MANAJEMEN KELAS BEBASIS ETIAKA KATOLIK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRUDER SINGKAWANG
SWASTA BRUDER SINGKAWANG
Bonevantura Frans, Aswandi, Syukri
Program Magister Administrasi, FKIP untan, Pontianak
Email: fransbone@gmail.com
Abstract Classroom management is part of the classroom activities that determine the quality of education, and plays an important role in developing the ability of classroom teachers at the elementary school level. Classroom management demands classroom teachers to do more upbringing in the classroom. The nurturing efforts are contained in the skills component of the classroom teacher associated with the creation and maintenance of optimal learning conditions, and skills related to optimal learning condition control. While Catholic ethics is the basic foundation of the character in Catholic Religion taught in Catholic schools as part of the character formation of learners, are as follows: (1) love, (2) honesty, (3) discipline, (4) responsibility (5) hard-work, (6) huminity, (7) wisdom, (8) anti-dishonesty, (9) happiness, (10) peace/harmony, (11) goodness, (12) compassion, (13) charity, and (14) justice. Class- based Catholic ethics management at Bruder Singkawang Private Elementary School wants the quality of education to start from a professional classroom management based on Catholic ethics which then the Catholic ethics values are developed through integration into all subjects, integration into everyday activities by all citizens of the school, integration through routine habits such as maintaining the cleanliness of the school environment and words of motivation, integration into school programs, integration through extracurricular activities, and parents-teachers coordination.
Keywords: Classroom Management, Catholic Ethics.
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya Komunikasi dan kedekatan emosional seorang kegiatan proses pengajaran dan pembelajaran.
guru membantu setiap peserta didik untuk Pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan
menumbuh kembangkan perilaku baik, sehingga oleh seorang guru berkaitan erat dengan
penanaman nilai etika katolik dapat terjadi secara manajemen kelas dan bertanggung jawab penuh
optimal sebagai basis karakter. atas segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas.
Keberhasilan penanaman nilai etika katolik Manajemen kelas berkaitan erat dengan
di Sekolah Dasar Swasta Bruder Singkawang perencanaan
tidak terlepas dari keteladanan yang tercermin pengorganisasian kegiatan kelas, pelaksanaan
pada perilaku guru kelas. Sebab penanaman nilai program kegiatan kegiatan kelas, dan evaluasi
etika katolik sebagai basis karakter melalui program kelas sedemikian rupa sehingga peserta
keteladanan seorang guru dan seluruh warga didik akan mendapat manfaat maksimal dari
sekolah lebih banyak keberhasilannya. Setiap proses pendidikan.
interaksi guru dalam kegiatan manajemen kelas Sekolah sebagai salah satu organisasi
memiliki kekuasaan untuk memengaruhi melalui ternyata di dalamnya muncul masalah yang
keteladanan mengajarkan nilai etika katolik yang berkaitan erat dengan perilaku peserta yang
merupakan bagian dari akademik kurikulum atau menjadi perhatian utama guru di dalam kelas.
kurikulum manusiawi yang mengatur, berperan, Guru kelas di tingkat sekolah dasar memiliki
berpotensial untuk peran yang sangat besar dalam menciptakan kelas
berhubungan
dan
memengaruhi nilai etika yang akan dipegang oleh yang aman dan mendukung, merupakan faktor
peserta didik beserta karakternya. utama yang memengaruhi proses pembelajaran,
Sekolah sebagai sebuah wadah penguatan prestasi, dan pembentukan karakter peserta didik.
pendidikan karakter yang berbasis keagamaan pendidikan karakter yang berbasis keagamaan
pengaturan waktu, pengaturan ruangan dan bernegara, sehingga agama dan nilai-nilai
peralatan, dan pengelompokan siswa dalam keagamaan tidak terpisah dari denyut nadi
belajar”. Seterusnya dipertegas oleh Evertson dan pendidikan dan kehidupan bangsa yang dapat
Harris dalam Hardin (2004: 141) bahwa menjadi penyeimbang dan pengendali. Dalam
“manajemen kelas adalah suggest that a broader ajaran katolik, nilai yang sangat terkenal dan
definition of classroom management is needed melekat yang mencerminkan perilaku yang luar
and that classroom management must be viewed biasa pada diri Yesus (Isa Almasih),yaitu ajaran
as a holistic descriptor of teachers actions in cinta kasih yang menjadi penggerak dan tujuan
orchestrating all that teachers do to encourage etikakatolik, sebab cinta kasih mampu
learning in their classroom. This includes mengawetkan karakter kebaikan dasar dari
creating predictable, orderly classroom, tindakan-tindakan manusia yang dilakukan
establishing rules, gaining student cooperation in melalui kegiatan pembiasaan, kegiatan belajar,
task, and coping with the procedural demands of dan manajemen kelas. Hal ini dipertegas oleh
classroom. A holistic definition of classroom Ramayulis (2013: 429) bahwa “etika merupakan
management is one that emphasizes a teacher’s suatu refleksi kritis dan rasional menyamai nilai-
ongoing choices and actions rather than nilai dan norma moral yang menentukan dan
narrowly considering responses to misbehavior”. terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup
Fungsi manajemen kelas sebenarnya manusia”. Seterusnya dipertegas oleh Lickona
merupakan penerapan dari fungsi-fungsi (2014: 99- 100), bahwa “karakter baik dimulai
manajemen yang diterapkan di dalam kelas oleh dari (1) guru dapat menjadi pengasuh yang
seorang guru antara lain: (1) perencanaan efektif dengan mengasihi dan menghormati
program kegiatan kelas, (2) pengorganisasian siswa, membantu siswa meraih keberhasilan, (2)
kegiatan kelas, (3) pelaksanaan program kegiatan guru dapat menjadi teladan, yaitu pribadi yang
kelas, dan (4) evaluasi program kegiatan kelas. etis menunjukkan sikap hormat dan tanggung
Fungsi perencanaan program kegiatan kelas jawab baik di dalam maupun di luar kelas, dan (3)
merupakan proses yang melibatkan penentuan guru dapat menjadi seorang pembimbing etis
sasaran atau tujuan organisasi, menyusun strategi sebagai pengajar moral”.
