Pengertian dan dalil MENCURI dan MERAMPO

Pengertian dan dalil MENCURI dan MERAMPOK
Pengertian Mencuri
Mencuri adalah mengambil harta milik orang lain dengan tidak hak untuk dimilikinya tanpa
sepengetahuan pemilikinya. Mencuri hukumnya adalah haram. Di dalam hadist dikatakan
bahwa mencuri merupakan tanda hilangnya iman seseorang.
“Tidaklah beriman seorang pezina ketika ia sedang berzina. Tidaklah beriman seorang
peminum khamar ketika ia sedang meminum khamar. Tidaklah beriman seorang pencuri
ketika ia sedang mencuri”. (H.R al-Bukhari dari Abu Hurairah : 2295)
Syarat dan Ketentuan
Suatu perkara dapat ditetapkan sebagai pencurian apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Orang yang mencuri adalah mukalaf, yaitu sudah baligh dan berakal
2. Pencurian itu dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi
3. Orang yang mencuri sama sekali tidak mempunyai andil memiliki terhadap barang yang
dicuri
4. Barang yang dicuri adalah benar-benar milik orang lain
5. Barang yang dicuri mencapai jumlah nisab
6. Barang yang dicuri berada di tempat penyimpanan atau di tempat yang layak.
Dampak Mencuri
Dampak mencuri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Bagi Pelakunya
a. Mengalami kegelisahan batin, pelaku pencurian akan selaludikejar-kejar rasa bersalah dan

takut jika perbuatanya terbongkar
b. Mendapat hukuman, apabila tertangkap, seorang pencuri akan mendapatkan hukuman
sesuai undang-undang yang berlaku
c. Mencemarkan nama baik, seseorang yang telah terbukti mencuri nama baiknya akan
tercemar di mata masyarakat
d. Merusak keimanan, seseorang yang mencuri berarti telah rusak imanya. Jika ia mati
sebelum bertobat maka ia akan mendapat azab yang pedih.
2. Bagi Korban & Masyarakat
a. Menimbulkan kerugian dan kekecewaan, peristiwa pencurian akan sangat merugikan dan
menimbulkan kekecewaan bagi korbanya
b. Menimbulkan ketakutan, peristiwa pencurian menimbulkan rasa takut bagi korban dan
masyarakat karena mereka merasa harta bendanya terancam
c. Munculnya hukum rimba, perbuatan pencurian merupakan perbuatan yang mengabaikan
nilai-nilai hukum. Apabila terus berlanjut akan memunculkan hukum rimba dimana yang kuat
akan memangsa yang lemah.
Hukuman Bagi Pencuri
Mencuri adalah dosa besar dan orang yang yang mencuri wajib dihukum, yaitu:
a. Mencuri yang pertama kali, maka dipotong tangan kanannya
b. Mencuri kedua kalinya, dipotong kaki kirinya.
c. Mencuri yang ketiga kalinya, dipotong tangan kirinya.

d. Mencuri yang ke empat kalinya, dipotong kaki kanannya
e. Kalau masih mencuri, maka ia dipenjara sampai tobat
Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( Qs. Al-Maidah : 38 )
Artinya : Kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu
dia dikejar oleh semburan api yang terang. ( Qs. Al-Hijr : 18 )
Syarat hukum potong tangan
1. Pencuri tersebut; sudah baligh, berakal, san melakukan pencurian degan kehendaknya
bukan paksaan
2. Barang yang dicuri sampai nisab (+ 93,6 gram emas), dan barang itu bukan milik si
pencuri
Hukuman Bagi Perampok
1. Bagi perampok yang membunuh orang yang dirampoknya dan mengambil hartanya.
Dalam hal ini hukumnya wajib di bunuh; sesudah dibunuh, kemudian disalibkan (dijemur)
2. Bagi perampok yang mebunuh orang yang dirampoknya, tetapi hartanya tidak diambil.
Hukumnya hanya dibunuh saja.
3. Bagi perampok yang hanya mengambil harta bendanya saja, sedang orang orang yang
dirampoknya tidak dibunuh, dan harta yang diambil sampai nisab, maka perampok trsebut

