Kewenangan dan Hak M K

Kewenangan dan Hak Mahkamah Konstitusi
Hukum Tata Lembaga-Lembaga Negara

Disusun Oleh:
Fadhila Fishabilillah
110110130306
Nama Dosen: Dr. Hernadi Affandi, S.H, LL.M

Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran
2014 -2015

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat segala limpahan
Rahmat dan Karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini.
Semoga makalah ini mampu untuk dapat dipergunakan sebagai pemenuhan tugas akhir mata
kuliah Hukum Tentang Lembaga-Lembaga Negara, Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran.
Penulis berharap semoga dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan

yang bersifat positif dan segala hal yang bermanfaat bagi seluruh individu yang membaca
makalah sederhana yang telah penulis susun.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan
kekurangannya dan mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun penulis dengan harapan untuk lebih menyempurnakan makalah selanjutnya. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan maanfaat bagi kita sekalian.

Bandung, Juni 2015
Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahkamah Konstitusi .................................................................................................. 2
B. Kewenangan dan Hak Mahkamah Konstitusi ............................................................................... 3

C. Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Mahkamah Konstitusi .......................................................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 6
B. Saran ............................................................................................................................................. 7

Daftar Pustaka ............................................................................................................................... x

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pembentukan Mahkamah Konstitusi (MK) pada pokoknya memang diperlukan karena
bangsa kita telah melakukan perubahan-perubahan yang mendasar atas dasar undang-undang
dasar 1945. Dalam rangka perubahan pertama sampai dengan perubahan keempat UUD 1945.
Bangsa itu telah mengadopsi prinsip-prinsip baru dalam system ketatanegaraan, yaitu antara lain
dengan adanya system prinsip “Pemisahan kekuasaan dan cheeks and balance” sebagai
pengganti system supremasi parlemen yang berlaku sebelumnya. Sebagai akibat perubahan
tersebut, maka perlu diadakan mekanisme untuk memutuskan sengketa kewenangan yang
mungkin terjadi antara lembaga-lembaga yang mempunyai kedudukan yang satu sama lain

bersifat sederajat, yang kewenanganya ditentukan dalam Undang-Undang Dasar serta perlu
dilembagakannya peranan hukum dan hakim yang dapat mengontrol proses dan produk
keputusan-keputusan politik yang hanya mendasarkan diri pada prinsip, The Rule of Majority”.
Karena itu, fungsi-fungsi Judicial Review atas konstitusionalitas Undang-Undang dan proses
pengujian hukum atas tuntutan pemberhentian terhadap Presiden dan/atau Wakil Presiden
dikaitkan dengan fungsi MK. Disamping itu juga diperlukan adanya mekanisme untuk
memutuskan berbagai persengketaan yang timbul dan tidak dapat diseleseaikan melalui proses
peradilan yang biasa, seperti sengketa Pemilu dan tuntutan pembubaran suatu partai politik.
Perkara-perkara semacam ini berkaitan erat dengan hak dan kebebasan para warganegara dalam
dinamika system politik demokratis yang dijamin oleh UUD 1945.

B.

Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Mahkamah Konstitusi?
2. Apa saja Kewenangan dan Hak Mahkamah Konstitusi?
3. Bagaimana Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Mahkamah Konstitusi ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Kosntitusi merupakan salah satu lembaga tinggi negara yanga melaksanakan
kekuasaan kehakiman, sesuai dengan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Sejarah mengenai awal mula berdirinya Mahkamah Konstitusi diawali dengan pada saat
dilakukannya Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945, tepatnya pada Pasal 24 ayat (2),
Pasal 24C, serta pada Pasal 7B yang telah disahkan pada tanggal 9 November 2001.
Setelah adanya perubahan ketiga terhadap Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, untuk
membuat dasar hukum mengenai berdirinya Mahkamah Konstitusi, dibuatlah Rancangan
Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi. Setelah adanya pembahasan lebih mendalam
mengenai Rancangan Undang-Undang tersebut, kemudian Dewan Perwakilan Rakyat bersama
dengan Pemerintah menyetujui Rancangan Undang-Undang tersebut, yang kemudian menjadi
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan disahkan pada
tanggal 13 Agustus 2003 oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, yakni Megawati Soekarno
Putri.
Selanjutnya, setelah diadakannya pengesahan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
tersebut, diadakan pengambilan sumpah jabatan para hakim konstitusi yang dilakukan oleh
Presiden di Istana Negara pada tanggal 15 Agustus 2003. Kemudian setelah dilakukan rapat
internal antara anggota hakim Mahkamah Konstitusi pada tanggal 19 Agustus 2003, terpilihlah
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang pertama, yakni Prof. Dr. Jimli

