Ekonomi Kota Tata Kelola Kota dan Pelay

2015
Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan
Pelayanan Publik

3613100055 Dea Siti Nurpiena
3613100505 Risa Andini
3613100511 Enno Audina Mulyono
3613100703 Eliziaria Febe Gomes
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

EKONOMI KOTA
TATA KELOLA KOTA & PELAYANAN PUBLIK
Seri : Public Services and Good Governance

Oleh :

3613100055 Dea Siti Nurpiena
3613100505 Risa Andini
3613100511 Enno Audina Mulyono

3613100703 Eliziaria Febe Gomes
Dosen Pembimbing :

Belinda Ulfa Aulia, ST. M.Sc.
Surya Hadi Kusuma, ST. MT.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2015

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah
yang berjudul “Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tidak lupa sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para
sahabat dan orang-orang yang setia meneladani Beliau.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memastikan bahwa penyusun mampu
menemukenali persoalan aktual ekonomi kota yang dikaitkan dengan materi perkuliahan

harian, mendeskripsikan persoalan ekonomi kota yang telah ditemukenalinya, mampu
menyajikan fakta empiri (data kuantatif, data kualitatif) dari berbagai sumber rujukan terkait
persoalan ekonomi kota yang diangkatnya sebagai bahan tugas, dan mampu menyajikan
dalam bentuk presentasi tulisan dan lisan di kelas. Pada kesempatan kali ini, penyusun ingin
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas segala dukungan yang telah
diberikan kepada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun juga menyadari atas kekurangsempurnaan makalah ini. Sehingga
penyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah
ini di kemudian hari. Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca.

Surabaya, 16 April 2015

Penulis

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page i

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1
Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2
Tujuan..................................................................................................................... 2
1.3
Sistematika Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
2.1
Pengertian Tata Kelola Kota ................................................................................... 3
2.1.1
Prinsip Tata Kelola Kota .................................................................................. 3
2.1.2
Kerjasama Pemerintah-Swasta dalam penyediaan .......................................... 6
2.2
Pengertian Pelayanan Publik .................................................................................. 7
2.2.1

Hakikat Pelayanan Publik ................................................................................ 7
2.2.2
Jenis Pelayanan Publik .................................................................................... 8
2.2.3
Kualitas Pelayanan Publik................................................................................ 8
2.2.4
Penyediaan Pelayanan Publik ......................................................................... 9
2.2.5
Penetapan Tarif dalam Pelayanan Publik ...................................................... 10
2.2.6
Public Services of Singapore: Masterplan 2014 ............................................. 11
2.2.7
Tingkat Pelayanan Publik di Indonesia .......................................................... 12
2.2.8
Studi Kasus ................................................................................................... 12
2.2.9
Inovasi Pelayanan Publik ............................................................................... 13
BAB III. PENUTUP .............................................................................................................. 14
3.1
Kesimpulan ........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15
LAMPIRAN PERTANYAAN................................................................................................. 16

Daftar Gambar
Gambar 1 Karakteristik Good Governance............................................................................ 4
Gambar 2 Sepuluh Prinsip Good Governance ...................................................................... 4
Gambar 3 Contoh Pelayanan Publik Primer: Pelayanan Administrasi Kependudukan .......... 8
Gambar 4 Contoh Pelayanan Sekundder: Sarana Rekreasi Pasar Malam ............................ 8
Gambar 5 Tampilan Masterplan Singapura 2013 pada website URA Singapore ................. 11

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page ii

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik

BAB I. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Keinginan mewujudkan tata kelola kota dan pelayanan publik dalam kehidupan

pemerintahan dan bermasyarakat telah lama diupayakan oleh Pemerintah Pusat, Provinsi,
dan Kabupaten/Kota. Pemerintah bertekad menjadikan good governance sebagai bagian
terpenting dari sistem pemerintahan dan mewujudkan pemerintahan yang bersih. Para
Walikota/Bupati serta sejumlah kalangan di luar pemerintahan juga banyak yang
menyatakan ingin mewujudkan good governance menjadi praktik tata-pemerintahan seharihari di lingkungan masyarakat
Namun, banyak pertanyaan yang muncul meliputi bagaimana mewujudkan good
governance di dalam pemerintahan strategi apa yang sebaiknya dilakukan untuk
mewujudkan good governance, serta bagaimana upaya yang tepat dalam menyediakan
pelayanan publik yang mampu memberikan rasa aman, nyaman serta transparan bagi
masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu tidak mudah untuk menjawabnya karena
sejauh ini konsep good governance sendiri memiliki arti yang luas dan sering dipahami
secara berbeda-beda. Banyak orang menjelaskan good governance secara berbeda karena
tergantung pada konteksnya.
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan fungsi penting dari pemerintah selain
distribusi, regulasi, dan proteksi, dimana hal tersebut merupakan aktualisasi riil hubungan
sosial dengan masyarakat. Pemerintah sebagai penyedia layanan secara mutlak memiliki
tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sebagai wujud pengabdian kepada
masyarakat. Pelayanan ini wajib diberikan seperti yang telah diamanatkan dalam dalam

