PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI PERMAINAN BOLA-BOLA AJAIB PADA SISWA KELOMPOK B TK DHARMA WANITA 3 JATIPRAHU SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015 KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
160
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI
PERMAINAN BOLA-BOLA AJAIB PADA SISWA KELOMPOK B TK
DHARMA WANITA 3 JATIPRAHU SEMESTER II TAHUN
PELAJARAN 2014/2015 KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK Oleh: Sunarmi TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu, Karangan, Trenggalek Abstrak. Tujuan penelitian tindakan kelasini dimaksudkan untuk (1) Mengungkap suatu per-
mainan yang dapat meningkatkan hasil belajar mengenal warna pada siswa Kelompok B TK Dhar-
ma Wanita 3 Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. (2) Mengungkap suatu per-
mainan yang dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa Kelompok B TK Dharma Wanita
3 Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek dalam pembelajaran mengenal warna.
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu, yang bertempat di
Desa Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Subyek penelitian adalag anak ke-
lompok B semester II tahun 2014/2015 yang berjumlah 19 anak. Berdasarkan langkah-langkah
yang diterapkan dalam 2 siklus pada penelitian tindakan ini dapat disimpulkan sebagai berikut (1)
Permainan Bola-bola ajaib yang diterapkan dalam penelitian ini terbagi dalam 3 kegiatan utama
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Guru mengemas materi dalam se-
buah permainan. Metode permainan mampu merangsang siswa untuk senantiasa aktif dalam pem-
belajaran. Dalam kegiatan unjuk kinerja siswapun tampak aktif dalam memberikan tanggapan ata-
upun sanggahan. Diakhir pembelajaran guru tak lupa memberikan pujian kepada siswa. Sehingga
dengan demikian permainan Bola-bola ajaib sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan me-
ngenal warna siswa kelompok B TK Dharma wanita 3 Jatiprahu. Pembelajaran melalui permainan
Bola-bola ajaib sangat sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang berada dalam tahap
bermain. (2) Dengan semakin meningkatnya kemampuan siswa dalam mengenal warna maka
prestasi belajar siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu dengan meningkatnya nilai
rata-rata prestasi belajar siswa terbukti dengan peningkatan rata–rata hasil belajar pada sebelum
siklus 68,94 pada siklus I naik menjadi 74,74 dan pada siklus II naik menjadi 84,74. Ketuntasan
belajar juga mengalami peningkatan. Dari sebelum siklus siswa yang mencapai ketuntasan belajar
ada 15,79% dan pada siklus I terdapat atau 68,42% dan siklus II 100%.Kata kunci: Bola-bola Ajaib, Mengenal Warna
Dalam tentang warna ada yang ada di depannya itu berwarna hijau, kalanya dianggap masalah sepele bagi seba- merah, kuning, hitam dan lainnya. Anda bi- gian besar orang tua. Ada kalanya mereka sa mulai mengajarinya dengan benda-benda menganggap seiring dengan waktu anak- di sekelilingnya. Misalnya ketika sedang anak mereka akan mengenali warna-warna makan pisang, anda bisa memberitahunya yang ada di sekelilingnya. Namun jika orang bahwa buah yang sedang dimakannya itu tua atau orang-orang terdekatnya yang seti- bernama pisang. Buah pisang tersebut ber- ap hari berinteraksi dengan anak tersebut warna kuning. Bisa juga anda mengajaknya tidak mengajarinya mengenal warna-warna berjalan ke taman atau keluar rumah yang bagaimana anak tersebut mengetahu bahwa banyak terdapat daun berwarna hijau. Hal-
Sunarmi, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna... 161
hal sederhana tersebut akan membuat anak anda memahami warna, mengenali benda- benda di sekelilingnya, menambah kosakata sehingga membuatnya semakin cepat bisa berbicara.
Proses pengenalan konsep warna pada anak usia dini berpengaruh pada perkem- bangan intelektual. Pengenalan konsep war- na pada anak usia dini bukanhanya meng- asah kemampuan mengingat,tetapi juga ima- jinatif dan artistik, pemahaman ruang, kete- rampilan kognitif,serta pola berpikir kreatif. Selain itu anak pada usia TK memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, sehingga si anak sering mengajukan pertanyaan-perta- nyaan sesuai dengan apa yang dilihat, dipe- gang/diraba, dicium, didengar atau dirasa- kannya. Anak usia dini dapat dengan mudah mengenali warna-warna yang ada di sekitar- nya, juga dapat mengolah warna-warna tersebut menjadi sebuah karya melalui kreativitas serta imajinasi sebagai seorang anak yang penuh dengan daya khayal yang kuat sesuai perkembangannya.
