Makalah dan Laporan Kunjungan ke DPR RI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Kunjungan
Kebijakan publik (public policy) merupakan bagian kewenangan
yang dimiliki negara untuk mengatur warganya dalam mencapai
tujuan negara. Salah satu tujuan negara di bidang pendidikan yang
termaktub
dalam
kehidupan
bangsa,
konstitusi
selain
Indonesia
upaya
adalah
menciptakan
mencerdaskan
keadilan
dan
kesejahteraan yang merata. Posisi kebijakan publik menjadi sangat
penting disebabkan beberapa alasan, pertama, dengan kebijakan ini,
negara
(baca:
pemerintah)
dapat
mengikat
semua
elemen
masyarakat untuk berjalan sesuai dengan aturan main (the rule of
the game) yang dibuat oleh pemerintah tanpa diskriminasi. Kedua,
negara secara resmi (official) mengambil satu pilihan dari sekian
banyak pilihan yang lain untuk tujan yang diinginkan. Pilihan resmi
yang diambil ini memastikan upaya yang seragam untuk mencapai
satu tujuan. Ketiga, kebijakan publik digunakan sebagai sikap politik
negara dalam merespon berbagai macam masukan, dinamika yang
terjadi di masyarakat.
Pelaku
dalam
kebijakan
publik,
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Hough (1984) adalah pelaku-pelaku resmi (official
actors) yang tercakup di dalamnya adalah: kepala negara, para
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
1
menteri, dan seluruh organ eksekutif. Selain itu, organ eksekutif dan
yudikatif pun menjadi pelaku resmi dalam menghasilkan kebijakan.
Undang-undang yang dikeluarkan di negara ini seja
tinya diinisiasi oleh eksekutif dan legislatif. Kedua ranah ini memiliki
kewenangan
untuk
membuat
undang-undang,
dan
legislatif
mensahkan undang-undang atas persetujuan eksekutif, dan juga
sebaliknya. Perundang-undangan turunannya pun dapat dikeluarkan
oleh
eksekutif
guna
mengoperasionalkan
undang-undang
yang
dibuat.
Pelaku tidak resmi (non-official actors) dapat berfungsi untuk
membuat berbagai isu yang nantinya direspons oleh pemerintah dan
DPR dalam bentuk peraturan atau perundang-undangan. Keberadaan
pelaku tidak resmi ini difungsikan sebagai bagian dari saling
mengontrol (check and balance) antara lembaga negara yang diwakili
oleh eksekutif dan legislatif dan masyarakat yang bisa diwakili oleh
Non Governmental Organization (NGO). Dalam kebijakan demokrasi,
check and balance ini menjadi sesuatu yang penting, mengingat
secara flosofs, tidak boleh ada satu lembaga negara yang berjalan
tanpa adanya pengawasan. Oleh karenanya, hubungan antara
pemerintah, legislatif, yudikatif dan masyarakat menjadi bagian yang
saling mengontrol.
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
2
Dalam
konteks
kebijakan
publik,
adalah
penting
untuk
mengetahui bagaimana sebuah proses hukum itu digodok bagi para
mahasiswa program S-3 Ilmu Pendidikan, agar kajian teoritis dan
ilmiah yang dilakukan di dalam kelas menjadi lebih bernilai dan tidak
kehilangan ruh kekinian dan kontekstual. Atas dasar itulah maka,
dengan bimbingan langsung Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd,
mahasiswa
S-3
Ilmu
Pendidikan
Universitas
Islam
Nusantara
mengadakan kunjungan dan audiensi kepada Ketua DPR RI periode
2009-2014, Dr. Marzuki Alie pada hari Rabu, 26 Februari 2014 Dari
hasil
kunjungan
ini,
didapat
berbagai
macam
pengayaan
pengetahuan dari pelaku pembuat kebijakan publik di bidang
pendidikan.
1.2
Tujuan Kunjungan
Sebagai bagian dari perkuliahan dan kegiatan akademik, kunjungan
ke DPR RI ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus bagi
mahasiswa, yaitu sebagai berikut.
A. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui bagaimana sebuah kebijakan publik dibuat.
2. Untuk mengetahui berbagai landasan, kepentingan dan alasan
yang melandasi sebuah kebijakan.
B. Tujuan Khusus
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
3
1. Sebagai bagian agenda perkuliahan mata kuliah Kebijakan
Publik dan Kinerja Birokrasi Pendidikan dalam Kompleksitas
Perkembangan.
2. Sebagai sarana berkomunikasi dan mengeluarkan gagasan
hasil kajian di mata kuliah Kebijakan Publik dan Kinerja
Birokrasi Pendidikan dalam Kompleksitas Perkembangan.
3. Sebagai sarana memperkenalkan institusi Universitas Islam
Nusantara, khususnya program Pascasarjana Ilmu Pendidikan
1.3
Manfaat Kunjungan
Kunjungan ke DPR RI ini memiliki manfaat yang besar baik bagi
mahasiswa dan juga bagi program studi Ilmu Pendidikan Uninus.
Manfaatnya adalah sebagai berikut.
A. Bagi Mahasiswa
1. mendapatkan pengayaan informasi dari salah satu pembuat
kebijakan publik.
2. mendapatkan berbagai macam informasi aktual dan isu-isu
kekinian yang terkait dengan informasi politik serta pembuatan
kebijakan.
3. mendapatkan gambaran praktis pertimbangan-pertimbangan
saat kebijakan publik dibuat.
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
4
B. Bagi Prodi Ilmu Pendidikan Uninus
1. mendapatkan
pengayaan
informasi
seputar
kebijakan-
kebijakan negara di bidang pendidikan, khususnya pendidikan
tinggi.
2. pemutakhiran kajian dan teori kebijakan publik dilihat dari sisi
praktis.
1.4
Pelaksanaan Kunjungan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Februari 2014, dari
mulai pukul 16.00 hingga 18.00 WIB bertempat di ruangan ketua DPR
RI, gedung Nusantara II, DPR RI, jalan Senayan, Jakarta Pusat. Peserta
kunjungan terdiri atas 30 mahasiswa program Doktor (S-3) Ilmu
Pendidikan, dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd.
Peserta berangkat dari kampus sekitar pukul 10.00 Wib, tiba di
gedung DPR RI, Senayan Jakarta Pusat, pukul 13.00, dilanjutkan
dengan pengurusan administrasi dan kelengkapan. Setelah itu,
peserta menunggu kedatangan Ketua DPR RI, Dr. Marzuki Alie, yang
sedang memimpin rapat mengenai permasalahan agraria. Tepat
pukul 16.30, beliau menerima peserta. Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane
Beny, M.Pd, memberikan pengantar seputar latar belakang kunjungan
dan tujuan kunjungan ini, setelah itu, ketua DPR memberikan sedikit
kuliah singkat dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab. Sebanyak 3 (tiga)
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
5
pertanyaan disampaikan oleh perwakilan mahasiswa, yang beberapa
diantaranya menanyakan mengenai kebijakan pendidikan dalam era
otonomi daerah dan pengambilalihan pendidikan oleh kementerian
riset dan teknologi. Setelah ketua DPR memberikan jawaban secara
lengkap dan panjang lebar, kegiatan berikutnya adalah foto bersama
dan kembali ke kampus. Peserta tiba kembali di kampus Uninus
sekitar pukul 23.30 WIB dengan selamat.
BAB II. GAMBARAN UMUM LEMBAGA
2.1. Profil
Perubahan
Indonesia
Tahun
terhadap
1945,
Undang-Undang
khususnya
Pasal
Dasar
20
Republik
ayat
(1)
dimaksudkan untuk memperkuat DPR RI sebagai Lembaga
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
6
Legislatif
yang
memiliki
kekuasaan
membentuk
undang-
undang. Selain itu, UUD RI Tahun 1945 juga memberikan hak
kepada Anggota DPR RI untuk mengajukan Usul Rancangan
Undang-Undang (RUU). Pergeseran kekuasaan membentuk
undang-undang dari Presiden kepada DPR RI merupakan
langkah konstitusional untuk memposisikan fungsi lembaga
negara secara tepat sesuai bidang tugas masing-masing, yakni
DPR
RI
sebagai
lembaga
pembentuk
undang-undang
(kekuasaan legislatif) dan Presiden sebagai pelaksana undangundang (kekuasaan eksekutif). Pergeseran kekuasaan untuk
membentuk
undang-undang
merepresentasikan
tersebut
perubahan
pada
hakekatnya
pendekatan
pembagian
kekuasaan (distribution of power) dengan prinsip supremasi
menjadi pemisahan kekuasaan (separation of power) dengan
prinsip saling mengawasi dan mengimbangi sebagai ciri khas
yang melekat.