mendapat hukuman potong tangan kanan dan kaki kirinya.
4. Bagi perampok yang hanya menakut-nakuti saja, tidak membunuh dan tidak mengambil
harta benda. Hukumannya adalah penjara atau hukuman lainnya yang dapat membuat jera,
agar ia tidak mengulanginya.
Artinya : Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk
mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri,
tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang
mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam
urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada
Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( Qs. AlMumtahanah : 12 )
Artinya : Mereka berkata: "Jika ia mencuri, maka sesungguhnya, telah pernah mencuri pula
saudaranya sebelum itu." Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan
tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya): "Kamu lebih buruk
kedudukanmu (sifat-sifatmu) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu."
( QS. Yusuf : 77 )
Artinya : Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau
dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia,
dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar, ( QS. Al-Maidah : 33 )
Maksudnya Ialah: memotong tangan kanan dan kaki kiri; dan kalau melakukan lagi Maka

dipotong tangan kiri dan kaki kanan.
Artinya : kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai
(menangkap) mereka; Maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. ( QS. Al Maidah ayat 34 )

Pengertian Membunuh
Pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan atau beberapa orang
yang mengakibatkan seseorang dan/atau beberapa orang meninggal dunia.Para ulama
mendefinisikan pembunuhan dengan suatu perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya
nyawa.Hukuman bagi orang yang membunuh orang islam dengan sengaja,sebagaimana
dijelaskan dalam AL-Quran:”Dan barang siapa yang membunuh orabg mukmin dengan
sengaja,maka balasannya ialah jahanam,kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya
dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya”{QS.An-Nisa:93}
Membunuh orang adalah dosa besar selain ingkar,karena kejinya perbuatan itu juga untuk
menjaga keselamatan dan ketentraman umum,Allah yang Maha Adil dan Maha Mengetahui
memberikan balasan yang layakdengan kesalahan yang besar itu,yaitu hukuman
berat di dunia atau di masukkan ke dalam neraka di akhirat nanti.
Bagi yang membunuh tergantung tiga macam hak:
a)


Hak Allah

b)

Hak Ahli Waris

c)

Hak Yang Dibunuh

Apabila ia bertobat dan menyerahkan diri kepada ahli waris dia
terlepas dari hak Allah dan hak ahli waris,baik mereka melakukan qisos atau mereka
mengampuninya,dengan membayar diyatataupun tidak.Sesudah itu tinggal hak
yang dibunuh,nanti akan diganti oleh Allah DI akhirat dengan kebaikan.
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa)
keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu . sungguhsungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”. (QS. al-Maa’idah : 32)

Sungguh sangat menyedihkan dewasa ini, kerap kali ditemukan pembunuhan terhadap
jiwa-jiwa yang tidak berdosa demi kepentingannya sendiri. Sedang dalam Islam ditegaskan
bahwa membunuh jiwa yang tidak berdosa itu sama halnya dengan membunuh semua
manusia, saya tidak bisa membayangkan bagaimana jikalau membunuh seorang muslim yang
tidak berdosa. Dosanya seperti apa? Atau mungkin sama halnya ketika membunuh Malaikat,
atau membunuh manusia suci seperti Nabi.
Dengan mudahnya pertumpahan darah terjadi, permasalahan kecil berujung pada
perpecahan dan pembantaian. Kita saksiskan konflik syi’ah-sunni, yang hingga akhirnya
menelang banyak korban, berapa banyak anak yang cacat, perempuan-perempuan banyak
yang jadi janda dan lain-lain. Hanya sebuah kesalahpahaman di antara mereka sehingga
melupakan aturan agama.

