PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUT
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR
ASING (BIPA) DI SEKOLAH CINTA BAHASA, UBUD, BALI
Ni Pt Apita Widya Sari, I Md Sutama, I Dw Gd Budi Utama
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan perencanaan pembelajaran
BIPA, (2) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran BIPA, (3) mendeskripsikan
evaluasi pembelajaran BIPA, dan (4) mendeskripsikan alasan guru memilih prosedur
tertentu dalam pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini
adalah pengajar BIPA di Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali dan objek penelitian adalah
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran BIPA serta alasan guru memilih
prosedur tertentu dalam pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) perencanaan
pembelajaran BIPA yang disusun oleh pengajar sudah sesuai dengan silabus yang
ditetapkan oleh lembaga Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali,(2) pelaksanaan
pembelajaran BIPA yang dilaksanakan pengajar sudah mengarah pada kemampuan
untuk mengembangkan kemampuan bahasa Indonesia siswa, (3) evaluasi pembelajaran
BIPA yang dilaksanakan pengajar berupa tes lisan atau tes tulis (4) metode-metode
pembelajaran BIPA yang digunakan oleh pengajar di Sekolah Cinta Bahasa bervariasi,
seperti metode tata bahasa terjemahan, metode langsung, metode membaca, metode
suggestopedia, metode eklitik, dan metode audiolingual. Pemilihan metode tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan atau tujuan pembelajar BIPA belajar bahasa Indonesia.
Kata kunci: pembelajaran, bahasa Indonesia, penutur asing
Abstract
This research aims to (1) describe the BIPA's lesson plan, (2) describe the BIPA
learning implementation, (3) describe the learning evaluation of the BIPA, and (4)
describe the reason teachers choose a certain procedure in the BIPA learning at Cinta
Bahasa school, Ubud, Bali. This research used descriptive qualitative research design.
The subject in this study is BIPA at teachers Cinta Bahasa school, Ubud, Bali and the
object of research is the planning, implementation, and evaluation of learning BIPA as
well as the reason for selecting a particular procedure in BIPA learning at the Cinta
Bahasa school, Ubud, Bali. The methods used to collect data are methods of
observation, documentation, and interviews. The results of this study suggest that (1)
BIPA learning planning compiled by teachers already in accordance with the syllabus set
by the institution of the Cinta Bahasa school, Ubud, Bali, (2) implementation learning
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
BIPA teachers already carried out lead to the ability to develop Indonesian Language or
Bahasa ability of students, (3) the evaluation of the learning of teaching be implemented
BIPA test of oral or written, (4) learning methods which are used by teachers at the Cinta
Bahasa school like the varied language, as the grammar translation method, direct
method, reading method, suggestopedia method, eclectic method, and audiolingual
method. The selection of these methods are adapted to the needs or purpose BIPA
learners learn Indonesian Language or Bahasa.
Keywords: learning, Indonesian language, foreign student
PENDAHULUAN
Bahasa
Indonesia
mengalami
perkembangan yang sangat pesat, tidak
hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri.
Terbukti banyak penutur asing berminat
mempelajari bahasa Indonesia atau yang
kita kenal dengan sebutan BIPA yaitu
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing.
BIPA adalah istilah untuk program
pembelajaran bahasa Indonesia yang
dikhususkan untuk warga negara asing.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
bagi Penutur Asing sudah dikenal, baik di
Indonesia maupun di beberapa negara di
luar negeri. Berdasarkan data yang
diperoleh dari unpad.co.id pada tahun
2013 (dalam penelitian Rohayani, 2013),
bahasa Indonesia telah dipelajari di 72
negara. Beberapa negara tersebut di
antaranya adalah Maroko, Jerman,
Australia, Polandia, dan Thailand. Di
negara-negara tersebut bahasa Indonesia
telah dijadikan program studi yang dapat
dipelajari di tingkat universitas. Di
Thailand, misalnya, berdasarkan data dari
KBRI Bangkok, pada tahun 2012 terdapat
sekitar
tujuh
universitas
yang
menyelenggarakan
program
bahasa
Indonesia. Universitas tersebut adalah
Mae Fah Luang University, Chiang Mai
University, Naresuan University, King
Mongkut University of Technology, Pundit
University, Rmakhamhaeng University,
dan Burapha University, (Rohayani,
2013:1).
Banyaknya lembaga penyelenggara
BIPA mengindikasikan meningkatnya
minat pembelajar asing untuk mempelajari
bahasa
Indonesia.
Bertambahnya
pembelajar asing menjadi salah satu
faktor dalam perkembangan bahasa
Indonesia. Menurut Rohayani (2013:2),
berdasarkan data yang diperoleh dari
badanbahasa.kemendikbud.go.id
pada
tahun 2011 tercatat sekitar 92 lembaga
yang menyediakan program BIPA.
Lembaga-lembaga tersebut terdiri atas
universitas, lembaga kursus, sekolah,
maupun perusahaan asing yang ada di
Indonesia.
Banyaknya lembaga pengajaran
BIPA muncul untuk merespon minat orang
asing belajar BIPA karena pembelajar
memiliki berbagai tujuan dan kepentingan
yang
melatarbelakangi
mempelajari
bahasa Indonesia. Sofyan (dalam Suyitno:
2007) menjelaskan bahwa ada tiga
kebutuhan yang mendorong seseorang
belajar bahasa, yakni (1)mengikuti kuliah
di perguruan tinggi Indonesia, (2)
membaca buku dan surat kabar guna
keperluan
penelitian,
dan
(3)
berkomunikasi
secara
lisan
dalam
kehidupan sehari-hari di Indonesia. Ketiga
tujuan itu masing-masing masih dapat
diperluas lagi menjadi beberapa tujuan
khusus, misalnya, untuk mengikuti kuliah
di perguruan tinggi di Indonesia
memerlukan
pengetahuan
bahasa
Indonesia sesuai dengan bidang ilmu
yang diikuti (ilmu sosial, ilmu teknik,
ekonomi, dan sebagainya). Begitu pula
untuk keperluan penelitian tergantung dari
bidang apa yang akan diteliti. Kemudian,
untuk belajar bahasa Indonesia lisan guna
keperluan komunikasi dengan penduduk
diperlukan pula pengkhususan, misalnya
komunikasi formal atau informal.
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
Dengan
beragamnya
tujuan
pembelajar tersebut, perlu diimbangi
dengan kesiapan pengajaran BIPA,
seperti strategi pembelajaran bahasa yaitu
alat-alat
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran, materi yang diajarkan,
maupun metode pengajarannya. (Zulkifli,
2014:5). Dalam praktiknya, banyak juga
ditemukan variasi strategi pembelajaran
bahasa,
tergantung
pada
tujuan
pembelajar
bahasa.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa mengajarkan bahasa
asing (termasuk bahasa Indonesia) tidak
sederhana dan memerlukan banyak
pertimbangan, (Wojowasito, 1976:1).
Selain
strategi
pembelajaran
bahasa, keberhasilan pengajaran BIPA
juga
ditentukan
oleh
pelaksanaan
manajemen atau pengelolaan yang
dilakukan oleh lembaga penyelenggara
pengajaran BIPA. Widodo (2012), dalam
penelitiannya, menyebutkan ada dua hal
pokok yang perlu mendapat perhatian.
Pertama, yang menyangkut keberadaan
lembaga penyelenggara pengajaran BIPA.
Kedua, yang menyangkut pelaksanaan
manajemen atau pengelolaan pengajaran
BIPA.
Dengan
kata
lain,
untuk
penyelenggaraan
pengajaran
BIPA
dibutuhkan adanya lembaga sebagai
penyelenggara dan bagaimana lembaga
ini bisa menjalankan fungsinya.
Aspek
kelembagaan
(termasuk
manajemennya) merupakan salah satu
penentu dalam mencapai keberhasilan
pengajaran BIPA. Salah satu lembaga
pengajaran BIPA di Indonesia yang sudah
diakui oleh pemerintah RI dan pemerintah
daerah adalah Sekolah Bahasa Indonesia
di lembaga khusus. Sekolah Bahasa
Indonesia atau Indonesian Language
School tersebut terdapat di Ubud, Bali
yang bernama “Cinta Bahasa”.
Cinta
Bahasa
adalah
sebuah
organisasi
pendidikan yang disebut “Yayasan” di
Indonesia,
sama
seperti
NonGovernmental Organizations (NGO). Cinta
Bahasa didirikan pada 14 Februari 2011
oleh Yoshida Chandra dan Stephen De
Meulenaere. Nama “Cinta Bahasa”
berasal dari frase “Cintailah Bahasa
Indonesia” yang berarti “Cinta Bahasa
Indonesia”. Hal ini adalah tujuan akhir
pelatihan
bahasa
di
sana,
yaitu
mengajarkan pembelajar untuk berbicara
sehingga dapat berbagi pengalaman,
perasaan dan pengetahuan dengan orang
lain, serta mencintai bahasa, sastra, dan
budaya Indonesia.
Ada beragam tujuan pembelajar
belajar bahasa Indonesia di Sekolah Cinta
Bahasa. Tujuan yang dimaksud, antara
lain:
pengkajian tentang
Indonesia
(misalnya pengkajian budaya Indonesia),
memperoleh
kesempatan
(sekaligus
kelancaran) bekerja di Indonesia, dan
kelancaran perjalanan wisata. Dipilihnya
Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali sebagai
tempat melakukan penelitian karena dari
survey
yang
dilakukan,
diperoleh
informasi bahwa pembelajar Sekolah
Cinta Bahasa mengatakan bahwa dengan
belajar di lembaga tersebut mereka bisa
menguasai bahasa Indonesia dengan
cepat pada tingkatan tertentu dan jadwal
belajar dapat disesuaikan dengan waktu
pembelajar.
Selain
itu,
lembaga
pendidikan ini memiliki kurikulum yang
tepat dan up to date serta telah
dimodifikasi
berdasarkan
tujuan
pembelajar. Kurikulum dan silabus yang
digunakan dimodifikasi sendiri oleh
lembaga Cinta Bahasa berdasarkan
tujuan dan latar belakang pembelajar, baik
usia maupun budaya pembelajar. Pada
hakikatnya, silabus pengajaran BIPA di
Sekolah Cinta Bahasa bertujuan agar
pembelajar
memiliki
pengetahuan
kebahasaan bahasa Indonesia dan
menerapkan pengetahuan tersebut dalam
setiap tindak berbahasa Indonesia
berdasarkan tujuan dan kebutuhan
mereka belajar bahasa Indonesia. Tidak
hanya itu, sekolah Cinta Bahasa juga
menyiapkan
pengajar-pengajar
profesional. Lulusan para pengajar Cinta
Bahasa adalah lulusan perguruan tinggi
ternama di Indonesia bahkan di luar
negeri serta berasal dari berbagai jurusan
seperti
jurusan
ekonomi,
bahasa
Indonesia, sastra Indonesia, bahasa
Inggris, sastra Inggris, arsitektur, dan
pariwisata. Keragaman latar belakang
pendidikan pengajar tersebut menjadi
kekayaan tersendiri bagi Cinta Bahasa
karena akan membantu proses belajar
mengajar di kelas untuk berbagi
pengalaman
dengan
menyesuaikan
tujuan
pembelajar
belajar
bahasa
Indonesia. Di samping itu, pelaksanaan
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
pembelajaran yang dilakukan oleh Cinta
Bahasa sangat variatif dan fleksibel baik
dari layanan kelas yang disediakan,
metode-metode yang digunakan, serta
strategi-strategi pembelajarannya. Oleh
sebab itu, tepat jika peneliti melakukan
penelitian di sekolah ini agar hasil
penelitian dapat menjadi cerminan bagi
lembaga pengajaran BIPA lain.