Undang Undang Dasar 1945 bahwa negara wajib melayani setiap warga negara dan
penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka pelayanan umum dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Kota Makassar
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dari Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan yang berbasis pada aktivitas layanan pengurusan surat
kendaraan bermotor. Pada studi kasus yang diangkat kali ini, akan memperlihatkan bahwa
kegagalan pelayanan publik yang ada di UPTD ini dapat berpengaruh terhadap perilaku
serta aktivitas masyarakat sehingga hal ini nantinya dapat berpengaruh pada kebijakan yang
mestinya ada dalam perencanaan.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 1

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
1.2

Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam


penyediaan materi terkait mata kuliah ekonomi kota. Menambah pula wawasan bagi setiap
mahasiswa untuk lebih memahami dan mendalami maksud,tujuan terkait materi.

1.3

Sistematika Penulisan
Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah pembaca

dalam memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan mengenai Tata Kelola Kota dan
Pelayanan Publik.
Bab I merupakan bab pendahuluan dan awal dari makalah ini. Bab ini berisikan latar
belakang, tujuan, serta sistematika pembahasan dari tugas ekonomi kota mengenai Tata
Kelola Kota dan Pelayanan Publik sehingga akan mempermudah pembaca dalam
memahami pokok utama dari makalah ini.
Bab II berisi tentang definisi dan penjelasan terkait tata kelola kota, pelayanan publik,
hakikat pelayananan publik, kualitas pelayanan publik, pelayanan publik di Singapura, serta
studi kasus dan inovasinya.
Bab III merupakan bab akhir yaitu penutup dari makalah ini dan berisi tentang kesimpulan
dari hasil diskusi terkait tata kelola kota dan pelayanan publik.


Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 2

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
BAB II. PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Tata Kelola Kota
Menurut UNDP mendefinisikan Tata Kelola atau good governance sebagai

pelaksanaan dari aspek politik, ekonomi yang dimana merupakan landasan untuk
pembangunan yang memiliki kewenangan administratif untuk mengelola urusan bangsa
dalam semua tingkatan. Pelaksanaan ekonomi meliputi proses pembuatan keputusan di
bidang aspek ekonomi yang berimplikasi pada masalah pemerataan, kemiskinan dan
peningkatan kualitas hidup begitu pula dengan pelaksanaan politik yang dimaksud dalam
tata kelola kota adalah proses keputusan untuk memformulasikan kebijakan yang dimana
menjadi sistem implementasi dari kebijakan tersebut adalah yang disebut dengan
pelaksanaan secara administratif.

Menurut Winandi (1998), good governance berarti kekuasan yang didasarkan pada
peraturan perundangan yang berlaku dimana segala kebijakan dilakukan secara transparan
serta dapat juga dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat, yang dimana harus didasari
juga pada aspek kelembagaan bukan atas kehendak seseorang atau kelompok tertentu.
Lembaga yang membantu dalam pelaksanaan antara lain melalui sektor negara atau
pemerintahan yang menciptakan peraturan terhadap lingkungan politik sehingga dapat
efisien dalam proses pelaksanaannya, sektor privat yang sebagai partnership yang dimana
membantu dalam proses pelaksanaan hingga pendapatan dan masyarakat yang sebagai
pengguna yang memiliki peran yang sangat penting terhadap aspek lingkungan, sosial dan
ekonomi.
Dalam pelaksanaannya yang mempunyai kewenangan untuk implementasinya
adalah pemerintah kota yang dimana fungsinya untuk mengelola urusan umum kota secara
efisien dan terintegrasi sehingga kota dapat berkelanjutan.
Berangkat dari pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan yang semakin
bertambah sehingga menyebabkan jumlah kebutuhan akan infrastrukturnya pun semakin
besar. Hal ini, maka dibutuhkan pemerintah kota yang berkonsentrasi pada pembangunan
ekonomi dengan kondisi infrastruktur dan investasi yang bersifat terbatas terutama dalam
aspek lingkungan.
2.1.1


Prinsip Tata Kelola Kota
Ada 8 karakteristik tata kelola menurut United Nations Economic and Sosial