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka
balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. an-Nisa’ : 93)
Jikalau kita menyaksikan pembunuhan atas nama agama Islam tanpa ada alasan benar,
maka itu hanyalah penumpang gelap dalam Islam. Sesungguhnya dia itu bukan umat
Muhammad, bukanlah seorang Muslim. Karena sangat bertentangan dengan ajaran Islam
yang sesungguhnya. Misalnya kasus pemboman Bali, ini bukan sebuah perbuatan membela
agama, justru ini melecehkan agama. Pada kenyataannya korban pemboman tersebut juga

menelan banyak Muslim yang tidak berdosa. Kalau ingin berjihad kenapa tidak membom
tentara Izrael yang begitu jelas membantai umat Islam di Palestina, kenapa hanya menjadi
saksi atas peristiwa yang menimpah saudara-saudara kita di sana. Sedang di Bali itu tidak
memberi pengaruh terhadap agama Islam. Kalau berdalih bahwa di sana banyak yang
melakukan perbuatan dosa, semestinya tidak membunuh, beri peringatan dan pengajaran serta
jangan ikutkan saudara kita menderita. Ini sebuah kekeliruan besar tentang pengamatan dan
pemaknaan jihad yang sebenarnya.
Saya ingin kembali mengingat peristiwa pembunuhan manusia pertama. Kisah tentang
Qabil dan Habil. Semoga peristiwa tersebut bisa menjadi contoh buat manusia saat ini. Di
dalam al-Qur’an telah diceritakan bahwa setelah Qabil membunuh saudaranya Habil, dia
sangat menyesal.
“Karena itu jadilah dia di antara orang-orang yang menyesal.” (QS. al-Maaidah :
31)
Dari peristiwa tersebut mengingatkan bahwa setiap masalah tidak harus diselesaikan
dengan cara pembunuhan. Berapa banyak sadara kita menjadi korban pembunuhan yang
sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang lain. Islam sendiri sangat mengharagai nyawa
seseorang dan harus dipelihara, bukan hanya itu harus dijaga pula. Ini dapat kita lihat
terhadap keringanan yang diberikan pada orang sedang berpuasa boleh berbuka dan tidak
berpuasa ketika berada dalam perjalanan. Tidak hanya itu ketika merasa lapar dan bisa
menyebabkan kematian sedang tidak ada makanan yang haram seperti anjing dan babi. Maka

makanan yang haram tersebut tidak menjadi masalah demi mempertahankan kehidupan atau
menyabung nyawa. Islam sendiri menghimbau kepada kita agar tidak membawa diri sendiri
kepada hal-hal yang dapat membinasakan:
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah:
195)
Mungkin muncul pertanyaan, bagaimana dengan hukuman yang djatuhkan kepada
pelaku pembunuhan yang hukamannya juga harus dibunuh, pelaku zina muhson dan orang
yang murtad?
Penyelesaian masalah dengan cara membunuh adalah solusi terakhir, setelah mencari
berbagai macam solusi ternyata tidak ada selain harus membunuh. Dan membunuh dalam
hukuman yang saya sebutkan di atas mempunyai tujuan pencegahan, agar tidak terjadi lagi.
Dan inipun sangat dipersulit dalam Islam tidak serta-merta kemudian menjatuhkan hukuman.
Misalnya untuk menjatuhkan hukuman pelaku zina, harus ada saksi lima orang dan harus
menyaksikan langsung. Jika tidak memenuhi syarat maka hukuman tidak bisa dijalankan.

Dan hukum qishash terhadap pelaku pembunuh, masih bisa terselamatkan apabilah
keluarga korban mau memaafkan dan pelaku harus mebayar denda sebagaimana yang
ditetapkan dalam hukum Islam. Dan sebenarnya memaafkan itu sendiri lebih dinjurkan.
“Yng demikian itu adalah keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat…” (QS. alBaqarah : 178)
Pengertian Riba

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman
, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah
sisa riba (yang belum dipungut), jika kamu orang yang beriman.” (Q.S. Al-Baqarah: 278)
Orang

Beriman:

Belajar

Dari

Kehidupan

Abraham

Firman Allah yang akan emberikan siksa atau Azab bagi orang-orang yang memakan riba
yaitu :
ْ ِ‫اس ب‬
‫االبَا ِط ِل َواَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل َكفِ ِر ْينَ ِم ْنهُ ْم َع َذابًا َعلِ ْي ًما‬
ِ ّ‫َواَ ْخ ِذ ِه ُم ال ّربَوا َوقَ ْد نُهُوْ ا َع ْنهُ َواَ ْكلِ ِه ْم اَ ْم َوا َل الن‬