Penelitian mengenai pembelajaran
BIPA pernah dilakukan oleh pertama,
Rifca Farih Azizah, Widodo, dan Hs Ida
Lestari yang berjudul “Pembelajaran
Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing
(BIPA) Program CLS (Critical Language
Scholarship)
di
Fakultas
Sastra
Universitas Negeri Malang Tahun 2012”.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
problematika pembelajaran BIPA program
CLS 2012. Kemudian, penelitian kedua,
dilakukan oleh Dr. Gusdi Sastra yang
berjudul
“Pembelajaran
BIPA
di
Universitas Hamburg, Jerman”. Penelitian
ini dilakukan pada tahun 2009. Penelitian
ini bertujuan mendeskripsikan suasana
dan cara belajar siswa ketika metode
pembelajaran tertentu digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran BIPA di
Universitas Hamburg, Jerman.
Kedua penelitian di atas memiliki
persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan. Persamaannya
adalah
sama-sama
mengkaji
pembelajaran BIPA. Meskipun objek yang
diteliti sama, namun subjek penelitian
peneliti dengan kedua penelitian tersebut
berbeda karena subjek penelitian peneliti
adalah Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali.
Tidak hanya itu, perbedaan juga terdapat
pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian
peneliti
yaitu
mendeskripsikan
pembelajaran
BIPA,
baik
dari
perencanaan,
pelaksanaan,
maupun
evaluasi pembelajaran dan alasan guru
memilih
prosedur
tertentu
dalam
pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa, Ubud, Bali.
Sehubungan dengan pemaparan
pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini
adalah 1) bagaimanakah pembelajaran
BIPA dilaksanakan di Sekolah Cinta
Bahasa? 2) mengapa dipilih prosedur
tertentu dalam pembelajaran BIPA di
Sekolah Cinta Bahasa?
Sesuai dengan rumusan masalah di
atas, tujuan penelitian ini adalah 1)
mendeskripsikan pembelajaran BIPA di
Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali,
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi
pembelajaran
BIPA
2)
mendeskripsikan alasan guru memilih
prosedur tertentu dalam pembelajaran
BIPA di Sekolah Cinta Bahasa, Ubud,
Bali.
Penelitian ini memberikan dua
manfaat, yakni manfaat teoretis dan
praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini
dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan tentang pembelajaran BIPA,
berupa
model-model
perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan metodemetode
pembelajaran.
Selain
itu,
penelitian ini juga dapat dijadikan acuan
oleh peneliti lain dalam melaksanakan
penelitian lanjutan yang relevan dengan
penelitian ini. Manfaat praktisnya meliputi,
1) bagi Sekolah Cinta Bahasa, hasil
penelitian
ini
dapat
memberikan
sumbangan
yang
positif
terhadap
kemajuan sekolah yang tercermin dari
pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
perbaikan proses, dan kebermaknaan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran
BIPA di Sekolah Cinta Bahasa; 2) bagi
lembaga Universitas Pendidikan Ganesha
(Undiksha),
penelitian
ini
dapat
memberikan sumbangan bagi pelayanan
pengajaran BIPA di UNDIKSHA atau
Undiksha Indonesian Language and
Culture Programe (UILCP). Dari tujuan
tersebut, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengembangan kurikulum dan
silabus pengajaran BIPA baik dari segi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
serta prosedur-prosedur yang dapat
digunakan dalam pembelajaran BIPA,
sehingga kebutuhan pembelajar dapat
terpenuhi sesuai dengan tujuan mereka
belajar bahasa Indonesia; 3) bagi guru
BIPA, hasil penelitian ini dapat dijadikan
gambaran
dalam
merencanakan,
melaksanakan,
dan
mengevaluasi
pembelajaran BIPA serta ketepatan
pemilihan prosedur dalam pembelajaran
BIPA
untuk
memenuhi
kebutuhan
pembelajar. Guru dapat memperoleh
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
deskripsi
mengenai
perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan metode
pembelajaran
yang
baik
dalam
melaksanakan
pembelajaran
BIPA.
Pengetahuan mengenai pelaksanaan
pembelajaran BIPA di Cinta Bahasa dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran BIPA; 4) bagi peneliti lain,
penelitian ini dapat dijadikan referensi
atau
bandingan
untuk
melakukan
penelitian
yang
berkaitan
dengan
pembelajaran BIPA.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang peneliti
gunakan adalah rancangan penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan
mengenai perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, serta alasan guru memilih
prosedur tertentu dalam pembelajaran
BIPA di Sekolah Cinta Bahasa.
Subjek penelitian pada penelitian ini
adalah pengajar BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa, sedangkan objek penelitian
dalam penelitian ini adalah perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, serta alasan guru
memilih
prosedur
tertentu
dalam
pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa.
Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Instrumen
dalam penelitian ini adalah catatan
lapangan,
catatan
dokumen,
dan
pedoman wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan
peneliti adalah teknik analisis deskriptif
kuantitatif. Aktivitas analisis data dalam
penelitian ini dilakukan melalui (1) tabulasi
data (2) reduksi data, (3) penyajian data,
dan (4) penarikan simpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini mencakup
(1) perencanaan
pembelajaran,(2)
pelaksanaan
pembelajaran,
(3) evaluasi pembelajaran, dan (4) alasan
guru memilih prosedur tertentu dalam
pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa, Ubud. Ada enam jenjang/ level
kelas pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa terdapat, di antaranya 1) kelas
private beginner (pribadi pemula), 2) kelas
group beginner (kelompok pemula), 3)
kelas private pre-intermediate (pribadi
lanjutan), 4) kelas group pre-intermediate
(kelompok lanjutan), 5) kelas private
advance (pribadi mahir), dan 6) kelas
kelompok anak-anak.
Berdasarkan pencatatan dokumen
yang penulis lakukan di Cinta Bahasa
ditemukan
bahwa
guru
membuat
perencanaan
pembelajaran
sudah
berdasarkan silabus yang diterapkan di
sekolah tersebut dan sudah disesuaikan
dengan tujuan atau kebutuhan siswa
belajar
bahasa
Indonesia.
Silabus
dimanfaatkan guru sebagai pedoman
dalam pembuatan rencana pembelajaran,
pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan
pengembangan sistem penilaian.
Dalam RPP dimuat penggalanpenggalan kegiatan atau komponenkomponen yang menggambarkan segala
sesuatu yang akan dilakukan oleh guru
dan siswa pada saat proses belajar
mengajar. Sesuai dengan data di
lapangan, dalam penyusunan RPP
pembelajaran BIPA di enam jenjang/kelas
tersebut guru sudah berpedoman pada
silabus dan merujuk buku pelajaran yang
dirancang oleh Cinta Bahasa. Dengan
demikian, guru dapat mengetahui materi
yang tertera dalam silabus dan buku
pelajaran yang digunakan sehingga
penyampaian materi yang akan dipelajari
siswa menjadi sistematis. Komponenkomponen yang terdapat dalam RPP,
dalam pelaksanaannya sudah saling
berkaitan. Komponen-komponen tersebut
meliputi: identitas sekolah, alokasi waktu,
indikator
pembelajaran,
tujuan
pembelajaran,
materi
pembelajaran,
metode, langkah-langkah pembelajaran,
sumber belajar, dan penilaian. Hal ini
sejalan
dengan
Mansur
Muslich,
(2008:53) yang menyatakan bahwa
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
meliputi beberapa komponen, yaitu
identitas, alokasi waktu, indikator, tujuan,
materi ajar, metode pembelajaran,
langkah-langkah, sumber belajar serta
evaluasi pembelajaran. Pengembangan
komponen RPP dalam pembelajaran
BIPA di enam jenjang/level kelas tersebut,
belum maksimal karena ada beberapa
komponen
yang
harus
diperbaiki.
Komponen-komponen yang dimaksud
adalah
alokasi
waktu,
materi
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
pembelajaran, dan sumber belajar (media
pembelajaran). Dalam RPP yang dibuat,
guru tidak mencatumkan judul sumber
(teks bacaan) yang digunakan dalam
proses
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan. Guru hanya mencantumkan
jenis sumber belajar yang digunakan.
Pada RPP-RPP di semua jenjang/kelas
tersebut, guru juga belum merumuskan
dan tidak membagi alokasi waktu untuk
setiap tahap suatu kegiatan pembelajaran,
seperti membagi waktu berapa menit
untuk kegiatan awal, berapa menit untuk
kegiatan inti, dan berapa menit untuk
kegiatan akhir.
Materi pembelajaran yang akan
disampaikan
guru
pada
beberapa
jenjang/level kelas perlu diuraikan dan
dikembangkan sehingga uraian materi
dapat mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran
secara
optimal.Jenjang/level
kelas
yang
dimaksud yaitu kelas private beginner,
group beginner, group pre-intermediate,
dan kelas anak-anak. Bahri (2006:43)
menerangkan materi pembelajaran adalah
substansi yang akan disampaikan dalam
proses belajar mengajar, tanpa materi
pembelajaran proses belajar mengajar
tidak akan berjalan.
RPP
sebenarnya
bertujuan
mempermudah
dan
memperlancar
pembelajaran, tetapi RPP terkesan hanya
sebagai kepentingan administrasi sekolah
(formalitas). Untuk menghilangkan kesan
tersebut, hendaknya guru memperhatikan
dan melengkapi komponen dalam RPP
yang masih kurang lengkap. Oleh karena
itu, komponen yang dicantumkan pada
RPP masih perlu diperbaiki dan
disempurnakan.
Kedua, pelaksanaan pembelajaran
BIPA di enam jenjang/level kelas tersebut,
sudah mengacu pada langkah-langkah
pembelajaran dalam RPP yang telah
disusun oleh guru. Namun, dalam
pembelajaran
ada
yang
belum
disampaikan oleh guru yaitu tujuan atau
indikator pembelajaran yang hendak
dicapai oleh siswa. Tujuan pembelajaran
perlu disampaikan oleh guru agar siswa
bisa mempersiapkan diri dalam belajar.
Daryanto (2005) menyatakan tujuan
pembelajaran
adalah
tujuan
yang
menggambarkan
pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dimiliki siswa sebagai akibat
dari hasil pembelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk tingkah laku yang dapat
diamati
dan
diukur.
Pelaksanaan
pembelajaran adalah operasionalisasi
perencanaan pembelajaran, sehingga
tidak
lepas
dari
perencanaan
pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaannya akan
sangat tergantung pada perencanaan
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari RPP,
meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.
Pada
kegiatan
awal
guru
memberikan pembelajaran yang ditujukan
untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Kemudian, guru memberikan salam
pembuka dan menyapa siswa. Setelah itu,
guru
memberikan
apersepsi
untuk
memotivasi siswa agar semangat dan
tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Apersepsi yang diberikan guru berupa
cerita singkat, yaitu meminta siswa untuk
menceritakan aktivitas yang dilakukannya
kemarin atau meminta siswa bercerita
pengalamannya
selama
tinggal
di
Indonesia.
