merasa

serta
dirinya

membuat
tidak

si

dapat

mengendalikan apa yang dikerjakan dan dipikirkan.

OBAT OPIAT/PAINKILLER
Opiat adalah getah yang menetes dari bunga opium yang memiliki
beberapa kandungan psikoaktif. Golongan obat ini menekan bagian otak
yang bertanggung jawab sebagai rasa sakit. Contoh: morfin dan heroin


Heroin
Heroin adalah obat-obatan yang mengurangi sensasi fisik dan
kemampuan memberikan respon pada stimulan karena tertekannya
sistem saraf pusat. Dalam bidang medis, heroin digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit.

19

KERJA OBAT PSIKOAKTIF
Obat-obatan psikoaktif memengaruhi sistem syaraf yang bekerja
secara menyebar di membran - membran neural di seluruh sistem syaraf
pusat. Tidak seperti obat-obatan lainnya yang bekerja secara lebih
spesifik, yaitu dengan mengikatkan diri pada reseptor -reseptor sinaptik
tertentu.
Kerja

kebanyakan

obat

dihentikan

oleh

enzim-enzim

yang

disintesiskan oleh liver (hati). Enzim hati menstimulasi konversi obat-obat
aktif ke bentuk-bentuk nonaktif yang disebut metabolisme obat. Obatobatan psikoaktif dalam jumlah sedikit dari tubuh masuk ke urin, keringat,
feses, nafas, dan air susu ibu. Obat-obatan diserap ke dalam tubuh
dengan empat cara, yaitu :
Lewat mulut (rute oral)
Obat yang ditelan akan larut dalam cairan perut dan dibawa ke
usus, tempat obat itu diserap ke aliran darah. sebagian obat dapat
dengan mudah menembus dinding perut, misalnya alkohol. Cara ini
memberikan efek yang lebih cepat karena tidak harus mencapai usus
untuk diserap.
Lewat suntikan
Suntikan obat biasanya dilakukan secara subcutaneously (SC), yaitu
masuk ke dalam jaringan lemak tepat di bawah kulit, ke dalam otot-otot
besar, atau langsung ke dalam urat darah di titik-titik tempat darah itu
mengalir tepat di bawah kulit.
Lewat inhalasi
Tembakau dan mariyuana adalah contoh obat yang dapat diserap ke
dalam aliran darah melalui jaringan kapiler yang begitu banyak dalam
paru-paru (inhalasi).
Penyerapan melalui membrana mucosa ( selaput lendir )
Contohnya kokain yang biasanya diadministrasikan sendiri melalui
selaput hidung (disedot melalui hidung).
Penggunaan obat-obatan ini tentunya memiliki pengaruh terhadap
kerja sistem saraf, misalnya hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam
tubuh

pemakai,

kekurangan

dopamin.

Dopamin

merupakan

neurotransmitter yang terdapat di otak dan berperan penting dalam
merambatkan impuls saraf ke sel saraf lainnya. Hal ini menyebabkan
20

dopamin tidak dihasilkan. Apabila impuls saraf sampai pada bongkol
sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membran
presinapsis.
Namun karena dopamin tidak dihasilkan, neurotransmitter tidak dapat
melepaskan isinya ke celah sinapsis sehingga impuls saraf yang dibawa
tidak dapat menyebrang ke membran post sinapsis. Kondisi tersebut
menyebabkan tidak terjadinya depolarisasi pada membran post sinapsis
dan tidak terjadi potensial kerja karena impuls saraf tidak bisa merambat
ke sel saraf berikutnya.
Efek lain dari penggunaan obat-obatan terlarang adalah hilangnya
kendali otot gerak, kesadaran, denyut jantung melemah, hilangnya nafsu
makan, terjadi kerusakan hati dan lambung, kerusakan alat respirasi,
gemetar terus-menerus, terjadi kram perut dan bahkan mengakibatkan
kematian.

BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan

21

DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L dkk. Pengantar Psikologi, edisi kedelapan. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1991
A. King, Laura. Psikologi Umum:Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika, 2010

22

P.J Pinel, John. Biopsikologi, edisi ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009
Hakim, Andri. Hipnoterapi: Cara tepat dan Cepat Mengatasi Stres, Fobia,
Trauma, dan Gangguan Mental Lainnya. Jakarta: Transmedia Pustaka,
2010
Wong, Willy dan Hakim, Andri. Dahsyatnya Hipnosis. Jakarta: Transmedia
Pustaka, 2009
Yustinus Semiun OMF, Drs. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisuis,
2006
http://ergonomi-blogspot.com/2012/04/ritme-cardian-jam-biologismanusia.html
http://www.scribd.com/doc/32746040/6/Apa-yang-Dimaksud-denganRitme-Biologis
http://www.cyberblue.web.id/2012/11/jam-biologis-tubuh-manusia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Mimpi
http://www2.ucsc.edu/dreams/Library/lecture_notes_jung.html
http://www2.ucsc.edu/dreams/Library/lecture_notes_hall.html
http://mind-programming-technology.blogspot.com/2011/08/teori-ilmiahhypnosi.html
http://www.worldcat.org/title/pengantar-umum-psikologi/oclc/216644897
http://www.hipnoterapi.asia/hipnoterapi.htm
http://pusathipnoterapi.wordpress.com/pengertian-hipnoterapi/
http://www.scribd.com/doc/70623957/36/Obat-obatan-Psikoaktif
http://kamuskesehatan.com/

23