menyeluruh untuk mencapai tujuan sasaran yang Adapun nilai etika katolik yang terdapat
ditetapkan, dan mengembangkan hierarki dalam Kitab Suci yang menjadi landasan dasar
rencana kerja secara menyeluruh untuk karakter agama Katolik adalah cinta kasih, jujur,
mengkoordinasikan disiplin, tanggung jawab, rajin bekerja, rendah
mengintegrasikan
dan
kegiatan kelas. Perencanaan dalam program hati, bijaksana, tidak curang, gembira,
kegiatan kelas memegang perenan penting karena damai/harmoni, baik, belas kasih, amal kasih,
menjadi penentu dan sekaligus memberikan arah dan adil. Hal senada juga disampaikan oleh
terhadap tujuan yang ingin dicapai. Menurut Chang (2002: 92) bahwa “cinta kasih adalah
Fattah (2 013: 49) “perencanaan adalah proses perintah utama, pengikat kesatuan, bentuk dan
penentuan tujuan atau sasaran yang hendak bunda semua keutamaan adikodrati dari ajaran
dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang agama Katolik”.
diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien Manajemen kelas merupakan keterampilan
dan seefektif mungkin”. Sedangkan menurut guru dalam menciptakan, memelihara, dan
Boone dan Kurtz dalam Hariri, Karwan, dan mempertahankan kondisi kelas yang nyaman
Ri dwan (2016: 5) “perencanaan adalah planning untuk kegiatan belajar yang optimal dan
may be defined as the process by which manager mengembalikan apabila terjadi gangguan dalam
set objective, asses the future, and develop course proses belajar mengajar. Lingkungan kelas yang
of action designed to accomplish these objective ”. baik menantang dan merangsang setiap peserta
Jadi, perencanaan program kegiatan kelas dapat didik untuk belajar, memberikan rasa aman dan
disimpulkan sebagai suatu keputusan yang kepuasan dalam mencapai tujuan. Hal ini
diambil untuk melakukan tindakan dalam jangka dipertegas oleh Tim Dosen Administrasi
tertentu dan merupakan persiapan yang harus Pendidikan UPI (2009: 107) bahwa “manajemen
diambil dalam mencapai tujuan dengan kelas adalah rentetan kegiatan guru untuk
menyiapkan alternatif untuk mengantisipasi menumbuhkan dan mempertahankan organisasi menyiapkan alternatif untuk mengantisipasi menumbuhkan dan mempertahankan organisasi
jawabnya.
Fungsi pengorganisasian kegiatan kelas Fungsi evaluasi program kelas lebih merupakan
berkaitan dengan pelaporan. Evaluasi tidak menentukan sumber daya dan kegiatan untuk
terlepas dari rangkaian kegiatan yang bermula mencapai tujuan organisasi, merancang dan
dari perencanaan, pengorganisasian, dan mengembangkan kelompok kerja guru yang
pelaksanaan suatu program. Mengevaluasi berarti mampu membawa organisasi sekolah pada tujuan
melihat tingkat kesesuaian antara proses dengan yang berkaitan dengan tugas seorang guru kelas
rencana yang dibuat seberapa tinggi pencapaian atau kelompok guru semuanya dalam tanggung
dari proses tersebut juga kendala-kendala yang jawab tugas dan fungsi tertentu, mendelegasikan
muncul, dan penyimpangan yang terjadi sehingga wewenang yang berhubungan dengan keluwesan
bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam dalam melaksanakan tugas manajemen kelas.
rencana tindak lanjutnya.
Menurut Fattah (2013: 71), “pengorganisasian Menurut Arikunto dan Jabar (2014: 20, sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-
“evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas
informasi tentang bekerjanya seseuatu, yang itu kepada orang yang sesuai dengan
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk kemampuan, dan mengalokasikan sumber daya,
menentukan alternatif yang tepat dalam serta
mengambil sebuah keputusan”. Sedangkan efektivitas pencapaian tujuan organisasi”.
menurut Fattah (2013: 107), “evaluasi adalah Sedangkan menurut Usman (2014: 170),
pembuatan pertimbangan menurut suatu “pengorganisasian merupakan penyusunan
perangkat kriteria yang disepakati dan dapat struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan
dipertanggung jawabkan dengan tiga faktor organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan
penting, yaitu pertimbangan, deskripsi objek lingkungan yang melingkupnya”. Jadi dengan
penilaian, dan kriteria yang bertanggung jawab”. demikian
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan evaluasi pengorganisasian kegiatan kelas merupakan
dapat di
simpulkan bahwa
program kelas merupakan suatu usaha mengukur rangkaian aktivitas pembagian kerja yang cukup
tahap pencapaian tujuan yang dirumuskan dan jelas dan terarah dalam rangka mencapai tujuan
dapat dipertanggungjawabkan untuk selanjutnya organisasi sekolah.
dipergunakan untuk rencana tindak lanjut dalam Fungsi pelaksanaan program kegiatan kelas
mengambil dan menentukan sebuah keputusan. merupakan fungsi utama karena yang berkaitan
Tujuan manajemen kelas adalah titik akhir langsung dengan pelaksanaan program kegiatan
dari sebuah kegiatan dan dari tujuan itu juga dan kegiatannya berhubungan langsung dengan
sebagai pangkal tolak pelaksanaan kegiatan guru-guru dan kepala sekolah sebagai pelaksana
selanjutnya. Oleh karena itu guru harus mampu dari kegiatan tersebut. Menurut Terry dalam
menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai Ismaya (2015: 19), “pelaksanaan merupakan
dengan kegiatan manajemen kelas yang usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
dilakukannya. Sebagaimana dikatakan Djamarah sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
65) bahwa “tujuan berusaha mencapai sasaran organisasi sekolah
dalam Wayani (2013: 64-
manajemen kelas adalah (1) untuk mendorong dan sasaran anggota organisasi sekolah tersebut
peserta didik mengembangkan tanggung jawab, karena para anggota itu juga ingin mencapai
membantu peserta didik mengetahui perilaku sasaran- sasaran tersebut”. Sedangkan menurut
yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan Werang (2015: 7), “pelaksanaan merujuk kepada
membangkitkan rasa tanggung jawab untuk manajemen organisasi untuk mengarahkan
melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan pelaksanaan
yang diadakan, (2) untuk guru mengembangkan sekolah kepada visi dan tujuan yang sudah
program-program
organisasi
penyajian pelajaran, ditetapkan”. Jadi dengan demikian dapat
pemahaman dalam
menyadari kebutuhan peserta didik dan memiliki disimpulkan bahwa pelaksanaan program
kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kegiatan kelas merupakan upaya untuk
kepada peserta didik, mempelajari bagaimana menjadikan sebuah rencana menjadi kenyataan,
merespons secara efektif terhadap tingkah laku melalui berbagai arahan dan motivasi agar setiap
peserta didik yang menanggu, dan memiliki guru di kelas dapat melaksanakan kegiatan secara
strategi remedial yang lebih komprehensif”.