Comission for Asia and the Pacific antara lain; Partisipatif, Orientasi konsensus, Akuntabel,
Responsif, Efektif dan Efisien, Adil dan Mengikuti Aturan Hukum yang dimana beberapa
aspek ini menjadi penentu untuk keputusan di masa depan sebuah daerah perkotaan;
berikut penjelasan dari masing-masing karakteristik:

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 3

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik


Partisipasif; dengan melibatkan para stakeholder adalah landasan suatu pemerintahan
yang baik, yang bisa secara langsung maupun melalui lembaga perantara yang sah
secara hukum atau perwakilan. Hal ini untuk menunjukan bahwa meninggikan nilai dari
demokrasi suatu negara dimana masyarakat juga mendapatkan kesempatan dalam



membuat keputusan.
Orientasi konsensus; dalam hal ini mempertimbangkan bagaimana dapat menciptakan
perpektif yang sifatnya dengan jangka pajang yang luas agar semua pembangunan
dapat berkelanjutan yang melihat dari beberapa aspek sejarah, budaya sosial atau



komunitas.
Akuntabel atau Accountability; merupakan kebutuhan utama dalam pelaksanaannya.
Yang dimana pemerintah dibantu oleh pihak swasta dan organisasi masyarakat sipil





yang bertanggung jawab terhadap proses penyelenggaraannya.
Responsif; Lembaga yang bertanggung jawab pada keputusan yang diambil secara
internal atau external dalam melayani stakeholders.
Rule of Law; merupakan kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang
tertentu hukum hak asasi manusia.
Transparansi; berarti keputusan yang diambil penegakannya dilakukan dengan cara
mengikuti aturan dan peraturan, yang dimana dapat diakses oleh semua pelaku yang
berpengaruh terhadap keputusan yang telah diambil.

Gambar 1 Karakteristik Good Governance
Sumber: United Nation, ESC for Asia Pacific

Gambar 2 Sepuluh Prinsip Good Governance
Sumber: Komite Nasional Kebijakan Governance

Adapun prinsip-prinsip yang merupakan lanjutan daripada Karakteristik tersebut oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance, yang dimana terdapat sepuluh prinsip Good Governance:
1. AKUNTABILITAS: Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala
bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.
2. PENGAWASAN:

Meningkatkan

upaya

pengawasan

terhadap

penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan
masyarakat luas.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 4

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
3. DAYA TANGGAP: Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan pemerintahan
terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
4. PROFESIONALISME:

Meningkatkan

kemampuan

dan

moral

penyelenggaraan

pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya
terjangkau.
5. EFISIENSI & EFEKTIVITAS: Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal & bertanggung jawab.
6. TRANSPARANSI: Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat

melalui

penyediaan

informasi dan

menjamin kemudahan

didalam

memperoleh informasi.
7. KESETARAAN: Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
8. WAWASAN KE DEPAN: Membangun daerah berdasarkan visi & strategis yang jelas &
mengikuti-sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa
memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.
9. PARTISIPASI:

Mendorong

setiap

warga

untuk

mempergunakan

hak

dalam

menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut
kepentingan masyarakat, baik secara langsung mapun tidak langsung.
10. PENEGAKAN HUKUM: Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
Dengan adanya prinsip-prinsip yang telah dikemukakan diatas menjadi salah satu
landasan dalam mengelola pemerintahan dengan mengambil keputusan dalam suatu
negara. Untuk sistem pelaksanaannya dibagi menjadi dua bagian antara lain; Centralisasi
dan Decentralisasi, Centralisasi yang dimaksud merupakan pengelolaan yang dilakukan
atau keputusan yang diambil terpusat pada pemerintah pusat dan terlaksana di setiap
wilayah sesuai dengan peraturan dan aturan yang telah ditetapkan, namun untuk
descentralisasinya sendiri, pemerintah kota dapat mengambil keputusan untuk melakukakn
pengelolaan terhadap kota, akan tetapi tetap padda peraturan dan aturan yang ada.
Perlu adanya Sistem dan aturan yang ada untuk menjadi sebuah visi yang dimana
dengan misinya meningkatkan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang
sebagai pelaku pengguna, dan menjadi alat untuk mengontrol lingkungan wilayah, sistem
konektivitas dan transportasi, meningkatkan ekonomi dan mengontrol sosial kultural suatu
wilayah.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 5

