stratifikasi sosial kekuasaan dan wewena (9)

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Cara yang paling mudah untuk memahami pengertian konsep stratifikasi

sosial adalah dengan berfikir memabanding-bandingkan kemampuan dan apa
yang dimiliki anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat lainnya.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali
disamakan, padahal di sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas
terdapat perbedaan. Penyamaan dua konsep pengertian stratifikasi sosial akan
melihat pemahaman yang rancu.
Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang ke dalam
tingkatan atau strata dalam hierarki secara vertikal. Membicarakan stratifikasi
sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan antara orang atau kelompok orang
dalam keadaan yang tidak sederajat. Dengan demikian, stratifikasi sering kali
dikaitkan dengan persoalan kesenjangan atau polarisasi sosial. Adapun pengertian
kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit,
artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam
sebuah sratifikasi sosial.

Secara sederhana, perbedaan kelas sosial bisa terjadi dan dilihat dari
perbedaan besaran penghasilan rata-rata seseorang atau sekelompok orang dalam
kesehariannya atau setiap bulannya. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
mengatakan bahwa terbentuknya stratifikasi dan kelas sosial di dalamnya
sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial adalah strata
atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan
status sosial. Para anggota strata sosial tertentu sering kali memiliki jumlah
penghasilan yang relatif sama.

B.

Rumusan Masalah
Masalah yang muncul adalah sebagai berikut:

1

1. Apa pengertian Definisi Stratifikasi Sosial?
2. Apa saja Karakteristik Stratifikasi Sosial?
3. Apa saja Unsur-unsur Stratifikasi Sosial?
4. Apa Perspektif tentang Stratifikasi Sosial?

5. Bagaimana Cara Mempelajari Stratifikasi Sosial?
6. Bagaimana Determinan Stratifikasi Sosial?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi Stratifikasi Sosial.
2. Mengetahui Karakteristik Stratifikasi Sosial.
3. Mengetahui Unsur-unsur Stratifikasi Sosial.
4. Mengetahui Perspektif tentang Stratifikasi Sosial.
5. Mengetahui Cara Mempelajari Stratifikasi Sosial.
6. Mengetahui Determinan Stratifikasi Sosial.

BAB II
PEMBAHASAN
2

A. Definisi Stratifikasi Sosial
Menurut Soejono Soekanto (!982), di dalam setiap masyarakat dimana pun
selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di
masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu, pengetahuan, status haji, status “darah
biru” atau keturunan kelurga tertentu yang terhormat, atau apapun yang bernilai
ekonomis. Di berbagai masyarakat sesuatu yang dihargai tidaklah sama.1

Sebagaian pakar meyakini bahwa pelapisan masyarakat sesungguhnya
mulai ada sejak masyarakat mengenal kehidupan bersama. Dalam masyarakat
yang masih sederhana, lapisan-lapisan masyarakat pada awalnya didasarkan pada
perbedaan seks,perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, perbedaan umur,
bahkan perbedaan yang berdasar pada kekayaan. Semakin kompleks suatu
masyarakat semakin kompleks pula lapisan-lapisan dalam masyarakat.2
Pitirim A. Sorokon mengemukakan bahwa sistem pelapisan dalam
masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat
yang hidup dengan teratur. Mereka yang memiliki barang atau sesuatu yang
berharga yang berharga dalam jumlah yang banyak akan menduduki lapisan atas
dan sebaliknya mereka yang memiliki dalam jumlah relatif sedikit atau bahkan
tidak memiliki sama sekali akan dipandang mempunyai kedudukan yang rendah.3
Lebih lanjut Sorokin mengemukakan, stratifikasi sosial adalah pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).
Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih
rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam
masyarakat adalah pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab
nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.
Bentuk konkret lapisan-lapisan dalam masyarakat tersebut bermacammacam. Namun pada prinsipnya bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga macam kelas, Yaitu:4

1.

Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomis

1

J. Dwi Narwoko, Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Kencana, 2004), hlm 152

2

Ibid, hlm 152

3

Ibid, hlm 153

4

Ibid, hlm 153


3

2.

Kelas yang didasarkan pada faktor politis

3.

Kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat.

B. Karakteristik Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial lebih berkenaan mengenai adanya dua atau lebih
kelompok-kelompok bertingkat dalam suatu masyarakat tertentu, yang anggotaanggotanya mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise yang tidak
sama pula. Inti dari stratifikasi sosial adalah perbedaan akses golongan satu
dengan akses golongan masyarakat lain dalam memanfaatkan sumber daya. Jadi,
dalam stratifikasi sosial, tingkat kekuasaan, hak istimewa dan prestise individu
tergantung pada keanggotaannya dalam kelompok sosial, bukan pada karakteristik
personalnya.5
Secara rinci, ada tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi
sosial, yaitu:

1.

Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan.

2.

Perbedaan dalam gaya hidup

3.

Perbedaan dalam hal akses dalam memanfaatkan sumber daya.

C. Unsur-unsur Stratifikasi Sosial
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistem pelapisan sosial dalam masyarakat
adalah:6
1.

Kedudukan (Status)
Kedudukan (status) sering kali dibedakan dengan kedudukan sosial


(Social Status). Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam
suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut,
atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain
didalam kelompok yang lebih besar lagi.
Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam
masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,

5

Ibid, hlm 154-155

6

Ibid, hlm 155

4

prestisenya, hak-hak, dan kewajiban-kewajibannya. Untuk mengukur status
seseorang menurut Pitirim Sorokin secara rinci dapat dilihat dari:
a) Jabatan atau pekerjaan

b) Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan
c) Kekayaan
d) Politis
e) Keturunan, dan
f) Agama
Status pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni yang bersifat
objektif dan bersifat subjektif. Kedudukan, apabila dipisahkan dari individu yang
memilikinya, hanyalah merupakan kumpulan hak dan kewajiban. Namun, karena
hak dan kewajiban itu hanya dapat terlaksana melalui perantara individu, maka
sulit untuk memisahkannya secara tegas dan kaku.7
Sifat pelapisan masyarakat terdiri dari dua macam, yaitu (closed social
stratification) pelapisan sosial tertutup dan (open social stratification) pelapisan
sosial terbuka. Sistem pelapisan sosial tertutup artinya tertutup kemungkinan
seseorang atau kelompok untuk pindah dari lapisan sosial lainnnya secara vertikal,
adapun beberapa gejala dari pelapisan sosial ini diantaranya:
1) Sosial didalam struktur masyarakat feodal dan sistem kekastaan dapat
dikatakan sebagai bentuk pelapisan sosial secara tertutup, sebab dalam
pelapisan sosial masyarakat feodal akan sulit bagi seseorang atau
kelompok orang untuk memasuki lapisan sosial tertentu. Seseorang yang
posisinya di tingkat lapisan sosial bawah misalnya rakyat jelata, akan sulit

baginya untuk menduduki lapisan sosial bersama dengan golongan ningrat
yang dianggap sebagai kelompok darah biru.
2) Dalam sistem kekastaan akan tidak mungkin seseorang yang berkasta
Sudra menempati posisi kasta Ksatria dan sebagainya.
3) Dalam pelapisan berdasarkan ras manusia juga dapat dijumpai sistem
pelapisan sosial tertutup, sebagaimana dalam politik apartheid di Afrika
7

Ibid, hlm 157

5

selatan yang menempatkan golongan masyarakat kulit hitam sebagai strata
sosial terendah.
Stratifikasi sosial berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Stratifikasi sosial terbuka (kemungkinan dapat berpindah kedudukan
bisa terjadi)
b) Stratifikasi sosial tertutup (perpindahan kedudukan sosial yang sangat
terbatas atau bahkan tidak ada).
Macam-macam Stratifikasi Sosial Berdasarkan Cara Memperolehnya:8