Seterusnya dipertegas oleh Karwati dan Priansa Pendekatan dalam manajemen kelas (2014: 28) bahwa “tujuan manajemen kelas
diartikan sebagai sudut pandang dalam proses adalah (1) anak-anak memberikan respon yang
pembelajaran yang merupakan suatu proses yang setimpal terhadap perlakukan yang sopan dan
bersifat umum di dalam kelas. Adapun penuh perhatian dari orang dewasa, dan (2) anak-
pendekatan merupakan unsur sangat penting yang anak akan bekerja dengan rajin dan penuh
harus dikuasai oleh guru sebelum mempersiapkan konsentrasi dalam melakukan yang sesuai dengan
perencanaan pembelajaran dan manajemen kelas. kemampuannya”.
Penggunaan suatu pendekatan memberi ruang Berdasarkan uraian di atas, dapat
kepada seorang guru untuk memilih dan disimpulkan bahwa tujuan manajemen kelas yang
menetapkan pendekatan mana yang cocok dilakukan guru agar setiap peserta didik di dalam
dengan karakteristik peserta didik di dalam ruang kelas dapat tercapai belajar yang tertib, efektif,
kelas. Sebab tidak semua pendekatan yang ada dan efisien. Sedangkan kegiatan manajemen
bisa digunakan dan cocok dalam menangani kelas merupakan kegiatan mendayagunakan
kasus manajemen kelas. Pendekatan yang sumber daya kelas dengan berusaha menciptakan
digunakan seorang guru tidak lain adalah untuk lingkungan kelas yang aman, dan nyaman dalam
meningkatkan kegairahan belajar peserta didik pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam
maupun berkelompok. mengajar tidak hanya ditentukan oleh faktor-
secara
individu
Keharmonisan interaksi tersebut bisa optimal faktor yang berhubungan dengan pembelajaran
karena pendekatan yang guru lakukan mampu saja, melainkan juga ditentukan oleh prinsip-
menciptakan kelas yang kondusif sehingga prinsip dalam manajemen kelas acuan yang
menuntut guru untuk mengetahui, memahami, dimiliki pokok dasar berpikir seorang guru dalam
memilih, dan menerapkan pendekatan yang usaha menciptakan dan memelihara kondisi
dinilai efektif dalam manajemen kelas. belajar yang optimal serta mengembalikan
Menurut Wiyani (2013: 106-123) bahwa kondisi bila terjadi gangguan dalam proses
“pendekatan dalam manajemen kelas meliputi: pembelajaran.
pendekatan kekuasaan, ancaman, kebebasan, Menurut Mudasir (2011: 22-23) bahwa
resep, pengajaran, perubahan perilaku, sosio- “prinsip-prinsip manajemen kelas adalah hangat
emosional, kerja kelompok, dan elekt is”. dan antusias, tantangan, bervariasi, keluwesan,
Selanjutnya menurut Priansa (2015: 76-79) penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman
bahwa “pendekatan dalam manajemen kelas disiplin diri”. Sementara itu menurut Alma (2014:
meliputi: kekuasaan, ancaman, kebebasan, resep,
84) bahwa “prinsip-prinsip manajemen kelas pengajaran, perubahan tingkah laku, sosio adalah kehangatan dan keantusiasan dalam
emosional, kerja kelompok, elektis, dan teknologi mengajar dapat menciptakan iklim kelas yang
dan informasi”.
menyenangkan, dapat menggunakan kata-kata Berdasarkan uraian di atas, dapat atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk
pendekatan dalam berpikir, guru dapat melakukan variasi,
disimpulkan
bahwa
manajemen kelas yang dilakukan oleh guru keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas perlu
senantiasa diselaraskan dengan kebutuhan dan ditingkatkan, penanaman nilai disiplin diri sendiri
didik. Sedangkan merupakan dasar modal guru, dan penekanan
karakteristik
peserta
pendekatan-pendakatannya antara lain: pada hal-hal yang bersifat positif perlu
kebebasan, resep, diperhatikan”.
kekuasaan,
ancaman,
pengajaran, perubahan tingkah laku, sosio Berdasarkan uraian di atas, dapat
emosional, kerja kelompok, elektis, dan teknologi disimpulkan bahwa prinsip-prinsip manajemen
dan informasi. Dengan adanya pendekatan dalam kelas dalam pelaksanaan program kegiatan kelas
manajemen kelas ini guru diharapkan dapat lebih adalah guru memiliki kehangatan dan
dengan menggunakan keantusiasan memberi tantangan kepada peserta
menguasai
kelas
pendekatan-pendekatan tersebut. didik untuk berpikir, melakukan variasi,
Keberhasilan manajemen kelas berbasis keluwesan dalam mengelola kelas, menanamkan
etika katolik tidak terlepas dari dua faktor, yaitu disiplin diri kepada setiap peserta didik, dan
faktor pendukung dan faktor penghambat. keteladanan seorang guru biasa menjadi model
Adapun faktor pendukung dalam manjemen bagi peserta didiknya baik di kelas, lingkungan
kelas, antara lain kurikulum yang dipergunakan sekolah, dan masyarakat.
disekolah sangat besar pengaruhnya terhadap disekolah sangat besar pengaruhnya terhadap
Apa yang disebut nilai ialah sesuatu yang memadai, guru yang memiliki kedudukan sebagai
dipandang berharga dalam kehidupan manusia pemimpinan pendidikan di dalam kelas yang
kristiani yang memengaruhi sikap hidupnya. punya kuasa untuk mengajar, dan peserta didik
Pandangan hidup yang mengandung nilai merupakan potensi kelas yang baik dalam
bersumber dan terikat dengan ajaran Agama mewujudkan proses belajar mengajar yang
Katolik sebagai sistem keyakinan yang mendasar, efektif. Menurut Priansa (2015: 89) bahwa “sikap
sakral, dan menyeluruh mengenai hakikat guru dalam menghadapi peserta didik yang
kehidupan yang pusatnya ialah keyakinan yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap
bersumber pada ajaran moral Yesus (Nabi Isa) sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu
yang tertulis dalam Kitab Suci. Perlu dipahami keyakinan bahwa tingkah laku peserta didik akan
bahwa penelitian ini bukan membahas tentang dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa
agama, tetapi lebih pada nilai etika katolik yang membenci, bencilah tingkah lakunya bukan
menjadi basis karakter yang dimiliki dan membenci peserta didiknya”.