Menurut pendapat nugraha (2008:5) terdapat beberapa saran di dalam mengajar- kan warna pada anak-anak, diamtaranya se- bagai berikut: (1) Lakukan sesuai perkem- bangan kognitif dan cara berpikir anak, pada pembelajaran tahap awal plilihlah materi- materi yang sederhana dan kongrit; (2) Gu- nakan sumber belajar yang tersedia dan de- kat dengan lingkungan anak; (3) Usahakan dari waktu ke waktu selalu menggunakan contoh aktivitas yang beragam, sehingga anak-anak akan kaya dengan pengalaman belajar tentang warna; (4) Harus kreatif dan memiliki tanggung jawab penuh dalam me- ngantar anak-anak dalam memahami warna secara utuh.
Pada anak usia dini adalah anak yang tahun. Pada usia ini seluruh aspek perkem- bangan kecerdasan (IQ, EQ, SQ), tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Hal itu dapat terjadi jika dilakukan upaya pengem- bangan melalui pendidikan. Para ahli ber- pendapat bahwa perkembangan kecerdasan anak berkembang sangat cepat pada tahun- tahun awal kehidupan anak. Pada usia 4 ta- hun kapasitas kecerdasan sudah mencapai sekitar 50%, usia 8 tahun mencapai 80% dan mencapai titik kulminasi 100% padausia 18 tahun. Oleh sebab itu, anak usia dini disebut masaemas perkembangan. Usia keemasan (golden age) merupakan masa dimana anak mulai peka atau sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan.
Masa peka pada masing-masing anak berbeda, namun pada umumnya biasa terjadi pada rentang usia lahir 4-6 tahun. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi- fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan, (Hartati, 2005:8). Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam me- ngembangkan kemampuan fisik dan psikis (intelektual, motorik, bahasa, sosial, dan emosional). Agar pertumbuhan dan perkem- bangan tercapai secara optimal, maka dibu- tuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai de- ngan kebutuhan anak. Peningkatan kognitif mengenal warna dikenalkan pada masa-ma- sa ini atau masa usia dini sangat bagus kare- na mengenal warna sangat penting untuk anak usia dini untuk kebutuhan anak dimasa depannya. Bila anak bisa mengetahui atau memahami warna-warna maka anak mampu menyebutkan warna-warna satu persatu mi- salnya warna merah, warna hijau, warna ku- ning, warna biru danwarna-warna lainnya. Masa usia dini merupakan masa kritis dalam rentang perkembangan dalam kehidupan
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
162
mulasi dari orang tua danlingkungan agar menyiapkan kondisi yang kondusif guna tercapainya perkembangan yang optimal dari seorang anak.
Fenomena di atas juga terjadi pada siswa kelompok B TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru, sehingga hasil belajar siswa tentang pengenalan warna masih rendah. Rata-rata hasil belajar siswa bintang 2 (tidak tuntas). Selain itu penerapan konsep warna dalam prakteknya sulit dilakukan anak. Ini sesuai dengan kondisi lapangan bahwa anak hanya sebatas mengetahui warna yang telah ada, tanpa memahami dengan jelas konsep warna. Anak cenderung tidak mengetahui darimana warna-warna berasal. Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal warna diperlukan me- tode yang tepat.
Dunia anak TK adalah dunia bermain. Salah satu metode yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini adalah metode permainan. Menurut Tedjasaputra (2005), bermain merupakan wadah bagi anak untuk merasakan berbagai pengalaman seperti emosi, senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Anak akan merasa senang bila bermain, dan banyak hal yang didapat anak selain pengalaman. Ber- main dengan kata “bermain” memang me- nyenangkan. Itu pula sebabnya mengapa anak begitu unik dan menyenangkan.
Di dalam bermain akan ditemukan pelajaran-pelajaran yang bermakna. Seperti dikatakan DePorter & Hernacki (2003), gaya belajar ada tiga, yaitu: auditorial (be- lajar dengan cara mendengar), visual (be- lajar dengan cara melihat), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan ketiganya. Gaya belajar apapun yang dimili- ki anak, anak dapat memperoleh pengetahu- an dengan melakukan kegiatan bermain.