1) Ascribed Status
Ascribed Status merupakan status yang diperoleh seseorang secara
alamiah, artinya posisi yang melekat dalam diri seseorang diperoleh tanpa melalui
serangkaian usaha. Beberapa status sosial yang melekat pada seseorang yang
diperoleh secara otomatis di antaranya:
a) Status perbedaan usia (age stratification)
Umumnya di dalam masyarakat Indonesia terdapat pembagian antara
hak dan kewajiban antara orang-orang yang lebih tua dan yang lebih
muda. Contohnya dapat dilihat dalam ritual keagaamaan Islam dimana
pembaca doa selalu mengutamakan yang lebih tua, bentuk lain
penghormatan terhadap orang yang berusia lebih tua adalah
mempersilahkan mereka untuk duduk dibarisan depan.
b) Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (gender sex stratification)
Contohnya saja kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan
yang dimana tugas kaum perempuan yaitu di dapur, sumur, kasur.
Namun pergeseran sosial budaya juga berpengaruh yang dimana kaum
wanita terkadang memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kaum laki-laki.
c) Status yang didasarkan pada sistem kekerabatan
Fenomena ini dapat dilihat dari berbagai peran yang harus diperankan

oleh masing-masing anggota keluarga dalam suatu rumah tangga.

8

Elly. M Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial, (Kencana,

2012)

6

Munculnya kedudukan kepala keluarga, ibu rumah tangga dan anakanak.
d) Stratifikasi berdasarkan kelahiran (born stratification)
Seorang anak yang dilahirkan akan memiliki status sosial yang
mengekor pada status sosial orang tuanya.
e) Stratifikasi berdasarkan kelompok tertentu (grouping stratification)
Perbedaan ras yang sering kali menimbulkan pemahaman sekelompok
manusia tertentu memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan
manusia lain masih sering ditemukan sebagai bagian dari gejala sosial.
Pemahaman sebagian orang bahwa ras kulit putih lebih superior
dibandingkan dengan ras kulit hitam.
2) Achieved Status
Achieved Status merupakan status seseorang yang disandang melalui
perjuangan. Pola-pola ini biasanya banyak terjadi di struktur sosial yang telah
mengalami perubahan dari pola-pola tradisional ke arah modern. Biasanya
struktur sosial lebih terbuka sehingga membuka peluang bagi siapa saja untuk
meraih status sosial ekonomi sesuia dengan tujuan masing-masing. Beberapa
contoh modelnya yaitu:
a) Stratifikasi berdasarkan jenjang pedidikan (education stratification)
b) Startifikasi berdasarkan senioritas ( seniority stratification)
c) Stratifikasi di bidang pekerjaan (job stratification)
d) Stratifikasi di bidang ekonomi (economic stratification)
3) Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau
sekelompok orang dari pemberian. Akan tetapi, status sosial yang berasal dari
pemberian ini sebenarnya juga tak luput dari usaha-usaha seseorang atau
sekelompok orang sehingga dengan usaha tersebut ia memperoleh penghargaan.
2.

Peran (Role)
Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).

Artinya, seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka orsng tersebut telah melaksanakan suatu
peran.9
9

J. Dwi Narwoko, Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Kencana, 2004), hlm 158

7

Peran yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi
atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat (social-position) merupakan unsur yang statis yang menunjuk
tempat individu dalam organisasi masyarakat. Sedangkan peran lebih banyak
menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki posisi tertentu dalam
masyarakat dan menjalankan suatu peran. Suatu peran paling sedikit mencakup
tiga 3 hal, yaitu:
a) Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam msyarakat
b) Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat, dan
c) Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat
Peranan dapat membimbing seseorang dalam berprilaku, karena fungsi
peran sendiri adalah sebagai berikut:10
a) Memberi arah pada proses sosialisasi
b) Pewarisan

tradisi,

kepercayaan,

nilai-nilai,

norma-norma,

dan

pengetahuan.
c) Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat
d) Menghidupkan sistem pnegendalian kontrol, sehingga dapat melestarikan
kehidupan masyarakat.
Peranan sosial yang ada dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menurut
bermacam-macam cara sesuai dengan banyaknya sudut pandang. Berbagai macam
peranan dapat disebutkan sebagai berikut.
Berdasarkan pelaksanaannyaperanan sosial dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:11
a) Peranan yang diharapkan (expected roles)
Cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat.
10