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
2.1.2

Kerjasama Pemerintah-Swasta dalam penyediaan
Kerjasama antara pemerintah dan swasta merupakan terobosan yang bisa dilakukan

dalam rangka menunjang penyediaan pelayanan publik. Selain itu, pelibatan swasta dan
masyarakat dalam pembangunan sejalan dengan prinsip tata kepemerintahan yang baik
atau Good Governance yang dewasa ini telah menjadi kecenderungan global sebagai model
dalam penyelenggaraan pemerintahan secara umum. Tata kepemerintahan yang baik
menekankan

bahwa

penyelenggaraan

kepemerintahan

negara

diperlukan

adanya

keseimbangan interaksi dan keterlibatan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat (Tim
Kajian PKP2A III LAN Samarinda, 2013).
Dalam konsep kerjasama pemerintah dan swasta merupakan sinergi dari kapasitas
keahlian kedua pihak tanpa memandang satu pihak lebih penting dari yang lainnya, dimana
pemerintah memberi kontribusi berupa reputasinya sebagai pemilik aset dalam suatu
perekonomian, pelayan masyarakat, serta kepemilikannya atas data atau sebuah lahan.
Kerjasama pemerintah dan swasta bersumber dari konsep kontrak kompetitif sebagai suatu
cara pemerintah memberi pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan demikian, model
kerjasama tesebut merupakan suatu usaha yang menggabungkan sektor swasta dengan
pemerintah sebagai upaya peningkatan nilai efektivitas dan efisiensi dari sebuah tata kelola
kota.
Ada sejumlah model yang dapat dipilih dalam suatu kerjasama sector public dan
swasta sebagai cara untuk memberi pelayanan publik kepada masyarakat, yaitu:


Build, Own, and Operate (BOO)
Berdasarkan model BOO ini, pihak swasta membangun, memiliki, dan mengoperasikan



suatu proyek yang telah dibangun.
Build, Operate and Transfer (BOT)
Jika pihak swasta membangun, memiliki dan mengoperasikan suatu proyek dalam
jangka waktu tertentu sebelum diserahkan ke pemerintah untuk memiliki dan



mengoperasikannya, maka kerjasama tersebut masuk dalam kategori BOT.
Design, Build, Fund and Maintain (DBFM)
Dalam model ini, pihak swasta merancang, membangun, mendanai, memiliki dan



memelihara suatu proyek. Sementara pemerintah hanya mengoperasikannya.
Build, Own and Maintain (BOM)
Dengan model BOM, sektor swasta



membangun, memiliki dan memelihara suatu

proyek, namun pemerintah berfungsi merancang dan mengoperasikannya.
Lease, Develop, and Operate (LDO)
Jika pemerintah tetap memiliki asset suatu proyek, sementara pihak swasta melalui



perjanjian sewa-menyewa membangun dan mengoperasikannya.
Operate and Mention (OM)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 6

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
Melalui model OM, pemerintah mempertahankan kepemilikan aset suatu proyek yang
ada sementara pihak swasta mengoperasikan dan memeliharanya.

2.2

Pengertian Pelayanan Publik
Pelayanan Publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk

jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah,
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2.2.1

Hakikat Pelayanan Publik
Pelayanan publik secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu

wilayah tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya
dalam koridor kebersamaan (Widodo, 2013). Dalam angan setiap anggota masyarakat,
negara yang dibentuk oleh mereka ini akan melaksanakan fungsinya menyediakan
kebutuhan hidup anggota berkaitan dengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang
lain di sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama tersebut diartikan
sebagai kebutuhan publik. Contohnya adalah Kartu Tanda Penduduk yang merupakan
kebutuhan publik bagi setiap orang yang sudah memenuhi persyaratan tertentu. Tanpa KTP,
seseorang akan mengalami kesulitan dalam berurusan dengan orang lain atau sebuah
institusi. KTP perlu dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang yang dibentuk dan ditunjuk
oleh negara, seperti kelurahan atau desa.
Pelayanan publik umumnya dibagi dalam dua kategori sesuai dengan tingkat
kepentingan kebutuhan warga negara, yakni pelayanan publik primer dan pelayanan publik
sekunder. Pelayanan publik primer merujuk kepada semua jenis layanan dari sebuah
diterjemahkan sebagai segala aktivitas yang dilakukan oleh petugas berwenang dalam
melayani pemenuhan kebutuhan publik anggota masyarakatnya. Dalam konteks negara,
pemenuhan kebutuhan publik tersebut diartikan sebagai pemenuhan hak-hak sipil seorang
warga negara. Pelayanan publik umumnya tidak berbentuk barang melainkan layanan jasa,
termasuk jasa administrasi. Hasil yang diperoleh dari adanya pelayanan publik oleh
penyedia jasa layanan dapat berbentuk barang maupun bentuk jasa-jasa. Pelayanan publik
biasanya dilakukan oleh pemerintah, namun dapat juga oleh pihak swasta, atau pemerintah
bekerjasama dengan swasta.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 7

