IMUNISASI Farmakologi dan Pengelolaan Obat | Keluarga IKMA FKMUA 2010

IMUNISASI

Kuliah oleh
dr. Yuani Setiawati
Departemen Farmakologi Unair

IMUNISASI
Definisi
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap suatu antigen, sehingga bila
kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak
terjadi penyakit
Tujuan
Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu
pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari
dunia

Macam kekebalan : (cara timbul)
1.Aktif

-Dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan
pada antigen, mis: imunisasi aktif,
terpajan secara alamiah.
-Berlangsung lama ok memori imunologi
2.Pasif
-Diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat
individu itu sendiri, mis: kekebalan janin
yang diperoleh dari ibu, imunisasi pasif.
-Tidak berlangsung lama

RESPON IMUN
1.

PRIMER
Terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan
antigen
Terbentuk antibodi Ig M

2.


SEKUNDER
Terjadi setelah terpajan ulang dengan antigen
yang sama
Terbentuk antibodi Ig G

KEBERHASILAN IMUNISASI
Status imun penjamu
Faktor genetik penjamu
Kualitas dan kuantitas vaksin
Cara pemberian
dosis pemberian
frekuensi pemberian
ajuvan yang digunakan
jenis vaksin : vaksin hidup

1. Imunisasi Aktif
Definisi: pemberian antigen pada inang
untuk menginduksi pembentukan antibodi
dan imunitas seluler.
Tujuan: menginduksi perlindungan

terhadap berbagai bahan infeksius

a.
b.
c.

Bahan: materi yang diinaktivasi (mati)
atau bahan hidup yang dilemahkan
Lebih disukai karena:
kadar antibodi tinggi dipertahankan
dalam jangka lebih lama
frekuensi pemberian lebih jarang
secara beriringan membentuk imunitas
seluler

2. Imunisasi Pasif
Definisi: pemindahan imunitas pada inang
menggunakan produk imunologis yang
sudah terbentuk
Tujuan: memberikan perlindungan

terhadap antigen
Bahan: Imunoglobulin







Sasaran :
Individu yang tidak mampu membentuk
antibodi (agammaglobulinemia kongenital)
Pencegahan penyakit ketika waktu tidak
memungkinkan imunisasi aktif (misal: pasca
paparan)
Terapi penyakit tertentu yang secara normal
dicegah dengan imunisasi (misal: tetanus)
Terapi dalam kondisi imunisasi aktif tidak
tersedia atau tidak dapat dilaksanakan
(misal: tergigit ular)


JENIS VAKSIN
1. Vaksin Hidup Attenuated

bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
dengan cara pembiakan berulang-ulang
harus dpt berkembang biak  respon imun
respon imun = infeksi alamiah
bersifat labil, rusak oleh panas & cahaya
contoh: campak, mumps, rubela, polio (virus)
BCG, demam tifoid oral (bakteri)

2. Vaksin Inactivated
bakteri, virus/ komponennya yg dibuat tidak
aktif dgn pemanasan atau bahan kimia
tidak dapat replikasi seluruh dosis ag
tidak dapat menyebabkan penyakit
tidak dipengaruhi oleh ab yg beredar
selalu membutuhkan dosis ganda
sedikit atau tidak menimbulkan respon

seluler
contoh: difteri, tetanus (toksoid)
haemophilus influenza(polisakarida)

TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI









Sebelum melakukan imunisasi
memberitahu risiko vaksinasi dan tdk
imunisasi
persiapan bila terjadi reaksi ikutan
baca dgn teliti informasi produk
tinjau apakah ada kontraindikasi

periksa pasien dan beri antipiretik bila perlu
periksa kondisi vaksin (warna, kadaluarsa)
pemberian sesuai jadwal
berikan vaksin dengan tehnik yang benar







Setelah pemberian imunisasi
berilah petunjuk kpd pengasuh/ortu apa
yg harus dikerjakan dalam kejadian reaksi
biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat
catat imunisasi dalam rekam medis
laporkan hasil imunisasi ke Dinkes
periksa status imunisasi keluarga yg lain

Penyimpanan Vaksin

Aturan umum: sebagian besar
harus didinginkan pada suhu 2-8o C
DPT, Hib, hepatitis B, hepatitis A (tdk beku)
OPV, Yellow fever (dapat dalam kead. beku)

Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan
Dengan pelarut khusus
Digunakan dalam periode waktu tertentu, mis
vaksin campak yg telah diencerkan cepat
berubah warna pada suhu kamar.