Ibid, hlm 160

11

Ibid, hlm 160

8

b) Peranan yang disesuaikan (actual roles)
Cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan.
Sementara itu, berdasarkan cara memperolehnya, peranan bisa dibedakan
menjadi:12
a) Peranan bawaan (ascribed status)
Peranan yang diperoleh secara otomatis.
b) Peranan pilihan (achieves role)
Peranan yang diperoleh atas keputusan sendiri
D. Perspektif tentang Stratifikasi Sosial
1.

Perbedaan Asumsi Dasar
Para penganut pendekatan fungsional biasanya akan menjawab bahwa

pelapisan sosial adlah sesuatu yang inheren dan diperlukan demi kelangsungan
sistem. Sedangkan penganut pendekatan konflik akan menjawab sebaliknya dan
menyatakan bahwa timbulnya pelapisan sosial sesungguhnya hanyalah ulah
kelompok-kelompok elite masyarakat yang berkuasa untuk mempertahankan
dominasinya. Jawaban kedua pendekatan ini wajar bertolak belakang karena
keduanya memiliki asumsi dan pandangan yang memang berbeda.13
2.

Pendekatan Fungsional
Pelopor pendekatan fungsionalis adalah Kingsley Davis dan Wibert

Moore. Menurut kedua pakar ini stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup
masyarakat yang membutuhkan pelbagai macam jenis pekerjaan. Tanpa adanya
stratifikasi sosial, masyarakat tidak akan terangsang untuk menekuni pekerjaan
sulit atau pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan proses belajar yang lama dan
mahal.
Stratifikasi sosial bagi penganut pendekatan fungsional merupakan suatu
keperluan. Keperluan tersebut muncul dari kebutuhan masyarakat untuk
menempatkan orang-orang ke dalam posisi-posisi yang membentuk struktur
12

Ibid, hlm 160

13

Ibid, hlm 164

9

sosial, dan kemudian mendorong mereka agar menjalankan tugas-tugas yang
berhubungan dengan posisi tersebut.
3.

Pendekatan Konflik
Pendekatan konflik memilki asumsi yang berhadapan secara dimentrian

dengan pendekatan Davis dan Moore. Dengan dipelopori oleh Karl Marx,
pandangan bahwa bukan kegunaan fungsional yang menciptakan stratifikasi
sosial, melainkan dominan kekuasaan. Artinya, menurut pendekatan konflik,
adanya pelapisan sosial bukan dipandang sebagai hasil konsensus karena semua
anggota masyarakat menyetujui dan membutuhkan hal itu tetapi lebih dikarenakan
anggota masyarakat menyetujui dan membutuhkan hal itu tetapi lebih dikarenakan
anggota masyarakat terpaksa harus menerima adanya perbedaan itu sebab mereka
tidak memiliki kemampuan untuk menentukannya.14
E. Cara Mempelajari Stratifikasi Sosial
Menurut Zanden, di dalam sosiologi dikenal tiga pendekatan untuk
mempelajari stratifikasi sosial, yaitu:15
1. Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif artinya, usaha untuk memilah-milah masyarakat
kedalam beberapa lapisan dilakukan menurut ukuran-ukuran yang objektif berupa
variabel yang mudah diukur secara kuantitatif.
2. Pendekatan Subjektif
Pendekatan

subjektif

artinya

munculnya

pelapisan

sosial

dalam

masyarakat tidak diukur dengan kriteria yang objektif, melainkan dipilih menurut
kesadaran subjektif warga masyarakat itu sendiri. Berbeda dengan pendekatan
objektif, di mana peneliti bisa menyusun kategori statistik, untuk pendekatan
subjektif yang tersusun adalah kategori sosial yang ditandai oleh kesadaran jenis.
Seperti orang yang sebenarnya miskin bisa saja dianggap tidak miskin.
3. Pendekatan Reputasional