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik

Gambar 3 Contoh Pelayanan Publik Primer:
Pelayanan Administrasi Kependudukan
Sumber: Google Search 2015

Gambar 4 Contoh Pelayanan Sekundder:
Sarana Rekreasi Pasar Malam
Sumber: Google Search 2015

Pelayanan publik umumnya dibagi dalam dua kategori sesuai dengan tingkat
kepentingan kebutuhan warga negara, yakni pelayanan publik primer dan pelayanan publik
sekunder. Pelayanan publik primer merujuk kepada semua jenis layanan dari sebuah
instansi baik pemerintah maupun swasta untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
mutlak dari seorang warga negara. KTP bersifat mutlak bagi setiap warga negara yang
sudah memenuhi syarat, terutama dari segi usia. Pemenuhan layanan air bersih, listrik,
dan transportasi juga merupakan kebutuhan layanan publik yang bersifat mutlak bagi
setiap orang. Sebaliknya, pelayanan publik sekunder merujuk kepada semua layanan yang
tidak mutlak bagi seorang warga negara, semisal kebutuhan tata rias, hiburan, dan
sejenisnya.
2.2.2

Jenis Pelayanan Publik
Pelayanan Publik merupakan realisasi atau wujud nyata keberadaan konsep

administrasi publik. Terdapat dua jenis pelayanan;


Pelayanan Publik (Pemerintah)
1. Fisik : pelayanan berbentuk penyediaan barang (gedung sekolah, jalan, jembatan,
gedung rumah sakit,dll);
2. Non Fisik : pelayanan jasa atau tiidak berbentuk barang (pendidikan, kesehatan, dll);
3. Administratif : pelayanan yang bersifat pengaturan atau legalitas (KTP, perijinan, akte



kelahiran, dll).
Pelayanan Privat : pelayanan yang perolehannya harus membayar, dan dapat berpindah
bila tidak sesuai dengan keinginannya (banyak pilihan publik, tidak ada monopoli)

2.2.3

Kualitas Pelayanan Publik
Dalam konsep SERVQUAL (Services Quality), kualitas pelayanan didefinisikan

sebagai “penilaian atau sikap global berkenaan dengan superioritas suatu jasa”
(Parasurama et al, 1985), sedangkan definisi kualitas layanan yang sering disebut mutu
pelayanan adalah seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas
pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Harapan merupakan keinginan pelanggan dari
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 8

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Adapun dimensi kualitas pelayanan yang
diungkapkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry tahun 1988, yakni mengacu pada
kualitas penawaran pelayanan yang diharapkan dan dirasakan. Model ini didasarkan pada
skala multi-item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan. Berikut
ini adalah dimensi yang telah di re-model oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry pada
tahun 1988 yang disederhanakan menjadi 5 dimensi yaitu:
1. Tangibles (bukti langsung): meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawam, dan sarana
komunikasi,
2. Reliabilitas (keandalan): kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera, akurat, dan memuaskan,
3. Responsiveness (daya tanggap): keinginan para pemberi pelayanan untuk membantu
para pelanggan dan memerikan pelayanan dengan tanggap,
4. Assurance (jaminan): mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para pemberi pelayanan, bebas dari bahaya, resiko, atau
keraguan,
5. Empathy (empati): kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
2.2.4

Penyediaan Pelayanan Publik
Tujuan yang dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan

masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Terkait hal ini dalam UU 25 Tahun
2009, pasal 3 menyebutkan bahwa :






Terwujudnya batasan dan hubugan yang jelas tentang hak, kewajiban dan kewenangan
seluruh pihak terkait dengan penyelenggaran pelayanan publik.
Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asasasas umum pemerintahan dan korporasi yang baik
Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik yang sesuai

dengan peraturan

perundang-undangan dan
Terwujudnya

perlindungan

dan

kepastian

hukum

bagi

masyarakat

dalam

penyelenggaraan pelayanan publik.
Adapun beberapa program dari pemerintah untuk memonitoring dan evaluasi dari
peraturan yang telah ditetapkan tentang pelayanan yang digunakan untuk acuan penilaian
kualitas pelayanan para penyelenggara pelayanan publik. Antara lain;
 Penyelenggara Terpadu Satu Pintu (PTSP)