Melalui permainan anak dapat menya- takan kebutuhannya tanpa dihukum atau ter- kena teguran misalnya bermain boneka diu- mpamakan sebagai adik yang sesungguhnya (Semiawan, 2002: 21).
Berkaitan dengan permainan Pelle- grini dan Saracho, 1991 (dalam Wood, 1996:3) permainan memiliki sifat sebagai berikut: (1) Permaianan dimotivasi secara personal, karena memberi rasa kepuasan. (2) pemain lebih asyik dengan aktivitas per- mainan (sifatnya spontan) ketimbang pada tujuannya. (3) Aktivitas permainan dapat bersifat nonliteral. (4) Permainan bersifat bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar, dan aturan-aturan yang ada dapat dimotivasi oleh para pemainnya. (5) Per- mainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemainnya.
Menurut Framberg (dalam Berky, 1995) permainan merupakan aktivitas yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kem- bali realitas dalam bentuk pengandaian misalnya, bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna. Dalam hal ini per- mainan dapat menghubungkan pengalaman- pengalaman menyenangkan atau menga- syikkan, bahkan ketika siswa terlibat dalam permainan secara serius dan menegangkan sifat sukarela dan motivasi datang dari dalam diri siswa sendiri secara spontan. Me- nurut Hidayat (1980:5) permainan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) adanya sepe- rangkat peraturan yang eksplisit yang mesti diindahkan oleh para pemain, (2) adanya tujuan yang harus dicapai pemain atau tugas yang mesti dilaksanakan.
Nasution (2003) berpendapat berbeda
Sunarmi, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna... 163
mengatakan bahwa gaya belajar atau learn-
ing style merupakan cara yang konsisten
yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal.
Adapun salah satu permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam mengenal warna adalah permainan Bola-bola ajaib. Permainan ini merangsang anak supaya tertarik dalam mengenal warna dan dalam kegiatan belajar anak bisa senang, nyaman dan tidak ter- bebani. Dengan permainan Bola-bola ajaib anak tidak terbebani dan menerima pembe- lajaran mengenal warna dengan senang hati
Permainan Bola-bola ajaib adalah sa- lah satu dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna. Setiap anak berlomba dengan temannya mengelompok- kan bola sesuai dengan warnanya. Permain- an ini dilakukan bersama-sama. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: (a) Gu- ru membagi tugas pada 3 orang siswa; (b) Setiap siswa diberi tugas untuk mencari satu bola yang sama kemudian menempatkan pada kardus yang telah dipersiapkan.
Penelitian Tindakan kelas ini dilak- sanakan di TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu, yang bertempat di Desa Jatiprahu Kecama- tan Karangan Kabupaten Trenggalek. Pelak- sanaan Penelitian Tindakan Kelas akan di- laksanakan pada bulan Maret-April 2015. Yang menjadi subyek dalam kegiatan pene- litian ini adalah siswa Kelompok B TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu Kecamatan Ka- rangan Kabupaten Trenggalek Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 19 siswa.
Data diperoleh dari pengamatan, tes dan dokumentasi. Data dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuan- titatif berupa peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penelitian tindakan. Data kualitatif menerangkan minat siswa dalam belajar, suasana kelas, dan aktivitas siswa. Sumber data dapat diperoleh dari guru, sis- wa, dan dokumen. Untuk mengumpulkan data hasil penelitian, maka peneliti meng- gunakan beberapa instrumen penelitian an- tara lain: (1) Lembar Observasi; (2) Lembar Evaluasi Bermain Sambil Belajar.
Untuk mengetahui efektifitas suatu media dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif ku- alitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai dengan data yang diper- oleh dengan tujuan untuk mengetahui pres- tasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Dalam menyiapkan Clasroom Action
Research ini dilakukan langkah-langkah se-
bagai berikut: (1) Menyusun perangkat pem- belajaran; (2) Menyusun lembar evaluasi bermain sambil belajar; (3) Menyusun lem- bar observasi; (4) Menyiapkan alat dan ba- han. Pelaksanaan penelitian ini berbentuk siklus yang terdiri dari 3 siklus yang ma- sing-masing meliputi: planning (perencana- an), acting (pelaksanaan), observing (penga- matan) dan reflecting (refleksi). Masing- masing siklus terdiri dari 1 pertemuan.Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Permasalahan yang be- lum dapat dipecahkan dalam siklus pertama direfleksikan bersama tim peneliti dalam
METODE PENELITIAN
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
15 M. Aulia Akbar
100 T -
9 Muh. Marvino
70 T -
10 Muh. Muhsin Almubarak
60 - TT
11 Novan Yudianata 100 T -
12 Sellen Cathabell 100 T -
13 Tiara Nazila Azis 60 - TT
14 Yusuf Ardiansyah
70 T -
70 T -
100 T -
16 Anita Nasyiatus Saadah
80 T -
17 Muh. Ridho Nugroho
70 T -
18 Meiea Nur Masni
60 - TT
19 Mih. Alfata Bimay
60 - TT Jumlah 1420
13
6 Rata-Rata 74,74 68,42 31,58
8 Kharis Hamzah
164
penyebabnya, selanjutnya peneliti meren- canakan berbagai langkah perbaikan untuk diterapkan dalam siklus II.