dikembangakan pada Sekolah Dasar Swasta Sedangkan faktor penghambat manajemen
Bruder Singkawang dalam mendidik peserta kelas antara lain yang terjadi datangnya dari diri
didiknya menurut Kitab Suci antara lain: (1) cinta guru sendiri, peserta didik yang kurang sadar
kasih, merupakan keutamaan pokok yang dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai
menjadi dasar semua tindakan orang kristiani anggota suatu kelas yang menjadi hambatan
termasuk dalam pendidikan dan pengajaran di dalam manajemen kelas, dan lingkungan
komunitas sekolah katolik. Cinta kasih itu luas keluarga yang menanamkan kebiasaan kurang
sifat dan cakupannya meliputi cinta kepada Allah, baik, tidak tertib, tidak patuh pada disiplin,
diri sendiri, orang tua, sesama manusia, sesama kebebasan yang berlebihan atau terlampu terlalu
makhluk lain, dan lingkungan. Hal ini dipertegas kekang merupakan latar belakang yang
oleh Chang (2002: 9) bahwa “cinta kasih adalah menyebabkan peserta didik melanggar tata tertib
(a) hormat kepada orang lain, dan (b) di kelas, dan fasilitas yang kurang lengkap yang
bertanggung jawab atas kebaikan orang lain”. menyebabkan kreativitas guru terbatas. Menurut
Seterusnya menurut Murray (2007: 7) bahwa Priansa (2015: 97-
“cinta kasih merupakan keadaan di mana Allah adalah (1) campur tangan guru berlebihan
98) bahwa “kekurangan guru
menghampiri saudara pada saat saudara masih terhadap peserta didik, (2) kesenyapan terlalu
merupakan musuh-Nya, dan kemudian datang lama, (3) ketidaktepatan memulai dan mengakhiri
kepada sudara dengan kerinduan yang sangat kegiatan, (4) penyimpangan, (5) penggunaan
untuk memberkati saudara”, (2) jujur menurut kata/kalimat bertele-tele, dan (6) pengulangan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 367) penjelasan yang tidak perlu, sedangkan masalah
diartikan dengan “lurus hati, tidak curang. yang timbul dari peserta didik antara lain:
Sedngkan kejujuran diartikan sifat atau keadaan attention getting behaviors , power seeking
jujur, ketulusan hati, dan kelurusan hati”. behaviors , revenge seeking behaviors, dan
Sedangkan menurut Kitab Suci dalam Amsal passive
behaviors ”. Sedangkan menurut pasal 11 ayat 3 menyatakan bahwa “orang jujur Koesoema (2015: 31) bahwa “lingkungan
akan dipimpin oleh ketulusannya, tetapi keluarga merupakan pencerminan keadaan
pengkhiatan dirusak oleh kecurangannya”, (3) seorang anak merasa nayaman dan diterima
disiplin dalam ajaran katolik merupakan dalam keluarga terutama dan pertama-tama
kesadaran setiap individu kepada Tuhan, seperti karena kebutuhan fisiknya terpenuhi. Kebutuhan
tertib berdoa, berpuasa, berbuat amal, menepati fisik dan biologis ini vital bagi kelanjutan
janji, dan bertanggung jawab terhadap uang. perkembangan anak di masa depan. Bila
Menurut Kitab Suci dalam Amsal pasal 29 ayat kebutuhan vital ini tidak terpenuhi, ia bisa
17 dan ayat 18 menyatakan bahwa “didiklah berhenti bertumbuh, mati, atau kalau tetap
anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman bertumbuh, ia bertumbuh dengan tidak
mendatangkan sukacita sempurna”.
kepadamu,
dan
kepadamu, bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah Etika katolik sebagai basis karakter
rakyat, dan berbahagialah orang yng berpegang merupakan konsep dasar nilai kehidupan dan
pada hukum, dan selanjutnya dalam Kolose pasal pandangan hidup yang dimiliki seseorang atau
2 ayat 23: peraturan-peraturan ini, walaupun 2 ayat 23: peraturan-peraturan ini, walaupun
kesadaran diri manusia atas sikap dan perbuatannya juga menerima tugas dengan segala konsekuensinya,
kemudian
melakukannya
dengan setia. Menurut Kitab Suci dalam Bilangan pasal 11 ayat 11 menyatakan bahwa “tanggung
jawab berarti beban, sedangkan dalam ayat 14, tanggung jawab berarti tugas”. Selanjutnya dalam Galatia pasal 5 ayat 6 “sebab masing-masing
orang memikul tanggung jawab sendiri”, (5) rajin bekerja merupakan keuletan dan tekat bekerja dan belajar keras demi menyelesaikan suatu tugas. Menurut Kitab Suci dalam Amsal pasal 10
ayat 4 menyatakan bahwa “tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan yang rajin menjadikan kaya”. Selanjutnya dalam Amsal pasal 13 ayat 4 “hati si pemalas penuh keinginan tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi
kelimpahan”, (6) rendah hati, merupakan salah satu indikator dari tingginya kecerdasan spiritual seseorang. Menurut Kitab Sucidalam Matius
pasal 18 ayat 4 menyatakan bahwa “barang siapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga”, (7) bijaksana, merupakan suatu kepandaian dalam menggunakan akal budi dalam bertindak yang sesuai dengan pikiran dan akal sehat sehingga menghasilkan perilaku yang tepat, yang penuh kebijaksanaan dalam menjalankan tugas. Menurut Kitab Suci dalam Amsal pasal 19 ayat
20 menyatakan bahwa “dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan supaya engkau menjadi bijak di masa depan. Selanjutnya dalam Yakobus pasal 3
ayat 13 menyatakan bahwa “siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahle mbutan”, (8) tidak curang. Menurut Kitab Suci dalam
Amsal pasal 22 ayat 8 menyatakan bahwa “orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana. Selanjutnya dalam Yehezkiel pasal 18 ayat 26
menyatakan bahwa “kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan
dilakukannya”, (9) gembira. Menurut Tim Kerjasama Kanisius (2012: 27) menyatakan bahwa “kegembiraan adalah berbagi hidup dengan orang lain dan membantu orang lain untuk memahami dan menghargai bahwa kenyataan yang paling berharga dalam hidup ini
adalah sesama manusia”. Sedangkan menurut Kitab Suci dalam Amsal pasal 17 ayat 22