 Surat Edaran dari Permen PAN Nomor 15 Tahun 2013 “Kompetisi Inovasi Unit
Pelayanan Publik di Indonesia

 Sosialisasi PERMEN PAN “Implementasi UU 25 Tahun 2009
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 9

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
Guna mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) dan meningkatkan
kinerja penyelenggaraan pemerintahan terutama di bidang peningkatan kualitas publik,
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyelenggarakan
kembali Sosialisasi Peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik pada Rabu, 13 Februari 2013 bertempat di Hotel Kartika Chandra, Jakarta
dengan agenda penyampaian persyaratan dalam melakukan penilaian dan pemeringkatan
penyelenggaraan pelayanan publik bagi kementerian/lembaga (K/L). Fungsi dari ketiga
program dari pemerintah adalah monitoring dan evaluasi dalam penyelenggaraan
Masyarakat, misalnya; Pelayanan dasar masyarakat: misalnya kesehatan, adakah dokter
yang memadai di setiap unit pelayanan kesehatan.
2.2.5

Penetapan Tarif dalam Pelayanan Publik
Aturan yang biasa dipakai oleh pemerintah dalam menetapkan seberapa besar

harga yang dipungut dalam pelayanan publik adalah dengan menghitung beban sebesar
total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut, atau biasa dikenal dengan sistem full
cost recovery. Namun dalam praktiknya, sistem ini menemui beberapa kesulitan, antara lain:



Sulitnya menentukan biaya total dalam menyediakan suatu pelayanan



Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar



Sulitnya menentukan jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi

Menentukan biaya apa saja yang patut untuk diperhitungkan sebagai total biaya
Dalam penentuan tarif pelayanan publik, terdapat alternatif lain yakni dengan

menggunakan sistem marginal cost pricing, yaitu tarif yang dipungut sama dengan biaya
untuk melayani konsumen. Marginal cost pricing mengacu pada harga pasar yang seimbang
sehingga lebih efisien dan dapat meningkatkan output sampai titik dimana marginal cost
sama dengan harga jual. Namun dalam praktiknya, penerapan pembebanan dengan
marginal cost pricing harus memperhatikan hal-hal seperti biaya operasi variabel, biaya
modal atas aktiva yang digunakan untuk memberi pelayanan, biaya penggantian atas aset
modal yang digunakan dalam penyediaan pelayanan, serta biaya penambahan aset modal
yang digunakan untuk penyediaan pelayanan publik.
Pembebanan penetapan harga pelayanan publik tidak memperhitungkan mampu
atau tidaknya masyarakat membayar barang atau jasa dari pelayanan tersebut. Sehingga
masyarakat yang kurang mampu seringkali tidak bisa menggunakan pelayanan tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah memberikan subsidi sehingga masyarakat yang kurang mampu
juga bisa merasakan pelayanan tersebut dalam pemenuhan kebutuhannya.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 10

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
2.2.6

Public Services of Singapore: Masterplan 2014
Urban Redevelopment Authority Singapore, atau yang biasa disebut dengan URA

Singapore, adalah badan perencanaan nasional perkotaan Singapura, yang berada di
bawah naungan Kementerian Pembangunan Nasional Pemerintah Singapura. Seperti apa
yang telah tercantum dalam URA Singapore Masterplan 2014, URA bertanggung jawab
untuk membantu mengendalikan pembangunan-pembangunan yang dilakukan di Singapura
terkait keterbatasan lahan yang dimiliki Singapura, mempermudah akses pelayanan bagi
masyarakat, transparansi informasi bagi masyarakat, pengoptimalan fasilitas penunjang
transportasi, menjaga kebersihan lingkungan, dan juga untuk memfasilitasi keharmonisan
ras, seperti menghindari segregasi dalam perencanaan kota, serta mempertahankan cagar
budaya yang ada di Singapura, mencari cara untuk meningkatkan estetika dan untuk
mengurangi kemacetan.

Gambar 5 Tampilan Masterplan Singapura 2013 pada website URA Singapore
Sumber: http://www.ura.gov.sg

Ada banyak pelayanan yang disediakan oleh organisasi ini, salah satunya adalah
Season Parking. Yang dimaksud disini adalah warga Singapura maupun luar negeri dapat
menikmati layanan tersebut, adapun ketentuan-ketentuan pada pengaplikasian sistem parkir
musiman ini seperti:
1. Melakukan pendaftaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
2. Pemilihan lokasi seperti: Residential dan Non-residential.
3. Serta jenis kendaraan, seperti: Motor Car, Motorcycle, dan Heavy Vehicle.
4. Kemudian, menemukan posisi atau keberadaan pelanggan pada daftar tunggu.
5. Jika menggunakan kendaraan berat (Heavy Vehicle), maka prosedur akan dialihkan
sesuai dengan jenis kendaraan ini.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 11