No Nama Siswa Nilai %
Hal itu dilaksanakan terus dari satu siklus ke siklus berikutnya sampai masalah yang dihadapi dapat dipecahkan secara tun- tas pada siklus dalam penelitian ini tindakan yang diberikan berupa Implementasi Metode permainan Bola-bola ajaib dalam pembe- lajaran.
Kriteria penilaian tingkat keberhasilan pembelajaran peneliti tentukan sebagai beri- kut : Nilai 86-100 A (sangat mampu) Nilai 70 - 85 B (mampu) Nilai 55 - 69 C (mampu dengan bantuan) Nilai < 55 D (tidak mampu)
Dalam penelitian ini memfokuskan kriteria tingkat keberhasilan atau ketuntasan secara klasikal, suatu kelas telah tuntas bela- jar jika sekurang-kurangnya 85% siswa te- lah tuntas belajar dengan ketentuan nilainya ≥ 70.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus
Guru mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelompok B, yaitu tentang rendahnya nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran sains materi mengenal warna.
Siklus I Perencanaan (Planning)
Hal yang dipersiapkan oleh guru sebe- lum kegiatan penelitian dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1) Menyusun perangkat pembelajaran pengenalan sains sederhana yang meliputi satuan kegiatan harian; (2) Menyusun lembar evaluasi bermain sambil belajar untuk mengetahui hasil belajar dan kemampuan mengenal warna; (3) Menyusun lembar observasi berupa lembar observasi afektif, psikomotorik, kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta respon siswa; (4) Menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk bermain sambil belajar sains sederhana dengan materi Mengenal warna.
Pelaksanaan (Action)
Langkah-langkah pelaksanaan pembe- lajaran pada siklus I dapat dilihat sebagai berikut: (1) Guru membuka pelajaran de- ngan menjelaskan berbagai macam warna; (2) Guru melakukan persiapan permainan; (3) Guru menjelaskan kepada siswa aturan permainan; (4) Siswa melakukan permainan; (5) Guru dan siswa melakukan tanya jawab untuk menyimpulkan permainan yang telah dilakukan; (6) Guru melakukan evaluasi.
Pengamatan (Observation) Tabel 1 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
Ketuntasan T TT
60 - TT
1 Aiko Trsina Tandeo
80 T -
2 Aira Sukma Pradita
80 T -
3 Annisa Maulia Putri
60 - TT
4 Eka Sulistri Rahmadani
70 T -
5 Ferdian Wahyu Dinata
70 T -
6 Ferdy Lukas Andika Pratama
7 Kalvin Adi Wijaya
Sunarmi, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna... 165
14 Yusuf Ardiansyah
9 Muh. Marvino
80 T - 10 Muh. Muhsin A.
70 T -
11 Novan Yudianata
100 T -
12 Sellen Cathabell
100 T -
13 Tiara Nazila Azis
70 T -
80 T -
7 Kalvin Adi Wijaya 100 T -
15 M. Aulia Akbar
90 T - 16 Anita Nasyiatus S.
90 T -
17 Muh. Ridho Nugroho
80 T -
18 Meiea Nur Masni
70 T -
19 Mih. Alfata Bimay
80 T - Jumlah 1610
8 Kharis Hamzah 100 T -
80 T -
Pengamatan dilaksanakan pada saat tahap pelaksanaan sedang berlangsung. As- pek yang diamati dalam tahap ini adalah: (a) Pengamatan terhadap kemampuan kognitif; (b) Pengamatan terhadap kemampuan ber- pikir kritis dan kreatif; (c) Pengamatan ter- hadap tanggapan atau respon siswa menge- nai pembelajaran pengenalan sains sederha- na materi Mengenal warna.
