Bahaya Plastik Bagi Lingkungan dan Kehid

Bahaya Plastik Bagi Lingkungan dan Kehidupan
5 Jun 2011
Ilmu Pengetahuan & Info Teknologi horizonwatcher 0 Comments
Plastik sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia modern saat ini dimulai sejak era tahun 1940 andan 50 an,
walaupun plastik dianggap berbahaya baik bagi lingkungan maupun
kehidupan makhluk hidup.
Banyak hal saat ini terbuat dari plastik, mulai dari kantong belanjaan,
botol, kaleng, peralatan rumah tangga, cd, pipa, helm, handphone, tv,
kulkas, mesin, kendaraan, dll. Terlepas dari segala kemudahan dan
keuntungan menggunakan plastik, ternyata plastik juga membawa
bencana bagi lingkungan termasuk makhluk hidup di dalamnya.
Apa yang menyebabkan plastik berbahaya?
Berbahayanya plastik terkait erat dengan sifatnya yang nonbiodegradable, yakni tak akan pernah bisa di uraikan oleh organisme
pengurai di alam. Yangterjadi hanyalah, plastik menjadi potonganpotongan kecil di alam dan itupun memerlukan proses yang sangat lama
yang bisa mencapai 1000 tahun, tergantung dari jenis dan kondisi
plastiknya. Walaupunplastik menjadi sangat kecil seperti partikel debu,
tetap saja ia adalah plastik.. Artinya bahan plastik akan selama-lamanya
berada di alam, dan akan menimbulkan polusi lingkungan, baik di darat,
laut, maupun udara.
Partikel-partikel plastik itu akan mempengaruhi lingkungan dan kehidupan

dalam banyak hal. Hewan-hewan, baik di darat maupun laut, bisa
memakan potongan kecil plastik itu secara tak sengaja yang
menyebabkan gangguan pencernaan dan bisa berujung pada kematian
karena tubuh tak bisa mengolahnya. Bahkan ketika hewan tadi mati,
membusuk, dan terurai, plastik yang tertimbun di tubuhnya akan kembali
ke alam danbisa dimakan oleh hewan lainnya, dan begitu seterusnya
siklus berulang kembali.
Partikel-partikel plastik tentunya juga bisa masuk ke tubuh manusia, baik
melalui hewan, peralatan sehari-hari yang dipakai terutama untuk makan
dan minum, melalui air yang tercemar limbah plastik,ataupun melalui
debu-debu di udara.
Hal yang menambah bahaya dari plastik adalah zat-zat kimia berbahaya
yang dikandungnya, yang ditambahkan selama proses pembuatan plastik,
yang bisa mengganggu kerja sistem tubuh dan bisa menyebabkan kanker.
Jadi bisa dibayangkan sendiri akibat yang ditimbulkan jika zat-zat kimia
berbahaya ini ikut masuk bersama partikel plastik ke dalam tubuh
makhluk hidup termasuk manusia.
Proses pembuatan plastik juga banyak melepaskan gas-gas beracun ke
udara, baik yang membahayakan kesehatan makhluk hidup maupun


membahayakan atmosfer bumi. Begitu juga di dalam proses pendaur
ulangannya. Oleh karena itu daur ulang plastik sebenarnya bukanlah
solusi total dari usaha mengurangi dan mencegah pencemaran
lingkungan oleh plastik. Bahkan plastik tak akan bisa didaur ulang selamalamanya karena mutu dan kualitasnya akan semakin menurun, sehingga
pembuatan plastik baru pun tak bisa dielakkan.
Bagaimana dengan membakar plastik? Efeknya sama saja jeleknya karena
dengan membakar plastik akan melepaskan zat-zat berbahaya ke udara,
termasuk dioxin, salah satu zat paling beracun yang pernah ada.
Selain itu, proses pembuatan plastik juga melibatkan penggunaan minyak
bumi yang tidak sedikit. Padahal sebagaimana yang kita ketahui
cadangan minyak bumi di dunia semakin menipis, dan minyak bumi
semakin hari menjadi barang yang makin langka dan oleh karenanya
semakin mahal untuk digunakan sebagai bahan bakar bagi aktifitas
manusia.
Setelah kita menyadari bahaya plastik bagi kehidupan di bumi, tentunya
diperlukan langkah-langkah nyata untukmenyelamatkan lingkungan hidup
kita. Selain memang masih diperlukannya daur ulang plastik (walaupun
tak banyak memberi efek positif, dimana sebaiknya dilakukan pemisahan
sampah yang terbuat dari plastik dengan sampah-sampah lainnya
semenjak dari lingkungan rumah tangga), perlu kiranya dilakukan