Sesuai dengan amanat UUD RI Tahun 1945 Pasal 20A
ayat (1), DPR RI memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Dalam menjalankan fungsinya, DPR RI memiliki
hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
Disamping
itu,
setiap
Anggota
DPR
RI
mempunyai
hak
mengajukan Rancangan Undang-undang, hak interpelasi, hak
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
7
angket, dan hak menyatakan pendapat serta hak-hak lainnya
yang diatur oleh UU.
Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR RI sebagai
lembaga legislatif yang menjalankan kekuasaan membentuk
UU. Fungsi anggaran mempertegas kedudukan DPR RI untuk
membahas, termasuk mengubah RAPBN dan menetapkan APBN
yang ditujukan bagi kesejahteraan rakyat. Kedudukan DPR RI
dalam hal penetapan APBN menjadi sentral, oleh karena apabila
DPR RI tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden,
Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu. Sedangkan
fungsi pengawasan adalah fungsi DPR RI dalam melakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
pelaksanaan
anggaran
dan
Undang-Undang,
pelaksanaan
kebijakan
pemerintahan dan pembangunan oleh Pemerintah. Penegasan
fungsi dan hak DPR RI serta hak Anggota dalam UUD RI Tahun
1945 sangat mendukung pelaksanaan tugas DPR RI sesuai
harapan dan tuntutan rakyat.
A. Latar Belakang Pendidikan
Dari
seluruh
Anggota
Dewan,
265
orang
atau
47,7%
diantaranya berpendidikan S1, 194 orang atau 35,0% berpendidikan
S2, dan berpendidikan S3 sebanyak 43 orang atau 7,7%. Dengan
demikian, komposisi tingkat pendidikan Anggota Dewan periode
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
8
2009-2014 memiliki kualifkasi yang lebih baik dibanding periode
sebelumnya. Untuk tingkatan pendidikan lainnya, yaitu lulusan SMA
dan sederajat sebanyak 33 orang atau 5,9% dan lulusan diploma
sebanyak 13 orang atau 2,3%. Terdapat 7 orang Anggota Dewan
yang tidak menyebutkan pendidikan terakhir yang ditempuh. Secara
garis besar, Anggota Dewan berpendidikan S1 dan lebih tinggi
mendominasi komposisi menurut tingkat pendidikan.
B. Representasi Perempuan
Pada periode DPR RI 2009-2014 terdapat 98 orang
perempuan menjadi Anggota Dewan atau sekitar 17,7% dari
jumlah Anggota Dewan. Jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya, di mana representasi perempuan masa itu hanya
11%, maka pada periode ini terjadi peningkatan partisipasi
perempuan di DPR RI. Hal tersebut dapat mengindikasikan
bahwasanya
permasalahan
memperoleh
perhatian.
kaum
perempuan
Namun jika
akan
dibandingkan
lebih
dengan
proporsi penduduk Indonesia secara umum, maka representasi
perempuan pada lembaga perwakilan perlu ditingkatkan.
C. Domisili
Hampir separuh, yaitu 47,2% atau 262 orang Anggota Dewan
bertempat tinggal di Jakarta dan 116 orang atau 20,9% bertempat
tinggal wilayah Jawa Barat. Jika digabungkan, maka lebih dari 2/3
Anggota Dewan berasal dari Jakarta dan Jawa Barat. Jika didasarkan
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
9
tempat tinggal di wilayah provinsi, maka 81,46% Anggota Dewan
bertempat tinggal di Pulau Jawa. Walaupun gambaran tersebut belum
mempertimbangkan tempat tinggal Anggota Dewan yang pada
periode sebelumnya telah menjabat sebagai Anggota DPR RI, namun
dapat mengindikasikan bahwasanya representasi Anggota Dewan
belum proporsional terhadap distribusi penduduk Indonesia. Jika
dibandingkan distribusi penduduk di Indonesia, maka konsentrasi
penduduk di Pulau Jawa tercatat sekitar 55% dari penduduk Nasional.
Oleh karenanya, representasi berdasarkan tempat asal perlu lebih
merata untuk dapat menyerap aspirasi dari seluruh daerah di
Indonesia.
D. Pekerjaan Awal
Menurut data KPU, Anggota Dewan pada periode ini yang berasal dari
DPR RI periode sebelumnya adalah sekitar 165 orang atau 29,7%.
Artinya, sekitar 70% Anggota Dewan periode 2009-2014 adalah
anggota baru. Diantara anggota baru tersebut, 183 atau 33%
menyatakan pekerjaan awalnya sebagai pegawai swasta, 13% adalah
wirausahawan, dan 8% merupakan PNS. Kelompok lain sebanyak 52
orang berprofesi sebagai dokter, pimpinan pesantren, dan profesi
lainnya.
E. Usia
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
10
Profl Anggota DPR RI dari komposisi kelompok umur sebagian besar
atau 41% berusia 41-50 tahun. Jika diasumsikan bahwa Anggota
Dewan menjalani karir politiknya sejak bergelar sarjana, maka
sebagian besar merupakan politisi kelompok usia menengah. Sedang
38% Anggota lainnya berusia lebih dari 50 tahun. Dengan demikian
Anggota DPR RI didominasi oleh politisi usia menengah dan dewasa.
F. Unsur Pendukung
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR RI dibentuk
Sekretariat Jenderal yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No.
23 Tahun 2005 tentang Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia. Sekretariat Jenderal DPR RI adalah aparatur
pemerintah yang tugas
dan fungsinya
berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan DPR RI. Tugas
Sekretariat Jenderal DPR RI adalah menyelenggarakan dukungan
teknis, administratif dan keahlian kepada Dewan. Dukungan keahlian
Sekretariat
Jenderal
DPR
RI
disesuaikan
dengan
kebutuhan
pelaksanaan tugas DPR RI di bidang legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Selama ini dukungan tersebut tercermin dari kegiatan
yang dilaksanakan kedeputian sesuai tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Dukungan keahlian dioptimalkan melalui berbagai
jenis data dan informasi pendukung sebagai bahan masukan dalam
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
11
rapat-rapat AKD, kegiatan pengiriman tim kunjungan kerja DPR dan
Anggota, pengiriman delegasi ke berbagai forum internasional,
penerimaan dan penyaluran delegasi masyarakat, penanganan suratsurat pengaduan, serta pendampingan dalam pembahasan RUU dan
kegiatan DPR lainnya, penyediaan bentuk bantuan keahlian lainnya,
dan penyediaan prasarana dan sarana untuk menunjang pelaksanaan
fungsi Dewan.
Pada periode 2004-2009 Sekretariat Jenderal DPR RI
berupaya meningkatkan dukungan kepada pelaksanaan 3 (tiga)
fungsi
Dewan;
membentuk
dalam
sistem
pembahasan
unit
pendukung
seluruh
yang
RUU
secara
dan
khusus
melakukan kegiatan di bidang penyusunan RUU Usul Inisiatif
DPR dengan mengembangkan jabatan fungsional perancang
UU. Dukungan keahlian tersebut berupa penyusunan draft RUU
dan naskah akademik hingga uji material UU (judicial review)
pada
persidangan MK.
Sekretariat Jenderal
DPR
RI
juga
mengadakan seminar, penelitian dan pengkajian, kunjungan ke
daerah,
dan
kerjasama
dengan
berbagai
perguruan
tinggi/universitas dalam rangka penyusunan draft RUU dan
naskah
akademiknya.
Dalam
proses
pembahasan
RUU,
Sekretariat Jenderal DPR RI memberikan dukungan fasilitas
seluruh kegiatan DPR antara lain: persiapan rapat, penyiapan
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
12
data dan informasi, penyusunan konsep kesimpulan dan
notulensi rapat, penggandaan dan distribusi hasil-hasil rapat,
dan sosialisasi RUU yang akan dibahas.
Untuk memfasilitasi kegiatan Dewan di bidang anggaran,
Sekretariat Jenderal DPR RI memberikan dukungan teknis,
administratif dan keahlian kepada DPR RI, termasuk koordinasi
antar-unit kerja Sekretariat Jenderal DPR RI, Sekretariat BURT,
Sekretariat BANGGAR, dan instansi-instansi pasangan kerja
komisi-komisi
terkait.