Pengamatan(Observation)
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diketahui rata-rata kemampuan mengenal 74,74%. Suatu pembelajaran dinyatakan tuntas jika ketuntasan minimal 85%, sehing- ga perlu dilanjutkan pada siklus II.
Refleksi
Berdasarkan hasil pantauan guru peneliti dan guru pengamat maka pelaksana- an tindakan pada siklus 1 dapat direflek- sikan sebagai berikut: (a) Semua tindakan efektif yang direncanakan dapat terlaksana meskipun belum efektif; (b) Guru peneliti menyadari adanya kekurangan-kekurangan yang timbul saat proses pembelajaran; (c) Siswa lebih memperhatikan ketika guru se- dang menjelaskan sesuatu permasalahan, hal ini disebabkan pandangan siswa dengan guru tidak terhalang siswa lain.
Rencana perbaikan pada siklus II antara lain: (a) Memberi kesempatan pada siswa bermain sendiri supaya lebih aktif; (b) Mendiskusikan langkah-langkah yang sudah mapan yang telah dilakukan di siklus I.
Siklus Kedua Perencanaan (planning)
Berdasarkan hasil tindakan yang dila- kukan pada siklus I yang dipaparkan di atas maka guru peneliti dan guru pengamat saat diskusi merumuskan rencana tindakan untuk siklus II.
Pelaksanaan (Action)
Langkah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam siklus II adalah sebagai berikut: (1) Guru membuka pelajaran de- ngan menjelaskan berbagai macam warna; (2) Siswa melakukan permainan make a
match ; (3) Guru bersama siswa bermain
Bola-bola ajaib; (4) Siswa membentuk kelompok, 1 kelompok 4-5 anak; (5) Guru dan siswa melakukan tanya jawab untuk menyimpulkan permainan yang telah dilakukan; (6) Guru melakukan evaluasi
Pengamatan dilaksanakan pada saat tahap pelaksanaan sedang berlangsung. Aspek yang diamati dalam tahap ini adalah: (1) Pengamatan terhadap kemampuan kog- nitif; (2) Pengamatan terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif; (3) Pengamatan terhadap tanggapan atau respon siswa me- ngenai pembelajaran pengenalan sains se- derhana materi Mengenal warna.
6 Ferdy Lukas Andika P
Tabel 2 Hasil Belajar Siswa pada Siklus II No Nama Siswa
Nilai % Ketuntasan T TT
1 Aiko Trsina Tandeo 100 T -
2 Aira Sukma Pradita
80 T -
3 Annisa Maulia Putri
70 T -
4 Eka Sulistri Rahmadani
80 T -
5 Ferdian Wahyu Dinata
90 T -
19
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
166
Berdasarkan data di atas dapat dike- tahui rata-rata kemampuan mengenal warna siswa kelompok B mengalemi peningkatan, pada siklus I 74,74 menjadi 84,74 pada si- klus II dan ketuntasan hasil belajar pada siklus I 68,42% menjadi 100% pada siklus
II. Suatu pembelajaran dinyatakan tuntas jika ketuntasan minimal 85%, sehingga penelitian ini berakhir pada siklus II.
Refleksi (Reflection)
Dari hasil pengamatan guru peneliti dan guru pengamat pada siklus II dapat diilustrasikan sebagai berikut: (a) Semua tindakan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik; (b) Kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran dapat diatasi oleh guru peneliti; (c) Alur berfikir lebih menye- luruh dalam memahami suatu konsep, ter- lihat dari kemampuan siswa untuk me- nyelesaikan soal-soal mengenal Mengenal warna
Hasil belajar yang di dapat dari penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelompok B TK Dharma Wanita I Tamanan Kabupaten Trenggalek pada pembelajaran Mengenal warna menunjukkan peningkatan yang baik. Terbukti dengan peningkatan rata–rata hasil belajar dari sebelum siklus
68,94 pada siklus I naik menjadi 74,74 dan pada siklus II naik menjadi 84,74.
Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan. Dari sebelum siklus siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada 15,79% dan pada siklus I terdapat atau 68,42% dan siklus II atau 100%. Untuk lebih jelasnya dalam peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 1.
Peningkatan motivasi belajar dalam belajar dapat dilakukan dengan mengguna- kan pendekatan pembelajaran yang efektif dan inovatif. Dalam hal ini guru dapat menggunakan Permainan Bola-bola ajaib.