Kemudian, pembelajaran berlanjut
pada kegiatan inti (isi) pembelajaran.
Pelaksanaan
pembelajaran
yang
dilakukan guru pada tahap ini memilki
perbedaan di masing-masing jenjang/level
kelas. Hal itu karena perbedaan situasi
kondisi kelas, indikator atau tujuan
pencapaian
pembelajaran,
metode
pembelajaran yang digunakan, dan jumlah
siswa yang diajar. Namun, di semua
jenjang/level kelas tersebut, guru sudah
melaksanakan
pembelajaran
secara
interaktif, menyenangkan, dan memotivasi
siswa untuk berpartisipasi aktif. Pada
proses
ini
guru
melaksanakan
pembelajaran dan memberikan materi
sesuai indikator pembelajaran yang harus
dicapai siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran,
guru tidak banyak melakukan ceramah
saat menyampaikan materi. Pembelajaran
dilakukan dengan mengajak siswa
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
secara langsung. Hal itu senada dengan
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
pendapat Sumiati dan Asra, (2009:67)
yang menyatakan bahwa jika dalam
pembelajaran di kelas guru hanya
mengajar dalam bentuk ceramah atau
menerangkan yang berarti siswa hanya
mendengarkan, siswa tersebut hanya
mampu mengingat 20% dari yang
didengarnya. Sebaliknya, apabila guru
dalam pembelajaran di kelas mengemas
kegiatan pembelajaran dalam bentuk
siswa mengerjakan tugas-tugas dan
melaporkan hasilnya, siswa tersebut akan
mampu mengingat sampai dengan 90%
dari yang dikerjakan dan dikatakannya
dalam bentuk laporan lisan ataupun
tulisan. Selain itu, hanya di kelas private
advance,
guru memberikan materi
kosakata kepada siswa. Hal itu dilakukan
guru dengan memberikan bahan bacaan
berupa artikel yang berisi kosakatakosakata baru. Hal ini bertujuan untuk
menambah penguasaan kosakata bahasa
Indonesia siswa karena di kelas tersebut
siswa
dianggap
sudah
mahir
menggunakan
bahasa
Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan guru di kelas tersebut,
diperoleh informasi bahwa setiap materi
ajar yang diberikan berpotensi untuk
menyelipkan pembelajaran kosa kata
bahasa Indonesia. Jumlah kosa kata yang
diajarkan tidak terlalu banyak, tetapi
setidaknya
guru
bisa
memenuhi
kebutuhan
belajar
siswa
yaitu
mengenalkan dan mengajarkan kosakata
bahasa Indonesia yang akan sering
digunakan
oleh
siswa
dalam
berkomunikasi. Kemudian, pada tahap
kegiatan penutup, evaluasi yang dilakukan
guru
berbeda
di
masing-masing
jenjang/level kelas, tergantung dengan
situasi kondisi kelas dan indikator
pembelajaran. Guru memberikan evaluasi
berupa tes lisan atau tes tulis.
Ketiga, evaluasi pembelajaran yang
dilakukan guru dalam pembelajaran di
semua jenjang/level kelas tersebut, sudah
sistematis dan terstruktur. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat dan mengetahui
proses yang terjadi dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran memilki tiga hal
penting, yaitu input, transformasi, dan
output, (Sumiata dan Asra, 2009:34).
Input adalah peserta didik yang telah
dinilai kemampuannya dan siap menjalani
proses
pembelajaran.
Transformasi
adalah segala unsur yang terkait dengan
proses pembelajaran, yaitu: guru, materi,
bahan ajar, metode pembelajaran, sarana
penunjang, dan sistem administrasi.
Output adalah capaian yang dihasilkan
proses pembelajaran. Seperti telah
dikemukakan sebelumnya bahwa, proses
belajar secara garis besar melibatkan tiga
hal yaitu input, transformasi, dan output.
Terkait dengan hal tersebut, evaluasi yang
dilakukan oleh guru adalah tes lisan atau
tes tulis. Guru memberikan tes yang
berbeda pada setiap jenjang/level kelas
tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa
belajar bahasa Indonesia, indikator
pembelajaran, dan situasi kondisi kelas
yang diajar. Hal yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran terkait evaluasi yang
diberikan, yaitu alat ukur yang digunakan
sudah jelas karena semua siswa sudah
mampu mempraktikan materi yang
diberikan oleh guru. Namun, ada
beberapa guru yang tidak memberikan
evaluasi
berdasarkan
indikator
pembelajaran, yaitu guru yang mengajar
di kelas anak-anak dan kelas private
beginner.
Keempat,
pemilihan
metode
pembelajaran yang digunakan guru dalam
pembelajaran BIPA di masing-masing
jenjang/level kelas tersebut berbeda. Guru
menggunakan metode tata bahasa
terjemahan dan metode langsung di kelas
private beginner dan kelas private preintermediate.
Metode
tata
bahasa
terjemahan digunakan oleh guru dengan
alasan,
antara
lain:
1)
dengan
menggunakan metode ini, guru berharap
tujuan pokok mengajarkan bahasa
indonesia
untuk
mengembangkan
kemampuan membaca literatur dan
menerjemahkannya
dalam
bahasa
indonesia dapat terpenuhi. Berdasarkan
hasil wawancara, diperoleh informasi
bahwa guru mengatakan dengan cara itu
siswa lebih mudah memahami isi bacaan;
2) siswa akan menguasai banyak kaidahkaidah tata bahasa indonesia melalui hasil
terjemahan yang telah dilakukannya; 3)
guru dapat memperkuat kemampuan
siswa dalam mengingat dan menghafal
karena siswa pada kelas ini adalah siswa
pemula.
Kemudian,
guru
menggunakan metode langsung dengan
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
beberapa pertimbangan, di antaranya: 1)
karena proses belajar mengajar bahasa
asing (bahasa indonesia) sama dengan
belajar bahasa ibu atau bahasa pertama,
yaitu dengan penggunaan bahasa secara
langsung dalam komunikasi; 2) agar siswa
bisa mempelajari cara berkomunikasi
dalam bahasa sasaran, seperti menguasai
pelafalan bahasa indonesia dengan baik,
mengetahui lebih banyak kosakata dan
pemakaiannya dalam kalimat, serta siswa
juga
memiliki
keberanian
dalam
berkomunikasi karena sejak awal telah
dilatih untuk berpikir dalam bahasa target;
3) dalam mengajar bahasa, terutama
private seperti ini kita tidak bisa
memposisikan diri hanya sebagai guru
yang mengajari siswa, tapi kita juga bisa
mengambil
sebuah
peran
sebagai
seorang mitra bagi para siswa dalam
kegiatan komunikasi. Hal ini senada
dengan Fachrurrozi dan Erta, (2010:56)
yangmengungkapkan bahwa salah satu
peranan guru dalam metode langsung
yaitu guru dan para siswa seperti mitra
dalam pembelajaran, guru juga sebagai
fasilitator, guru akan menunjukkan kepada
para siswa apa kesalahan yang mereka
lakukan.
Kemudian, guru menggunakan
metode langsung, metode tata bahasa
terjemahan, dan metode membaca dalam
pembelajaran BIPA di kelas group preintermediate dan kelas private advance.
Metode langsung digunakan guru dalam
pembelajaran tersebut karena beberapa
pertimbangan, di antaranya 1)makna
kosakata akan lebih mudah dipelajari jika
digunakan dalam kalimat-kalimat daripada
hanya dengan hafalan saja; 2) selain itu,
guru juga mengatakan dalam mengajar
bahasa, kita mengambil sebuah peran
sebagai seorang mitra bagi para siswa
dalam kegiatan komunikasi; 3) agar siswa
bisa menghubungkan makna bahasa
sasaran
secara
langsung.
untuk
melakukan
hal
ini,
ketika
guru
memperkenalkan suatu kata atau frasa
baru,
ia
akan
mendemontrasikan
maknanya melalui pemakaian realita.
Selain itu, metode tata bahasa
terjemahan digunakan di kedua kelas
tersebut karena 1) melihat situasi kondisi
siswa belajar pada saat itu, yaitu para
siswa perlu mempelajari aturan tata
bahasa dan kosakata dalam bahasa
indonesia; 2) dengan menerjemahkan isi
bacaan, kemampuan membaca literatur
siswa dalam bahasa indonesia bisa
terpenuhi; 3) selain itu, guru juga
mengatakan bahwa pembelajaran pada
kelas ini adalah kelas kelompok sehingga
interaksi kelas akan heterogen. oleh
karena itu, dengan menggunakan metode
ini kelas lebih mudah diatur dan suara
gaduh dapat diminimalisir. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Fachrurrozi dan
Erta, (2010:42), yang mengatakan bahwa
salah satu asumsi pembelajaran bahasa
yang disampaikan dengan menggunakan
metode tata bahasa terjemahan yaitu
siswa lebih mudah memahami kosakata
dalam bahasa target bila diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris.
Selain itu, penggunaan metode
membaca di kelas tersebut dilakukan
karena 1) agar siswa bisa memahami
kandungan
isi
bacaan
dan
bisa
mengambil kesimpulan mengenai inti teks
yang dibaca melalui konteks; 2) untuk
mengenalkan kosakata baru dalam
bahasa indonesia, sehingga guru bisa
mengetahui tingkat penguasaan kosakata
siswa dalam bahasa indonesia; 3) siswa
mempunyai kemampuan membaca. Hal
tersebut
sesuai
dengan
pendapat
Coleman (dalam Fachrurrozi dan Erta,
2010:65) tujuan metode membaca adalah
agar pelajar bahasa asing mempunyai
kemampuan membaca bahasa asing
dengan kecepatan relatif tinggi dan bisa
menikmati yang mereka baca sehingga
mereka mampu menghasilkan kalimatkalimat yang benar ketika menulis dan
bisa melafalkannya dengan tepat ketika
berbicara.
Di samping itu, di kelas anak-anak,
guru juga menggunakan metode langsung
dan
metode
suggestopedia.
Guru
menggunakan metode langsung dalam
pembelajaran ini karena 1) makna bahasa
akan lebih jelas bila disajikan dengan
memberikan isyarat-isyarat; 2) agar siswa
bisa mempelajari cara berkomunikasi
dalam bahasa indonesia, sehingga siswa
terampil
berbicara
karena
mereka
mendapat banyak latihan bercakap-cakap,
khususnya mengenai topik-topik yang
sudah dilatih; 3) selain itu, siswa akan
mengetahui
banyak
kosakata
dan
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
pemakaiannya dalam kalimat, sehingga
siswa akan memiliki keberanian dan
spontanitas dalam berkomunikasi karena
sejak awal telah dilatih untuk berpikir
dalam bahasa target. Kemudian,
pembelajaran
dengan
metode
suggestopedia
digunakan
karena
mempertimbangkan beberapa hal, di
antaranya: 1) untuk menciptakan suasana
menyenangkan karena guru menyadari
bahwa ia sedang mengajar anak-anak
dan pembelajaran berlangsung pada
siang hari; 2) para siswa bisa memupuk
perasaan kerjasama yang kuat karena
mereka saling tolong menolong dalam
menyerap semua pelajaran yang diterima.
Terakhir, di kelas group beginner
guru menggunakan metode eklektik.