menyatakan bahwa “hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang”, (10) damai/harmoni, merupakan keadaan di mana tidak ada permusuhan atau suatu rasa aman. Menurut Kitab Suci dalam Matius pasal 5 ayat 9 menyatakan
bahwa “berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak
Allah”, (11) baik, merupakan segala sesuatu yang luhur, bermartabat,
menyenangkan, dan menyukai. Menurut Kitab Suci dalam Roma pasal
12 ayat 2 menyatakan bahwa “janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang semupruna”. Selanjutnya dalam Galatia pasal 6 ayat 10 menyatakan bahwa “selama masih
ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang”,(12) belas kasih
disebut juga kepedulian yang artinya ikut merasakan beban penderitaan orang lain. Menurut Kitab Suci dalam Mazmur pasal 25 ayat
16 menyatakan bahwa “berpalinglah kepada-Ku dan kasihanilah Aku, sebab Aku sebatang
karadan tertindas”. (13) amal kasih, merupakan memberikan yang terbaik kepada seseorang karena itu memang haknya. Menurut Kitab Suci dalam Ibrani pasal 13 ayat 16 menyatakan bahwa
“janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberikan bantuan, sebab korban-korban yang
demikianlah yang berkenan kepada Allah”, dan (14) adil. Menurut Finley (2007: 68) bahwa “keadilan merupakan keutamaan sejati yang mengusahakan penghormatan terhadap martabat semua manusia, terhadap hak semua orang akan hal-hal yang merekan butuhkan, dan terhadap hak istimewa semua orang untuk terlibat dalam membuat keputusan-keputusan yang menentukan
hidupnya”. Selanjutnya menurut Embuiru (1995: 501) bahwa “keadilan hanya dapat tercapai
apabila keluhuran martabat manusia dihormati, terutama penghormatan terhadap pribadi manusia, yang mencakup penghormatan terhadap hak-haknya, yang timbul dari martabatnya sebagai makhluk yang dipercayakan kepada kita oleh Pencipta”. Sedangkan menurut Kitab Suci
dalam Yesaya pasal 56 ayat 1 menyatakan bahwa “taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab
sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada- Ku akan dinyatakan”.
pertanyaan, dokumentasi yang dikemukan oleh
METODE PENELITIAN
Mahmud (2011: 184) bahwa “dokumen Penerapan pendekatan kualitatif dalam
merupakan bahan tertulis atau benda mati yang penelitian ini dapat dilihat dari proses pengolahan
berhubungan dengan suatu peristiwa atau data tidak menggunakan perhitungan statistik,
aktivitas tertentu”. Dan ketiga teknik tersebut latar belakang alamiah dengan peneliti sebagai
dalam penelitian ini digunakan secara saling alat pengumpulan data utama dan lebih
melengkapi.
memperhatikan proses dari pada hasil, bersifat Pada penelitian ini teknik analisis data yang deskriptif. Sebagaimana dikemukan oleh
digunakan adalah analisis data kualitatif, Gunawan (2015: 80) bahwa “penelitian kualitatif
mengikuti konsep yang diberikan oleh Miler dan bertujuan untuk mengembangkan konsep
Huberman dalam Sugiyono (2013: 405) sensitivitas pada masalah yang dihadapi,
mengemukakan bahwa proses analisis data menerangkan realitas yang berkaitan dengan
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari penelusuran teori dari bawah (grounded theory)
berbagai sumber secara terus menerus pada setiap dan mengembangkan pemahaman akan satu atau
tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. lebih dari fenomena yang dihadapi”. Jenis
Analisis terdiri tiga jalur kegiatan yang terjadi penelitian ini bertujuan untuk menentukan
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan bagaimana cara melakukan penelitian yang akan
penarikan kesimpulan/verifikasi. dicapai dari penelitian. Penelitian ini hanya sebatas usaha untuk mengungkapkan sesuatu
HASIL DAN PEMBAHASAN
keadaan atau peristiwa sebagaimana berkenaan
Hasil Penelitian
dengan masalah penelitian yaitu manajemen kelas berbasis etika katolik di Sekolah Dasar
Perencanaan Program Kegiatan Kelas
Swasta Bruder Singkawang. Wawancara dengan guru kelas, guru bidang Sumber data utama dalam penelitian ini
studi dan kepala sekolah berkaitan dengan adalah kata-kata dan tindakan orang yang
perencanaan program kegiatan kelas ditemukan diwawancarai, selebihnya seperti dokumen
hal-hal sebagai berikut: dalam perencanaan berupa foto dan data tertulis dan statistik
program kegiatan kelas di Sekolah Dasar Swasta merupakan data tambahan. Data yang digunakan
terlebih dahulu dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis,
Bruder
Singkawang
melaksanakan persiapan menyusun program yaitu data primer dan data sekunder. Pemilihan
kerja, penyusunan RPP, dan materi yang akan data primer berdasarkan pada kapasitas subjek
diajarkan (buku ajar, media, dan modul peneliti yang dinilai dapat memberikan informasi
pembelajaran dengan memasukkan nilai etika yang dibutuhkan oleh peneliti secara menyeluruh.
katolik dalam proses pembelajaran di kelas), Adapun yang menjadi sumber data primer yaitu
melaksanakan perencanaan sumber daya manusia kepala sekolah, guru kelas, dan guru bidang studi.
kelas dengan melakukan pemetaan potensi Sedangkan data sekunder merupakan data yang
akademik dan non akademik peserta didik, dan dikumpulkan atau diperoleh oleh orang lain yang
merencanakan pemberian penghargaan bagi melakukan penelitian dari sumber-sumber yang
peserta didik yang berprestasi. Sedangkan telah ada, yang biasanya diperoleh dari
perencanaan program kegiatan kelas berkaitan perpustakaan atau laporan-laporan dari penelitian
dengan melaksanakan kelengkapan administrasi terdahulu.
kelas meliputi persiapan jurnal kelas, daftar nilai, Prosedur pengumpulan data tidak lain adalah
denah kelas, jadwal piket kelas, dan absen peserta suatu proses pengadaan data untuk keperluan
perencanaan kelengkapan penelitian dengan observasi langsun sebagai
didik.