pengurangan pemakaian dan produksi plastik di muka bumi.
Di berbagai negara maju di luar negeri, sudah digalakkan program
berbelanja dengan membawa kantong sendiri dimana saya belum pernah
mendengarnya diadakan di Indonesia. Bahkan di Indonesia, tradisi
membuang sampah pada tempatnya masih belum tampaknyata
realisasinyadalam keseharian hidup bermasyarakat. Sampah dengan
mudahnya kita temukan dimana-mana, di jalanan, di saluran air, sungaisungai, dsb.
Pemakaian tas-tas atau kantong yang tak terbuat dari bahan plastik juga
harus digalakkan. Selain itu harus dilakukan kampanye penyuluhan pada
masyarakat akan bahaya plastik ini sehingga masyarakat bisa secara aktif
dan sadar untuk mengurangi ketergantungan dan penggunaan plastik.
Saat ini para ilmuwan juga sedang meneliti pembuatan plastik yang bisa
diuraikan oleh alam termasuk di dalamnya yang bisa diuraikan oleh
cahaya. Akan tetapi jika ini bisa terwujud tentunya juga tak akan
menyelesaikan semua permasalahan, mengingat hanya sampah-sampah
plastik di permukaan sajalah yang akan terurai oleh cahaya matahari
dantidak akan menyentuh plastik yang tertimbun di dalam tanah.
Di akhir kata, selain tak memungkiri masih pentingnya plastik dalam
kehidupan manusia, perlu kiranya produksi dan pemakaiannya dilakukan
secara logis dan terbatas sehingga tak merusak ekosistem dan kehidupan

makhluk hidup di dalamnya. Dan hendaknya kita semua sadar tentang isu
lingkungan yang penting ini, dan turut berperan sesuai dengan fungsi dan

kemampuan masing-masing demi menjaga kelangsungan kehidupan di
muka bumi ini.

Sampah Elektronik
Juni 5, 2011MS

Perkembangan teknologi masa kini membuat peralatan elektronik cepat berganti model dan
fungsi. Ingat tidak dahulu ada video player a la Betamax yang kasetnya besar, kemudian
berganti dengan LD player, vcd player dan dvd player. Lalu ke mana barang-barang lama
yang sudah ketinggalan model itu, dibuang atau disimpan sajakah?
Telepon genggam, dahulu yang besar sekali, sekarang sudah semakin tipis dan kecil. Setelah
itu ada pula telepon genggam baru dengan fitur yang lebih baik.
Kitapun tergoda untuk membeli barang dengan model terbaru, karena takut ketinggalan
jaman. Memang mungkin untuk sementara kita bisa bilang telepon lamaku sudah dibeli
orang kok. Tetapi bila tiap orang ganti telepon genggam semudah mengganti baju, produk
baru akan tumbuh terus. Demikian pula dengan komputer, laptop dan barang lektronik
lainnya.