Dukungan
juga
dilakukan
melalui
kegiatan penelitian, pengkajian dan analisis, pengumpulan data
dan informasi bagi pembahasan APBN, kegiatan pemantauan
penggunaan dana perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah, serta pengumpulan data dan informasi dalam bentuk
database BUMN dan perkembangan APBN. Pada periode 20102014, Sekretariat Jenderal DPR RI juga merintis pembentukan
jabatan fungsional analis anggaran , menyusun prosedur kerja
koordinasi dengan unit kerja lain atau Komisi terkait dalam
rapat-rapat pembahasan APBN.
Di bidang pengawasan, Sekretariat Jenderal DPR RI
mendukung pelaksanaan tugas DPR RI melalui raker, RDP,
RDPU dan berbagai pertemuan konsultasi. Di samping itu,
Sekretariat Jenderal DPR RI juga membantu kegiatan DPR RI
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
13
dalam kunjungan lapangan dan kunjungan kerja ke berbagai
provinsi serta menyusun laporan yang akan dibahas dengan
Kementerian atau instansi terkait. Terkait peningkatan kualitas
pelayanan kepada DPR RI, Sekretariat Jenderal berpartisipasi
aktif dalam forum yang mewadahi para pejabat Sekretariat
Jenderal di tingkat regional dan internasional, yaitu Association
of Secretary
Jumlah Pegawai
Sekretariat
Jenderal DPR RI
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Tenaga
Fungsional
Sekretariat
Jenderal DPR RI
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah
Jumlah Tenaga
Status Kepegawaian
Pegawai Negeri Sipil
(termasuk 96 CPNS)
Honorer Perumahan
Honorer Gedung dan
Tamu (Dungtam)
Honorer Pengamanan
dan Pengendalian
(Pamdal)
Tenaga Kontrak
(outsource)
Jumlah
Penugasan
Medis dan Paramedis
Arsiparis
Pustakawan
Pranata Komputer
Peneliti
Calon Perancang RUU
Penugasan
Denny Kodrat
Jumlah (Orang)
1443
52
20
53
300
1868
Jumlah (Orang)
33
19
7
18
81
27
185
Jumlah (Orang)
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
14
Ahli DPR RI
Periode 20092014 No.
1.
2.
a.
b.
c.
3.
Jumlah
2.2.
Tenaga Ahli Anggota
560
Tenaga Ahli AK Dewan
Komisi
60
Badan
45
Pimpinan
18
Fraksi
76
759
Visi dan Misi
Sesuai dengan kedudukan Rencana Strategis sebagai
pedoman antara untuk mengarahkan pencapaian tujuan jangka
panjang pelaksanaan tugas konstitusional Dewan Perwakilan
Rakyat RI, maka Rencana Strategis memuat Visi 1 dan Misi2
jangka panjang sebagai landasan dalam menyiapkan arah
kebijakan 5 (lima) tahun ke depan. Visi DPR RI yang menjadi
acuan dalam penyusunan Rencana Strategis 2010 – 2014
adalah:
Terwujudnya DPR RI sebagai Lembaga Perwakilan yang
kredibel dalam mengemban tanggung jawab mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur
Lembaga Perwakilan yang kredibel, merupakan nilai
dasar dalam pelaksanaan tanggungjawab perwakilan rakyat
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
15
yang efektif, akuntabel, transparan, aspiratif, responsif dan
akomodatif.
Masyarakat
adil
dan
makmur,
merupakan
tujuan
ideal
pembangunan masyarakat madani yang berkualitas, sejahtera lahir
dan batin, dan demokratis dalam karsa dan karya pembangunan
Republik Indonesia.
Misi DPR RI pada hakekatnya merupakan upaya penjabaran Visi DPR
RI agar lebih fokus dan terarah dengan mempertimbangkan kondisi
dan
perkembangan
kebijakan,
peraturan
perundang-undangan,
tanggungjawab pokok, dan kelembagaan DPR RI yang berlangsung
selama ini.
Misi DPR RI merupakan landasan perumusan strategi, kebijakan, dan
program kelembagaan DPR RI, terutama dalam kerangka sistem
perencanaan
jangka
panjang,
jangka
menengah
yang
diwakili
Rencana Strategis, dan rencana kerja tahunan. Oleh karena itu,
penetapan Misi DPR RI menjadi penting untuk mengarahkan kegiatan
selama lima tahun ke depan, penetapan prioritas, dan menjaga
keberlanjutan kegiatan DPR RI.
Prinsip yang dianut dalam perumusan Misi DPR RI 2010 –
2014 adalah :
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
16
1) Visi DPR RI menjadi basis untuk perumusan Misi DPR RI dan
perumusan strategi dan kebijakan, program, dan indikator kinerja
program DPR RI.
2) Misi DPR RI mengacu kepada tuntutan kinerja pelaksanaan tugastugas pokok
lembaga perwakilan.
3) Misi DPR RI mengakomodasikan potensi dan kendala secara
substantif yang
dihadapi lembaga perwakilan.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka Misi DPR RI dirumuskan
menjadi :
1. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi legislasi yang efisien dan
efektif.
2. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran negara yang
akuntabel dan transparan.
3. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang
transparan dan efektif.
4. Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif,
responsif dan akomodatif
dengan pemaknaan sebagai berikut :
1. Mewujudkan
penyelenggaraan
fungsi
legislasi
yang
efisien dan efektif, yakni membangun dan memperkuat tata
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
17
kelola
dalam
pembentukan
Undang-Undang
melalui
pola
dukungan yang profesional, cermat dan akurat.
2.
Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran
negara
yang
akuntabel
dan
transparan,
yakni
meningkatkan akuntabilitas dan ketepatan alokasi anggaran
negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang
transparan dan efektif, yakni membangun keterbukaan dan
akses
bagi
masyarakat
Undang-Undang,
dalam
pemerintahan,
pengawasan
pelaksanaan
penggunaan
anggaran
pembangunan, dan kebijakan Pemerintah.
4. Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif,
responsif dan akomodatif,
perwakilan
yang
masyarakat
dan
kuat
yakni membangun lembaga
dalam
meningkatkan
memperjuangkan
akses
dalam
aspirasi
penyerapan
aspirasi masyarakat melalui pola dukungan keahlian serta
prasarana dan sarana komunikasi yang lengkap, akurat, dan
menjangkau masyarakat.
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
18
2.3.
Struktur Organisasi DPR Menurut UUD 1945 dan Sekretariat
Jenderal
Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen telah mengamanatkan
susunan struktur lembaga negara, dengan menambahkan lembaga Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial
(KY), sebagaimana yang terlihat dalam gambar 2.1 berikut:
Sebagaimana yang nampak dalam gambar di atas, dapat terlihat bahwa
posisi DPR sejajar dengan lembaga kepresidenan, BPK, MPR, DPD, MA, MK
dan KY. Di dalam tubuh DPR sendiri terdapat fraksi-fraksi dan komisi-komisi.
Untuk menunjang kinerja DPR, maka disediakanlah sekretariat jenderal
yang dipimpin oleh pejabat esalon I (sekretaris jenderal) bersama wakil,
sebagaimana gambar 2.2 berikut ini.
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
19
Sekretariat jenderal berfungsi untuk mendukung kinerja anggota
dewan. Sekretaris jenderal membawahi 9 biro dengan tugas pokok
dan fungsinya. Sumber daya manusia dalam secretariat jenderal ini
terdiri atas pegawai negeri sipil, honor dan tenaga alih daya
(outsourcing).
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
20
BAB III. HASIL KUNJUNGAN
Beberapa topik yang dibahas dalam pertemuan dengan Ketua DPR RI,
Dr. Marzuki Alie adalah sebagai berikut. Pertama, isu mengenai
pengelolaan otonomi daerah yang penuh dengan kesemrawutan.
Dalam hal ini, Marzuki Alie menyatakan bahwa otonomi daerah di
Indonesia merupakan kebijakan yang hanya ada di Indonesia, tidak
ada contohnya di negara lain. Oleh karenanya, adalah wajar apabila
disebut sebagai otonomi daerah setengah hati. Kebijakan otonomi
daerah di bidang pendidikan terlihat menjauh dari cita-cita awal
semangat otonomi daerah sendiri. Disparitas kualitas pendidikan
yang
teramat
tajam
diantara
setiap
daerah,
mengakibatkan
pemerintah pusat tidak hanya memberikan standar-standar minimal
yang harus dicapai oleh satuan pendidikan, namun juga sudah
memberikan kebijakan yang praktis, padahal kebijakan praktis dan
operasional itu merupakan domain kewenangan daerah.