Untuk
administrasi guru kelas yang dipersiapkan dikemukan Marshal dalam Sugiyono (2013: 377)
meliputi penataan ruang kelas, buku penerimaan bahwa “through observation, the rexearcher
dan pengambilan rapor, buku mutasi peserta learn about and the meaning attacted to those
didik, dan prosedur pembuatan tata tertib kelas behavior ”, wawancara mendalam menurut
yang melibatkan peserta didik. (Lampiran 10 hal. Moleong (2012: 186) bahwa “percakapan dengan
200-202, 244-245, dan 253-255). maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak
Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan
dan observasi maka dapat disimpulkan bahwa dan terwancara yang memberikan jawaban atas
perencanaan program kegiatan kelas merupakan perencanaan program kegiatan kelas merupakan
dilaksanakan oleh guru kelas sebagai sarana perencanaan penataan kelas, sebagai alat pembinaan dan pendidikan peserta didik, sebagai sarana untuk menanamkan nilai etika katolik yang diitegrasikan dalam mata pelajaran yang diampu oleh guru, dan dalam kegiatan ekstrakulikuler, serta sebagai bahan evaluasi.
Pengorganisasian Kegiatan Kelas
Wawancara dengan guru kelas, guru bidang studi, dan kepala sekolah berkaitan dengan mengorganisasikan kegiatan kelas di temukan hal-hal sebagai berikut: rangkaian aktivitas mengorganisir sumber daya kelas, sarana dan prasarana kelas, kegiatan bimbingan belajar, pengembangkan diri peserta didik, peningkatan mutu guru dan proses pembagian kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi sekolah. (Lampiran 10 hal. 212-213, 229-230, dan 256). Jadi, dapat disimpulkan bahwa mengorganisasi kegiatan kelas dilakukan guru adalah proses mengatur dan mengelola kelas, mengelola fasilitas kelas, mengorganisasikan lingkungan kelas, menciptakan suasana kelas yang positif, mengelola partisipasi peserta didik, memotivasi dan mengabsen peserta didik, dan menjaga tata tertib dan mendisiplinkan pesera didik.
Pelaksanaan Program Kegiatan Kelas
Hasil wawancara dengan guru kelas, guru bidang studi, dan kepala sekolah, pelaksanaan program kegiatan kelas merupakan kegiatan nyata untuk merealisasikan program yang dibuat oleh guru di Sekolah Dasar Swasta Bruder Singkawang dengan memahami tugas pokoknya melaksanakan pembelajaran (menciptakan iklim kelas, mengabsen dan mengatur tempat duduk peserta didik, mengatur perangkat materi pelajaran, mendorong peserta didik untuk belajar maksimal sesuai potensi yang dimiliki, dan mereduksi hambatan dalam pembelajaran), pengaturan lingkungan fisik, sosial dan emosional peserta didik, memberikan motivasi dan bimbingan berdasarkan karakteristik serta kebutuhan masing-masing peserta didik,
penanaman nilai etika katolik sebagai basis karakter, dan mengatasi hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan program kegiatan kelas. (Lampiran 10 hal. 222-224, 239-242, 248-251, dan 257-259).
Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program kegiatan kelas merupakan suatu upaya untuk mewujudkan segala rencana dengan memberdayakan semua sumber daya kelas secara efektif dan efisien demi tercapainya pembelajaran, pengaturan lingkungan fisik kelas, sosial dan emosional peserta didik, memberikan motivasi dan bimbingan, dan penanaman nilai etika katolik, serta mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program kegiatan kelas dengan berusaha mengenal dan memahami situasi kelas, membangun kesadaran peserta didik dengan dialog, dan sanksi pembinaan berupa teguran, mendistribusikan penempatan peserta didik yang rawan masalah pada saat penyampaian materi sehingga semua peserta didik bisa terpantau dan terlayani dengan baik.
Evaluasi Program Kelas
Hasil wawancara dengan guru kelas, guru bidang studi dan kepala sekolah tentang evaluasi program kelas menyatakan bahwa evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari apa yang telah dilaksanakan dan evaluasi tersebut dilakukan setiap akhir semester. Evaluasi program kelas juga merupakan proses untuk mendapatkan informasi tentang perencanaan program kegiatan kelas, pengorganisasian kegiatan kelas, pelaksanaan program kegiatan kelas, dan faktor pendukung dan penghambat dari manajemen kelas yang dapat digunakan untuk rekomendasi perbaikan konsep, pelaksanaan program, dan membuat keputusan. (Lampiran 10 hal. 233-234, 251-252, dan 259-260).
Berdasarkan temuan di atas disimpulkan bahwa evaluasi program kelas yang dilakukan oleh guru kelas, guru bidang studi, dan kepala sekolah dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Unsur yang dievaluasi mencakup program kerja, perkembangan dan kemajuan peserta didik, proses pembelajaran, kelengkapan administrasi kelas dan kelengkapan administrasi guru kelas, dan sarana-sarana kelas dan sarana pendukung kegiatan pembelajaran.