Pembersihan kulit
Tempat suntikan harus dibersiihkan (antiseptik)

Pemberian suntikan
Sebagian besar secara IM atau SK dalam
kecuali OPV per oral dan BCG scr intradermal
Petugas harus menguasai teknik dasar


Perlu diperhatikan pada anak sebelum imunisasi
Pernah mengalami kejadian ikutan yg berat
Alergi terhadap bahan dalam vaksin
Sedang terapi steroid, radioterapi/kemotx
Menderita sakit yg menurunkan imunitas
Tinggal serumah dg org lain yg imunitasnya
turun atau dalm terapi yg menurunkan imun
Bulan lalu mendapat vaksin virus hidup
(campak, poliomielitis, rubela)
Pada 3 bln lalu mendpt imunoglobulin/
transfusi darah

Pemberian Paracetamol sesudah imunisasi
Mengurangi ketidaknyamanan pasca imunisasi
Dosis 15 mg/kgbb kepada bayi/anak, 3-4 X/hr
Reaksi KIPI
 Reaksi lokal di tempat suntikan atau reaksi
umum
 Derajat ringan selama 1-2 hari
 Lokal: kemerahan, gatal, nyeri kompres

hangat teraba benjolan kecil agak keras
beberapa minggu atau lebih tidak perlu
tindakan

BCG
• 2-6 mgg dapat timbul papulasemakin besar
 ulserasi selama 2-4 bln sembuh perlahan
dgn menimbulkan jaringan parut.
• Bila ulkus keluar cairan kompres antiseptik
• Bila cairan tambah banyak, koreng semakin
besar ditambah pembesaran kelenjar regional
(aksila) dibawa ke dokter

Hepatitis B
jarang terjadi, demam yg agak tinggi
lokal seperti pada umumnya (sementara)
DPT
demam tinggi, rewel
lokal seperti pada umumnya
DT

lokal seperti pada umumnya

Polio oral
sangat jarang terjadi reaksi KIPI
Campak dan MMR
 lokal: rasa tidak nyaman
 5-12 hr setelah imunisasi dapat timbul :
demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus yg
berlangsung kurang dari 48 jam
 3 mgg pasca imunisasi dapat timbul:
pembengkakan KGB di belakang telinga

Vaksinasi BCG
BCG adlh vaksin hidup dari M. bovis yang
dibiakkan berulang selama 1-3 tahun  basil yg
tidak virulen tapi masih punya imunogenitas
Menimbulkan sensitivitas terhdp tuberkulin
Vaksin BCG Biofarma Bandung
Tidak mencegah infeksi TB tapi mengurangi
risiko TB berat seperti meningitis TB, TB milier
Efek proteksi 8-12 mgg pasca imunisasi,
bervariasi antara 0-80% tergantung vaksin,
lingkungan dengan M.atipik dan faktor penjamu
(umur, gizi dll)

Diberikan scr intradermal 0,10 ml (anak)
0,05 ml (bayi baru lahir)
Sebaiknya pada deltoid kanan (bila ada
limfadenitis (aksila) lebih mudah terdeteksi.
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari,
harus disimpan pada 2-8o C, tidak boleh beku,
yang telah diencerkan hrs dibuang dlm 8 jam.
Diberikan pada umur kurang atau tepat 2 bulan.
Sebaiknya diberikan pada anak dengan uji
Mantoux (tuberkulin) negatif.

KIPP
Penyuntikan BCG yang benar menimbulkan
ulkus lokal yg superfisial. Ulkus yg biasanya
tertutup krusta  sembuh dlm 2-3 bln 
meninggalkan parut bulat dgn diameter 4-8 mm.
Apabila dosis terlalu tinggi ulkus yang timbul
lebih besar, namun apabila penyuntikan terlalu
dalam parut yg terjadi tertarik ke dalam
Limfadenitis supuratif kadang dijumpai (aksila/
leher) sembuh sendiri.

Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
Sedang menderita HIV, imunokompromise
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan

Rekomendasi BCG
BCG diberikan pada bayi 39,5 oC pada hari ke 5-6
berlangsung 2 hari.
Ruam pada hari ke 7-10, berlangsung 2-4 hari

Campak diberikan pada umur 9 bln, dgn dosis
0,5 ml SK dalam/ IM. Diulang usia 5-7 tahun.
Diulang juga, bila:
-imunisasinya pada usia < 1 thn
-terjadi KLB (diberikan pada SD, SMP, SMA)
-imunisasinya vaksin inaktif, imunoglobulin
-catatan imunisasi tidak ada
Kontra indikasi: demam tinggi, tx imunosupresi,
hamil, alergi, tx imunoglobulin

VAKSIN NON - PPI
Haemophilus Influenzae tipe b
Measles, Mumps, Rubella (MMR)
Varisela
Demam tifoid
Hepatitis A
Influenza
Pneumokokos

SELAMAT
BELAJAR