Tidak hanya itu, kepala daerah yang dipilih oleh rakyat,
memainkan kekuasaan politisnya untuk menarik pegawai negeri sipil
(PNS) dan para guru untuk berkompetisi secara politik. Wajar yang
terjadi apabila PNS yang dekat dengan sumbu kekuasaan akan cepat
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
21
naik pangkat, maka sebaliknya, bila PNS tidak ikut serta berkompetisi
secara politis, maka meski ia memiliki kemampuan yang unggul, ia
tidak akan menduduki tempat sesuai kemampuannya. Contoh yang
sangat jelas adalah fenomena ujian nasional (UN). Saat nilai UN
diklaim sebagai ukuran kesuksesan pembangunan, maka kepala
daerah akan menekan kepala dinas, kepala sekolah dan guru. Ujungujungnya, disetiap level birokrasi terjadi apa yang disebut sebagai
“tujuan menghalalkan segala cara” (The end justifes a mean). Tidak
hanya itu, persebaran guru pun menjadi masalah tersendiri. Dalam
hitungan pusat, rasio guru dan siswa sudah ideal. Namun di lapangan,
daerah masih kekurangan guru. Ternyata ini diakibatkan sebaran
guru yang tidak merata, akibat tidak tegasnya daerah dalam
mendistribusikan sumber daya guru.
Masalah lainnya dalam otonomi daerah adalah disebabkan
rakyat dapat memilih langsung kepala daerahnya, maka yang terjadi
adalah kepemimpinan di pusat, provinsi dan daerah, cenderung tidak
sama, beragam. Konsekuensinya, mimpi presiden, tidaklah sama
dengan mimpi gubernur dan mimpi walikota/bupati. Ini diakibatkan
para pemimpin pusat dan daerah ini berasal dari partai yang berbeda,
yang menjadi rival dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala
daerah.
Sehingga, visi Indonesia akan seperti apa nampak tidak
seragam dan sinergis. Beberapa hal yang patut dipertimbangkan
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
22
dalam mengatasi otonomi daerah ini adalah dengan mendorong
adanya revisi kajian undang-undang pemerintah daerah. Selain itu,
dalam
konteks
peningkatan
mutu
pendidikan,
Marzuki
Alie
mendorong adanya pembuatan standarisasi guru, untuk melengkapi
kompetensi-kompetensi minimal yang harus dimiliki guru.
Kedua,
mensyaratkan
isu
mengenai
seorang
kepemimpinan.
pemimpin
harus
Marzuki
mengetahui
Alie
persoalan
bangsa secara detail, tidak hanya melihat masalah dari kulitnya.
Marzuki Alie menyitir ASEAN Community 2015 yang sama sekali tidak
nampak direspons oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan,
padahal ASEAN Community ini sesungguhnya menjadi ancaman bagi
warga Indonesia disaat publik Indonesia tidak siap dalam menghadapi
ASEAN Community ini. Bisa dibayangkan, siswa-siswa Indonesia yang
tidak dilengkapi sertifkasi keahlian, akan dikalahkan oleh siswa-siswa
dari negara-negara tetangga yang tidak hanya memiliki kemampuan
keterampilan, tetapi juga dilengkapi dengan sertifkasi.
Ketiga, Marzuki Alie mengkritisi kebijakan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Prof. Dr. M. Nuh, yang dianggapnya terlalu kaku dan
cenderung berorientasi kepada perguruan tinggi negeri. Aturan
mengenai penyelenggaraan pendidikan, sesungguhnya tidak lagi
membedakan sekolah negeri dan swasta. Keduanya adalah sama,
tanpa diskriminasi. Apalagi perguruan tinggi swasta yang berjumlah
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
23
sekitar 3100 ini menyumbang 80% dalam penghitungan Indeks
Pembangunan Manusia, sisanya 93 PTN hanya menyumbang 20%
saja. Mendikbud seringkali membuat kebijakan yang berkiblat kepada
perguruan tinggi negeri, tidak mampu mengubah mindset bahwa
negara seharusnya mendukung masyarakat yang mendirikan sekolah
atau perguruan tinggi. Misalnya, peraturan menteri yang membatasi
usia dosen tetap non pns (dosen tetap yayasan) di usia 50 tahun,
yang menutup kemungkinan dosen-dosen pns saat pensiun bekerja
sebagai dosen tetap di swasta. Padahal pengalaman para dosen yang
senior ini sangat membantu bagi perguruan tinggi swasta, meski
mereka sudah pensiun. Dengan kata lain, birokrasi Indonesia ini
masih
menjalankan
tugasnya
berdasarkan
kebiasaan,
bukan
berdasarkan hukum. Oleh karenanya, perlu suatu saat, menteri
pendidikan dan kebudayaan ini diangkat dari dosen perguruan tinggi
swasta.
Ketiga, isu mengenai Kementerian Riset dan Teknologi yang
diberi wewenang untuk menjalankan perguruan tinggi, Marzuki Alie
menyebutkan bahwa setiap perubahan nomenklatur kementerian
beserta tugas pokok dan fungsinya, harus sepersetujuan dewan,
dengan mekanisme rapat-rapat komisi dan disahkan dalam rapat
paripurna.
Sebagai
contoh,
saat
terjadi
reshufe
kabinet
dan
perubahan beberapa nomenklatur kementerian, seperti pariwisata
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
24
dan industri kreatif, pendidikan dan kebudayaan, SBY segera
menghubungi ketua DPR untuk diminta persetujuannya. Disebabkan
pengumuman reshufe ini akan segera disampaikan kepada rakyat
besok harinya, maka dewan melakukan rapat secara marathon,
hingga kemudian persetujuan dari dewan dapat dikeluarkan. Oleh
karenanya, wacana mengenai pemindahan wewenang pengelolaan
dan tanggung jawab pendidikan tinggi dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktrorat Pendidikan Tinggi, ke
Kementerian Riset dan Teknologi, sejauh ini tidak diwacanakan oleh
eksekutif kepada legislatif. Sehingga nampaknya, hal ini tidak akan
terjadi.
Pada bagian akhir, Marzukie Alie menyatakan bahwa sebagai
pemimpin yang negarawan, kesesuaian antara kebijakan dan fakta
yang terjadi di lapangan sangatlah penting, apalagi Indonesia
memiliki sejumlah potensi masalah yang membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan yang mendalam untuk memecahkannya.
BAB IV. PENUTUP
Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi hasil
kunjungan ke DPR RI.
4.1
Kesimpulan
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
25
Berdasarkan hasil pertemuan dengan Ketua DPR RI, Dr. Marzuki Alie,
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Kebijakan otonomi daerah yang dikeluarkan pada tahun 1999
masih jauh dari apa yang dicita-citakan, khususnya dalam
bidang kebijakan pendidikan.
2. Pemerintah
seharusnya
selaku
pembuat
bersikap
adil,
dan
pelaksana
tidak
kebijakan
diskriminatif,
terhadap
perguruan tinggi swasta yang bersama-sama berkontribusi
mewujudkan
amanah
konstitusi
dalam
mencerdaskan
kehidupan bangsa.
3. Pemerintah seharusnya memiliki visi yang sama baik dari pusat
hingga ke daerah, terlebih lagi dalam merespons ASEAN-China
Community pada tahun 2015 mendatang.
4. Pemerintah
bersama-sama
dewan
melakukan
fungsi
dan
kewenangannya untuk tujuan menciptakan masyarakat yang
berkeadilan di segala aspek kehidupan.
4.2
Rekomendasi
Adapun rekomendasi terkait dengan tindak lanjut kunjungan ini
adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan kunjungan yang serupa perlu dilakukan kepada
kementerian
pendidikan
dan
Denny Kodrat
kebudayaan
atau
direktorat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
26
jenderal (pejabat esalon I) sebagai sarana memberikan gagasan
hasil kajian kebijakan publik dalam pendidikan mahasiswa
program S-3 Ilmu pendidikan.
2. Hasil kunjungan ini bisa dijadikan sebagai referensi dan bahan
untuk penelitian desertasi mahasiswa yang tertarik dalam
kajian kebijakan publik, manajemen birokrasi pendidikan.