Metode ini digunakan karena 1) siswasiswa pada kelompok
ini dianggap
memiliki antusias belajar yang berbeda,
yaitu ada siswa yang sangat aktif, aktif,
dan bahkan adapula siswa yang pasif; 2)
dengan menggunakan bahasa inggris,
pembelajaran akan dapat memberi hasil
yang jelas karena penggunaan bahasa
indonesia dilakukan secara langsung; 3)
para siswa juga memerlukan rasa aman
sehingga dengan pemakaian bahasa
inggris,
guru
mampu
memberikan
perasaan aman karena siswa akan dapat
lebih mudah memahami materi pelajaran
dan penjelasan guru; 4) menurut guru
tidak ada satu metode yang mampu
mewujudkan
semua
tujuan
yang
diinginkan dengan karakter para siswa
dan tujuan pembelajaran yang tidak
seragam dan bisa berubah-ubah. artinya,
pada saat yang sama tidak ada satu
metode
pun
yang
sempurna,
sebagaimana halnya tidak ada satu
metode pun yang sama sekali tidak bisa
dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Berdasarkan
hasil
wawancara
peneliti dengan guru, bagi guru prinsip
utama dalam pengajaran terpusat pada
siswa dan kebutuhannya, bukan pada
metode tertentu tanpa memperhitungkan
kebutuhan siswa. Artinya, yang terpenting
dalam pembelajaran adalah memenuhi
kebutuhan
siswa
belajar
bahasa
Indonesia, bukan tuntutan suatu metode.
Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendapat
Fachrurrozi
dan
Erta,
(2010:164) yang mengungkapkan seorang
guru hendaklah merasa bebas dalam
memilih metode yang akan digunakannya
sesuai dengan kondisi pembelajar,
dengan tidak menutup mata dari berbagai
penemuan
baru
dalam
metodologi
pengajaran.
PENUTUP
Ada enam jenjang/level kelas
pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa, di antaranya 1) kelas private
beginner (pribadi pemula), 2) kelas group
beginner (kelompok pemula), 3) kelas
private pre-intermediate (pribadi lanjutan),
4) kelas group pre-intermediate (kelompok
lanjutan), 5) kelas private advance (pribadi
mahir), dan 6) kelas anak-anak. Hasil
kajian terhadap pembelajaran Bahasa
Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) di
Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, perencanaan pembelajaran
guru di semua jenjang kelas tersebut
sudah mencakup komponen-komponen
yang sesuai dengan kurikilum dan silabus
Cinta Bahasa yaitu identitas sekolah,
indikator pembelajaran, alokasi waktu,
tujuan
pembelajaran,
materi
pembelajaran, metode, langkah-langkah,
sumber belajar, media pembelajaran, dan
penilaian.
Namun,
ada
beberapa
komponen yang harus diperbaiki dan
dikembangkan lebih jauh lagi, terutama
yang menyangkut alokasi waktu, materi
pembelajaran, sumber belajar, dan media
pembelajaran.
Kedua, pelaksanaan pembelajaran
BIPA yang dilakukan oleh guru sudah
sesuai
dengan
perencanaan
pembelajaran
yang
telah
dibuat.
Pelaksanaan pembelajaran BIPA ini
terdapat kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup. Pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru disesuaikan dengan
tujuan atau kebutuhan belajar siswa.
Pembelajaran yang dilaksanakan guru
pada semua jenjang kelas tersebut sudah
mengarah
untuk
mengembangkan
kemampuan bahasa Indonesia siswa. Hal
ini terlihat dari beberapa komponen
pembelajaran, yaitu 1) materi pelajaran
yang disampaikan sudah sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dan disesuaikan
dengan kebutuhan siswa belajar bahasa
Indonesia; 2) metode pembelajaran yang
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
digunakan sudah variatif, guru telah
mengkombinasikan beberapa macam
metode yaitu metode tata bahasa
terjemahan, metode langsung, metode
membaca, metode suggestopedia, dan
metode eklektik; 3) strategi pembelajaran
yang digunakan oleh guru sudah sesuai
dengn materi yang disampaikan, guru
menggunakan strategi yang bervariasi
serta disesuaikan dengan materi dan
keadaan siswa di kelas; 4) penilaian
pembelajaran yang dilaksanakan guru
sudah meliputi penilaian proses dan
penilaian hasil.
Ketiga, evaluasi yang dilaksanakan
oleh guru pada semua jenjang kelas
tersebut
sudah
dilakukan
secara
sistematis dan terstruktur sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran. Namun, ada beberapa
kelas yang belum melakukan evaluasi
berdasarkan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, yaitu kelas anak-anak
dan kelas private beginner. Penilaian
yang diberikan guru dalam pembelajaran
berupa tes lisan atau penilaian tes tulis.
Keempat,
guru
menggunakan
metode
yang
variatif
dan
telah
dikombinasikan dengan beberapa macam
metode. Hal ini terlihat dari alasan-alasan
guru memilih metode tertentu dalam
pembelajaran, di antaranya: 1) metode
eklektik digunakan karena metode ini
karena a) siswa-siswa pada kelompok ini
dianggap memiliki antusias belajar yang
berbeda, yaitu ada siswa yang sangat
aktif, aktif, dan bahkan adapula siswa
yang pasif; b) dengan menggunakan
bahasa inggris, pembelajaran akan dapat
memberi hasil yang jelas karena
penggunaan bahasa indonesia dilakukan
secara langsung; c) para siswa juga
memerlukan rasa aman sehingga dengan
pemakaian bahasa inggris, guru mampu
memberikan perasaan aman karena siswa
akan dapat lebih mudah memahami
materi pelajaran dan penjelasan guru; d)
menurut guru tidak ada satu metode yang
mampu mewujudkan semua tujuan yang
diinginkan dengan karakter para siswa
dan tujuan pembelajaran yang tidak
seragam dan bisa berubah-ubah. artinya,
pada saat yang sama tidak ada satu
metode
pun
yang
sempurna,
sebagaimana halnya tidak ada satu
metode pun yang sama sekali tidak bisa
dimanfaatkan dalam pembelajaran, 2)
metode langsung digunakan dengan
beberapa
alasan,
di
antaranya
diantaranya: a) karena proses belajar
mengajar
bahasa
asing
(bahasa
indonesia) sama dengan belajar bahasa
ibu atau bahasa pertama; b) agar siswa
bisa mempelajari cara berkomunikasi
dalam bahasa sasaran, seperti menguasai
pelafalan bahasa indonesia dengan baik,
mengetahui lebih banyak kosakata dan
pemakaiannya dalam kalimat, serta siswa
juga
memiliki
keberanian
dalam
berkomunikasi karena sejak awal telah
dilatih untuk berpikir dalam bahasa target,
3) guru menggunakan metode membaca
dengan alasan karena a) agar siswa
mempunyai kemampuan membaca; b)
metode ini digunakan untuk memahami isi
bacaan dan siswa akan mengenal
kosakata-kosakata baru serta bisa
menikmati apa yang mereka baca, 4)
metode
tata
bahasa
terjemahan
digunakan oleh guru karena a) siswa
mampu menerjemahkan isi bacaan yang
dipelajarinya dan memahami isi bacaan
secara detail; b) siswa menguasai banyak
kaidah-kaidah tata bahasa pada tata
bahasa indonesia; c) metode ini
memperkuat kemampuan siswa dalam
mengingat kosakata serta maknanya dan
menghafal materi yang dipelajarinya, 5)
metode suggestopedia digunakan dengan
beberapa pertimbangan, di antaranya: 1)
untuk
menciptakan
suasana
menyenangkan karena guru menyadari
bahwa ia sedang mengajar anak-anak
dan pembelajaran berlangsung pada
siang hari. oleh karena itu, guru ingin
menciptakan
pembelajaran
dalam
suasana santai agar siswa tidak bosan
belajar dan
tetap antusias untuk
mengikuti pelajaran; 2) para siswa bisa
memupuk perasaan kerjasama yang kuat
karena mereka saling tolong menolong
dalam menyerap semua pelajaran yang
diterima.
Ada beberapa hal yang dapat
peneliti sarankan yaitu 1) berdasarkan
perencanaan pembelajaran diharapkan
lebih
memperhatikan
komponenkomponen pembelajaran yang harus
dimuat dalam RPP dan lebih menekankan
perencanaan pembelajaran BIPA di
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
semua jenjang kelas tersebut agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.; 2) berdasarkan pelaksanaan
pembelajaran BIPA, guru disarankan lebih
meningkatakan keterampilannya dalam
mengajarkan bahasa Indonesia bagi
penutur asing. Dengan kata lain, guru
diharapkan terus berusaha menciptakan
berbagai metode, media, dan strategi
pembelajaran
untuk
meningkatkan
motivasi
siswa
dan
mencapai
keberhasilan dalam proses pembelajaran;
3) guru disarankan lebih kreatif dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran
BIPA
dan
sebaiknya
mengadakan
evaluasi pembelajaran sesuai dengan
indikator pembelajaran yang harus dicapai
4) kepada pihak lembaga Sekolah Cinta
Bahasa diharapkan bisa menambah
sarana dan prasarana yang lebih
menunjang pelaksanaan pembelajaran,
misalnya, buku pelajaran yang dijadikan
pegangan siswa dan media-media (alat
peraga) pembelajaran.; 5) peneliti lain
disarankan untuk melakukan penelitian
yang sejenis terkait dengan pembelajaran
BIPA.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Rifca Farih.2012. “Pembelajaran
Bahasa Indonesia Bagi Penutur
Asing (BIPA) Program
CLS
(Critical Language Scholarship) di
Fakultas
Sastra
Universitas
Negeri Malang Tahun 2012”. ejournal. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan. 2010.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Daryanto. 2005. Evaluasi
Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fachrurrozi, Aziz dan Erta, Mahyuddin.
2010. Pembelajaran Bahasa
Asing. Jakarta: Bania Publishing.
Masnur, Muslich.2008. Pembelajaran
Bahasa
Kompetensi
dan
Kontekstual.
Jakarta:
Bumi
Aksara.
Rohayani, Novia Siti.2013. “Penggunaan
Kartu Data Pada Pembelajaran
Kosakata
Berafiks
Dalam
Keterampilan
Menulis
BIPA
Tingkat
Dasar
di
Jurusan
Pendidikan
Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Pendidikan
Indonesia”.
e-journal.Jakarta:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sastra, Gusdi. 2012. “Pembelajaran BIPA
di Universitas Humburg, Jerman”.
e-journal.Padang:
Universitas
Andalas.
Sumiati dan Asra, M. 2009. Metode
Pembelajaran.
Bandung:
CV
Wacana Prima.
Suyitno, Imam. 2007. Pengembangan
Bahan Ajar Bahasa Indonesia
untuk Penutur Asing (BIPA). Jurnal
Sumber Belajar. Kajian Teori dan
Aplikasi. 5 Juli 2016.
Wojowasito, S. 1976. Perkembangan Ilmu
Bahasa (Linguistik) Abad 20.
Bandung: Shinta Dharma.
Zulkifli.
Tinjauan
Strategis
Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bagi Penutur Asing. Lampung:
FKIP Unlam.