Artinya: “Dan disebabkan karena mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.”
(Q.S. An-Nisa: 161)
Firman

Allah

tentang

harta

Riba

yang

tidak

akan


membawa

keberkahan

:

َ‫اس فَ َل يَرْ بُ َوا ِع ْند اِ َو َما اَتَ ْيتُ ْم ِم ْن زَ َكو ٍة تُ ِر ْي ُدوءنَ َوجْ هَ اِ فَأُولئِكَ هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُوْ ن‬
ِ ّ‫َو َما َءاتَ ْيتُم ّم ْن رّ بًا لِيَرْ بُ َوا فِى أَ ْم َوا ِل الن‬
dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia,
Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat
yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian)
Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
Pernyataan Allah yang lain tentang riba yaitu :
ُ ‫يَ ْم َح‬
‫ار اَثِيْم‬
ِ َ‫ق اُ الرّ بَوا َويُرْ بِى الصّدق‬
ٍ ّ‫ت واُ لَي ُِحبّ ُك ّل َكف‬
Artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah SWT tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa. ” (Q.S. AlBaqarah: 276)
Adapaun firman Allah yang menyatakan bahwa Jual beli itu tidak sama dengan riba adalah
‫ك بِأَنّهُ ْم قَالُو اِنّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْثل ال ّربَوا َواَ َح ّل اُ ْالبَ ْي َع‬
َ ِ‫اَلّ ِذ ْينَ يَأْ ُكلُوْ نَ ال ّربَوا َليَقُ ُموْ نَ إِ لل َك َما يَقُوْ ُم الّ ِذيْ يَتَ َخبّطُهُ ال ّش ْيطَنُ ِمنَ ْال َمسّ َذل‬
‫َو َح ّر َم ال ّربَوا‬
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit jiwa (gila). Keadaan

mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba . . . (Q.S. Al-Baqarah: 275)
Beberapa firman Allah SWT tersebut di atas cukup menggetarkan hati kita sebagai seorang
Mukmin, betapa berbahaya akibat yang akan didapat orang-orang yang tidak menghentikan
riba atau bentuk-bentuk kegiatan usaha yang berbau riba. Macam-macam riba tersebut di atas
berdampak buruk terhadap kehidupan pribadi dan sosial. Orang-orang yang tidak mau segera
menghentikan perbuatan riba, seolah-olah ia mengumumkan perang terhadap Allah SWT dan
Rasul-Nya.
Lari dari medan pertempuran
Berharap bertemu musuh merupakan hal terlarang bagi kaum Muslimin, oleh karena itu
hendaklah mereka selalu memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar diselamatkan darinya.
Namun jika kaum Muslimin ditakdirkan bertemu musuh, maka ia wajib bersabar dan tidak
boleh lari dari medan perang. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ّ ‫أَيّهَا النّاسُ َل تَتَ َمنّوْ ا لِقَا َء ْال َعد ُّو َو َسلُوا‬
‫ُوف‬
ِ ‫اَ ْال َعافِيَةَ فَإ ِ َذا لَقِيتُ ُموهُ ْم فَاصْ بِرُوا َوا ْعلَ ُموا أَ ّن ْال َجنّةَ تَحْ تَ ِظ َل ِل ال ّسي‬
Wahai manusia, janganlah kamu mengharapkan bertemu musuh, tetapi mohonlah
keselamatan kepada Allâh. Jika kamu bertemu musuh, maka bersabarlah dan ketahuilah
bahwa sorga itu di bawah naungan pedang. [HR. Bukhari, no. 3024; Muslim, no. 1742]
Dan lari dari medan perang termasuk tujuh dosa yang membinasakan. Sebagaimana
disebutkan di dalam hadits :
ّ ِ‫ك ب‬
ّ ‫ت قَالُوا يَا َرسُو َل‬
ُ ْ‫اِ َو َما ه ُّن قَا َل ال ّشر‬
َ‫ ع َْن أَبِي ه َُري َْرة‬z ‫ ع َْن النّبِ ّي‬n ‫س‬
ِ ‫قَا َل اجْ تَنِبُوا ال ّس ْب َع ْال ُموبِقَا‬
ِ ‫الِ َوالسّحْ ُر َوقَ ْت ُل النّ ْف‬
ّ ‫الّتِي َح ّر َم‬
ّ ‫اُ إِ ّل بِ ْال َح‬
‫ت‬
َ ْ‫ف َوقَ ْذفُ ْال ُمح‬
ِ ‫ت ْالغَافِ َل‬
ِ ‫ت ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
ِ ‫صنَا‬
ِ ْ‫ق َوأَ ْك ُل ال ّربَا َوأَ ْك ُل َما ِل ْاليَتِ ِيم َوالتّ َولّي يَوْ َم ال ّزح‬
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau bersabda: “Jauhilah tujuh
(dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasûlullâh, apakah
itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syirik kepada Allâh; sihir; membunuh
jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan haq; memakan riba; memakan harta anak yatim;
berpaling dari perang yang berkecamuk; menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang
menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. [Hadits Shahih Riwayat alBukhâri, no: 3456; Muslim, no: 2669]
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsamin rahimahullah berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memandangnya (yaitu lari dari medan perang) termasuk dosa-dosa yang
membinasakan karena hal itu akan melemahkan kaum Muslimin dan semakin menguatkan
orang-orang kafir. Orang-orang Mukmin melemah, karena sebagaimana telah diketahui
bersama bahwa jika ada satu orang meninggalkan barisan (perang), hati mereka akan menjadi
kecewa dan itu melemahkan mereka; Sedangkan kekuatan orang-orang kafir bertambah,
karena orang-orang kafir akan mengatakan, ‘Ini adalah awal kekalahan mereka, ayo serang
mereka!’, sehingga orang-orang kafir terus menyerang kaum Muslimin. Oleh karena itu lari
dari medan perang merupakan dosa besar”. [Syarhul Kabâir lil Imam Ibni ‘Utsaimin, hlm.
122, penerbit: Darut Tauqifiyyah lit Turats, Kairo]