Asshiddiqie, S.H.1[2]

1[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Jimly_Asshiddiqie

B. Kewenangan dan Hak Mahkamah Konstitusi
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah:
1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusnya bersifat final
untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.
2. Wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:
a. Pengkhianatan terhadap Negara adalah tindak pidana terhadap keamanan Negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
b. Korupsi dan penyuapan adalah tindak pidana korupsi atau penyuapan sebagaiana
diatur dalam Undang-Undang.
c. Tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam dengan pudana
penjara 5 (lima ) tahun atau lebih
d. Perbuatan yang tercela adalah perbuatan yang dapat merendahkan martabat

Presiden dan /atau Wakil Presiden
e. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/ Wakil Presiden adalah syarat
sebagaimana ditentukan dalam pasal 6 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Kewenangan mahkamah konstitusi disepakati untuk ditentukan secara limitatif dalam
undang-undang dasar. Kesepakatan ini mengandung makna penting, karena mahkamah
konstitusi akan menilai konstitusionalitas dari suatu undang-undang atau sengketa antar lembaga
negara yang kewenangannya ditentukan dalam undang-undang dasar, karena itu sumber
kewenangan mahkamah konstitusi harus langsung dari undang-undang dasar.
Undang-Undang Dasar 1945 menentukan bahwa Mahkamah Konstitusi mempunyai 4
Kewenangan Konstitusional yaitu:
1. Menguji undang-undang terhadap UUD
2. Memutuskan sengketa kewenangan antara lembaga yang kewenangannya
diberikan oleh UUD.

3. Memutuskan sengketa hasil pemilu
4. Memutuskan pembubaran partai politik.
Sementara kewajiban Konstitusi Mahkamah Konstitusi adalah memutuskan pendapat DPR
bahwa Presiden dan/ atau Wakil Presiden telah bersalah melakukan pelanggaran hukum ataupun

tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Presiden dan/ atau Wakil Presiden seperti yang
dimaksud dalam UUD 1945.

C.

Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Mahkamah Konstitusi
Tanggung jawab Mahkamah Konstitusi adalah mengatur organoisasi, personalia,
administrasi, dan keuangan sesuai dengan prinsip pemerintahan yang baik dan bersih.
Mahkamah Konstitusi berkewajiban mengumumkan laporan berkala kepada masyarakat secara
terbuka mengenai:
1. Permohonan yang terdaftar, diperiksa, dan diputuskan.
2. Pengelolaan keuangan dan tugas administrasi Negara lainnya.
Laporan sebagaimana dimaksud diatas dimuat dalam berita berkala yang diterbitkan oleh
Mahkamah Konstitusi. Hakim Konstitusi harus mempunyai syarat sebagai berikut:
1. Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela
2. Adil, dan
3. Negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan.
Untuk dapat diangkat menjadi hakim konstitusi seorang calon harus memenuhi syarat
diantaranya:
1. Warga Negara Indonesia

2. Berpendidikan sarjana hukum
3. Berusia sekurang-kurangnya 40 tahun pada saat pengangkatan
4. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang lebih
memperoleh kekuatan hukum tetap karena tidak melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih ;
5. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan ; dan
6. Mempunyai pengalaman kerja dibidang hukum sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun

Mahkamah Konstitusi mempunyai 9 Hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden. Hakim
Konstitusi diajukan masing-masing 3 orang oleh Mahkamah Agung. 3 orang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat , dan tiga orang oleh Presiden. Masa jabatan Konstitusi adalah 5 tahun, dan
dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Ketua Mahkamah Konstitusi
dipilih dari dan oleh Hakim Konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun. Masa jabatan Ketua MK
selama 3 tahun yang diatur dalam UU 24/2003 ini sedikit aneh, karena masa jabatan Hakim
Konstitusi sendiri adalah 5 tahun, sehingga berarti untuk masa jabatan kedua Ketua MK dalam
satu masa jabatan Hakim Konstitusi berakhir sebelum waktunya (hanya 2 tahun).