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
27
1.1Latar Belakang Kunjungan
Kebijakan publik (public policy) merupakan bagian kewenangan
yang dimiliki negara untuk mengatur warganya dalam mencapai
tujuan negara. Salah satu tujuan negara di bidang pendidikan yang
termaktub
dalam
kehidupan
bangsa,
konstitusi
selain
Indonesia
upaya
adalah
menciptakan
mencerdaskan
keadilan
dan
kesejahteraan yang merata. Posisi kebijakan publik menjadi sangat
penting disebabkan beberapa alasan, pertama, dengan kebijakan ini,
negara
(baca:
pemerintah)
dapat
mengikat
semua
elemen
masyarakat untuk berjalan sesuai dengan aturan main (the rule of
the game) yang dibuat oleh pemerintah tanpa diskriminasi. Kedua,
negara secara resmi (official) mengambil satu pilihan dari sekian
banyak pilihan yang lain untuk tujan yang diinginkan. Pilihan resmi
yang diambil ini memastikan upaya yang seragam untuk mencapai
satu tujuan. Ketiga, kebijakan publik digunakan sebagai sikap politik
negara dalam merespon berbagai macam masukan, dinamika yang
terjadi di masyarakat.
Pelaku
dalam
kebijakan
publik,
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Hough (1984) adalah pelaku-pelaku resmi (official
actors) yang tercakup di dalamnya adalah: kepala negara, para
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
1
menteri, dan seluruh organ eksekutif. Selain itu, organ eksekutif dan
yudikatif pun menjadi pelaku resmi dalam menghasilkan kebijakan.
Undang-undang yang dikeluarkan di negara ini seja
tinya diinisiasi oleh eksekutif dan legislatif. Kedua ranah ini memiliki
kewenangan
untuk
membuat
undang-undang,
dan
legislatif
mensahkan undang-undang atas persetujuan eksekutif, dan juga
sebaliknya. Perundang-undangan turunannya pun dapat dikeluarkan
oleh
eksekutif
guna
mengoperasionalkan
undang-undang
yang
dibuat.
Pelaku tidak resmi (non-official actors) dapat berfungsi untuk
membuat berbagai isu yang nantinya direspons oleh pemerintah dan
DPR dalam bentuk peraturan atau perundang-undangan. Keberadaan
pelaku tidak resmi ini difungsikan sebagai bagian dari saling
mengontrol (check and balance) antara lembaga negara yang diwakili
oleh eksekutif dan legislatif dan masyarakat yang bisa diwakili oleh
Non Governmental Organization (NGO). Dalam kebijakan demokrasi,
check and balance ini menjadi sesuatu yang penting, mengingat
secara flosofs, tidak boleh ada satu lembaga negara yang berjalan
tanpa adanya pengawasan. Oleh karenanya, hubungan antara
pemerintah, legislatif, yudikatif dan masyarakat menjadi bagian yang
saling mengontrol.
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
2
Dalam
konteks
kebijakan
publik,
adalah
penting
untuk
mengetahui bagaimana sebuah proses hukum itu digodok bagi para
mahasiswa program S-3 Ilmu Pendidikan, agar kajian teoritis dan
ilmiah yang dilakukan di dalam kelas menjadi lebih bernilai dan tidak
kehilangan ruh kekinian dan kontekstual. Atas dasar itulah maka,
dengan bimbingan langsung Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd,
mahasiswa
S-3
Ilmu
Pendidikan
Universitas
Islam
Nusantara
mengadakan kunjungan dan audiensi kepada Ketua DPR RI periode
2009-2014, Dr. Marzuki Alie pada hari Rabu, 26 Februari 2014 Dari
hasil
kunjungan
ini,
didapat
berbagai
macam
pengayaan
pengetahuan dari pelaku pembuat kebijakan publik di bidang
pendidikan.
1.2
Tujuan Kunjungan
Sebagai bagian dari perkuliahan dan kegiatan akademik, kunjungan
ke DPR RI ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus bagi
mahasiswa, yaitu sebagai berikut.
A. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui bagaimana sebuah kebijakan publik dibuat.
2. Untuk mengetahui berbagai landasan, kepentingan dan alasan
yang melandasi sebuah kebijakan.
B. Tujuan Khusus
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
3
1. Sebagai bagian agenda perkuliahan mata kuliah Kebijakan
Publik dan Kinerja Birokrasi Pendidikan dalam Kompleksitas
Perkembangan.
2. Sebagai sarana berkomunikasi dan mengeluarkan gagasan
hasil kajian di mata kuliah Kebijakan Publik dan Kinerja
Birokrasi Pendidikan dalam Kompleksitas Perkembangan.
3. Sebagai sarana memperkenalkan institusi Universitas Islam
Nusantara, khususnya program Pascasarjana Ilmu Pendidikan
1.3
Manfaat Kunjungan
Kunjungan ke DPR RI ini memiliki manfaat yang besar baik bagi
mahasiswa dan juga bagi program studi Ilmu Pendidikan Uninus.
Manfaatnya adalah sebagai berikut.
A. Bagi Mahasiswa
1. mendapatkan pengayaan informasi dari salah satu pembuat
kebijakan publik.
2. mendapatkan berbagai macam informasi aktual dan isu-isu
kekinian yang terkait dengan informasi politik serta pembuatan
kebijakan.
3. mendapatkan gambaran praktis pertimbangan-pertimbangan
saat kebijakan publik dibuat.
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
4
B. Bagi Prodi Ilmu Pendidikan Uninus
1. mendapatkan
pengayaan
informasi
seputar
kebijakan-
kebijakan negara di bidang pendidikan, khususnya pendidikan
tinggi.
2. pemutakhiran kajian dan teori kebijakan publik dilihat dari sisi
praktis.
1.4
Pelaksanaan Kunjungan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Februari 2014, dari
mulai pukul 16.00 hingga 18.00 WIB bertempat di ruangan ketua DPR
RI, gedung Nusantara II, DPR RI, jalan Senayan, Jakarta Pusat. Peserta
kunjungan terdiri atas 30 mahasiswa program Doktor (S-3) Ilmu
Pendidikan, dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd.
Peserta berangkat dari kampus sekitar pukul 10.00 Wib, tiba di
gedung DPR RI, Senayan Jakarta Pusat, pukul 13.00, dilanjutkan
dengan pengurusan administrasi dan kelengkapan. Setelah itu,
peserta menunggu kedatangan Ketua DPR RI, Dr. Marzuki Alie, yang
sedang memimpin rapat mengenai permasalahan agraria. Tepat
pukul 16.30, beliau menerima peserta. Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane
Beny, M.Pd, memberikan pengantar seputar latar belakang kunjungan
dan tujuan kunjungan ini, setelah itu, ketua DPR memberikan sedikit
kuliah singkat dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab. Sebanyak 3 (tiga)
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
5
pertanyaan disampaikan oleh perwakilan mahasiswa, yang beberapa
diantaranya menanyakan mengenai kebijakan pendidikan dalam era
otonomi daerah dan pengambilalihan pendidikan oleh kementerian
riset dan teknologi. Setelah ketua DPR memberikan jawaban secara
lengkap dan panjang lebar, kegiatan berikutnya adalah foto bersama
dan kembali ke kampus. Peserta tiba kembali di kampus Uninus
sekitar pukul 23.30 WIB dengan selamat.
BAB II. GAMBARAN UMUM LEMBAGA
2.1. Profil
Perubahan
Indonesia
Tahun
terhadap
1945,
Undang-Undang
khususnya
Pasal
Dasar
20
Republik
ayat
(1)
dimaksudkan untuk memperkuat DPR RI sebagai Lembaga
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
6
Legislatif
yang
memiliki
kekuasaan
membentuk
undang-
undang. Selain itu, UUD RI Tahun 1945 juga memberikan hak
kepada Anggota DPR RI untuk mengajukan Usul Rancangan
Undang-Undang (RUU). Pergeseran kekuasaan membentuk
undang-undang dari Presiden kepada DPR RI merupakan
langkah konstitusional untuk memposisikan fungsi lembaga
negara secara tepat sesuai bidang tugas masing-masing, yakni
DPR
RI
sebagai
lembaga
pembentuk
undang-undang
(kekuasaan legislatif) dan Presiden sebagai pelaksana undangundang (kekuasaan eksekutif). Pergeseran kekuasaan untuk
membentuk
undang-undang
merepresentasikan
tersebut
perubahan
pada
hakekatnya
pendekatan
pembagian
kekuasaan (distribution of power) dengan prinsip supremasi
menjadi pemisahan kekuasaan (separation of power) dengan
prinsip saling mengawasi dan mengimbangi sebagai ciri khas
yang melekat.