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR
ASING (BIPA) DI SEKOLAH CINTA BAHASA, UBUD, BALI
Ni Pt Apita Widya Sari, I Md Sutama, I Dw Gd Budi Utama
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan perencanaan pembelajaran
BIPA, (2) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran BIPA, (3) mendeskripsikan
evaluasi pembelajaran BIPA, dan (4) mendeskripsikan alasan guru memilih prosedur
tertentu dalam pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini
adalah pengajar BIPA di Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali dan objek penelitian adalah
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran BIPA serta alasan guru memilih
prosedur tertentu dalam pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) perencanaan
pembelajaran BIPA yang disusun oleh pengajar sudah sesuai dengan silabus yang
ditetapkan oleh lembaga Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali,(2) pelaksanaan
pembelajaran BIPA yang dilaksanakan pengajar sudah mengarah pada kemampuan
untuk mengembangkan kemampuan bahasa Indonesia siswa, (3) evaluasi pembelajaran
BIPA yang dilaksanakan pengajar berupa tes lisan atau tes tulis (4) metode-metode
pembelajaran BIPA yang digunakan oleh pengajar di Sekolah Cinta Bahasa bervariasi,
seperti metode tata bahasa terjemahan, metode langsung, metode membaca, metode
suggestopedia, metode eklitik, dan metode audiolingual. Pemilihan metode tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan atau tujuan pembelajar BIPA belajar bahasa Indonesia.
Kata kunci: pembelajaran, bahasa Indonesia, penutur asing
Abstract
This research aims to (1) describe the BIPA's lesson plan, (2) describe the BIPA
learning implementation, (3) describe the learning evaluation of the BIPA, and (4)
describe the reason teachers choose a certain procedure in the BIPA learning at Cinta
Bahasa school, Ubud, Bali. This research used descriptive qualitative research design.
The subject in this study is BIPA at teachers Cinta Bahasa school, Ubud, Bali and the
object of research is the planning, implementation, and evaluation of learning BIPA as
well as the reason for selecting a particular procedure in BIPA learning at the Cinta
Bahasa school, Ubud, Bali. The methods used to collect data are methods of
observation, documentation, and interviews. The results of this study suggest that (1)
BIPA learning planning compiled by teachers already in accordance with the syllabus set
by the institution of the Cinta Bahasa school, Ubud, Bali, (2) implementation learning
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
BIPA teachers already carried out lead to the ability to develop Indonesian Language or
Bahasa ability of students, (3) the evaluation of the learning of teaching be implemented
BIPA test of oral or written, (4) learning methods which are used by teachers at the Cinta
Bahasa school like the varied language, as the grammar translation method, direct
method, reading method, suggestopedia method, eclectic method, and audiolingual
method. The selection of these methods are adapted to the needs or purpose BIPA
learners learn Indonesian Language or Bahasa.
Keywords: learning, Indonesian language, foreign student
PENDAHULUAN
Bahasa
Indonesia
mengalami
perkembangan yang sangat pesat, tidak
hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri.
Terbukti banyak penutur asing berminat
mempelajari bahasa Indonesia atau yang
kita kenal dengan sebutan BIPA yaitu
Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing.
BIPA adalah istilah untuk program
pembelajaran bahasa Indonesia yang
dikhususkan untuk warga negara asing.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
bagi Penutur Asing sudah dikenal, baik di
Indonesia maupun di beberapa negara di
luar negeri. Berdasarkan data yang
diperoleh dari unpad.co.id pada tahun
2013 (dalam penelitian Rohayani, 2013),
bahasa Indonesia telah dipelajari di 72
negara. Beberapa negara tersebut di
antaranya adalah Maroko, Jerman,
Australia, Polandia, dan Thailand. Di
negara-negara tersebut bahasa Indonesia
telah dijadikan program studi yang dapat
dipelajari di tingkat universitas. Di
Thailand, misalnya, berdasarkan data dari
KBRI Bangkok, pada tahun 2012 terdapat
sekitar
tujuh
universitas
yang
menyelenggarakan
program
bahasa
Indonesia. Universitas tersebut adalah
Mae Fah Luang University, Chiang Mai
University, Naresuan University, King
Mongkut University of Technology, Pundit
University, Rmakhamhaeng University,
dan Burapha University, (Rohayani,
2013:1).
Banyaknya lembaga penyelenggara
BIPA mengindikasikan meningkatnya
minat pembelajar asing untuk mempelajari
bahasa
Indonesia.
Bertambahnya
pembelajar asing menjadi salah satu
faktor dalam perkembangan bahasa
Indonesia. Menurut Rohayani (2013:2),
berdasarkan data yang diperoleh dari
badanbahasa.kemendikbud.go.id
pada
tahun 2011 tercatat sekitar 92 lembaga
yang menyediakan program BIPA.
Lembaga-lembaga tersebut terdiri atas
universitas, lembaga kursus, sekolah,
maupun perusahaan asing yang ada di
Indonesia.
Banyaknya lembaga pengajaran
BIPA muncul untuk merespon minat orang
asing belajar BIPA karena pembelajar
memiliki berbagai tujuan dan kepentingan
yang
melatarbelakangi
mempelajari
bahasa Indonesia. Sofyan (dalam Suyitno:
2007) menjelaskan bahwa ada tiga
kebutuhan yang mendorong seseorang
belajar bahasa, yakni (1)mengikuti kuliah
di perguruan tinggi Indonesia, (2)
membaca buku dan surat kabar guna
keperluan
penelitian,
dan
(3)
berkomunikasi
secara
lisan
dalam
kehidupan sehari-hari di Indonesia. Ketiga
tujuan itu masing-masing masih dapat
diperluas lagi menjadi beberapa tujuan
khusus, misalnya, untuk mengikuti kuliah
di perguruan tinggi di Indonesia
memerlukan
pengetahuan
bahasa
Indonesia sesuai dengan bidang ilmu
yang diikuti (ilmu sosial, ilmu teknik,
ekonomi, dan sebagainya). Begitu pula
untuk keperluan penelitian tergantung dari
bidang apa yang akan diteliti. Kemudian,
untuk belajar bahasa Indonesia lisan guna
keperluan komunikasi dengan penduduk
diperlukan pula pengkhususan, misalnya
komunikasi formal atau informal.
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
Dengan
beragamnya
tujuan
pembelajar tersebut, perlu diimbangi
dengan kesiapan pengajaran BIPA,
seperti strategi pembelajaran bahasa yaitu
alat-alat
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran, materi yang diajarkan,
maupun metode pengajarannya. (Zulkifli,
2014:5). Dalam praktiknya, banyak juga
ditemukan variasi strategi pembelajaran
bahasa,
tergantung
pada
tujuan
pembelajar
bahasa.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa mengajarkan bahasa
asing (termasuk bahasa Indonesia) tidak
sederhana dan memerlukan banyak
pertimbangan, (Wojowasito, 1976:1).
Selain
strategi
pembelajaran
bahasa, keberhasilan pengajaran BIPA
juga
ditentukan
oleh
pelaksanaan
manajemen atau pengelolaan yang
dilakukan oleh lembaga penyelenggara
pengajaran BIPA. Widodo (2012), dalam
penelitiannya, menyebutkan ada dua hal
pokok yang perlu mendapat perhatian.
Pertama, yang menyangkut keberadaan
lembaga penyelenggara pengajaran BIPA.
Kedua, yang menyangkut pelaksanaan
manajemen atau pengelolaan pengajaran
BIPA.
Dengan
kata
lain,
untuk
penyelenggaraan
pengajaran
BIPA
dibutuhkan adanya lembaga sebagai
penyelenggara dan bagaimana lembaga
ini bisa menjalankan fungsinya.
Aspek
kelembagaan
(termasuk
manajemennya) merupakan salah satu
penentu dalam mencapai keberhasilan
pengajaran BIPA. Salah satu lembaga
pengajaran BIPA di Indonesia yang sudah
diakui oleh pemerintah RI dan pemerintah
daerah adalah Sekolah Bahasa Indonesia
di lembaga khusus. Sekolah Bahasa
Indonesia atau Indonesian Language
School tersebut terdapat di Ubud, Bali
yang bernama “Cinta Bahasa”.
Cinta
Bahasa
adalah
sebuah
organisasi
pendidikan yang disebut “Yayasan” di
Indonesia,
sama
seperti
NonGovernmental Organizations (NGO). Cinta
Bahasa didirikan pada 14 Februari 2011
oleh Yoshida Chandra dan Stephen De
Meulenaere. Nama “Cinta Bahasa”
berasal dari frase “Cintailah Bahasa
Indonesia” yang berarti “Cinta Bahasa
Indonesia”. Hal ini adalah tujuan akhir
pelatihan
bahasa
di
sana,
yaitu
mengajarkan pembelajar untuk berbicara
sehingga dapat berbagi pengalaman,
perasaan dan pengetahuan dengan orang
lain, serta mencintai bahasa, sastra, dan
budaya Indonesia.
Ada beragam tujuan pembelajar
belajar bahasa Indonesia di Sekolah Cinta
Bahasa. Tujuan yang dimaksud, antara
lain:
pengkajian tentang
Indonesia
(misalnya pengkajian budaya Indonesia),
memperoleh
kesempatan
(sekaligus
kelancaran) bekerja di Indonesia, dan
kelancaran perjalanan wisata. Dipilihnya
Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali sebagai
tempat melakukan penelitian karena dari
survey
yang
dilakukan,
diperoleh
informasi bahwa pembelajar Sekolah
Cinta Bahasa mengatakan bahwa dengan
belajar di lembaga tersebut mereka bisa
menguasai bahasa Indonesia dengan
cepat pada tingkatan tertentu dan jadwal
belajar dapat disesuaikan dengan waktu
pembelajar.
Selain
itu,
lembaga
pendidikan ini memiliki kurikulum yang
tepat dan up to date serta telah
dimodifikasi
berdasarkan
tujuan
pembelajar. Kurikulum dan silabus yang
digunakan dimodifikasi sendiri oleh
lembaga Cinta Bahasa berdasarkan
tujuan dan latar belakang pembelajar, baik
usia maupun budaya pembelajar. Pada
hakikatnya, silabus pengajaran BIPA di
Sekolah Cinta Bahasa bertujuan agar
pembelajar
memiliki
pengetahuan
kebahasaan bahasa Indonesia dan
menerapkan pengetahuan tersebut dalam
setiap tindak berbahasa Indonesia
berdasarkan tujuan dan kebutuhan
mereka belajar bahasa Indonesia. Tidak
hanya itu, sekolah Cinta Bahasa juga
menyiapkan
pengajar-pengajar
profesional. Lulusan para pengajar Cinta
Bahasa adalah lulusan perguruan tinggi
ternama di Indonesia bahkan di luar
negeri serta berasal dari berbagai jurusan
seperti
jurusan
ekonomi,
bahasa
Indonesia, sastra Indonesia, bahasa
Inggris, sastra Inggris, arsitektur, dan
pariwisata. Keragaman latar belakang
pendidikan pengajar tersebut menjadi
kekayaan tersendiri bagi Cinta Bahasa
karena akan membantu proses belajar
mengajar di kelas untuk berbagi
pengalaman
dengan
menyesuaikan
tujuan
pembelajar
belajar
bahasa
Indonesia. Di samping itu, pelaksanaan
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
pembelajaran yang dilakukan oleh Cinta
Bahasa sangat variatif dan fleksibel baik
dari layanan kelas yang disediakan,
metode-metode yang digunakan, serta
strategi-strategi pembelajarannya. Oleh
sebab itu, tepat jika peneliti melakukan
penelitian di sekolah ini agar hasil
penelitian dapat menjadi cerminan bagi
lembaga pengajaran BIPA lain.
