Etika Profesi Information Specialist dan

TUGAS KELOMPOK (REVISI)
MAKALAH
“Etika Profesi Information Specialist dan UU Informasi dan Transaksi Elektronik”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Profesi dan Aspek
Hukum Informasi
Dosen:
Dr.Dra.Hj.Ninis Agustini Damayani, M.Lib
Di susun oleh:
Tiara Desyanti Raharja

210210120056

Nilawati Dewi Asmawi Putri

210210120061

Risa Aprilia Wahyudi

210210120071

DEPARTEMEN ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
A.

Pengertian Etika..............................................................................................................1

B.

Kode Etik Profesi............................................................................................................1

C.

Undang-Undang Informasi & Transaksi Elektronik (UU ITE)......................................2


ITE sebagai payung hukum........................................................................................................4
Dunia maya VS UU ITE...........................................................................................................4
3 Pasal yang membahayakan Blogger........................................................................................6
UU ITE di nilai mengandung Pasal Karet..................................................................................7
D.

Profesi Information Specialist.........................................................................................7

E. Kasus Pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik........................9
1. Kasus Prita Mulyasari Vs R.S Omni Internasional................................................................9
2. Kasus Penghinaan Yogyakarta.............................................................................................10
3. Kasus Penghinaan Bandung.................................................................................................12
F.

Hubungan Ahli Informasi dengan Kasus Pelanggaran UU ITE.......................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

“Etika Profesi Information Specialist dan UU Informasi dan Transaksi Elektronik”
A. Pengertian Etika

Etika adalah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai
atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika
dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.
Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak
jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk
mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. 1
B. Kode Etik Profesi
Kode etik sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk
mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuanketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu.
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan
nilai-nilai bersama. Mereka yang membentuk suatu profesi disatukan juga karena latar
belakang pendidikan yang sama dan bersama-sama memiliki keahlian yang tertutup bagi
orang lain. Dengan demikian profesi menjadi suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan
tersendiri dan karena itu mempunyai tanggung jawab khusus. Bagi klien yang
mempergunakan jasa profesi tertentu keadaan seperti itu dapat mengakibatkan kecurigaan
jangan-jangan ia dipermainkan. Kode etik dapat mengimbangi segi negatif profesi ini.
Dengan adanya kode etik kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat diperkuat, karena
setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin. Kode etik ibarat
kompas yang menunjukkan arah terjamin. Kode etik ibarat kompas yang menunjukkan arah

moral profesi itu di mata masyarakat.
Supaya dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa
kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif, kalau di drop begitu
saja dari atas- dari instansi pemerintah atau instansi lain-, karena tidak akan dijiwai oleh citacita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Supaya bisa berfungsi
dengan baik, kode etik harus menjadi hasil self-regulation (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih yang niatnya

1

http://id.wikipedia.org/wiki/Etika

1

untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal itu tidak bisa dipaksakan
dari luar.
Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik berhasil dengan baik adalah bahwa
pelaksanaanya diawasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksisanksi yang dikenakan pada pelanggar kode. Kasus-kasus pelanggaran akan dinilai dan
ditindak oleh suatu “dewan kehormatan” atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena
tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, sering kali kode etik berisikan
juga ketentuan bahwa professional berkewajiban melapor, bila ketahuan teman sejawat

melanggar kode etik.
C. Undang-Undang Informasi & Transaksi Elektronik (UU ITE)
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah ketentuan yang berlaku
untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum
Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah
hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.
Secara umum, materi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE)
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu pengaturan mengenai informasi dan transaksi
elektronik dan pengaturan mengenai perbuatan yang dilarang. Pengaturan mengenai
informasi dan transaksi elektronik mengacu pada beberapa instrumen internasional, seperti
UNCITRAL Model Law on eCommerce dan UNCITRAL Model Law on eSignature. Bagian
ini dimaksudkan untuk mengakomodir kebutuhan para pelaku bisnis di internet dan
masyarakat umumnya guna mendapatkan kepastian hukum dalam melakukan transaksi
elektronik. Beberapa materi yang diatur, antara lain: 1. pengakuan informasi/dokumen
elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah (Pasal 5 & Pasal 6 UU ITE); 2. tanda tangan
elektronik (Pasal 11 & Pasal 12 UU ITE); 3. penyelenggaraan sertifikasi elektronik
(certification authority, Pasal 13 & Pasal 14 UU ITE); dan 4. penyelenggaraan sistem
elektronik (Pasal 15 & Pasal 16 UU ITE);
Beberapa materi perbuatan yang dilarang (cybercrimes) yang diatur dalam UU ITE,
antara lain: 1. konten ilegal, yang terdiri dari, antara lain: kesusilaan, perjudian,