Sesuai dengan amanat UUD RI Tahun 1945 Pasal 20A
ayat (1), DPR RI memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Dalam menjalankan fungsinya, DPR RI memiliki
hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
Disamping
itu,
setiap
Anggota
DPR
RI
mempunyai
hak
mengajukan Rancangan Undang-undang, hak interpelasi, hak
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
7
angket, dan hak menyatakan pendapat serta hak-hak lainnya
yang diatur oleh UU.
Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR RI sebagai
lembaga legislatif yang menjalankan kekuasaan membentuk
UU. Fungsi anggaran mempertegas kedudukan DPR RI untuk
membahas, termasuk mengubah RAPBN dan menetapkan APBN
yang ditujukan bagi kesejahteraan rakyat. Kedudukan DPR RI
dalam hal penetapan APBN menjadi sentral, oleh karena apabila
DPR RI tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden,
Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu. Sedangkan
fungsi pengawasan adalah fungsi DPR RI dalam melakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
pelaksanaan
anggaran
dan
Undang-Undang,
pelaksanaan
kebijakan
pemerintahan dan pembangunan oleh Pemerintah. Penegasan
fungsi dan hak DPR RI serta hak Anggota dalam UUD RI Tahun
1945 sangat mendukung pelaksanaan tugas DPR RI sesuai
harapan dan tuntutan rakyat.
A. Latar Belakang Pendidikan
Dari
seluruh
Anggota
Dewan,
265
orang
atau
47,7%
diantaranya berpendidikan S1, 194 orang atau 35,0% berpendidikan
S2, dan berpendidikan S3 sebanyak 43 orang atau 7,7%. Dengan
demikian, komposisi tingkat pendidikan Anggota Dewan periode
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
8
2009-2014 memiliki kualifkasi yang lebih baik dibanding periode
sebelumnya. Untuk tingkatan pendidikan lainnya, yaitu lulusan SMA
dan sederajat sebanyak 33 orang atau 5,9% dan lulusan diploma
sebanyak 13 orang atau 2,3%. Terdapat 7 orang Anggota Dewan
yang tidak menyebutkan pendidikan terakhir yang ditempuh. Secara
garis besar, Anggota Dewan berpendidikan S1 dan lebih tinggi
mendominasi komposisi menurut tingkat pendidikan.
B. Representasi Perempuan
Pada periode DPR RI 2009-2014 terdapat 98 orang
perempuan menjadi Anggota Dewan atau sekitar 17,7% dari
jumlah Anggota Dewan. Jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya, di mana representasi perempuan masa itu hanya
11%, maka pada periode ini terjadi peningkatan partisipasi
perempuan di DPR RI. Hal tersebut dapat mengindikasikan
bahwasanya
permasalahan
memperoleh
perhatian.
kaum
perempuan
Namun jika
akan
dibandingkan
lebih
dengan
proporsi penduduk Indonesia secara umum, maka representasi
perempuan pada lembaga perwakilan perlu ditingkatkan.
C. Domisili
Hampir separuh, yaitu 47,2% atau 262 orang Anggota Dewan
bertempat tinggal di Jakarta dan 116 orang atau 20,9% bertempat
tinggal wilayah Jawa Barat. Jika digabungkan, maka lebih dari 2/3
Anggota Dewan berasal dari Jakarta dan Jawa Barat. Jika didasarkan
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
9
tempat tinggal di wilayah provinsi, maka 81,46% Anggota Dewan
bertempat tinggal di Pulau Jawa. Walaupun gambaran tersebut belum
mempertimbangkan tempat tinggal Anggota Dewan yang pada
periode sebelumnya telah menjabat sebagai Anggota DPR RI, namun
dapat mengindikasikan bahwasanya representasi Anggota Dewan
belum proporsional terhadap distribusi penduduk Indonesia. Jika
dibandingkan distribusi penduduk di Indonesia, maka konsentrasi
penduduk di Pulau Jawa tercatat sekitar 55% dari penduduk Nasional.
Oleh karenanya, representasi berdasarkan tempat asal perlu lebih
merata untuk dapat menyerap aspirasi dari seluruh daerah di
Indonesia.
D. Pekerjaan Awal
Menurut data KPU, Anggota Dewan pada periode ini yang berasal dari
DPR RI periode sebelumnya adalah sekitar 165 orang atau 29,7%.
Artinya, sekitar 70% Anggota Dewan periode 2009-2014 adalah
anggota baru. Diantara anggota baru tersebut, 183 atau 33%
menyatakan pekerjaan awalnya sebagai pegawai swasta, 13% adalah
wirausahawan, dan 8% merupakan PNS. Kelompok lain sebanyak 52
orang berprofesi sebagai dokter, pimpinan pesantren, dan profesi
lainnya.
E. Usia
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
10
Profl Anggota DPR RI dari komposisi kelompok umur sebagian besar
atau 41% berusia 41-50 tahun. Jika diasumsikan bahwa Anggota
Dewan menjalani karir politiknya sejak bergelar sarjana, maka
sebagian besar merupakan politisi kelompok usia menengah. Sedang
38% Anggota lainnya berusia lebih dari 50 tahun. Dengan demikian
Anggota DPR RI didominasi oleh politisi usia menengah dan dewasa.
F. Unsur Pendukung
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR RI dibentuk
Sekretariat Jenderal yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No.
23 Tahun 2005 tentang Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia. Sekretariat Jenderal DPR RI adalah aparatur
pemerintah yang tugas
dan fungsinya
berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan DPR RI. Tugas
Sekretariat Jenderal DPR RI adalah menyelenggarakan dukungan
teknis, administratif dan keahlian kepada Dewan. Dukungan keahlian
Sekretariat
Jenderal
DPR
RI
disesuaikan
dengan
kebutuhan
pelaksanaan tugas DPR RI di bidang legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Selama ini dukungan tersebut tercermin dari kegiatan
yang dilaksanakan kedeputian sesuai tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Dukungan keahlian dioptimalkan melalui berbagai
jenis data dan informasi pendukung sebagai bahan masukan dalam
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
11
rapat-rapat AKD, kegiatan pengiriman tim kunjungan kerja DPR dan
Anggota, pengiriman delegasi ke berbagai forum internasional,
penerimaan dan penyaluran delegasi masyarakat, penanganan suratsurat pengaduan, serta pendampingan dalam pembahasan RUU dan
kegiatan DPR lainnya, penyediaan bentuk bantuan keahlian lainnya,
dan penyediaan prasarana dan sarana untuk menunjang pelaksanaan
fungsi Dewan.
Pada periode 2004-2009 Sekretariat Jenderal DPR RI
berupaya meningkatkan dukungan kepada pelaksanaan 3 (tiga)
fungsi
Dewan;
membentuk
dalam
sistem
pembahasan
unit
pendukung
seluruh
yang
RUU
secara
dan
khusus
melakukan kegiatan di bidang penyusunan RUU Usul Inisiatif
DPR dengan mengembangkan jabatan fungsional perancang
UU. Dukungan keahlian tersebut berupa penyusunan draft RUU
dan naskah akademik hingga uji material UU (judicial review)
pada
persidangan MK.
Sekretariat Jenderal
DPR
RI
juga
mengadakan seminar, penelitian dan pengkajian, kunjungan ke
daerah,
dan
kerjasama
dengan
berbagai
perguruan
tinggi/universitas dalam rangka penyusunan draft RUU dan
naskah
akademiknya.
Dalam
proses
pembahasan
RUU,
Sekretariat Jenderal DPR RI memberikan dukungan fasilitas
seluruh kegiatan DPR antara lain: persiapan rapat, penyiapan
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
12
data dan informasi, penyusunan konsep kesimpulan dan
notulensi rapat, penggandaan dan distribusi hasil-hasil rapat,
dan sosialisasi RUU yang akan dibahas.
Untuk memfasilitasi kegiatan Dewan di bidang anggaran,
Sekretariat Jenderal DPR RI memberikan dukungan teknis,
administratif dan keahlian kepada DPR RI, termasuk koordinasi
antar-unit kerja Sekretariat Jenderal DPR RI, Sekretariat BURT,
Sekretariat BANGGAR, dan instansi-instansi pasangan kerja
komisi-komisi
terkait.