Alat elektronik terbuat dari berbagai macam bahan. Ada plastik, tembaga, PCB, timah, emas,
perak dan kobalt. Zat-zat ini sangat beracun Jika racun dari sampah elektronik ini masuk ke
dalam tanah maka akibatnya bisa meracuni mahluk hidup.
Cara pengambilan logam-logam berbahaya itu dengan ditambang dari dalam perut bumi.
Bisa dibaca di artikel Coltan yang ditulis oleh Nana Harmanto sebagai penulis tamu di Tuti
Nonka’s Veranda. Penambangan coltan dari perut bumi Kongo merusak hutan habitat gorilla
dan menimbulkan lubang menganga di permukaan. Hasilnya dibelikan untuk senjata dan
tumpahlah perang saudara.
Telepon genggam dan komputer menghabiskan 3 persen hasil tambang emas dan perak.
Padahal tanah bumi harus digali 1 ton hanya untuk mendapat 1 gram emas. Indonesia
termasuk salah satu negara di Asia Tenggara yang banyak menghasilkan sampah elektronik.

Maka, untuk alat elektronik tetap dipakai simbol 3 R : Reduce, Reuse, Recycle. Pilihlah
barang elektronik dengan kode ini.

simbol recycle
Untuk mengatur sampah elektronik ini ada perjanjian Basel (Basel Convention) yang diawasi
oleh PBB.

Plastik Oxium: Inovasi yang Absurd

June 5, 2011 | rime

Pernyataan bahwa “plastik merupakan bahan yang tidak ramah lingkungan” mungkin sudah
sangat melekat dalam benak teman-teman. Ada banyak alternatif yang ditawarkan untuk
mengurangi konsumsi dan dampak buruk plastik bagi lingkungan. Tapi apakah kita sudah
benar-benar paham dengan isu ini, terlebih lagi dengan solusi yang sudah kita lakukan?

Anti Plastic Bag Campaign-nya HMTL ITB
Plastik telah menjadi isu lingkungan paling hot abad ini. Plastik dianggap sebagai bahan yang
paling bermasalah di dunia. Bukan hanya waktu urainya saja yang terlampau lama–mencapai
ribuan tahun karena terbuat dari sumber daya yang tidak terbarukan–, tapi juga di dalamnya
terdapat campuran racun-racun yang berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup. Kelemahan
inilah yang memaksa masyarakat dunia menjauhi plastik. Tapi kemudian pertanyaannya
adalah: apakah kita bergerak ke arah yang benar, ataukah kita justru memperburuk keadaan?
Ada banyak solusi untuk menghindari penggunaan plastik, salah satunya adalah
menggunakan plastik oxium, yang sering difitnah sebagai “plastik ramah lingkungan.”
Benarkah plasik oxium ramah lingkungan?

Salah satu contoh plastik oxium
Bagi teman-teman yang senang berbelanja, pasti sudah tidak asing lagi dengan jenis plastik

ini. Kini hampir semua supermarket di kota-kota besar menggunakan jenis plastik oxium
sebagai pembungkus barang belanjaan. Biasanya di lembaran plastik ini terdapat kalimat
“plastik ramah lingkungan”, “plastik ini akan hancur dengan sendirinya”, “plastik
biodegradable”, atau “100% degradable.”
Kalimat-kalimat penuh bujuk rayu ini telah berhasil membuat orang yang menggunakannya
merasa telah berjasa bagi lingkungan, atau bahasa kerennya sudah “go green”. Padahal…..
Padahal sama sekali tidak………!
Pada kenyataannya plastik oxium tidak dapat mengurai secara alami, sangat berkebalikan
dengan apa yang dipikirkan oleh para penggunanya. Sebagian besar orang menganggap
bahwa plastik oxium bersifat “organis”, tidak lagi “non-organis”, sehingga tidak lagi
mencemari lingkungan. Padahal, apa yang dimiliki plastik oxium dan tidak dimiliki kantung
kresek biasa hanyalah kemampuan ‘memecah diri’ jika terkena panas atau cahaya.
Plastik oxium tetap sangat sulit untuk terurai secara alami, karena sebagian besar komponen
penyusunnya adalah minyak bumi. Jadi sebenarnya yang dimaksud dengan degradable pada
plastik oxium adalah “dapat terpecah dengan mudah”, BUKAN “mudah terurai secara
alami.” Kecuali jika tertera tulisan “100% BIODEGRADABLE”, ini berarti benar-benar bisa
terurai secara alami secara cepat, dan biasanya plastik dengan sifat ini disebut “bioplastik”.
Kalau masih bingung dengan perbedaan antara “terpecah” dengan “terurai”, coba lihat
gambar di bawah ini…