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
6. Pembayaran pendaftaran, yang dapat dilakukan via internet ataupun kartu kredit.
7. Setelah itu mencetak struk pembayaran, yang akan dijadikan sebagai bukti bahwa
pengguna telah melakukan pembayaran parkir musiman.
Adapun sistem parkir musiman ini, dapat dilakukan pembaharuan atau perpanjang
masa, dengan melakukan prosedur-prosedur sesuai yang tercantum pada website URA.
Selain memperpanjang masa parkir, ada pula ketentuan pembayaran denda yang jatuhkan
kepada pelanggaran parkir. Langkah-langkah penegakan hukum ini bertujuan untuk
meminimalisir parkir liar agar kondisi jalan tetap aman dan tertib. Selain itu, penegakan ini
mengurangi jumlah warga yang tidak membayar biaya parkir kendaraan mereka.
2.2.7

Tingkat Pelayanan Publik di Indonesia
Kondisi pelayanan publik di Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Survei

yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga menunjukkan rapor buruk pelayanan publik di
Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemerintah sebagai pembuat
kebijakan sekaligus penyelenggara pelayanan publik belum mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas, meskipun ketentuan tentang pelayanan publik telah
diundangkan melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Berikut beberapa penyebab terjadinya pelayanan yang kurang maksimal :



Tidak adanya sistem monitoring dan evaluasi;



Waktu yang tidak efisien;



Keterampilan petugas yang masih rendah;



Teknologi yang kurang yang berkembang;



Prosedur yang kurang jelas;



Sistem pengaduan yang kurang bekerja;



Petugas yang tidak ramah;

Sistem pengaduan yang kurang bekerja.

2.2.8

Studi Kasus
Untuk studi kasusnya, kami mengambil permasalah di Kantor Sistem Administrasi

Manunggal Satu Atap Kota Makassar.Seberapa efektifkah pelayanan publik di Kantor
SAMSAT Kota Makassar? Apakah pelayanan yang diberikan sudah memenuhi dimensi
pelayanan yang sederhana, adil, efisien, terbuka, jelas dan pasti, dll? Jawabannya adalah
tidak. Kenyataannya baru sedikit dari banyaknya dimensi pelayanan yang sudah terpenuhi.
Masyarakat masih belum memahami persyarakatan pendaftaran hingga prosedur yang
harus dilakukan demi terpenuhinya pelayanan yang diinginkan. SAMSAT Kota Makassar
dinilai hanya memenuhi standar pelayanan dari segi adil dan ekonomis, namun untuk kriteria
yang lain masih dinilai belum memenuhi.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 12

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
Karena hal ini, mulai timbul banyaknya permasalahan-permasalahan seperti
ditunjukan dengan banyaknya masyarakat yang menunggak dalam penyetoran pajak
kendaraan. Terlihat dari tunggakan yang mengalami peningkatan setiap tahun dari tahun
2007 untuk mobil sebanyak 2.155 unit dengan besar tunggakan Rp. 758.950.150 dan untuk
motor sebanyak 25.184 unit dengan besar tunggakan Rp. 1.986.585.480 menunjukkan
terjadi peningkatan tunggakan PKB sampai tahun 2011 untuk kendaraan mobil meningkat
menjadi 5.323 unit dengan besar tunggakan Rp. 4.808.069.540 dan untuk motor meningkat
menjadi 33.864 unit dengan besar tunggakan sebesar Rp. 4.300.246.040.
Ini disebabkan karena dimensi pelayanan yang kurang efektif, lebih parahnya lagi,
karena lambatnya reaksi dan penanganan yang diharapkan tunggakan pun akhirnya setiap
tahun malah mengalami peningkatan. Selain itu kebocoran penyalahgunaan anggaran
semakin memperparah keadaan yang sudah ada.
Layanan yang sering dikeluhkan oleh masyarakat berkaitan dengan administrasi
publik yaitu pengurusan surat kendaraan bermotor khususnya yang menyangkut urusan
administrasi seperti pengurusan Bukti Pajak Kendaraan Bermotor (BPKB), Biaya Balik
Nama Kendaraan (BBNK), pengambilan nomor kendaraan khusus, dan pengurusan Surat
Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Hal ini banyak dikeluhkan karena kegiatan pelayan ini
mengharuskan masyarakat untuk mengurus sejumlah surat-surat yang cukup banyak
sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama, antrian yang panjang dan pastinya sangat
tidak efisien dan membosankan.
2.2.9