penghinaan/pencemaran nama baik, pengancaman dan pemerasan (Pasal 27, Pasal 28, dan
Pasal 29 UU ITE); 2. akses ilegal (Pasal 30); 3. intersepsi ilegal (Pasal 31); 4. gangguan
terhadap data (data interference, Pasal 32 UU ITE); 5. gangguan terhadap sistem (system
2

interference, Pasal 33 UU ITE); 6. penyalahgunaan alat dan perangkat (misuse of device,
Pasal 34 UU ITE);
Penyusunan materi UU ITE tidak terlepas dari dua naskah akademis yang disusun
oleh dua institusi pendidikan yakni Unpad dan UI. Tim Unpad ditunjuk oleh Departemen
Komunikasi dan Informasi sedangkan Tim UI oleh Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Pada penyusunannya, Tim Unpad bekerjasama dengan para pakar di ITB yang
kemudian menamai naskah akademisnya dengan RUU Pemanfaatan Teknologi Informasi
(RUU PTI). Sedangkan tim UI menamai naskah akademisnya dengan RUU Informasi
Elektronik dan Transaksi Elektronik.
Kedua naskah akademis tersebut pada akhirnya digabung dan disesuaikan kembali oleh tim
yang dipimpin Prof. Ahmad M Ramli SH (atas nama pemerintah Susilo Bambang
Yudhoyono), sehingga namanya menjadi Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagaimana disahkan oleh DPR. 2
Secara garis besar UU ITE mengatur hal-hal sebagai berikut :
* Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan

konvensional (tinta basah dan bermaterai). Sesuai dengan e-ASEAN Framework Guidelines
(pengakuan tanda tangan digital lintas batas).
* Alat bukti elektronik diakui seperti alat bukti lainnya yang diatur dalam KUHP.
* UU ITE berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum, baik yang berada di
wilayah Indonesia maupun di luar Indonesia yang memiliki akibat hukum di Indonesia.
* Pengaturan Nama domain dan Hak Kekayaan Intelektual.
* Perbuatan yang dilarang (cybercrime) dijelaskan pada Bab VII (pasal 27-37):
o Pasal 27 (Asusila, Perjudian, Penghinaan, Pemerasan)
o Pasal 28 (Berita Bohong dan Menyesatkan, Berita Kebencian dan Permusuhan)
o Pasal 29 (Ancaman Kekerasan dan Menakut-nakuti)
o Pasal 30 (Akses Komputer Pihak Lain Tanpa Izin, Cracking)
o Pasal 31 (Penyadapan, Perubahan, Penghilangan Informasi)
o Pasal 32 (Pemindahan, Perusakan dan Membuka Informasi Rahasia)o Pasal 33 (Virus?,
Membuat Sistem Tidak Bekerja (DOS?))
o Pasal 35 (Menjadikan Seolah Dokumen Otentik (phising?))