Sejarah Mahkamah Konstitusi
Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi diawali dengan Perubahan Ketiga
UUD 1945 dalam pasal 24 ayat (2), pasal 24C, dan pasal 7B yang disahkan pada 9 November

2001. Setelah disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945, maka dalam rangka menunggu
pembentukan Mahkamah Konstitusi, MPR menetapkan Mahkamah Agung menjalankan fungsi
MK untuk sebagaimana diatur dalam pasal III aturan peralihan UUD 1945 hasil perubahan
Keempat.
DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-Undang tantang
Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui
secara bersama Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang mahkamah Konstitusi pada 13
agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari itu. Dua hari kemudian, pada tanggal 15
Agustus 2003, Presiden mengambil sumpah jabatan para hakim konstitusi diistana Negara pada
tanggal 16 agustus 2003.
Ketua Mahkamah Konstitusi RI yang pertama adalah Prof. dr . jimli Asshiddiqie SH.
Guru Besar hukum tata Negara Universitas Indonesia kelahiran 17 April 1956 ini terpilih pada
rapat internal antara anggota hukum Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Agustus 2003.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Mahkamah konstitusi merupakan lembaga negara yang baru yang diintrodusir pada
perubahan UUD 1945, untuk menjaga kemurnian konstitusi dengan kewenangan untuk

menguji konstitusionalitas suatu undang-undang terhadap undang-undang dasar serta
kewenangan lainnya yang terkait dengan fungsinya sebagai the guardian of the constitution,
memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus sengketa pemilu, memutus
pembubaran partai politik serta mengadili dan memutuskan pendapat DPR mengani usul
pemberhentian presiden.
Posisi mahkmah konstitusi nampak lebih tinggi dibanding lembaga negara lainnya ketika
memutus konstitusionalitas dari suatu ketentuan undang-undang. Walaupun demikian
sesungguhnya dalam struktur ketatanegaran RI, posisi mahkamah konstitusi sejajar dengan
lembaga negara yang lainnya dengan kewenangan yang secara limitatif diberikan undangundang dasar.

Saran
Mahkamah konstitusi bersifat pasif, hanya memutus perkara yang diajukan kepadanya
dan tidak dapat memberikan fatwa selain dalam hubungan dengan putusan perkara yang
diajukan kepadanya sesuai kewenangan yang ditentukan undang-undang dasar. Pelaksanaan
putusan mahkmah konstitusi berada ditangan lembaga negara yang dikenai atau terkait
putusan itu.
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu Mahkamah yang paling tinggi bersama
Mahkamah Agung, Mahkamah Agung hanya memperhubungkan dengan Undang-Undang,
dan Peraturan Daerah, sedangkan Mahkamah Konstitusi (Judicial review) menempatkan
UUD 1945, Undang-undang, yang mengkaji Undang-undang dengan UUD 1945. Agar

maksud tersebut bisa dicanangkan maka hendaklah pemerintah seperti Presiden dan/ atau
Wakil Presiden tidak melakukan hal-hal yang membuat kesalahan yang tidak bertanggung
jawab karena Mahkamah Konstitusi akan menindak tegasnya.

Daftar Pustaka


Didit Hariadi Estiko & Suhartono, Mahkamah Konstitusi, Lembaga Negara Baru
Pengawal Konstitusi, Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretariat
Jenderal DPR RI, 2003.



Jimli Asshiddiqy, Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara, Cet.I,
Jakarta: Konstitusi Press, 2005.



http://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Konstitusi_Republik_Indonesia



http://id.wikipedia.org/wiki/Jimly_Asshiddiqie