Permainan Bola-bola ajaib sangat co- cok digunakan dalam pembelajaran menge- nal warna karena dalam hal ini kaidah pem- belajaran anak usia dini, anak masih dalam tahap bermain, sehingga pembelajaran yang dilakukan dengan permainan tidak membe- bani anak dan tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan permainan Bola-bo- la ajaib tersebut, diharapkan dapat mengu- rangi rasa jenuh siswa terhadap pelajaran sa- ins. Dengan kurangnya atau bahkan hi- langnya rasa jenuh siswa terhadap pelajaran sains maka dapat membangkitkan kembali minat siswa terhadap pembelajaran sains.
Sunarmi, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna... 167
Berdasarkan hasil penelitian dan urai- an di atas, menunjukkan bahwa pembelajar- an sains melalui permainan Bola-bola ajaib lebih efektif untuk meningkatkan kemampu- an mengenal warna siswa kelompok B TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu Kabupaten. Trenggalek, hal ini dapat dibuktikan dengan: (1) guru terampil mengelola proses belajar mengajar melalui permainan Bola-bola ajaib; (2) terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sehingga proses belajar mengajar dapat kondusif, dan; (3) Lebih dari 80% siswa TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu Kabupaten Trenggalek mampu memahami dan menyelesaikan soal Mengenal warna.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelompok B TK Dharma wanita 3 Jatiprahu Kabupaten Trenggalek pada pem- belajaran Mengenal warna melalui permain- an Bola-bola ajaib telah berhasil meningkat- kan kemampuan mengenal warna.
PENUTUP Kesimpulan
Permainan Bola-bola ajaib yang dite- rapkan dalam penelitian ini terbagi dalam 3 kegiatan utama yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Guru mengemas materi dalam sebuah permainan. Metode permainan mampu merangsang sis- wa untuk senantiasa aktif dalam pembelajar- an. Dalam kegiatan unjuk kinerja siswapun tampak aktif dalam memberikan tanggapan ataupun sanggahan. Diakhir pembelajaran guru tak lupa memberikan pujian kepada siswa. Sehingga dengan demikian permain- an Bola-bola ajaib sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna siswa kelompok B TK Dharma wanita 3 Jatiprahu. Pembelajaran melalui permainan Bola-bola ajaib sangat sesuai dengan karak- teristik anak usia dini yang berada dalam ta- hap bermain.
Dengan semakin meningkatnya ke- mampuan siswa dalam mengenal warna ma- ka prestasi belajar siswa menunjukkan pe- ningkatan yang signifikan, yaitu dengan me- ningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa terbukti dengan peningkatan rata–rata hasil belajar pada sebelum siklus 68,94 pada siklus I naik menjadi 74,74 dan pada siklus
II naik menjadi 84,74. Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan. Dari sebelum siklus siswa yang mencapai ketuntasan be- lajar ada 15,79% dan pada siklus I terdapat atau 68,42% dan siklus II 100%.
Saran
Hendaknya guru dalam melaksana- kan tugasnya didampingi oleh guru lain sebagai kolaborator pada saat pembelajaran warna melalui permainan Bola-bola ajaib. Sehingga guru dapat menjangkau semua sis- wa. Perpustakaan sekolah agar menyediakan bahan-bahan buku penunujang atau buku lain yang relevan dengan kebutuhan siswa pada mengenal warna.
DAFTAR RUJUKAN
DePorter & Hernacki. 2003. The Systematic
Design of Instructional . Second
Edition. Glenview. Illinois: Schoot, Foreman and Company.
Hartati. 2005. Membantu Siswa Memahami
Konsep Diagonal Ruang dan Bidang Diagonal Melalui Model Pembelajar- an Advance Organizer di Kelas 1
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
168 SMU Negeri Lhokseumawe, Aceh . Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan
Tesis, PPS UM. Tidak diterbitkan. dalam Proses Belajar Mengajar . Ja- karta: Bumi Aksara. Hidayat, Eddy, M. 1996. Konsepsi Dasar
Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Prayitno, Ellida. 1989. Motivasi Dalam Rangka Menunjang Peningkatan Lite- Belajar . Jakarta: P2LPIK, Derdikbud. rasi Sains dan Teknologi di Pendi-
Suryana, D. 2002. Belajar Aktif Sains, Ja-
dikan Dasar . Makalah disajikan dalam karta: Pusat Perbukuan, Depdiknas.
Seminar tentang Literasi Sains dan Woodworth, Robert S. Dan Marquis, Do- teknologi. nald G. 1996. Psychology. New York. Holt Rinehart and Winston, Inc.