Penelitian mengenai pembelajaran
BIPA pernah dilakukan oleh pertama,
Rifca Farih Azizah, Widodo, dan Hs Ida
Lestari yang berjudul “Pembelajaran
Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing
(BIPA) Program CLS (Critical Language
Scholarship)
di
Fakultas
Sastra
Universitas Negeri Malang Tahun 2012”.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
problematika pembelajaran BIPA program
CLS 2012. Kemudian, penelitian kedua,
dilakukan oleh Dr. Gusdi Sastra yang
berjudul
“Pembelajaran
BIPA
di
Universitas Hamburg, Jerman”. Penelitian
ini dilakukan pada tahun 2009. Penelitian
ini bertujuan mendeskripsikan suasana
dan cara belajar siswa ketika metode
pembelajaran tertentu digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran BIPA di
Universitas Hamburg, Jerman.
Kedua penelitian di atas memiliki
persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan. Persamaannya
adalah
sama-sama
mengkaji
pembelajaran BIPA. Meskipun objek yang
diteliti sama, namun subjek penelitian
peneliti dengan kedua penelitian tersebut
berbeda karena subjek penelitian peneliti
adalah Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali.
Tidak hanya itu, perbedaan juga terdapat
pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian
peneliti
yaitu
mendeskripsikan
pembelajaran
BIPA,
baik
dari
perencanaan,
pelaksanaan,
maupun
evaluasi pembelajaran dan alasan guru
memilih
prosedur
tertentu
dalam
pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa, Ubud, Bali.
Sehubungan dengan pemaparan
pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini
adalah 1) bagaimanakah pembelajaran
BIPA dilaksanakan di Sekolah Cinta
Bahasa? 2) mengapa dipilih prosedur
tertentu dalam pembelajaran BIPA di
Sekolah Cinta Bahasa?
Sesuai dengan rumusan masalah di
atas, tujuan penelitian ini adalah 1)
mendeskripsikan pembelajaran BIPA di
Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali,
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi
pembelajaran
BIPA
2)
mendeskripsikan alasan guru memilih
prosedur tertentu dalam pembelajaran
BIPA di Sekolah Cinta Bahasa, Ubud,
Bali.
Penelitian ini memberikan dua
manfaat, yakni manfaat teoretis dan
praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini
dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan tentang pembelajaran BIPA,
berupa
model-model
perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan metodemetode
pembelajaran.
Selain
itu,
penelitian ini juga dapat dijadikan acuan
oleh peneliti lain dalam melaksanakan
penelitian lanjutan yang relevan dengan
penelitian ini. Manfaat praktisnya meliputi,
1) bagi Sekolah Cinta Bahasa, hasil
penelitian
ini
dapat
memberikan
sumbangan
yang
positif
terhadap
kemajuan sekolah yang tercermin dari
pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
perbaikan proses, dan kebermaknaan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran
BIPA di Sekolah Cinta Bahasa; 2) bagi
lembaga Universitas Pendidikan Ganesha
(Undiksha),
penelitian
ini
dapat
memberikan sumbangan bagi pelayanan
pengajaran BIPA di UNDIKSHA atau
Undiksha Indonesian Language and
Culture Programe (UILCP). Dari tujuan
tersebut, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengembangan kurikulum dan
silabus pengajaran BIPA baik dari segi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
serta prosedur-prosedur yang dapat
digunakan dalam pembelajaran BIPA,
sehingga kebutuhan pembelajar dapat
terpenuhi sesuai dengan tujuan mereka
belajar bahasa Indonesia; 3) bagi guru
BIPA, hasil penelitian ini dapat dijadikan
gambaran
dalam
merencanakan,
melaksanakan,
dan
mengevaluasi
pembelajaran BIPA serta ketepatan
pemilihan prosedur dalam pembelajaran
BIPA
untuk
memenuhi
kebutuhan
pembelajar. Guru dapat memperoleh
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
deskripsi
mengenai
perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan metode
pembelajaran
yang
baik
dalam
melaksanakan
pembelajaran
BIPA.
Pengetahuan mengenai pelaksanaan
pembelajaran BIPA di Cinta Bahasa dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran BIPA; 4) bagi peneliti lain,
penelitian ini dapat dijadikan referensi
atau
bandingan
untuk
melakukan
penelitian
yang
berkaitan
dengan
pembelajaran BIPA.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang peneliti
gunakan adalah rancangan penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan
mengenai perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, serta alasan guru memilih
prosedur tertentu dalam pembelajaran
BIPA di Sekolah Cinta Bahasa.
Subjek penelitian pada penelitian ini
adalah pengajar BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa, sedangkan objek penelitian
dalam penelitian ini adalah perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, serta alasan guru
memilih
prosedur
tertentu
dalam
pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa.
Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Instrumen
dalam penelitian ini adalah catatan
lapangan,
catatan
dokumen,
dan
pedoman wawancara.
Teknik analisis data yang digunakan
peneliti adalah teknik analisis deskriptif
kuantitatif. Aktivitas analisis data dalam
penelitian ini dilakukan melalui (1) tabulasi
data (2) reduksi data, (3) penyajian data,
dan (4) penarikan simpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini mencakup
(1) perencanaan
pembelajaran,(2)
pelaksanaan
pembelajaran,
(3) evaluasi pembelajaran, dan (4) alasan
guru memilih prosedur tertentu dalam
pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa, Ubud. Ada enam jenjang/ level
kelas pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa terdapat, di antaranya 1) kelas
private beginner (pribadi pemula), 2) kelas
group beginner (kelompok pemula), 3)
kelas private pre-intermediate (pribadi
lanjutan), 4) kelas group pre-intermediate
(kelompok lanjutan), 5) kelas private
advance (pribadi mahir), dan 6) kelas
kelompok anak-anak.
Berdasarkan pencatatan dokumen
yang penulis lakukan di Cinta Bahasa
ditemukan
bahwa
guru
membuat
perencanaan
pembelajaran
sudah
berdasarkan silabus yang diterapkan di
sekolah tersebut dan sudah disesuaikan
dengan tujuan atau kebutuhan siswa
belajar
bahasa
Indonesia.
Silabus
dimanfaatkan guru sebagai pedoman
dalam pembuatan rencana pembelajaran,
pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan
pengembangan sistem penilaian.
Dalam RPP dimuat penggalanpenggalan kegiatan atau komponenkomponen yang menggambarkan segala
sesuatu yang akan dilakukan oleh guru
dan siswa pada saat proses belajar
mengajar. Sesuai dengan data di
lapangan, dalam penyusunan RPP
pembelajaran BIPA di enam jenjang/kelas
tersebut guru sudah berpedoman pada
silabus dan merujuk buku pelajaran yang
dirancang oleh Cinta Bahasa. Dengan
demikian, guru dapat mengetahui materi
yang tertera dalam silabus dan buku
pelajaran yang digunakan sehingga
penyampaian materi yang akan dipelajari
siswa menjadi sistematis. Komponenkomponen yang terdapat dalam RPP,
dalam pelaksanaannya sudah saling
berkaitan. Komponen-komponen tersebut
meliputi: identitas sekolah, alokasi waktu,
indikator
pembelajaran,
tujuan
pembelajaran,
materi
pembelajaran,
metode, langkah-langkah pembelajaran,
sumber belajar, dan penilaian. Hal ini
sejalan
dengan
Mansur
Muslich,
(2008:53) yang menyatakan bahwa
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
meliputi beberapa komponen, yaitu
identitas, alokasi waktu, indikator, tujuan,
materi ajar, metode pembelajaran,
langkah-langkah, sumber belajar serta
evaluasi pembelajaran. Pengembangan
komponen RPP dalam pembelajaran
BIPA di enam jenjang/level kelas tersebut,
belum maksimal karena ada beberapa
komponen
yang
harus
diperbaiki.
Komponen-komponen yang dimaksud
adalah
alokasi
waktu,
materi
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
pembelajaran, dan sumber belajar (media
pembelajaran). Dalam RPP yang dibuat,
guru tidak mencatumkan judul sumber
(teks bacaan) yang digunakan dalam
proses
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan. Guru hanya mencantumkan
jenis sumber belajar yang digunakan.
Pada RPP-RPP di semua jenjang/kelas
tersebut, guru juga belum merumuskan
dan tidak membagi alokasi waktu untuk
setiap tahap suatu kegiatan pembelajaran,
seperti membagi waktu berapa menit
untuk kegiatan awal, berapa menit untuk
kegiatan inti, dan berapa menit untuk
kegiatan akhir.
Materi pembelajaran yang akan
disampaikan
guru
pada
beberapa
jenjang/level kelas perlu diuraikan dan
dikembangkan sehingga uraian materi
dapat mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran
secara
optimal.Jenjang/level
kelas
yang
dimaksud yaitu kelas private beginner,
group beginner, group pre-intermediate,
dan kelas anak-anak. Bahri (2006:43)
menerangkan materi pembelajaran adalah
substansi yang akan disampaikan dalam
proses belajar mengajar, tanpa materi
pembelajaran proses belajar mengajar
tidak akan berjalan.
RPP
sebenarnya
bertujuan
mempermudah
dan
memperlancar
pembelajaran, tetapi RPP terkesan hanya
sebagai kepentingan administrasi sekolah
(formalitas). Untuk menghilangkan kesan
tersebut, hendaknya guru memperhatikan
dan melengkapi komponen dalam RPP
yang masih kurang lengkap. Oleh karena
itu, komponen yang dicantumkan pada
RPP masih perlu diperbaiki dan
disempurnakan.
Kedua, pelaksanaan pembelajaran
BIPA di enam jenjang/level kelas tersebut,
sudah mengacu pada langkah-langkah
pembelajaran dalam RPP yang telah
disusun oleh guru. Namun, dalam
pembelajaran
ada
yang
belum
disampaikan oleh guru yaitu tujuan atau
indikator pembelajaran yang hendak
dicapai oleh siswa. Tujuan pembelajaran
perlu disampaikan oleh guru agar siswa
bisa mempersiapkan diri dalam belajar.
Daryanto (2005) menyatakan tujuan
pembelajaran
adalah
tujuan
yang
menggambarkan
pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dimiliki siswa sebagai akibat
dari hasil pembelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk tingkah laku yang dapat
diamati
dan
diukur.
Pelaksanaan
pembelajaran adalah operasionalisasi
perencanaan pembelajaran, sehingga
tidak
lepas
dari
perencanaan
pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaannya akan
sangat tergantung pada perencanaan
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari RPP,
meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup.
Pada
kegiatan
awal
guru
memberikan pembelajaran yang ditujukan
untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Kemudian, guru memberikan salam
pembuka dan menyapa siswa. Setelah itu,
guru
memberikan
apersepsi
untuk
memotivasi siswa agar semangat dan
tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Apersepsi yang diberikan guru berupa
cerita singkat, yaitu meminta siswa untuk
menceritakan aktivitas yang dilakukannya
kemarin atau meminta siswa bercerita
pengalamannya
selama
tinggal
di
Indonesia.