ANCAMAN BERAT
Karena begitu besar akibat yang akan ditimbulkan oleh sikap lari dari medan perang, maka
Allâh Azza wa Jalla memberikan ancaman berat terhadap pelakunya. Allâh Azza wa Jalla
berfirman:
‫َال أَوْ ُمت ََحيّ ًزا‬
ٍ ‫﴾ َو َم ْن ي َُولّ ِه ْم يَوْ َمئِ ٍذ ُدبُ َرهُ إِ ّل ُمتَ َح ّرفًا لِقِت‬١٥﴿ ‫يَا أَيّهَا الّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا لَقِيتُ ُم الّ ِذينَ َكفَرُوا زَحْ فًا فَ َل تُ َولّوهُ ُم ْالَ ْدبَا َر‬
ْ
ّ َ‫ب ِمن‬
‫صي ُر‬
ٍ ‫َض‬
َ ‫اِ َو َمأْ َواهُ َجهَنّ ُم ۖ َوبِ ْئ‬
َ ‫إِلَ ٰى فِئَ ٍة فَقَ ْد بَا َء بِغ‬
ِ ‫س ال َم‬
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir
yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).
Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk
(siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allâh, dan tempatnya
ialah neraka Jahanam. Dan amat buruklah tempat kembalinya [Al-Anfâl/8:15-16]
Dalam ayat ini, Allâh Azza wa Jalla mengancam dengan dua ancaman berat bagi orang yang
lari dari medan perang tanpa alasan yang dibenarkan. Dua ancaman tersebut adalah:
1. Mendapatkan murka Allâh Azza wa Jalla
2. Tempatnya adalah neraka.
Msekipun perbuatan ini adalah perbuatan dosa besar dan pelakunya terancam akan
dimasukkan ke neraka, namun bukan berarti pelakunya kafir dan akan kekal di neraka.
LARI DARI MEDAN PERANG YANG TIDAK TERMASUK DOSA
Dalam ayat di atas Allâh Azza wa Jalla mengecualikan bentuk lari dari medan perang yang
tidak terkena ancaman, yaitu:
‫إِ ّل ُمت ََح ّرفًا لِقِتَا ٍل أَوْ ُمت ََحيّ ًزا إِلَ ٰى فِئَ ٍة‬
… kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan
yang lain. [Al-Anfâl/8:16]
Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsamin rahimahullah berkata, “Allâh Azza wa Jalla
mengecualikan dalam dua keadaan:
1. Berbelok untuk (siasat) perang, yaitu mempersiapkan diri untuk berperang. Seperti orang
yang berbelok untuk membenahi keadaannya atau mempersiapkan senjata, termasuk berbelok
ke tempat lain yang menjadi arah kedatangan serangan musuh. Ini tidak disebut berpaling,
tetapi bersiap-siap.
2. Menggabungkan diri dengan pasukan lain. Seperti jika sekelompok pasukan Muslimin
terkepung, dan kemungkinan akan bisa dihancurkan oleh musuh, maka sebagian tentara
(yang sedang berperang ditempat lain) boleh mundur untuk (bergabung ke pasukan yang
sedang terkepung tersebut untuk) menyelamatkan mereka. Ini diperbolehkan karena keadaan
mendesak, dengan syarat tidak membahayakan tentara (yang sedang berperang ditempat lain
itu). Jika hal itu akan membahayakan tentara (yang sedang berperang), dan banyak tentara
yang mundur dan bergabung kepada sekelompok pasukan yang terkepung itu, sehingga
melemahkan kekuatan tentara (yang sedang berperang ditempat lain tersebut) dan
menyebabkan kekalahan di hadapan musuh, maka itu tidak boleh. Karena bahaya (yang