Nilai Etika Katolik
administrasi kelas, di setiap kelas ada beberapa Hasil wawancara dengan guru kelas, guru
peserta didik yang berkebutuhan khusus (autis), bidang studi, dan kepala sekolah tentang nilai
dan ada juga peserta didik yang berasal dari etika katolik yang diterapkan di lingkungan
keluarga broken home, dan jumlah peserta didik sekolah katolik antara lain: nilai saling
di dalam kelas yang sangat banyak menyebabkan mengasihi, menghargai, jujur, disiplin, tanggung
guru mengalami kesulitan dalam penguasaan jawab, peduli, persaudaraan, tidak curang,
kelas. (Lampiran 10 hal. 208, 234, dan 243). tekunan, tidak sombong, doa bersama, dan peduli kepada sesama dan peduli pada lingkungan
Pembahasan
dengan menjaga kebersihan kelas dan lingkungan Penelitian ini akan memberikan makna sekolah sebagai hasil dari sosial yang ada dalam
temuan yang bermanfaat bagi semua pihak yang ajaran agama katolik. Etika katolik tersebut
berkepentingan dengan menyajikan informasi menjadi basis karakter diintegrasikan kedalam
serta hasil observasi yang relevan. Dalam bab ini setiap mata pelajaran sehingga memberikan
akan disajikan pembahasan hasil penelitian. pengalaman bagi peserta didik untuk memahami,
Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah Dasar menginternalisasikan, dan mengaktualisasikan
Swasta Bruder Singkawang tentang Manajemen melalui proses pembelajaran sehingga nilai etika
Kelas Berbasis Etika Katolik yang meliputi: katolik dapat terserap secara alami lewat kegiatan sehari-hari, sehingga membawa peserta didik
Perencanaan Program Kegiatan Kelas
pada pengenalan nilai secara kognitif, Dari hasil wawancara, dokumenter, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke
diketahui bahwa perencanaan program kegiatan pengenalan nilai secara nyata dalam kehidupan
kelas di Sekolah Dasar Swasta Bruder peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Singkawang berorientasi pada visi dan misi (Lampiran 10 hal. 205, 249, dan 255).
sekolah dan dirumuskan dalam program kerja Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat
sekolah. Proses perencanaan dengan melibatkan disimpulkan bahwa nilai etika katolik meliputi:
guru kelas, guru bidang studi, dan kepala sekolah mengasihi, menghargai, kejujuran, kedisiplinan,
serta menetapkan alternatif kegiatan dan sumber tanggung jawab, kepedulian, persaudaraan, tidak
daya pendukung yang dimiliki oleh sekolah. curang, ketekunan, tidak sombong, peduli pada
manajemen kelas sesama dan lingkungan, dan budaya doa bersama.
Perencanaan
dalam
dimaksudkan untuk mendesain beragam kegiatan Nilai etika katolik tersebut menjadi basis karakter
atau aktivitas sehingga tujuan sekolah dapat di lingkungan sekolah katolik yang bisa
tercapai dengan baik. Tanpa perencanaan yang diintegrasikan kedalam setiap mata pelajaran dan
baik, pelaksanaan program kegiatan kelas apapun dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
akan bisa salah arah. Dalam perencanaan program kegiatan kelas hal yang utama adalah
Faktor Pendukung
dan
Penghambat
penekanan pada tanggung jawab dan kerjasama
Manajemen Kelas
guru baik secara individu maupun kelompok Hasil wawancara dengan guru kelas, guru
untuk menyusun program kerja, penyusunan bidang studi, dan kepala sekolah terkait dengan
RPP, pembuatan administrasi kelas, administrasi faktor pendukung manajemen kelas yaitu ruang
guru kelas, dan perencanaan pelaporan hasil kelas yang memadai, perpustakaan, unit
belajar peserta didik.
kesehatan sekolah, halaman sekolah yang cukup Dengan demikian gambaran di atas dapat luas, lingkungan sekolah yang asri, lokasi sekolah
terlihat dan dapat diketahui bahwa perencanaan yang cukup strategis, kurikulum dan program
program kegiatan sudah direncanakan pada awal pengajaran yang baik, manajemen sekolah yang
tahun ajaran sehingga menjadikan perencanaan baik, dan memiliki guru-guru yang berdedikasi
program kegiatan kelas lebih efektif untuk tinggi dalam mendidik dan membina peserta
mencapai tujuannya.
didik dengan berpegang teguh pada prinsip-prisip Menurut Fattah (2013: 49): “perencanaan etika katolik yang melayani dengan penuh kasih.
merupakan proses menentukan tujuan atau Faktor penghambat manajemen kelas
sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan meliputi: ketersediaan media pembelajaran di
jalan dan sumber yang diperlukan untuk kelas berupa proyektor masih sangat terbatas,
mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif guru kelas sering lalai dalam pembuatan
mungkin”. Sedangkan menurut Boon dan Kurtz mungkin”. Sedangkan menurut Boon dan Kurtz
wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk the process by which manager set objective, asses
menyelenggarakan administrasi sekolah secara the future, and develop course of action designed
optimal, (5) melakukan evaluasi secara berkala to accomplish these objective ”.
untuk melihat efektivitas mekanisme kerja guru Dalam perencanaan program kegiatan kelas
dalam kegiatan manajemen kelas di setiap kelas. yang baik terdapat beberapa langkah yang harus
Fattah (2013: 7): ditempuh agar dalam merealisasikan kegiatan
Menurut
“pengorganisasian sebagai proses membagi kerja dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, Langkah-langkah
membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang menentukan dan merumuskan tujuan yang
kemampuannya, dan hendak dicapai, (2) meneliti masalah atau
sesuai
dengan
sumber daya, serta pekerjaan
mengalokasikan
mengkoordinasikan dalam rangka efektivitas mengumpulkan data dan informasi yang
yang akan
dilakukan,
pencapaian tujuan sekolah (organisasi)”. diperlukan, (4) menentukan tahapan atau
Sedangkan menurut Ernest dalam Hariri, rangkaian aktivitas, dan (5) merumuskan
Ridwan (2016: 9): bagaimana masalah yang terjadi akan dipecahkan
Karwan,
dan
“pengorganisasian merupakan (1) perincian dan
seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk diselesaikan. Sehingga tidak terkesan bahwa
bagaimana pekerjaan-pekerjaan
itu
mencapai tujuan organisasi, (2) pembagian beban perencanaan yang sudah dibuat dalam
pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang pelaksanaan akan berjalan dengan sendirinya.
logic dapat dilaksanakan oleh satu orang, (3) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme
Pengorganisasian Kegiatan Kelas
untuk mengkoordinasikan pekerjaan para Hasil wawancara, dokumentasi, dan
anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan observasi tentang pengorganisasian kegiatan
karmonis”.