2

http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik
3


ITE sebagai payung hukum
Hampir semua aktivitas cyber crime membutuhkan aktivitas lainnya untuk melancarkan
aktivitas yang dituju. Karena itu UU ITE harus mampu mencakupi semua peraturan terhadap
aktivitas-aktivitas

cybercrime

….

cybercrime,dan

seharusnya

masyarakat

dapat

diperkenalkan lebih lanjut lagi mengenai UUD ITE supaya masyarakat tidak rancu lagi
mengenai tata tertib mengenai cyberlaw ini dan membantu mengurangi kegiatan cybercrime

di indonesia.
Isi UU ITE yang Membahayakan Kebebasan Pendapat Pengguna Online. Pasal dalam
Undang-undang ITE Pada awalnya kebutuhan akan Cyber Law di Indonesia berangkat dari
mulai banyaknya transaksi-transaksi perdagangan yang terjadi lewat dunia maya. Dan dalam
perkembangannya, UU ITE yang rancangannya sudah masuk dalam agenda DPR sejak
hampir sepuluh tahun yang lalu, terus mengalami penambahan disana-sini, termasuk
perlindungan dari serangan hacker, pelarangan penayangan content
Yang jelas, dengan adanya UU ITE ini, sudah ada payung hukum di dunia maya. Maka kalau
Anda bergerak di bisnis ini, pelajari baik-baik isinya. Secara umum dijelaskan dalam Undang
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),3

Dunia maya VS UU ITE
Dunia Maya memang tempat yg paling tepat untuk menyampaikan segala macam gagasan
maupun Expresi kita,namun ingatlah kita tidak bisa seenaknya melakukan hal-hal yg di luar
norma dan aturan yg berlaku, apalagi dengan adanya UU ITE yg telah secara sah di
Berlakukan sejak 25 maret 2008, para penghuni dunia maya seperti kita ini harus lebih
mawas diri dan berlaku sewajarnya saja.
Masalah-masalah yg muncul akibat dunia maya tidaklah sedikit,bahkan sebelum di sahkan
nya UU ITE sudah bermunculan hal-hal tersebut,
contoh


kasus

yang

semula

dianggap

iseng

bisa

menjadi

masalah

UU

ITE


Contoh:
Tidak lama ini ada teman saya sebut saja( X) tidak puas akan fasilitas dan pelayanan di salah
satu cafe yang ada di Surabaya. kemudian X menulis atau membuat status disalah satu
jejaring sossial. akibat tulisannya yang menjelekan cafe dan pemilik cafe merasa keberatan
maka pemilik cafe melaporkannya pada pihak berwajib.
3

http://www.forumkami.com/forum/blogger/14856-inilah-daftar-pasal-uu-ite-anda-harus-

ketahui-supaya-tidak-dipenjara.html
4

Akibat tulisannya itu X dikenakan UU ITE yaitu pencemaran nama baik. untungnya pemilik
cafe mau diajak berdamai dengan syarat X terkena denda dan X harus menulis pernyataan di
jejaring sosial yang isinya meminta maaf dan harus memulihkan nama baik cafe selama 10
hari. Itu adalah contoh pelanggaaran UU ITE yang sudah terjadi baru baru ini.
1. UU ini dianggap dapat membatasi hak kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat dan
bisa menghambar kreativitas dalam ber-internet, terutama pada pasal 27 ayat (1), Pasal 27
ayat (3), Pasal 28 ayat (2), dan Pasal 31 ayat (3). Pasal-pasal tersebut pada dianggap
umumnya memuat aturan-aturan warisan pasal karet (haatzai artikelen), karena bersifat
lentur, subjektif, dan sangat tergantung interpretasi pengguna UU ITE ini. Ancaman pidana
untuk ketiganya pun tak main-main yaitu penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling
banyak 1 milyar rupiah. Tambahan lagi, dalam konteks pidana, ketiga delik ini berkategori
delik formil, jadi tidak perlu dibuktikan akan adanya akibat dianggap sudah sempurna
perbuatan pidananya. Ketentuan delik formil ini, di masa lalu sering digunakan untuk
menjerat pernyataan-pernyataan yang bersifat kritik. Pasal-pasal masih dipermasalahkan oleh
sebagian bloger Indonesia.
2. Belum ada pembahasan detail tentang spamming. Dalam pasal 16 UU ITE mensyaratkan
penggunaan ’sistem elektronik’ yang aman dengan sempurna, namun standar spesifikasi yang
bagaimana yang digunakan ? Apakah mengoperasikan web server yang memiliki celah
keamanan nantinya akan melanggar undang-undang?
3. Masih terbuka munculnya moral hazard memanfaatkan kelemahan pengawasan akibat
euforia demokrasi dan otonomi daerah, seperti yang kadang terjadi pada pelaksanaan K3 dan
AMDAL.
4. Masih sarat dengan muatan standar yang tidak jelas, misalnya standar kesusilaan, definisi
perjudian, interpretasi suatu penghinaan. Siapa yang berhak menilai standarnya ? Ini sejalan
dengan

kontroversi

besar

pada

pembahasan

undang-undang

anti

pornografi.