Dukungan
juga
dilakukan
melalui
kegiatan penelitian, pengkajian dan analisis, pengumpulan data
dan informasi bagi pembahasan APBN, kegiatan pemantauan
penggunaan dana perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah, serta pengumpulan data dan informasi dalam bentuk
database BUMN dan perkembangan APBN. Pada periode 20102014, Sekretariat Jenderal DPR RI juga merintis pembentukan
jabatan fungsional analis anggaran , menyusun prosedur kerja
koordinasi dengan unit kerja lain atau Komisi terkait dalam
rapat-rapat pembahasan APBN.
Di bidang pengawasan, Sekretariat Jenderal DPR RI
mendukung pelaksanaan tugas DPR RI melalui raker, RDP,
RDPU dan berbagai pertemuan konsultasi. Di samping itu,
Sekretariat Jenderal DPR RI juga membantu kegiatan DPR RI
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
13
dalam kunjungan lapangan dan kunjungan kerja ke berbagai
provinsi serta menyusun laporan yang akan dibahas dengan
Kementerian atau instansi terkait. Terkait peningkatan kualitas
pelayanan kepada DPR RI, Sekretariat Jenderal berpartisipasi
aktif dalam forum yang mewadahi para pejabat Sekretariat
Jenderal di tingkat regional dan internasional, yaitu Association
of Secretary
Jumlah Pegawai
Sekretariat
Jenderal DPR RI
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah Tenaga
Fungsional
Sekretariat
Jenderal DPR RI
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah
Jumlah Tenaga
Status Kepegawaian
Pegawai Negeri Sipil
(termasuk 96 CPNS)
Honorer Perumahan
Honorer Gedung dan
Tamu (Dungtam)
Honorer Pengamanan
dan Pengendalian
(Pamdal)
Tenaga Kontrak
(outsource)
Jumlah
Penugasan
Medis dan Paramedis
Arsiparis
Pustakawan
Pranata Komputer
Peneliti
Calon Perancang RUU
Penugasan
Denny Kodrat
Jumlah (Orang)
1443
52
20
53
300
1868
Jumlah (Orang)
33
19
7
18
81
27
185
Jumlah (Orang)
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
14
Ahli DPR RI
Periode 20092014 No.
1.
2.
a.
b.
c.
3.
Jumlah
2.2.
Tenaga Ahli Anggota
560
Tenaga Ahli AK Dewan
Komisi
60
Badan
45
Pimpinan
18
Fraksi
76
759
Visi dan Misi
Sesuai dengan kedudukan Rencana Strategis sebagai
pedoman antara untuk mengarahkan pencapaian tujuan jangka
panjang pelaksanaan tugas konstitusional Dewan Perwakilan
Rakyat RI, maka Rencana Strategis memuat Visi 1 dan Misi2
jangka panjang sebagai landasan dalam menyiapkan arah
kebijakan 5 (lima) tahun ke depan. Visi DPR RI yang menjadi
acuan dalam penyusunan Rencana Strategis 2010 – 2014
adalah:
Terwujudnya DPR RI sebagai Lembaga Perwakilan yang
kredibel dalam mengemban tanggung jawab mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur
Lembaga Perwakilan yang kredibel, merupakan nilai
dasar dalam pelaksanaan tanggungjawab perwakilan rakyat
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
15
yang efektif, akuntabel, transparan, aspiratif, responsif dan
akomodatif.
Masyarakat
adil
dan
makmur,
merupakan
tujuan
ideal
pembangunan masyarakat madani yang berkualitas, sejahtera lahir
dan batin, dan demokratis dalam karsa dan karya pembangunan
Republik Indonesia.
Misi DPR RI pada hakekatnya merupakan upaya penjabaran Visi DPR
RI agar lebih fokus dan terarah dengan mempertimbangkan kondisi
dan
perkembangan
kebijakan,
peraturan
perundang-undangan,
tanggungjawab pokok, dan kelembagaan DPR RI yang berlangsung
selama ini.
Misi DPR RI merupakan landasan perumusan strategi, kebijakan, dan
program kelembagaan DPR RI, terutama dalam kerangka sistem
perencanaan
jangka
panjang,
jangka
menengah
yang
diwakili
Rencana Strategis, dan rencana kerja tahunan. Oleh karena itu,
penetapan Misi DPR RI menjadi penting untuk mengarahkan kegiatan
selama lima tahun ke depan, penetapan prioritas, dan menjaga
keberlanjutan kegiatan DPR RI.
Prinsip yang dianut dalam perumusan Misi DPR RI 2010 –
2014 adalah :
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
16
1) Visi DPR RI menjadi basis untuk perumusan Misi DPR RI dan
perumusan strategi dan kebijakan, program, dan indikator kinerja
program DPR RI.
2) Misi DPR RI mengacu kepada tuntutan kinerja pelaksanaan tugastugas pokok
lembaga perwakilan.
3) Misi DPR RI mengakomodasikan potensi dan kendala secara
substantif yang
dihadapi lembaga perwakilan.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka Misi DPR RI dirumuskan
menjadi :
1. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi legislasi yang efisien dan
efektif.
2. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran negara yang
akuntabel dan transparan.
3. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang
transparan dan efektif.
4. Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif,
responsif dan akomodatif
dengan pemaknaan sebagai berikut :
1. Mewujudkan
penyelenggaraan
fungsi
legislasi
yang
efisien dan efektif, yakni membangun dan memperkuat tata
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
17
kelola
dalam
pembentukan
Undang-Undang
melalui
pola
dukungan yang profesional, cermat dan akurat.
2.
Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran
negara
yang
akuntabel
dan
transparan,
yakni
meningkatkan akuntabilitas dan ketepatan alokasi anggaran
negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang
transparan dan efektif, yakni membangun keterbukaan dan
akses
bagi
masyarakat
Undang-Undang,
dalam
pemerintahan,
pengawasan
pelaksanaan
penggunaan
anggaran
pembangunan, dan kebijakan Pemerintah.
4. Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif,
responsif dan akomodatif,
perwakilan
yang
masyarakat
dan
kuat
yakni membangun lembaga
dalam
meningkatkan
memperjuangkan
akses
dalam
aspirasi
penyerapan
aspirasi masyarakat melalui pola dukungan keahlian serta
prasarana dan sarana komunikasi yang lengkap, akurat, dan
menjangkau masyarakat.
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
18
2.3.
Struktur Organisasi DPR Menurut UUD 1945 dan Sekretariat
Jenderal
Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen telah mengamanatkan
susunan struktur lembaga negara, dengan menambahkan lembaga Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial
(KY), sebagaimana yang terlihat dalam gambar 2.1 berikut:
Sebagaimana yang nampak dalam gambar di atas, dapat terlihat bahwa
posisi DPR sejajar dengan lembaga kepresidenan, BPK, MPR, DPD, MA, MK
dan KY. Di dalam tubuh DPR sendiri terdapat fraksi-fraksi dan komisi-komisi.
Untuk menunjang kinerja DPR, maka disediakanlah sekretariat jenderal
yang dipimpin oleh pejabat esalon I (sekretaris jenderal) bersama wakil,
sebagaimana gambar 2.2 berikut ini.
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
19
Sekretariat jenderal berfungsi untuk mendukung kinerja anggota
dewan. Sekretaris jenderal membawahi 9 biro dengan tugas pokok
dan fungsinya. Sumber daya manusia dalam secretariat jenderal ini
terdiri atas pegawai negeri sipil, honor dan tenaga alih daya
(outsourcing).
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
20
BAB III. HASIL KUNJUNGAN
Beberapa topik yang dibahas dalam pertemuan dengan Ketua DPR RI,
Dr. Marzuki Alie adalah sebagai berikut. Pertama, isu mengenai
pengelolaan otonomi daerah yang penuh dengan kesemrawutan.
Dalam hal ini, Marzuki Alie menyatakan bahwa otonomi daerah di
Indonesia merupakan kebijakan yang hanya ada di Indonesia, tidak
ada contohnya di negara lain. Oleh karenanya, adalah wajar apabila
disebut sebagai otonomi daerah setengah hati. Kebijakan otonomi
daerah di bidang pendidikan terlihat menjauh dari cita-cita awal
semangat otonomi daerah sendiri. Disparitas kualitas pendidikan
yang
teramat
tajam
diantara
setiap
daerah,
mengakibatkan
pemerintah pusat tidak hanya memberikan standar-standar minimal
yang harus dicapai oleh satuan pendidikan, namun juga sudah
memberikan kebijakan yang praktis, padahal kebijakan praktis dan
operasional itu merupakan domain kewenangan daerah.