14

Ibid, hlm 166

15

Ibid, hlm 166

10

Pendekatan reputasional artinya, pelapisan sosial disusun dengan cara
subjek penelitian diminta menilai status orang lain dengan jalan menempatkan
orang lain tersebut ke dalam skala tertentu. Untuk mencari siapakah di desa
tertentu yang termasuk kelas atas, peneliti yang menggunakan pendekatan
reputasional bisa melakukan dengan cara menanyakan kepada warga desa tersebut
siapakah warga desa tersebut yang paling kaya atau menanyakan siapakah warga
desa yang paling mungkin diminta pertolongan meminjamka uang dan
sebagainya.
F. Determinan Stratifikasi Sosial
Jika melihat jenjang kepangkatan dalam birokrasi atau di dalam dunia
kemiliteran, maka posisi jabatan seseorang dalam struktur kepegawaian dapat
dengan

mudah

diidentifikasikan.

Berbeda

dengan

persoalan

bagaimana

mengidentifikasi posisi di dalam struktur masyarakat yang luas sangat heterogen,
misalnya mana yang lebih timggi kedudukannya direktur perusahaan besar atau
rektor perguruan tinggi ternama?. Memang masih diakui bahwa hingga saat ini
determinasi untuk mengukur posisi seseorang di dalam struktur sosial belum
memiliki patokan yang pasti. Hanya saja secara umum determinasi dari stratifikasi
sosial dapat dilihat dari dimensi usia, jenis kelamin, agama, kelompok etnis dan
lain-lain.16
Di dalam struktur masyarakat yang semakin modern, perbedaan sosial yang
terbentuk dan berkembang di dalam struktur masyarakat umumnya tidak lagi
didasarkan pada hal-hal yang bersifat adikodrati seperti perbedaan jenis kelamin
dan usia. Kemudian Jeffris dan Ransford membedakan dimensi stratifikasi sosial
menjadi 3 macam yaitu:
1. Hierarki Kelas (Class Hierarchies)
2. Hierarki Kekuasaan (Power Hierarchies)
3. Hierarki Status (Status Hierarchies)

16

Elly. M Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial,

11

BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelaskelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah.
Stratifikasi sosial lebih berkenaan mengenai adanya dua atau lebih kelompokkelompok bertingkat dalam suatu masyarakat tertentu, yang anggotaanggotanya mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise yang tidak
sama pula. Inti dari stratifikasi sosial adalah perbedaan akses golongan satu
dengan akses golongan masyarakat lain dalam memanfaatkan sumber daya.
Adapun Stratifikasi Sosial Berdasarkan Cara Memperolehnya yaitu
Ascribed status (diperoleh secara alamiah), Achieved status (ditandai dengan

12

cara perjuangan), Assigned status (diperoleh dengan cara pemberian atau
penghargaan).

B. SARAN
Stratifikasi dalam masyarakat tidak menjadikan konflik antar masingmasing kelas dalam masyarakat, tetapi menjadikan sesuatu hal yang saling
menguntungkan antar kelas yang berbeda. Jadi stratifiksai sosial ini tidak
membedakan perkelasan atau tingkatan

DAFTAR PUSTAKA
Elly, M. Setiadi. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman
Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial. Kencana: Jakarta.
Narwoko, J. Dwi. dan Suyanto Bagong. 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dan
Terapan. Kencana: Jakarta.

13