5. Ada masalah yurisdiksi hukum yang belum sempurna. Ada suatu pengaandaian dimana
seorang WNI membuat suatu software kusus pornografi di luar negeri akan dapat bebas dari
tuntutan hukum.4

4

http://makhdor.blogspot.com/2009/01/uu-ite-antara-peluang-dan-kontroversi_26.html

5

3 Pasal yang membahayakan Blogger
Berikut ini, ada beberapa pasal yang mungkin harus Anda cermati dan perhatikan supaya
terhindar dari jerat UU ITE. Juga supaya Anda aman saat berselancar, menulis, posting atau
melakukan hal-hal tertentu di dunia maya.
Terdapat sekitar 11 pasal yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam
UU ITE, yang mencakup hampir 22 jenis perbuatan yang dilarang. Dari 11 Pasal tersebut ada
3 pasal yang dicurigai akan membahayakan blogger atau peselancar internet tanpa disadari.
Pasal 27 ayat (1)
”Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.”
Pasal 27 ayat (3)
”Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. ”
Pasal 28 ayat (2)
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).”
Atas pelanggaran pasal-pasal tersebut, UU ITE memberikan sanksi yang cukup berat
sebagaimana di atur dalam Pasal 45 ayat (1) dan (2).
Pasal 45 ayat (1)
“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat
(2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 45 ayat (2)
“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”5

5

http://www.forumkami.com/forum/blogger/14856-inilah-daftar-pasal-uu-ite-anda-harus-

ketahui-supaya-tidak-dipenjara.html
6

UU ITE di nilai mengandung Pasal Karet
Pasal-pasal yang dinilai mengandung pasal karet oleh pemohon uji materiil, Iwan Piliang,
adalah Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 45 ayat (1) UU Informasi dan Transaksi Elektronik.
"Pasal-pasal itu malah menciptakan ketidakpastian hukum," kata Wasis Susetio selaku kuasa
hukum Iwan, dalam sidang panel pengujian undang-undang itu di gedung Mahkamah
Konstitusi, Selasa 6 Januari 2009.
Pasal tersebut mengatur sanksi hingga enam tahun penjara dan denda Rp 1 miliar untuk
dugaan penghinaan dan pencemaran nama baik. Hukuman itu jauh lebih berat dibandingkan
dengan tindak pidana yang sama namun diatur dalam Pasal 30 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana.
Selain itu, Wasis juga berpendapat bahwa dunia maya merupakan wilayah publik sehingga
setiap orang berhak menyebarkan informasi.6
Dari kutipan diatas itu membuktikan tidak seragamnya atau tidak sesuai UU ITE dengan
UU tindak pidana. seharusnya UU ITE dan UU pidana saling terkait satu dengan yang lain
karena jika itu berbeda maka akan menimbulkan ketidak setimpangan hukum dan semakin
merumitkan para penegak hukum.
D. Profesi Information Specialist
Information specialist
The term "information specialist"is often specified, for example as or "business information
specialist", c"hemical information specialist"or "health information specialist".
Hjørland (2002) defined the special competency of information specialists is related to the
concept domain analysis. Information science grew out of special librarianship and
documentation and implicit in its tradition has been a focus on subject knowledge. Eleven
specific approaches to domain analysis define together the specific competencies of
information specialists:
(1) Producing and evaluating literature guides and subject gateways,
(2) Producing and evaluating special classifications and thesauri,
(3) Research on and competencies in indexing and retrieving information in specialties,
6