Perbedaan antara terpecah dengan terurai
Dan yang terjadi pada plastik-plastik itu kira-kira seperti ini:

Apa yang terjadi pada berbagai macam plastik
Proses biodegradasi melibatkan mikroba, sedangkan proses degradasi bisa melibatkan apa
saja (pada kasus ini melibatkan panas dan cahaya). Selama plastik masih terbuat dari minyak
bumi, bisa dipastikan plastik tersebut sangat sulit untuk di-biodegradasi, sehingga hanya bisa
didegradasi (dengan bantuan panas dan cahaya). Yang ter-biodegradasi pada plastik oxium
hanyalah zat aditif-nya.
Hasil akhir dari penguraian adalah material organis yang bentuknya menyerupai tanah.
Sedangkan hasil akhir pemecahan adalah potongan plastik berukuran sangat kecil, yang
masih mengandung racun.
“Tapi kan udah ga ada lagi plastiknya…”
Ya memang. Tapi ga keliatan bukan berarti ga ada, kan? Sebenarnya plastik-plastik ini tidak
hilang, hanya saja mata kita tidak mampu melihatnya. Sampai sekarang belum banyak
penelitian yang bisa menunjukkan ke mana perginya potongan-potongan plastik tersebut.
Tapi diduga potongan-potongan plastik ini bertebaran di udara, air, dan permukaan tanah.
Bayangkan, setiap potong plastik merepresentasikan racun yang berbahaya bagi manusia.
Jadi sebenarnya kata-kata yang ada pada plastik oxium kurang lengkap. Mari kita lengkapi
bersama….

“Plastik ramah lingkungan” + “masa sih?”
“Plastik ini akan hancur dengan sendirinya” + “menjadi potongan-potongan kecil yang
masih mengandung racun dan entah ke mana perginya.”
“Plastik biodegradable” + “tapi pada kadar yang sangat sedikit, selebihnya hanya
DEGRADABLE” = “sama aja dengan plasik biasa”
“100% degradable” + “tapi ga 100% BIODEGRADABLE” = “sama aja dengan plasik
biasa”
Yang sekarang jadi pertanyaan adalah, apa sebenarnya tujuan kita menjauhi kantung kresek
biasa dan beralih ke oxium? Apakah kita sekedar ingin menghindari menumpuknya sampah
plastik? Atau kita juga ingin menghindari racun-racun yang ada pada plastik?
Jika plastik oxium ini benar-benar bisa “menghilang” dalam 2 tahun, maka hanya masalah
pertama yang bisa teratasi.
Oke, sampahnya hilang, tapi bagaimana dengan racunnya?
Jadi sebenarnya, kalau kita mau hitung-hitungan, plastik oxium ternyata tidak lebih baik
dibanding kantung kresek biasa. Racun yang ada pada kantung kresek biasa bisa dikatakan
sama dengan yang ada pada plastik oxium, tapi kantung kresek biasa tidak mudah rusak,

sehingga lebih tahan lama dan lebih bisa dipakai berulang-ulang. Jadi untuk racun dengan
jumlah sama, kantung kresek punya manfaat yang lebih banyak dibanding plastik oxium.
Apakah kita perlu balik lagi ke kantung kresek biasa? Ya ga gitu juga kali…. Kita perlu ingat

tujuan awal kita: mengurangi penggunaan plastik. Jadi ya kalau bisa, kita ga usah lagi pake
kantung kresek. Kita bisa menggantinya dengan kantung lain yang bisa dipakai ulang, dan
terbuat dari bahan yang terbarukan, misalnya dari kain katun atau kain kanvas.

Tas belanja terbuat dari kain kanvas
*Tapi sebenernya kantung kain kanvas atau katun ini juga ga segitunya ramah lingkungan.
Ternyata ada jenis kantung lain yang lebih ramah lingkungan… Kita bahas lain kali ya ;)*