kelas merupakan suatu proses rangkaian kegiatan Salah satu aspek yang menunjang dalam menentukan sumber daya, dan kegiatan
keberhasilan mengorganisasikan kegiatan kelas pembagian tugas kerja guru, menciptakan iklim
yaitu adanya koordinasi yang baik antara kepala kerja yang nyaman, dan penetapan hubungan
sekolah dan guru atau pihak yang terkait dengan kerja antar guru, sehingga guru dalam
kegiatan yang dilakukan. Melalui koordinasi melaksanakan tugasnya mampu membangun
yang baik antara kepala sekolah dan guru akan kerjasama baik secara individu maupun
berprestasi baik, bilamana semua guru di kelompok di lingkungan sekolah untuk mencapai
lingkungan sekolah bekerja sesuai dengan tugas tujuan sekolah.
dan tanggung jawabnya. Kiranya jelas kepala Dalam mengorganisasikan sumber daya
sekolah adalah orang yang paling bertanggung manusia di Sekolah Dasar Swasta Bruder
jawab atas terwujudnya semua kegiatan Singkawang dibangun mekanisme komunikasi
pengorganisasian kegiatan kelas ke dalam cukup lancar koordinasi, informasi dan
koordinasi yang baik dengan para guru dengan sinkronisasi baik internal maupun dengan pihak
memberikan kesempatan kepada semua guru luar sekolah, antara lain: (1) kepala sekolah
untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan berkoordinasi dengan guru-guru sebagai pihak
manajemen kelas.
yang memiliki keterkaitan dan berhubungan langsung manajemen kelas kemudian disesuaikan
Pelaksanaan Program Kegiatan Kelas
dengan program
Di Sekolah Dasar Swasta Bruder direncanakan baik dalam menentukan bidang
Singkawang, pelaksanaan program kegiatan tugas tambahan ataupun tugas pokok guru kelas,
kelas dimulai dengan guru memahami tugasnya (2) pembagian kelompok kerja dalam tugas dan
baik sebagai guru kelas, maupun sebagagai guru tanggung jawab disesuaikan dengan kemampuan,
bidang studi. Hal ini penting, sebab inti pengalaman, dan keahlian dari guru masing-
keseluruhan dari proses manajemen kelas masing, (3) struktur oganisasi sekolah berperan
berbasis etika katolik adalah pelaksanaannya, sebagai kerangka kerja yang di dalamnya ada
sehingga guru dituntut untuk memahami program aktivitas dinamis dan cara kerja guru
sekolah yang telah dibuat, mengelola sarana dan melaksanakan langsung pekerjaannya, (4)
prasarana kelas, menyelenggarakan administrasi prasarana kelas, menyelenggarakan administrasi
yang dikatakan Werang (2015: 7), menyatakan emosional peserta didik, memberikan motivasi
“pelaksanaan merujuk kepada upaya manajemen dan bimbingan berdasarkan karakteristik dan
organisasi untuk mengarahkan pelaksanaan kebutuhan masing-masing peserta didik,
program-program organisasi kepada visi dan penanaman etika katolik sebagai basis karakter,
tujuan yang sudah ditetapkan. Hal ini dan mengatasi hambatan yang terjadi di dalam
dimaksudkan supaya pelaksanaan program- kelas.
program organisasi sekolah tidak menyimpang Pelaksanaan program kegiatan kelas dapat
dari arah pergerakan organisasi. Penyimpangan terlaksana secara efektif dan efisien apabila: (1)
terhadap arah pergerakan organisasi tidak hanya adanya pengaturan dan pembagian kerja yang
berdampak kepada pembengkakan biaya tetapi jelas, terarah, dan terukur, (2) adanya garis
juga berdampak kepada ketidakoptimalan koordinasi yang jelas antara kepala sekolah dan
organisasi sekolah”. guru-guru, dan antara guru dengan guru lainnya
pencapai an
tujuan
Sedangkan menurut Terry dalam Ismaya (2015: sehingga tidak terjadi tumpang tindih
merupakan usaha pelaksanaan kegiatan, (3) membangun dan
“pelaksanaan
anggota-anggota kelompok mengembangkan motivasi kerja yang kuat dalam
menggerakkan
sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan diri guru sebagai pelaksana manajemen kelas
dan berusaha mencapai sasaran sekolah dan sehingga pencapaian tujuan sekolah tidak
sasaran anggota sekolah tersebut oleh karena para dikaburkan oleh ketidakberdayaan dan hambatan
anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran lainnya, (4) kepala sekolah dan guru-guru terus
tersebut”.
berusaha mengamalkan dan menanamkan etika Pelaksanaan program kegiatan kelas juga katolik dengan prinsip cinta kasih dan keadilan
merupakan suatu proses pemberdayaan sumber yang merata dalam melaksanakan tugasnya
daya material element maupun human element di sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya
dalam kelas oleh guru sebagai sebuah proses. mampu menciptakan iklim kelas sesuai dengan
Dalam proses tersebut ada kegiatan-kegiatan ajaran etika katolik dalam mengembangkan pola
yang diklasifikasikan ke dalam dua kegiatan yaitu pikir, pembinaan perilaku, dan pengaturan
(1) pengaturan peserta didik, antara lain: emosional, dan hubungan yang harmonis dengan
melaksanakan pembelajaran seorang guru peserta didik di dalam kelas.
berhadapan langsung dengan kondisi dan situasi Hasil wawancara, dokumentasi, dan
kelas yang menjadi tempat belajar dengan observasi tentang pelaksanaan program kegiatan
berusaha menciptakan iklim yang nyaman dan kelas ditemukan beberapa komponen tahapan
kedisipilinan, mengatur pelaksanaan program kegiatan kelas yang belum
meningkatkan
lingkungan fisik kelas, sosial, dan emosional dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai
peserta didik dengan semangat kasih, damai, dengan standar manajemen kelas. Adapun
belas kasih, tanggung jawab, dan keadilan komponen yang belum dilaksanakan antara lain:
sehingga membentuk lingkungan sosial dan (1) ada beberapa administrasi kelas yang belum
emosional yang kondusif dalam kelas, dilaksanakan seperti belum tersedianya dokumen
memberikan motivasi dan bimbingan dan buku kemajuan belajar peserta didik, peta kelas,
memahami apa sesungguhnya kebutuhan belajar buku iventaris kelas, dan buku daftar peserta
peserta didik di dalam kelas, dan penanaman didik berprestasi, (2) program visit homeke rumah
etika katolik sebagai basis karakter dalam setiap orang tua/wali peserta didik belum dilaksanakan
kali mengajar seperti kejujuran, kedisiplinan, oleh guru dalam rangka melakukan pendekatan