http://teknologi.vivanews.com/news/read/19818-

uu_ite_dinilai_mengandung_pasal_karet_1
7

(4) Knowledge about empirical user studies in subject areas,
(5) Producing and interpreting bibliometric studies,
(6) Historical studies of information structures and services in domains,
(7) Studies of documents and genres in knowledge domains,
(8) Epistemological and critical studies of different paradigms, assumptions and interests
in domains.
(9) Knowledge about terminological studies, LSP (languages for special purposes)
and discourse analysis in knowledge fields,
(10) Knowledge about and studies of structures and institutions in scientific
and professional communication in a domain.
(11) Knowledge about methods and results from domain analytic studies about
professional cognition, knowledge representation in computer science and artificial
intelligence. 7
Dari pernyataan diatas diperoleh bahwa ahli informasi berdasarkan ilmu informasi
dan perpustakaan , melaksanakan kegiatan:
(1) Memproduksi dan mengevaluasi panduan literatur dan gateway subjek,
(2) Memproduksi dan mengevaluasi klasifikasi khusus dan tesaurus,
(3) Penelitian dan kompetensi dalam indeks dan mengambil informasi di spesialisasi,
(4) Pengetahuan tentang studi pengguna empiris dalam bidang studi,
(5) Memproduksi dan menafsirkan studi bibliometrik,
(6) Studi Sejarah struktur informasi dan layanan di domain,
(7) Studi dokumen dan genre dalam domain pengetahuan,
(8) epistemologis dan studi kritis paradigma yang berbeda, asumsi dan kepentingan dalam
domain.
(9) Pengetahuan tentang studi terminologis, LSP (bahasa untuk tujuan khusus) dan analisis
wacana dalam bidang pengetahuan,
(10) Pengetahuan tentang dan studi struktur dan lembaga-lembaga di ilmiah dan komunikasi
profesional dalam domain.
(11) Pengetahuan tentang metode dan hasil dari studi domain analisis tentang kognisi
profesional, representasi pengetahuan dalam ilmu komputer dan kecerdasan buatan.

7

http://www.iva.dk/bh/Core%20Concepts%20in%20LIS/articles%20az/

information_specialist.htm
8

E. Kasus Pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

1. Kasus Prita Mulyasari Vs R.S Omni Internasional
Seperti yang kita ketahui, kasus Prita Mulyasari merupakan kasus pelanggaran terhadap UU
ITE yang mengemparkan Indonesia. Nyaris berbulan-bulan kasus ini mendapat sorotan
masyarakat lewat media elektronik, media cetak dan jaringan sosial seperti facebook dan
twitter. Prita Mulyasari adalah seorang ibu rumah tangga, mantan pasien Rumah Sakit Omni
Internasional Alam Sutra Tangerang. Saat dirawat di Rumah Sakit tersebut Prita tidak
mendapat kesembuhan namun penyakitnya malah bertambah parah. Pihak rumah sakit tidak
memberikan keterangan yang pasti mengenai penyakit Prita, serta pihak Rumah Sakitpun
tidak memberikan rekam medis yang diperlukan oleh Prita. Kemudian Prita Mulyasari
mengeluhkan pelayanan rumah sakit tersebut melalui surat elektronik yang kemudian
menyebar ke berbagai mailing list di dunia maya. Akibatnya, pihak Rumah Sakit Omni
Internasional marah, dan merasa dicemarkan. Lalu RS Omni International mengadukan Prita
Mulyasari secara pidana. Sebelumnya Prita Mulyasari sudah diputus bersalah dalam
pengadilan perdata. Dan waktu itupun Prita sempat ditahan di Lembaga Pemasyarakatan
Wanita Tangerang sejak 13 Mei 2009 karena dijerat pasal pencemaran nama baik dengan
menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Kasus ini
kemudian banyak menyedot perhatian publik yang berimbas
dengan munculnya gerakan solidaritas “Koin Kepedulian untuk Prita”. Pada tanggal 29
Desember 2009, Ibu Prita Mulyasari divonis Bebas oleh Pengadilan Negeri Tangerang.
Contoh kasus di atas merupakan contoh kasus mengenai pelanggaran Undang-Undang
Nomor 1”1 pasal 27 ayat 3 tahun 2008 tentang UU ITE. Dalam pasal tersebut tertuliskan
bahwa: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/ atau
mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan /atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/ atau pencemaran nama
baik. “
Sejak awal Dewan Pers sudah menolak keras dan meminta pemerintah dan DPR untuk
meninjau kembali keberadaan isi dari beberapa pasal yang terdapat dalam UU ITE tersebut.
Karena Undang-undang tersebut sangat berbahaya dan telah membatasi kebebasan
berekspresi (mengeluarkan pendapat) seseorang. Selain itu beberapa aliansi menilai : bahwa
rumusan pasal tersebut sangatlah lentur dan bersifat keranjang sampah dan multi intrepretasi.
Rumusan tersebut tidak hanya menjangkau pembuat muatan tetapi juga penyebar dan para
moderator milis, maupun individu yang melakukan forward ke alamat tertentu. Oleh karena
9