Inovasi Pelayanan Publik
Inovasi Merupakan Kreasi dari Setiap Pemerintah Daerah, yang dimana untuk

meningkatkan kualitas Pelayanan publik dengan tujuan menyelesaikan masalah yang terkait,
untuk menilainya, pemerintah pusat (KEMENPAN) mengadakan sebuah Kompetisi
Penyelenggaraan Inovasi.
Menurut Kementrian Pedayagunaan Aparatur Nasional dan Birokrasi mengumumkan
99 inovasi terbaik di seluruh Indonesia, yang dimana dari sekian banyak inovasi dinilai dari
kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh Kemempan yang mengadakan juga kompetisi
pada setiap daerah di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik. Kompetisi ini menjadi alat untuk mendorong pada setiap daerah untuk lebih
mengontrol semua aspek yang terlibat dalam penyelenggaraan pelayanan publik suatu
daerah.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 13

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
BAB III. PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Urban Good Governance memiliki arti yang luas dan dinamis, sebagai fungsi dari

tempat dan waktu yang berbeda. Namun demikian, secara umum good urban governance
dapat diartikan sebagai upaya merespons berbagai permasalahan pembangunan kawasan
perkotaan secara efektif dan efisien yang diselenggarakan oleh pemerintah yang akuntabel
bersama-sama dengan unsur-unsur masyarakat.
Terdapat tiga unsur dalam proses penyelenggaraannya antara lain; Pemerintah yang
mempunyai wewenang dalam membuat kebijakan dan peraturan terkait sesuai dengan
Undang-Undang yang ditetapkan, Swasta yang sebagai donator bagi pemerintah yang
membantu juga dalam proses penyelenggaraan yang dimana nantinya akan terkait dengan
kontrak tertentu, lalu Masyarakat memiliki peran sebagai pengguna dari hasil keputusan
yang telah dibuat oleh pemerintah, yang dimana masyarakat ikut serta dalam menjaga dan
meningkatkan kualitas penyelenggaran yang ada.
Pelayanan Publik merupakan salah satu bentuk aspek yang diselenggarakan melalui
keputusan tata kelola kota atau urban good governance. Untuk Indonesia masih dinilai
kurang optimal dalam penyelenggaraan, baik dari pihak petugas maupun dari birokrasi. Hal
tersebut yang menyebabkan adanya kompetisi terhadap inovasi dalam bidang pelayanan
dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan publik di setiap daerah di seluruh Indonesia
yang dimana untuk menjawab berbagai masalah terkait.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 14

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
DAFTAR PUSTAKA
Auditor Internal. (2012). Penilaian Tata Kelola dan Standar Kinerja. Auditor Internal.
Holle, E. S. (2011). Pelayanan Publik Melalui Electronic Goverment. Jurnal Sasi Vol. 17 No.
3 , 21-30.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur. (2009). Undang-Undang Nomor 25. Jakarta:
Pemerintah Indonesia.
Ni Nyiman Dewi Pascarani, Ketut Winaya, Ni Wayan S, Kadek Chandra W. (2013).
Implementasi Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Singapore Government. (t.thn.). Urban Redevelopment Authority. Diambil kembali dari
Urban Redevelopment Authority: http://www.ura.gov.sg
Tim Kajian PKP2A III LAN Samarinda. (2013). Kemitraan antara Pemerintah Kota dengan
Swasta dalam Pembangunan Daerah di Kalimatan. 1-16.
United Nation. (20009). Department Economic and Social for Asia Pasidic.
Widodo, N. Buku Ajar: Pelayanan Publik. Malang: Universitas Brawijaya.

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 15

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik
LAMPIRAN PERTANYAAN
1.

Shafira Aulia (071) : Ketercapaian dan apa saja parameter kualitas pelayanan
publik?

2.

Ridho Rashanda (503) : Apakah pelayanan dapat menuntaskan kemiskinan?

3.

Astarina Cleosa (056) : Pelayanan Publik yang ideal seperti apa? Apa saja
contohnya ?

4.

Dian (048) : Hubungan kegagalan pelayanan publik dengan ekonomi Kota
apa? Pelayanan yang dimaksud bagaimana ?

5.

Elok Wuri (059) : Minta diperjelas lagi Tata Kelola Kota yang dimaksud itu
seperti apa? Lalu apa hubungannya dengan pelayanan publik

6.

Dewi Anggraini () :Minta diperjelas 5 model indikator yang tentang kualitas
pelayanan publik?

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015

Page 16