Tidak hanya itu, kepala daerah yang dipilih oleh rakyat,
memainkan kekuasaan politisnya untuk menarik pegawai negeri sipil
(PNS) dan para guru untuk berkompetisi secara politik. Wajar yang
terjadi apabila PNS yang dekat dengan sumbu kekuasaan akan cepat
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
21
naik pangkat, maka sebaliknya, bila PNS tidak ikut serta berkompetisi
secara politis, maka meski ia memiliki kemampuan yang unggul, ia
tidak akan menduduki tempat sesuai kemampuannya. Contoh yang
sangat jelas adalah fenomena ujian nasional (UN). Saat nilai UN
diklaim sebagai ukuran kesuksesan pembangunan, maka kepala
daerah akan menekan kepala dinas, kepala sekolah dan guru. Ujungujungnya, disetiap level birokrasi terjadi apa yang disebut sebagai
“tujuan menghalalkan segala cara” (The end justifes a mean). Tidak
hanya itu, persebaran guru pun menjadi masalah tersendiri. Dalam
hitungan pusat, rasio guru dan siswa sudah ideal. Namun di lapangan,
daerah masih kekurangan guru. Ternyata ini diakibatkan sebaran
guru yang tidak merata, akibat tidak tegasnya daerah dalam
mendistribusikan sumber daya guru.
Masalah lainnya dalam otonomi daerah adalah disebabkan
rakyat dapat memilih langsung kepala daerahnya, maka yang terjadi
adalah kepemimpinan di pusat, provinsi dan daerah, cenderung tidak
sama, beragam. Konsekuensinya, mimpi presiden, tidaklah sama
dengan mimpi gubernur dan mimpi walikota/bupati. Ini diakibatkan
para pemimpin pusat dan daerah ini berasal dari partai yang berbeda,
yang menjadi rival dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala
daerah.
Sehingga, visi Indonesia akan seperti apa nampak tidak
seragam dan sinergis. Beberapa hal yang patut dipertimbangkan
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
22
dalam mengatasi otonomi daerah ini adalah dengan mendorong
adanya revisi kajian undang-undang pemerintah daerah. Selain itu,
dalam
konteks
peningkatan
mutu
pendidikan,
Marzuki
Alie
mendorong adanya pembuatan standarisasi guru, untuk melengkapi
kompetensi-kompetensi minimal yang harus dimiliki guru.
Kedua,
mensyaratkan
isu
mengenai
seorang
kepemimpinan.
pemimpin
harus
Marzuki
mengetahui
Alie
persoalan
bangsa secara detail, tidak hanya melihat masalah dari kulitnya.
Marzuki Alie menyitir ASEAN Community 2015 yang sama sekali tidak
nampak direspons oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan,
padahal ASEAN Community ini sesungguhnya menjadi ancaman bagi
warga Indonesia disaat publik Indonesia tidak siap dalam menghadapi
ASEAN Community ini. Bisa dibayangkan, siswa-siswa Indonesia yang
tidak dilengkapi sertifkasi keahlian, akan dikalahkan oleh siswa-siswa
dari negara-negara tetangga yang tidak hanya memiliki kemampuan
keterampilan, tetapi juga dilengkapi dengan sertifkasi.
Ketiga, Marzuki Alie mengkritisi kebijakan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Prof. Dr. M. Nuh, yang dianggapnya terlalu kaku dan
cenderung berorientasi kepada perguruan tinggi negeri. Aturan
mengenai penyelenggaraan pendidikan, sesungguhnya tidak lagi
membedakan sekolah negeri dan swasta. Keduanya adalah sama,
tanpa diskriminasi. Apalagi perguruan tinggi swasta yang berjumlah
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
23
sekitar 3100 ini menyumbang 80% dalam penghitungan Indeks
Pembangunan Manusia, sisanya 93 PTN hanya menyumbang 20%
saja. Mendikbud seringkali membuat kebijakan yang berkiblat kepada
perguruan tinggi negeri, tidak mampu mengubah mindset bahwa
negara seharusnya mendukung masyarakat yang mendirikan sekolah
atau perguruan tinggi. Misalnya, peraturan menteri yang membatasi
usia dosen tetap non pns (dosen tetap yayasan) di usia 50 tahun,
yang menutup kemungkinan dosen-dosen pns saat pensiun bekerja
sebagai dosen tetap di swasta. Padahal pengalaman para dosen yang
senior ini sangat membantu bagi perguruan tinggi swasta, meski
mereka sudah pensiun. Dengan kata lain, birokrasi Indonesia ini
masih
menjalankan
tugasnya
berdasarkan
kebiasaan,
bukan
berdasarkan hukum. Oleh karenanya, perlu suatu saat, menteri
pendidikan dan kebudayaan ini diangkat dari dosen perguruan tinggi
swasta.
Ketiga, isu mengenai Kementerian Riset dan Teknologi yang
diberi wewenang untuk menjalankan perguruan tinggi, Marzuki Alie
menyebutkan bahwa setiap perubahan nomenklatur kementerian
beserta tugas pokok dan fungsinya, harus sepersetujuan dewan,
dengan mekanisme rapat-rapat komisi dan disahkan dalam rapat
paripurna.
Sebagai
contoh,
saat
terjadi
reshufe
kabinet
dan
perubahan beberapa nomenklatur kementerian, seperti pariwisata
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
24
dan industri kreatif, pendidikan dan kebudayaan, SBY segera
menghubungi ketua DPR untuk diminta persetujuannya. Disebabkan
pengumuman reshufe ini akan segera disampaikan kepada rakyat
besok harinya, maka dewan melakukan rapat secara marathon,
hingga kemudian persetujuan dari dewan dapat dikeluarkan. Oleh
karenanya, wacana mengenai pemindahan wewenang pengelolaan
dan tanggung jawab pendidikan tinggi dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktrorat Pendidikan Tinggi, ke
Kementerian Riset dan Teknologi, sejauh ini tidak diwacanakan oleh
eksekutif kepada legislatif. Sehingga nampaknya, hal ini tidak akan
terjadi.
Pada bagian akhir, Marzukie Alie menyatakan bahwa sebagai
pemimpin yang negarawan, kesesuaian antara kebijakan dan fakta
yang terjadi di lapangan sangatlah penting, apalagi Indonesia
memiliki sejumlah potensi masalah yang membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan yang mendalam untuk memecahkannya.
BAB IV. PENUTUP
Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi hasil
kunjungan ke DPR RI.
4.1
Kesimpulan
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
25
Berdasarkan hasil pertemuan dengan Ketua DPR RI, Dr. Marzuki Alie,
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Kebijakan otonomi daerah yang dikeluarkan pada tahun 1999
masih jauh dari apa yang dicita-citakan, khususnya dalam
bidang kebijakan pendidikan.
2. Pemerintah
seharusnya
selaku
pembuat
bersikap
adil,
dan
pelaksana
tidak
kebijakan
diskriminatif,
terhadap
perguruan tinggi swasta yang bersama-sama berkontribusi
mewujudkan
amanah
konstitusi
dalam
mencerdaskan
kehidupan bangsa.
3. Pemerintah seharusnya memiliki visi yang sama baik dari pusat
hingga ke daerah, terlebih lagi dalam merespons ASEAN-China
Community pada tahun 2015 mendatang.
4. Pemerintah
bersama-sama
dewan
melakukan
fungsi
dan
kewenangannya untuk tujuan menciptakan masyarakat yang
berkeadilan di segala aspek kehidupan.
4.2
Rekomendasi
Adapun rekomendasi terkait dengan tindak lanjut kunjungan ini
adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan kunjungan yang serupa perlu dilakukan kepada
kementerian
pendidikan
dan
Denny Kodrat
kebudayaan
atau
direktorat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
26
jenderal (pejabat esalon I) sebagai sarana memberikan gagasan
hasil kajian kebijakan publik dalam pendidikan mahasiswa
program S-3 Ilmu pendidikan.
2. Hasil kunjungan ini bisa dijadikan sebagai referensi dan bahan
untuk penelitian desertasi mahasiswa yang tertarik dalam
kajian kebijakan publik, manajemen birokrasi pendidikan.
Denny Kodrat
| Laporan Kunjungan ke DPR RI
27