itu dengan adanya hukum tertulis yang telah mengatur kita hendaknya kita selalu berhati-hati
dalam berkomunikasi menggunakan media. Menurut saya dengan adanya kasus yang telah
menimpa Prita menjadi tersangka atas pencemaran nama baik/ dan mendapat sanksi ancaman
penjara selama 6 tahun dan denda sebesar Rp. 1 M, kita harus lebih berhati-hati dalam
menghadapi perkembangan Teknologi di era globaliosasi ini. Hendaknya kita dapat
mengontrol diri kita sendiri jika akan menulis di sebuah akun. Kasus Prita ini seharusnya kita
jadikan pelajaran untuk melakukan intropeksi diri guna memperbaiki sistem hukum dan
Undang-undang yang banyak menimbulkan perdebatan dan pertentangan. Selain itu
seharusnya pihak membuat undang-undang hendaknya lebih jelas dan lebih teliti dalam
memberikan sanksi sesuai dengan aturan dalam UU yang berlaku. Hukum yang telah ada
memang kadang kurang bisa terima dengan baik dan menimbulkan perdebatan di berbagai
kalangan. Bayangkan saja ketika kasus tersebut menimpa rakyat miskin. Sedangkan jika
dibandingkan dengan kasus korupsi yang terjadi di Negara kita, hal itu kurang sepadan dan
seolah hukum menjadi kurang adil untuk kita.8

2. Kasus Penghinaan Yogyakarta

VIVAnews - Florence Sihombing, mahasiswa S2 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang
mengungkapkan kekesalan di situs pertemanan Path, ditahan Kepolisian Daerah DI
Yogyakarta, Sabtu, 30 Agustus 2014. Perempuan 26 tahun itu ditetapkan sebagai tersangka
setelah diperiksa Reserse Kriminal Khusus.
8