mengancam tentara yang sedang berperang) itu sesuatu yang pasti, sedangkan (keberhasilan)
usaha menyelamatkan pasukan yang terkepung itu tidak pasti, maka itu tidak boleh, karena
tujuan (perang) adalah untuk memenangkan agama Allâh, sementara dalam perbuatan
tersebut akan menghinakan agama Allâh. Kecuali jika jumlah (tentara) orang-orang kafir
lebih dari dua kali lipat (tentara) Muslimin, waktu itu boleh lari dari peperangan berdasarkan
firman Allâh Azza wa Jalla :
ّ ‫ف يَ ْغلِبُوا أَ ْلفَ ْي ِن بِإ ِ ْذ ِن‬
ّ َ‫ْالنَ خَ فّف‬
ٌ ‫صابِ َرةٌ يَ ْغلِبُوا ِمائَتَ ْي ِن ۚ َوإِ ْن يَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أَ ْل‬
ۗ ِ‫ا‬
َ ٌ‫ض ْعفًا ۚ فَإ ِ ْن يَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ِمائَة‬
َ ‫اُ َع ْن ُك ْم َو َعلِ َم أَ ّن فِي ُك ْم‬
ّ
َ‫َواُ َم َع الصّابِ ِرين‬
Sekarang Allâh telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada
kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat
mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar),
niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allâh. Dan Allâh
beserta orang-orang yang sabar. [Al-Anfâl/8:66]
Atau tentara kafir memiliki kekuatan yang tidak mungkin dilawan oleh kaum Muslimin,
seperti pesawat-pesawat (tempur), sedangkan kaum Muslimin tidak memiliki roket untuk
melawannya. Jika diketahui bahwa bertahan akan menyebabkan kehancuran dan kekalahan
kaum Muslimin, maka mereka tidak boleh bertahan, karena hal itu berarti mereka
membahayakan diri mereka sendiri.” [Syarhul Kabâir lil Imam Ibnu ‘Utsamin, hlm. 122-123,
penerbit: Darut Tauqifiyyah lit Turats, Kairo]
Kesimpulannya, bahwa lari dari medan perang merupakan dosa-dosa yang membianasakan,
kecuali dalam keaaan tertentu yang dibolehkan, wallahul Musta’an.

TUGAS MAKALAH

Di susun Oleh :
Fuji
Geugeu
Hilman
Indah
Inggrid
Intan Permatasari
Karitini susilawati
Laeli Nurfadilah
Lilis Nurhadi
Naufal
Herliana

SMK Kes.BHAKTI KENCANA LIMBANGAN
TAHUN AJARAN
2015-2016