Kemudian, pembelajaran berlanjut
pada kegiatan inti (isi) pembelajaran.
Pelaksanaan
pembelajaran
yang
dilakukan guru pada tahap ini memilki
perbedaan di masing-masing jenjang/level
kelas. Hal itu karena perbedaan situasi
kondisi kelas, indikator atau tujuan
pencapaian
pembelajaran,
metode
pembelajaran yang digunakan, dan jumlah
siswa yang diajar. Namun, di semua
jenjang/level kelas tersebut, guru sudah
melaksanakan
pembelajaran
secara
interaktif, menyenangkan, dan memotivasi
siswa untuk berpartisipasi aktif. Pada
proses
ini
guru
melaksanakan
pembelajaran dan memberikan materi
sesuai indikator pembelajaran yang harus
dicapai siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran,
guru tidak banyak melakukan ceramah
saat menyampaikan materi. Pembelajaran
dilakukan dengan mengajak siswa
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
secara langsung. Hal itu senada dengan
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
pendapat Sumiati dan Asra, (2009:67)
yang menyatakan bahwa jika dalam
pembelajaran di kelas guru hanya
mengajar dalam bentuk ceramah atau
menerangkan yang berarti siswa hanya
mendengarkan, siswa tersebut hanya
mampu mengingat 20% dari yang
didengarnya. Sebaliknya, apabila guru
dalam pembelajaran di kelas mengemas
kegiatan pembelajaran dalam bentuk
siswa mengerjakan tugas-tugas dan
melaporkan hasilnya, siswa tersebut akan
mampu mengingat sampai dengan 90%
dari yang dikerjakan dan dikatakannya
dalam bentuk laporan lisan ataupun
tulisan. Selain itu, hanya di kelas private
advance,
guru memberikan materi
kosakata kepada siswa. Hal itu dilakukan
guru dengan memberikan bahan bacaan
berupa artikel yang berisi kosakatakosakata baru. Hal ini bertujuan untuk
menambah penguasaan kosakata bahasa
Indonesia siswa karena di kelas tersebut
siswa
dianggap
sudah
mahir
menggunakan
bahasa
Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan guru di kelas tersebut,
diperoleh informasi bahwa setiap materi
ajar yang diberikan berpotensi untuk
menyelipkan pembelajaran kosa kata
bahasa Indonesia. Jumlah kosa kata yang
diajarkan tidak terlalu banyak, tetapi
setidaknya
guru
bisa
memenuhi
kebutuhan
belajar
siswa
yaitu
mengenalkan dan mengajarkan kosakata
bahasa Indonesia yang akan sering
digunakan
oleh
siswa
dalam
berkomunikasi. Kemudian, pada tahap
kegiatan penutup, evaluasi yang dilakukan
guru
berbeda
di
masing-masing
jenjang/level kelas, tergantung dengan
situasi kondisi kelas dan indikator
pembelajaran. Guru memberikan evaluasi
berupa tes lisan atau tes tulis.
Ketiga, evaluasi pembelajaran yang
dilakukan guru dalam pembelajaran di
semua jenjang/level kelas tersebut, sudah
sistematis dan terstruktur. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat dan mengetahui
proses yang terjadi dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran memilki tiga hal
penting, yaitu input, transformasi, dan
output, (Sumiata dan Asra, 2009:34).
Input adalah peserta didik yang telah
dinilai kemampuannya dan siap menjalani
proses
pembelajaran.
Transformasi
adalah segala unsur yang terkait dengan
proses pembelajaran, yaitu: guru, materi,
bahan ajar, metode pembelajaran, sarana
penunjang, dan sistem administrasi.
Output adalah capaian yang dihasilkan
proses pembelajaran. Seperti telah
dikemukakan sebelumnya bahwa, proses
belajar secara garis besar melibatkan tiga
hal yaitu input, transformasi, dan output.
Terkait dengan hal tersebut, evaluasi yang
dilakukan oleh guru adalah tes lisan atau
tes tulis. Guru memberikan tes yang
berbeda pada setiap jenjang/level kelas
tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa
belajar bahasa Indonesia, indikator
pembelajaran, dan situasi kondisi kelas
yang diajar. Hal yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran terkait evaluasi yang
diberikan, yaitu alat ukur yang digunakan
sudah jelas karena semua siswa sudah
mampu mempraktikan materi yang
diberikan oleh guru. Namun, ada
beberapa guru yang tidak memberikan
evaluasi
berdasarkan
indikator
pembelajaran, yaitu guru yang mengajar
di kelas anak-anak dan kelas private
beginner.
Keempat,
pemilihan
metode
pembelajaran yang digunakan guru dalam
pembelajaran BIPA di masing-masing
jenjang/level kelas tersebut berbeda. Guru
menggunakan metode tata bahasa
terjemahan dan metode langsung di kelas
private beginner dan kelas private preintermediate.
Metode
tata
bahasa
terjemahan digunakan oleh guru dengan
alasan,
antara
lain:
1)
dengan
menggunakan metode ini, guru berharap
tujuan pokok mengajarkan bahasa
indonesia
untuk
mengembangkan
kemampuan membaca literatur dan
menerjemahkannya
dalam
bahasa
indonesia dapat terpenuhi. Berdasarkan
hasil wawancara, diperoleh informasi
bahwa guru mengatakan dengan cara itu
siswa lebih mudah memahami isi bacaan;
2) siswa akan menguasai banyak kaidahkaidah tata bahasa indonesia melalui hasil
terjemahan yang telah dilakukannya; 3)
guru dapat memperkuat kemampuan
siswa dalam mengingat dan menghafal
karena siswa pada kelas ini adalah siswa
pemula.
Kemudian,
guru
menggunakan metode langsung dengan
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
beberapa pertimbangan, di antaranya: 1)
karena proses belajar mengajar bahasa
asing (bahasa indonesia) sama dengan
belajar bahasa ibu atau bahasa pertama,
yaitu dengan penggunaan bahasa secara
langsung dalam komunikasi; 2) agar siswa
bisa mempelajari cara berkomunikasi
dalam bahasa sasaran, seperti menguasai
pelafalan bahasa indonesia dengan baik,
mengetahui lebih banyak kosakata dan
pemakaiannya dalam kalimat, serta siswa
juga
memiliki
keberanian
dalam
berkomunikasi karena sejak awal telah
dilatih untuk berpikir dalam bahasa target;
3) dalam mengajar bahasa, terutama
private seperti ini kita tidak bisa
memposisikan diri hanya sebagai guru
yang mengajari siswa, tapi kita juga bisa
mengambil
sebuah
peran
sebagai
seorang mitra bagi para siswa dalam
kegiatan komunikasi. Hal ini senada
dengan Fachrurrozi dan Erta, (2010:56)
yangmengungkapkan bahwa salah satu
peranan guru dalam metode langsung
yaitu guru dan para siswa seperti mitra
dalam pembelajaran, guru juga sebagai
fasilitator, guru akan menunjukkan kepada
para siswa apa kesalahan yang mereka
lakukan.
Kemudian, guru menggunakan
metode langsung, metode tata bahasa
terjemahan, dan metode membaca dalam
pembelajaran BIPA di kelas group preintermediate dan kelas private advance.
Metode langsung digunakan guru dalam
pembelajaran tersebut karena beberapa
pertimbangan, di antaranya 1)makna
kosakata akan lebih mudah dipelajari jika
digunakan dalam kalimat-kalimat daripada
hanya dengan hafalan saja; 2) selain itu,
guru juga mengatakan dalam mengajar
bahasa, kita mengambil sebuah peran
sebagai seorang mitra bagi para siswa
dalam kegiatan komunikasi; 3) agar siswa
bisa menghubungkan makna bahasa
sasaran
secara
langsung.
untuk
melakukan
hal
ini,
ketika
guru
memperkenalkan suatu kata atau frasa
baru,
ia
akan
mendemontrasikan
maknanya melalui pemakaian realita.
Selain itu, metode tata bahasa
terjemahan digunakan di kedua kelas
tersebut karena 1) melihat situasi kondisi
siswa belajar pada saat itu, yaitu para
siswa perlu mempelajari aturan tata
bahasa dan kosakata dalam bahasa
indonesia; 2) dengan menerjemahkan isi
bacaan, kemampuan membaca literatur
siswa dalam bahasa indonesia bisa
terpenuhi; 3) selain itu, guru juga
mengatakan bahwa pembelajaran pada
kelas ini adalah kelas kelompok sehingga
interaksi kelas akan heterogen. oleh
karena itu, dengan menggunakan metode
ini kelas lebih mudah diatur dan suara
gaduh dapat diminimalisir. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Fachrurrozi dan
Erta, (2010:42), yang mengatakan bahwa
salah satu asumsi pembelajaran bahasa
yang disampaikan dengan menggunakan
metode tata bahasa terjemahan yaitu
siswa lebih mudah memahami kosakata
dalam bahasa target bila diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris.
Selain itu, penggunaan metode
membaca di kelas tersebut dilakukan
karena 1) agar siswa bisa memahami
kandungan
isi
bacaan
dan
bisa
mengambil kesimpulan mengenai inti teks
yang dibaca melalui konteks; 2) untuk
mengenalkan kosakata baru dalam
bahasa indonesia, sehingga guru bisa
mengetahui tingkat penguasaan kosakata
siswa dalam bahasa indonesia; 3) siswa
mempunyai kemampuan membaca. Hal
tersebut
sesuai
dengan
pendapat
Coleman (dalam Fachrurrozi dan Erta,
2010:65) tujuan metode membaca adalah
agar pelajar bahasa asing mempunyai
kemampuan membaca bahasa asing
dengan kecepatan relatif tinggi dan bisa
menikmati yang mereka baca sehingga
mereka mampu menghasilkan kalimatkalimat yang benar ketika menulis dan
bisa melafalkannya dengan tepat ketika
berbicara.
Di samping itu, di kelas anak-anak,
guru juga menggunakan metode langsung
dan
metode
suggestopedia.
Guru
menggunakan metode langsung dalam
pembelajaran ini karena 1) makna bahasa
akan lebih jelas bila disajikan dengan
memberikan isyarat-isyarat; 2) agar siswa
bisa mempelajari cara berkomunikasi
dalam bahasa indonesia, sehingga siswa
terampil
berbicara
karena
mereka
mendapat banyak latihan bercakap-cakap,
khususnya mengenai topik-topik yang
sudah dilatih; 3) selain itu, siswa akan
mengetahui
banyak
kosakata
dan
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
pemakaiannya dalam kalimat, sehingga
siswa akan memiliki keberanian dan
spontanitas dalam berkomunikasi karena
sejak awal telah dilatih untuk berpikir
dalam bahasa target. Kemudian,
pembelajaran
dengan
metode
suggestopedia
digunakan
karena
mempertimbangkan beberapa hal, di
antaranya: 1) untuk menciptakan suasana
menyenangkan karena guru menyadari
bahwa ia sedang mengajar anak-anak
dan pembelajaran berlangsung pada
siang hari; 2) para siswa bisa memupuk
perasaan kerjasama yang kuat karena
mereka saling tolong menolong dalam
menyerap semua pelajaran yang diterima.
Terakhir, di kelas group beginner
guru menggunakan metode eklektik.