Rusdiana, Akhla,

https://www.academia.edu/9406065/CONTOH_KASUS_PELANGGARAN_UU_ITE
10

Apa sesungguhnya yang telah dilakukan perempuan yang disapa Flo itu sampai berurusan
dengan polisi?
Kamis, 28 Agustus 2014
Flo mengantre membeli bensin di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
Lempuyangan. Saat itu, ia yang mengunakan sepeda motor Honda Scoopy, hendak membeli
Pertamax, menyelonong memotong antrean sampai ditegur anggota TNI yang berjaga. Ia
marah namun tetap tidak boleh memotong antrean.
Kecewa dengan kejadian itu, sekeluar dari SPBU, Flo menumpahkan kekesalannya di akun
situs pertemanan Path. Salah satu ungkapan kekesalannya: "Jogja miskin, tolol, miskin dan
tak berbudaya. Teman-teman Jakarta, Bandung, jangan mau tinggal di jogja”, dinilai
menjelekkan dan menghina warga Yogyakarta.
Status itu kemudian disebar di media jejaring sosial dan mendapat reaksi negatif. Flo dicerca.
Jumat, 29 Agustus 2014
Flo meminta maaf kepada masyarakat dan Raja Keraton Sri Sultan Hamengkubuwono X. Ia
mengaku tidak memiliki maksud menghina atau mencemarkan nama baik Yogyakarta. Tapi,
Flo tidak meminta maaf secara langsung dan terbuka, melainkan melalui pernyataan tertulis
yang dibacakan pengacaranya, Wibowo Malik.
Menurut Wibowo, Flo saat itu sedang depresi karena merasa diteror setelah membuat status
yang dianggap menghina Yogyakarta. Statusnya menyebar cepat sehingga mengundang
cercaan publik.
Di hari yang sama, elemen masyarakat Yogyakarta melaporkan Flo ke Polda DI Yogyakarta.
Mereka, di antaranya, Granat DIY, Komunitas RO Yogyakarta, Foklar DIY-Jateng, Gerakan
Cinta Indonesia, Pramuka DIY, dan berbagai kelompok masyarakat lain.
Mahendra, Advokat Muda Yogyakarta, mengatakan status Flo di Path berbuntut panjang
karena, selain melukai masyarakat, tindakan itu juga melanggar hukum pidana. “Kami
menempuh jalur hukum dan melaporkan penghinaan ini pada pihak berwajib,” katanya.
Sabtu, 30 Agustus 2014
Penyidik Reserse Kriminal Khusus Polda DI Yogyakarta memeriksa Flo. Segera setelah
disidik, status Flo yang semula terlapor ditingkatkan menjadi Tersangka, dan saat itu juga
ditahan.
Menurut Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda DI Yogyakarta, Komisaris Besar Polisi
Kokot Indarto, penahanan tersangka Flo karena selama pemeriksaan cenderung tidak

11

kooperatif dan tidak ada itikad baik. Bahkan, Tersangka tidak mau menandatangani Berita
Acara Pemeriksaan (BAP). "Kami tahan untuk 20 hari ke depan.”
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda DI Yogyakarta, AKBP Any Pudjiastuti,
mengatakan bahwa penahanan dapat dilakukan oleh Penyidik setelah melakukan pemeriksaan
selama 1x24 jam.
Pengacara Flo, Wibowo Malik, mengatakan bahwa dia mendampingi Terlapor untuk
memenuhi panggilan Penyidik siang tadi. Setelah dilakukan pemeriksaan, Penyidik
mengeluarkan surat penahanan. “Ditahan, tapi ini tidak resmi, dan kami menolaknya,"
katanya. (ita)9

3. Kasus Penghinaan Bandung

BANDUNG, KOMPAS.com - Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, tidak keberatan dikritik
melalui media sosial. Menurut pria yang akrab disapa Emil ini, hinaan dan makian tentang
Kota Bandung sudah biasa.
"Hina-menghina dan memaki Bandung sebenarnya biasa saja dan sudah sering," kata Emil di
Bandung, Sabtu (6/9/2014).
Selain itu, Emil pun mengaku tidak akan sakit hati jika mendapat kritik pedas terkait
program-programnya dalam menjalankan roda pemerintahan Kota Bandung asalkan sopan.
Namun, jika hinaan secara terbuka melalui media sosial sudah menyinggung masalah pribadi,
9

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/533619-kronologi-kasus-hinaan-florence-hingga-