Metode ini digunakan karena 1) siswasiswa pada kelompok
ini dianggap
memiliki antusias belajar yang berbeda,
yaitu ada siswa yang sangat aktif, aktif,
dan bahkan adapula siswa yang pasif; 2)
dengan menggunakan bahasa inggris,
pembelajaran akan dapat memberi hasil
yang jelas karena penggunaan bahasa
indonesia dilakukan secara langsung; 3)
para siswa juga memerlukan rasa aman
sehingga dengan pemakaian bahasa
inggris,
guru
mampu
memberikan
perasaan aman karena siswa akan dapat
lebih mudah memahami materi pelajaran
dan penjelasan guru; 4) menurut guru
tidak ada satu metode yang mampu
mewujudkan
semua
tujuan
yang
diinginkan dengan karakter para siswa
dan tujuan pembelajaran yang tidak
seragam dan bisa berubah-ubah. artinya,
pada saat yang sama tidak ada satu
metode
pun
yang
sempurna,
sebagaimana halnya tidak ada satu
metode pun yang sama sekali tidak bisa
dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Berdasarkan
hasil
wawancara
peneliti dengan guru, bagi guru prinsip
utama dalam pengajaran terpusat pada
siswa dan kebutuhannya, bukan pada
metode tertentu tanpa memperhitungkan
kebutuhan siswa. Artinya, yang terpenting
dalam pembelajaran adalah memenuhi
kebutuhan
siswa
belajar
bahasa
Indonesia, bukan tuntutan suatu metode.
Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendapat
Fachrurrozi
dan
Erta,
(2010:164) yang mengungkapkan seorang
guru hendaklah merasa bebas dalam
memilih metode yang akan digunakannya
sesuai dengan kondisi pembelajar,
dengan tidak menutup mata dari berbagai
penemuan
baru
dalam
metodologi
pengajaran.
PENUTUP
Ada enam jenjang/level kelas
pembelajaran BIPA di Sekolah Cinta
Bahasa, di antaranya 1) kelas private
beginner (pribadi pemula), 2) kelas group
beginner (kelompok pemula), 3) kelas
private pre-intermediate (pribadi lanjutan),
4) kelas group pre-intermediate (kelompok
lanjutan), 5) kelas private advance (pribadi
mahir), dan 6) kelas anak-anak. Hasil
kajian terhadap pembelajaran Bahasa
Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) di
Sekolah Cinta Bahasa, Ubud, Bali dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, perencanaan pembelajaran
guru di semua jenjang kelas tersebut
sudah mencakup komponen-komponen
yang sesuai dengan kurikilum dan silabus
Cinta Bahasa yaitu identitas sekolah,
indikator pembelajaran, alokasi waktu,
tujuan
pembelajaran,
materi
pembelajaran, metode, langkah-langkah,
sumber belajar, media pembelajaran, dan
penilaian.
Namun,
ada
beberapa
komponen yang harus diperbaiki dan
dikembangkan lebih jauh lagi, terutama
yang menyangkut alokasi waktu, materi
pembelajaran, sumber belajar, dan media
pembelajaran.
Kedua, pelaksanaan pembelajaran
BIPA yang dilakukan oleh guru sudah
sesuai
dengan
perencanaan
pembelajaran
yang
telah
dibuat.
Pelaksanaan pembelajaran BIPA ini
terdapat kegiatan pendahuluan, inti, dan
penutup. Pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru disesuaikan dengan
tujuan atau kebutuhan belajar siswa.
Pembelajaran yang dilaksanakan guru
pada semua jenjang kelas tersebut sudah
mengarah
untuk
mengembangkan
kemampuan bahasa Indonesia siswa. Hal
ini terlihat dari beberapa komponen
pembelajaran, yaitu 1) materi pelajaran
yang disampaikan sudah sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dan disesuaikan
dengan kebutuhan siswa belajar bahasa
Indonesia; 2) metode pembelajaran yang
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
digunakan sudah variatif, guru telah
mengkombinasikan beberapa macam
metode yaitu metode tata bahasa
terjemahan, metode langsung, metode
membaca, metode suggestopedia, dan
metode eklektik; 3) strategi pembelajaran
yang digunakan oleh guru sudah sesuai
dengn materi yang disampaikan, guru
menggunakan strategi yang bervariasi
serta disesuaikan dengan materi dan
keadaan siswa di kelas; 4) penilaian
pembelajaran yang dilaksanakan guru
sudah meliputi penilaian proses dan
penilaian hasil.
Ketiga, evaluasi yang dilaksanakan
oleh guru pada semua jenjang kelas
tersebut
sudah
dilakukan
secara
sistematis dan terstruktur sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran. Namun, ada beberapa
kelas yang belum melakukan evaluasi
berdasarkan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, yaitu kelas anak-anak
dan kelas private beginner. Penilaian
yang diberikan guru dalam pembelajaran
berupa tes lisan atau penilaian tes tulis.
Keempat,
guru
menggunakan
metode
yang
variatif
dan
telah
dikombinasikan dengan beberapa macam
metode. Hal ini terlihat dari alasan-alasan
guru memilih metode tertentu dalam
pembelajaran, di antaranya: 1) metode
eklektik digunakan karena metode ini
karena a) siswa-siswa pada kelompok ini
dianggap memiliki antusias belajar yang
berbeda, yaitu ada siswa yang sangat
aktif, aktif, dan bahkan adapula siswa
yang pasif; b) dengan menggunakan
bahasa inggris, pembelajaran akan dapat
memberi hasil yang jelas karena
penggunaan bahasa indonesia dilakukan
secara langsung; c) para siswa juga
memerlukan rasa aman sehingga dengan
pemakaian bahasa inggris, guru mampu
memberikan perasaan aman karena siswa
akan dapat lebih mudah memahami
materi pelajaran dan penjelasan guru; d)
menurut guru tidak ada satu metode yang
mampu mewujudkan semua tujuan yang
diinginkan dengan karakter para siswa
dan tujuan pembelajaran yang tidak
seragam dan bisa berubah-ubah. artinya,
pada saat yang sama tidak ada satu
metode
pun
yang
sempurna,
sebagaimana halnya tidak ada satu
metode pun yang sama sekali tidak bisa
dimanfaatkan dalam pembelajaran, 2)
metode langsung digunakan dengan
beberapa
alasan,
di
antaranya
diantaranya: a) karena proses belajar
mengajar
bahasa
asing
(bahasa
indonesia) sama dengan belajar bahasa
ibu atau bahasa pertama; b) agar siswa
bisa mempelajari cara berkomunikasi
dalam bahasa sasaran, seperti menguasai
pelafalan bahasa indonesia dengan baik,
mengetahui lebih banyak kosakata dan
pemakaiannya dalam kalimat, serta siswa
juga
memiliki
keberanian
dalam
berkomunikasi karena sejak awal telah
dilatih untuk berpikir dalam bahasa target,
3) guru menggunakan metode membaca
dengan alasan karena a) agar siswa
mempunyai kemampuan membaca; b)
metode ini digunakan untuk memahami isi
bacaan dan siswa akan mengenal
kosakata-kosakata baru serta bisa
menikmati apa yang mereka baca, 4)
metode
tata
bahasa
terjemahan
digunakan oleh guru karena a) siswa
mampu menerjemahkan isi bacaan yang
dipelajarinya dan memahami isi bacaan
secara detail; b) siswa menguasai banyak
kaidah-kaidah tata bahasa pada tata
bahasa indonesia; c) metode ini
memperkuat kemampuan siswa dalam
mengingat kosakata serta maknanya dan
menghafal materi yang dipelajarinya, 5)
metode suggestopedia digunakan dengan
beberapa pertimbangan, di antaranya: 1)
untuk
menciptakan
suasana
menyenangkan karena guru menyadari
bahwa ia sedang mengajar anak-anak
dan pembelajaran berlangsung pada
siang hari. oleh karena itu, guru ingin
menciptakan
pembelajaran
dalam
suasana santai agar siswa tidak bosan
belajar dan
tetap antusias untuk
mengikuti pelajaran; 2) para siswa bisa
memupuk perasaan kerjasama yang kuat
karena mereka saling tolong menolong
dalam menyerap semua pelajaran yang
diterima.
Ada beberapa hal yang dapat
peneliti sarankan yaitu 1) berdasarkan
perencanaan pembelajaran diharapkan
lebih
memperhatikan
komponenkomponen pembelajaran yang harus
dimuat dalam RPP dan lebih menekankan
perencanaan pembelajaran BIPA di
e-Journal Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha
Volume : Vol: 5 No: 3 Tahun:2016
semua jenjang kelas tersebut agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.; 2) berdasarkan pelaksanaan
pembelajaran BIPA, guru disarankan lebih
meningkatakan keterampilannya dalam
mengajarkan bahasa Indonesia bagi
penutur asing. Dengan kata lain, guru
diharapkan terus berusaha menciptakan
berbagai metode, media, dan strategi
pembelajaran
untuk
meningkatkan
motivasi
siswa
dan
mencapai
keberhasilan dalam proses pembelajaran;
3) guru disarankan lebih kreatif dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran
BIPA
dan
sebaiknya
mengadakan
evaluasi pembelajaran sesuai dengan
indikator pembelajaran yang harus dicapai
4) kepada pihak lembaga Sekolah Cinta
Bahasa diharapkan bisa menambah
sarana dan prasarana yang lebih
menunjang pelaksanaan pembelajaran,
misalnya, buku pelajaran yang dijadikan
pegangan siswa dan media-media (alat
peraga) pembelajaran.; 5) peneliti lain
disarankan untuk melakukan penelitian
yang sejenis terkait dengan pembelajaran
BIPA.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Rifca Farih.2012. “Pembelajaran
Bahasa Indonesia Bagi Penutur
Asing (BIPA) Program
CLS
(Critical Language Scholarship) di
Fakultas
Sastra
Universitas
Negeri Malang Tahun 2012”. ejournal. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan. 2010.
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Daryanto. 2005. Evaluasi
Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fachrurrozi, Aziz dan Erta, Mahyuddin.
2010. Pembelajaran Bahasa
Asing. Jakarta: Bania Publishing.
Masnur, Muslich.2008. Pembelajaran
Bahasa
Kompetensi
dan
Kontekstual.
Jakarta:
Bumi
Aksara.
Rohayani, Novia Siti.2013. “Penggunaan
Kartu Data Pada Pembelajaran
Kosakata
Berafiks
Dalam
Keterampilan
Menulis
BIPA
Tingkat
Dasar
di
Jurusan
Pendidikan
Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Pendidikan
Indonesia”.
e-journal.Jakarta:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sastra, Gusdi. 2012. “Pembelajaran BIPA
di Universitas Humburg, Jerman”.
e-journal.Padang:
Universitas
Andalas.
Sumiati dan Asra, M. 2009. Metode
Pembelajaran.
Bandung:
CV
Wacana Prima.
Suyitno, Imam. 2007. Pengembangan
Bahan Ajar Bahasa Indonesia
untuk Penutur Asing (BIPA). Jurnal
Sumber Belajar. Kajian Teori dan
Aplikasi. 5 Juli 2016.
Wojowasito, S. 1976. Perkembangan Ilmu
Bahasa (Linguistik) Abad 20.
Bandung: Shinta Dharma.
Zulkifli.
Tinjauan
Strategis
Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bagi Penutur Asing. Lampung:
FKIP Unlam.