berujung-bui
12

dia mengaku tidak akan tinggal diam seperti yang dilakukan pemilik aku twitter @kemalsept
belakangan ini.
Emil mengakui dia kesal. "Tentunya kesal ada. Saya orangnya fair kalau dikritik program
kerja hayu-hayu aja, sehingga kerjanya bisa diperbaiki. Kalau menyerang pribadi pun saya
tidak akan pikirin. Tapi, kalau sudah terbuka dan kasar masa saya tidak bisa diam saja,"
akunya.
Diberitakan sebelumnya, Setelah kasus penghinaan terhadap warga Yogyakarta yang
dilakukan mahasiswi S-2 Universitas Gadjah Mada, Florence Sihombing, mencuat melalui
akun jejaring sosial Path, kali ini giliran akun Twitter milik Kemal Septiandi yang menjadi
sorotan warga Kota Bandung.
Melalui akun Twitter-nya, @kemalsept, dia menghina Kota Bandung dengan sebutan kota
yang penuh dengan pelacur. Tak hanya satu kali, Kemal tercatat melakukan empat kali
kicauan berisi penghinaan terhadap Kota Bandung di akun Twitter-nya.
Selain penghinaan terhadap Kota Bandung, @kemalsept juga menyebut Wali Kota Bandung
Ridwan Kamil dengan kata "kunyuk".
Tulisan tersebut mendapatkan kecaman dari sejumlah warga Kota Bandung yang memiliki
akun Twitter. Seperti yang diungkapkan oleh pemilik akun @hizbulmalik. "Florence ada di
jogja. Bandung ada Kemal Septiandi. Malu maluin almamater kalo bener dari UPI,"
tulisnya.”.10
.
F. Hubungan Ahli Informasi dengan Kasus Pelanggaran UU ITE
Dari beberapa kasus tersebut merupakan contoh mengenai beberapa kasus pelanggaran
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik UU No.11 Tahun 2008 terhadap pasal
27 ayat (3) yang berbunyi : “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/ atau mentransmisikan dan/ atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan /atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik. “
Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa banyaknya pelanggaran terhadap undang-undang
informasi dan transaksi elektronik mengenai pencemaran nama baik. Kasus-kasus
pelanggaran terhadap UU ITE dikarenakan kurangnya pengetahuan dan etika berkomunikasi
di jejaring sosial. melihat beberapa kasus tersebut, sebagai Ahli informasi atau information
10

Putra Prima Perdana,

http://regional.kompas.com/read/2014/09/06/21315101/
Kasus.Kemal.Ridwan.Kamil.Persilakan.Kritik.Asal.Sopan

13

specialist bertanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai UU ITE dan
meliterasikan mengenai UU ITE tersebut, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan dan
dapat beretika ketika berkomunikasi di media sosial.

14

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
.
.Diakses pada tanggal 2 Maret 2015
http://makhdor.blogspot.com/2009/01/uu-ite-antara-peluang-dan-kontroversi_26.html
Anonim.

.

.

Diakses

pada

tanggal

2

Maret

2015

http://www.forumkami.com/forum/blogger/14856-inilah-daftar-pasal-uu-ite-anda-harusketahui-supaya-tidak-dipenjara.html
Darmawan,Indra, Eko Huda S. 2009. UU ITE Dinilai Mengandung Pasal Karet. Diakses pada
tanggal 2 Maret 2015. http://teknologi.vivanews.com/news/read/19818uu_ite_dinilai_mengandung_pasal_karet_1
Hidayat, Arief, Daru Waskita.2014. Kronologi Kasus Hinaan Florence Hingga Berujung
Bui.diakses pada tanggal 2 Maret 2015
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/533619-kronologi-kasus-hinaan-florencehingga-berujung-bui
Hjørland, Birger .2006.Information Specialist.diaskes pada tanggal 2 Maret 2015.
http://www.iva.dk/bh/Core%20Concepts%20in%20LIS/articles%20a-z/information_spec
ialist.htm
Perdana, Putra Prima.2014. Kasus Kemal, Ridwan Kamil Persilakan Kritik Asal Sopan.
diakses pada tanggal 2 Maret 2015
http://regional.kompas.com/read/2014/09/06/21315101/Kasus.Kemal.Ridwan.Kamil.Per
silakan.Kritik.Asal.Sopan.
Rusdiana, Akhla.2015.Contoh Kasus Pelanggaran UU ITE.diakses pada tanggal 2 Maret
2015.https://www.academia.edu/9406065/CONTOH_KASUS_PELANGGARAN_UU_IT
E
Utuh.2009. Polemik Dan Kontroversi UU-ITE.diakses pada tanggal 2 Maret 2015
http://www.binushacker.net/-dan-kontroversi-uu-ite.html
Wikipedia.2014.Etika. diakses pada tanggal 2 Maret 2015. http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
Wikipedia.2014.Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. diakses pada tanggal 2
Maret

2015.

http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-

undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik

15